Anda di halaman 1dari 12

1

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Manusia diciptakan sebagai makhluk yang unik. Masing-masing diberi kelebihan dan
kekurangan. Tidak ada satu pun manusia yang hanya memiliki sisi positiI. Sebaliknya, tidak
ada manusia yang hanya memiliki sisi negatiI.

Berdasarkan paradigma itulah seorang guru harus senantiasa optimis bahwa peserta
didiknya memiliki potensi, bahkan memiliki banyak potensi. Kelemahan kita adalah kurang
cermat dalam mengenali potensi-potensi yang terpendam dalam setiap peserta didik.

Oleh kareana itu sebagai seorang guru harus mengenali potensi-potensi peserta didiknya
dan selalu mensuport agar peserta didik dapat menyalurkan dan mengembangkan potensi-
potensi yang dia miliki.


Rumusan Masalah
nteligensi
Bakat
Kecerdasan Emosi
.



BAB II
PEMBAHASAN
A. Intelegensi
1. Pengertian nteligensi
Pengertian inteligensi digunakan dalam pengertian yang luas dan bervariasi. para psikolog
mendeIenisikan inteligensi berdasar orientasi teoristis yang dikembangkan, sehingga melahirkan
pengertian inteligensi yang berbeda satu sama lain (Anastasi, 1997). Secara garis besar berbagai
konsep atau deIinisi operasional menganai inteligensi dapat dikelompokkan menjadi tiga
kelompok.
Kelompok pertama memandang intilegensi sebagai kemampuan menyesuaikan diri ( Tyler,
1956, Wechler 1958, Sorenson 1977 ). Tokoh yang tergabung dalam kelompok ini antara lain
Tyler, mengaitkan inteligensi dengan pengatahuan penalaran, kemampuan berbuat secara eIektiI
dalam menghadapi situasi baru dan mampu mendapatkan dan memanIaatkan inIormasi secara
tepat.
Kelompok kedua memandang inteligensi sebagai kemampuan untuk belajar (Freeman
1971, Fynn dalam Azwar 1996). Freeman menyatakan bahwa inteligensi merupakan
kemampuan untuk belajar. Fynn dalam Azwar 1996 menyatakan bahwa inteligensi sebagai
kemampuan untuk berIikir secara abstrak dan kesiapan belajar dari pengalaman.
Kelompok ketiga memandang inteligensi sebagai kemampuan untuk berIikir abstrak
(Mahrens 1973, Terman dalam Crider dkk 1983, Stoddard dalam Azwar 1996 ). Mahrens
menyatakan inteligensi sebagai kemampuan individu untuk berIikir abstrak.
1


. Peran nteligensi Dalam Keberhasilan Belajar
Beberapa penelitian mencoba untuk melihat sebarapa besar peran inteligensi dalam
kehidupan manusia. Penelitian yang dilakukan oleh Heller, monks dan Passow menunjukkan
bahwa anak-anak yang memiliki kecrdasan tinggi belum tetntu memiliki kehidupan yang sukses
dan menyenangkan. Seratus anak yang memeiliki " tinggi di CaliIornia diteliti sejak tahun 19
hingga sekarang. Diantara mereka ada yang menjadi orang terkenal di Amerika Serikat,

1
Sugihartono dkk. Psikologi Pendidikan.Yogyakarta.7. Hlm. 15-16.
3

diantaranya senator, sebagian menerima hadiah nobel untuk iptek, menjadi bintang Iilm terkenal
dan sebagainya. Namun ada juga diantara mereka yang menjadi pembersih kantor, tukang sapu
jalan dan sebagainya (Wimbarti ). Dengan demikian orang-orang yang memiliki
kemampuan " yang tinggi tidak selamanya akan berhasil dalam hidupnya.


Daniel Golmen (1991) menyatakan setinggi-tingginya " seseorang hanya menyumbang
kira-kira terhadap kesuksesan hidup seseorang, sedangkan 8 diisi olah Iaktor-Iaktor
lain. Stenberg (dalam Cooper dan SawaI, 1998) mengemukakan bahwa " hanya berperan 4
dari kebrhasilan dunia nyata dan lebihdari 9 keberhasilan berhibungan dengan kecerdasan
yang lain.
3


3. Batasan ntelegensi
a. Menurut L.M Terman:
ntelligence: the ability to think in terms oI abstract ideas.
( intelegensi: kemampuan berpikir dalam arti memikirkan hal-hal abstrak ).
b. Menurut Boring:
ntelligence is what the tests test. This is narrow deIinition. ( intelegensiv ialah apa
yang di test oleh oleh test intelegensi, ini adalah deIinisi ringkas ).
c. AlIred Binet:
ntelligence:comprehension, invention, direction and criticism, ntelligence is
contained in these Iour words.
(intelegensi memahami, berpendapat, mengontrol, dan mengeritik memuat empat
perkataan ini).

Batasan yang dibuat oleh L.M. Terman yang disusun secara sekehendak, dengan memakai
pendekatan spekulatiI IilsaIat, umumnya tidak memuaskan para ahli psikologi.
Sedangkan global, hakikat intelegensi dapat diilustrasikan sebagai berikut:
Kemampuan memahami sesuatu, makin tinggi intelegensi seseorang, akan makin
cepatlah ia akan memahami sesuatu, yang dihadapi, problema dirinya sendiri, dan
problema lingkungannya.
Kemampuan berpendapat, makin cerdas seseorang makin cepat pula mengambil
ide, langkah penyelesaian masalah, memilih cara-cara yang tepat diantara sekian

$:gihartono dkk. Hlm. 18.


3
$:gihartono dkk. Hlm. .
4

alternatiIpenyelesaian, segera dipilih mana yang paling ringan dan kecil resikonya
dan besar manIaatnya.
Kemampuan control dan kritik, makin ceerdas seseorang makin tinggipula daya
kontroldan kritiknya terhadapapa yang diperbuat, hingga tidak diulangi lagi, paling
tidak Irekuensi pengulangan kesalahan adalh kecil.
Batasan-batasan diatas nampak saling bertentangan, dan mnampak pula tidak manpu
menjelaskan hakikat inaelegensi sebenarnya, namun didasarkan kepentingan dalam dunia dan
pendidikan, maka pernyataan A. binetlah yang lebih menekankan kepada intelegensi yang bisa
dipakai.


4. Teori-teori ntelegensi
a. Teori Dwi-Faktor, Spearman
Sperman adalah seorang ahli statistic bangsa nggris, ia berpendapat: intelegensi terdiri
dari ebilitas umum (G) dan ebilitas-ebilis khusus (S). general Iaktor ini adalah Iactor yang
mendasari semua tingkah laku individu, apapun bentuk dan jenis tingkah laku seseorang, di
dalamnya mesti ada Iaktok G tersebut. Sedangkan special Iactor, hanya tertentu tingkah laku
tertentu saja. Dengan demikian maka individu malakukanndua macam tingkah laku, Iaktor G
sama, tetapi Iaktor S berbeda, ilustrasi yang mungkin bisa diperjelas adalah sebagai berikut:
Mengingat sesuatu /S1/ tingkah laku1GS1
Berpikir sesuatu /S/ tingkah lakuGS
Menghayal sesuatu /S3/ tingkah laku3GS3/
S4/ .......4GS4.
Selanjutnya Searparman mengatakan Iaktor Gsangat tergantung kepada sadar, sedangkan
sedangkan Iaktor S dipengaruhi oleh lingkungan.

b. Teori Multi Faktor
Menurut Thurstone Iaktor G itu tidak ada, yang ada adalah 'Group Iaktor atau Iaktor C
yang berIungsi pada sejumlah tingka laku dan Iaktor S, jumlahnya sebanyak tingkah laku khusus
yang dilakukan individu yang bersangkutan.

5


Adapun Iaktor C sebanyak 7( tujuh) sebagai berikut:
1. Mudah (mempergunakan) bilangan;
. ngatan;
3. Kemampuan menangkap hubungan percakapan /bahasa;
4. Tajam penglihatan;
5. Kemampuan menarikkesimpulan dari data-data yang ada;
6. Cepat mengamati;
7. Pemecahan masalah;

c. Teori Kuantitas ntelegensi
Percobaan Thorndike terhadap tingkah laku binatang-binatang dan anak-anak dalam
situasi belajar, menggiring beliau untuk nerpendapat bahwa 'kualitas intelek tergantung kepada
kualitas hubungan dari syarat-syarat penghubung. Uraikan berikut: tingkah lakun sebagai hasil
pengaruh dari stimuli-stimuli atas organism mempelajari sesuatu bahan baru akan lebih mudah
apabila telah dimiliki sejumlah gabungan pengalaman-pengalaman yang sama yang dibutuhkan
pada situasi baru, yang telah dibentuk dalam praktek sebelumnya.
ndividu yang berbeda dengan yang lain, misalnya lebih kuat inteleknya atau lebih tinggi,
ini tidak diakibatkan proses psikis yang baru, melainkan oleh jumlah hubungan-hubungan yang
lebih besar, dari peristiwa-peristiwa biasa.
4



B. Bakat
1. Pengertian Bakat
a. Menurut ProI. Dr. Soegarda Poerbakawatja:
Bakat adalah benih dari suatu siIat yang baru akan tampak nyata jika ia mendapatkan
kesempatan atau kemungkinan untuk mengembang.
b. Menurut Viktor SerebriakoII dan Dr. Steven Langger:
Kedua ini tidak mendeIinisikan, tetapi menjelaskan tanda-tanda anak-anak berbakat
sebagai berikut:
1). stimewa dalam kemampuan berIikir, mengelola permasalahan yang abstrak,
membuat generalisasi atas Iakta-Iakta yang ada, memakai makna dan hubungan antara
sesuatu;

Drs. H. Mustaqim. Psikologi Pendidikan. Semarang. 8 Hlm. 13-18.


6

). Memiliki keinginan intelektual yang besar;


3). Selalu mudah mempelajari sesuatu dan menyukainya;
4). Hal-hal yang menarik hatinya mencakup bidang yang luas;
5). Memiliki perhatian yang besar yang membuat mereka mampu berkonsentrasi dan
tekun dalam memecahkan persoalan serta mencapai keinginan;
6). stimewa dalam kualitas jumlah kosa kata yang dimiliki dibandingkan anak-anak
sebaya;
7). Pandai membaca sejak usia dini (sebelum mencapai usia sekolah);
8). Cepat dalam menghaIal;
9). Merupakan pembaca cepat;
1). Mempunyai beberapa macam hobi;
c. Menurut Crow and Crow:
(bakat juga dapat dipandang sebagai suatu bentuk khusus superioritas dalam lapangan
pekerjaan tertentu, seperti music, ilmu pasti atau teknik).

Setelah memaparkan tiga uraian diatas, kita memperoleh gambaran bahwa anak berbakat
adalah mereka yang mempunyai penonjolan-penonjolan dalm bidang tertentubila dibandingkan
anak-anak sebaya, penonjolan-penonjolan teersebut bisa dalam satu bidang, dua bidang atau
beberapa bidang. Hal ini akan nampak jelas bila ditunjang oleh lingkungan yang memadahi,
bila tidak potensi-potensi tersebut sulit diketahui oleh guru atau orang tua, dalam seperti inilah
sering diistilahkan 'bakat terpendam.

. Tes bakat
Tes-tes intelektual, tes bakat, test kepribadian dan watak dan juga test-test pekerjaan
keahlian ternyata dapat menghasilkan petunjuk-petunjukterhadap tingkah ebilitas khusus
individu dengan kata lain hasil hasil dari test-test tersebut telah diperoleh beebrapa tingkah
penaIsiran yang realibel; diantaranya adalah:
1) Test bakat akademik
) Test kesenian dan music
3) Test bakat mekaniks
4) Test bakat anministrasi
5) Test bakat untuk pekerjaan keahlian
6) DaItar minat
7) Melihat kedepan
7

Pada umamnya test bakat akademik hamper sama dengan intelegensi umm misalnya
'academic aptit:de test` oleh kobal dkk. Berisi tentang test kesiapan belajar dalam bidang
banyak ilmu pengetahuan dan meliputi pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan
intelegensi verbal (inIormal) dan kecepatan memahami hubungan.

Test bakat akademik yang lain ' the American council on education`s psychology
examination test ini mengukur persesuaian pengetahuan siswa kelas akhir kelasa lanjutan
dengan tugas-tugas pada perguruan tinggi, isinya meliputi test ekspresi mekanis, evektiIitas
ekspresi, perbendaharaan kata-kata dan kecepatan serta ketepatan membaca, ilmu pengetahuan
social, alam dan matematika.

Test kesenian music, berusaha mengukur potensi-potensi music, sikap terhadap music dan
pemahamannya, misalnya ' season measure oI musical ability test ini terdiri dari enam ganda
dua piringan penagkap suara yang berisi serangkaian seni kunci yang bertingkat-tingkat,
intensitas, tempo, laras/harmoni, pencatat dan ritme masing-masing.

Test mekanis, dipergunakan untuk mengukur ketangguhan/ketangkasan pekerjaan tangan,
termasuk didalamnya adalah membongkar dan memasang kembali suatu unik atau rangkain
tertentu.

Test bakat administrasi, diperlukan untuk menyelidiki berbagai hal seperti kecakapan
mengetik, stenograIi dan pengunaan mesin-mesin pendikte, mesin-mesin hitung, disamping
berbagai kegiatan-kegiatan lain yang termasuk tugas-tugas umum kepala dan staI sekretaris.
Salah satu contoh ' Kobal- Wringhtstone-K:n:e Clerical Aptit:de Test memuat tiga bidang
umum: praktek perdagangan, pemeriksaan bilangan dan pengecekan tanggal, nama serta alamat.
5


. Kecerdasan Emosi
Salah satu Iaktor penting yang sangat berpengaruh dalam keberhasilan belajar adalah
emosi. Hasil-hasil penelitian psikologi kontemporer menunjukkan bahwa disamping adanya
Iaktor yang berasal dari ", ternyata belajar dan prestasi sangat ditentukan oleh Emotional
ntelligence atau kecerdasan emosi.



rs. H. M:staqim. Hlm. 14-144.


8

1. Urgensi kecerdasan Emosi


Para ahli psikologi menyebutkan bahwa " hanya mempunyai peran skitar dalam
menentukan keberhasilan hidup, sedangkan 8 sisanya ditentukan oleh Iaktor-Iaktor lain.
Diantara yang terpenting adaah kecerdasan emosi. Dalam kehidupan banyak sekali masalah-
masalah yang tidakdapat dipecahkan sematadengan menggunakan kemampuan intelektual
seseorang. Kematangan emosi ternyata sangat menentukan keberhasilannya. Dengan kata lain ,
kecerdasan emosi mempunyai kontribusi yang sangat besar dalam mencapai keberhasilan hidup.
Penelitian yang dilakukan Daniel Goleman tentang komptensi-kompetensi actual yang
mengaantarkan kepada kesuksesan dalam pekerjaan apapun, membuktikan bahwa dalam
menentukan pencapaian prestasi puncak dalam pekerjaan, peran " memang hanya menempati
posisi kedua sesedah kecerdasan emosi.

. Pengertian dan cirri-ciri Kecerdasan emosi
Kecerdasan emosi menunjuk kepada kemampuan untuk memahami perasaan diri masing-
masing dan perasaan orang lain, kemampuan untuk memotivasi dirnya sendiri, dan menata
dengan baik emosi-emosi yang muncul dalam dirinya dan dalam berhubungan dengan orang lain.
Kecerdasan emosi mempunyai lima unsure yaitu kecerdasan diri, pengaturan diri, motivasi,
empati dan keterampilan social.
1) Kecerdasan diri ($elf awareness).
Mengetahui apa yang kita rasakan pada suatu saat, dan menggunakannya untuk memandu
pengambilan keputusan diri sendiri, memiliki tolok ukur yang realistis atas kemampuan diri dan
kepercayaan diri yang kuat.
) Pengaturan diri (self reg:lation).
Menangani emosi kita sedemikian rupa sehingga berdampak positiI kepada pelaksanaan
tugas, peka terhadap kata hati dan sanggup menunda kenikmatan sebelum tercapainya suatu
sasaran mampu segera pulih dari tekanan emosi.


9

3) Motivasi (motivation).
Menggunakan hasrat kita yang paling dalam untuk menggerakan dan menuntun menuju
sasaran, membantu kita mengambil inisiatiI dan bertindak secara eIektiI, serta untuk bertahan
menghadapi kegagalan dan Irustasi.
4) Empati (mpathy).
Merasakan yang dirasakan orang lain, amampu memahami perspektiI mereka,
menumbuhkan hubungan saling percaya danmelaraskan diri dengan orang lain.
5) Keterampilan social (social skills).
Menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain dan dengan cermat
membaca situasi dan jaringan social.
6

rs. H. M:staqim. Hlm.15-157.


1

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Secara garis besar berbagai konsep atau deIinisi operasional menganai inteligensi dapat
dikelompokkan menjadi tiga kelompok.
Kelompok pertama memandang intilegensi sebagai kemampuan menyesuaikan diri.
Kelompok kedua memandang inteligensi sebagai kemampuan untuk belajar.
Kelompok ketiga memandang inteligensi sebagai kemampuan untuk berIikir abstrak.
Sedangkan peran inteligensi dalam kehidupan manusia tidaklah banyak, hanya sekitar
, sedangkan 8 diisi olah Iaktor-Iaktor lain. ni sebagaimana yang diungkapkan oleh Daniel
Golmen. ia menyatakan setinggi-tingginya " seseorang hanya menyumbang kira-kira
terhadap kesuksesan hidup seseorang, sedangkan 8 diisi olah Iaktor-Iaktor lain.
Bakat menurut para ahli
Menurut ProI. Dr. Soegarda Poerbakawatja:
Bakat adalah benih dari suatu siIat yang baru akan tampak nyata jika ia mendapatkan
kesempatan atau kemungkinan untuk mengembang.
Menurut Viktor SerebriakoII dan Dr. Steven Langger:
Kedua ini tidak mendeIinisikan, tetapi menjelaskan tanda-tanda anak-anak berbakat
sebagai berikut:
1). stimewa dalam kemampuan berIikir, mengelola permasalahan yang abstrak, membuat
generalisasi atas Iakta-Iakta yang ada, memakai makna dan hubungan antara sesuatu;
). Selalu mudah mempelajari sesuatu dan menyukainya;
3). stimewa dalam kualitas jumlah kosa kata yang dimiliki dibandingkan anak-anak
sebaya.


11

Menurut Crow and Crow:


(bakat juga dapat dipandang sebagai suatu bentuk khusus superioritas dalam lapangan
pekerjaan tertentu, seperti music, ilmu pasti atau teknik).
Kecerdasan emosi ialah salah satu Iaktor penting yang sangat berpengaruh dalam
keberhasilan belajar. Sebagaimana penelitian psikologi yang menunjukkan bahwa disamping
adanya Iaktor yang berasal dari ", Kecerdasan emosilah yang menjadi Iaktor penting yang
sangat berpengaruh dalam keberhasilan belajar.
Kecerdasan emosi menunjuk kepada kemampuan untuk memahami perasaan diri masing-
masing dan perasaan orang lain, kemampuan untuk memotivasi dirnya sendiri, dan menata
dengan baik emosi-emosi yang muncul dalam dirinya dan dalam berhubungan dengan orang lain.
Kecerdasan emosi memiliki lima Iaktor sebagai berikut: kecerdasan diri, pengaturan diri,
motivasi, empati dan keterampilan social.
1


DAFTAR PUSTAKA
Mustaqim, Drs. H. Psikologi Pendidikan. Fakultas Tarbiyah Walisongo Semarang Bekerja
sama dengan Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 8.
Sugihartono dkk. Psikologi Pendidikan UNY Press. Yogyakarta, 7.

Anda mungkin juga menyukai