Anda di halaman 1dari 3

Nama : Novita Pratiwi

NPM : 110110090128

Undang-undang Nomor 1 Tahun 1945
Undang-undang No. 1 Tahun 1945 merupakan undang-undang pertama yang
mengatur mengenai pemerintahan daerah. Dalam Undang-undang ini antara lain
diterapkan:
a. Komite Nasional Daerah diadakan, kecuali di Daerah Surakarta dan Yogyakarta,
di Kresidenan, di Kota berotonomi, Kabupaten dan lain-lain Daerah yang
dianggap perlu oleh Menteri Dalam Negeri (pasal 1)
b. Komite Nasional Daerah menjadi Badan Perwakilan Daerah yang bersama-
sama dengan dan dipimpin oleh Kepala Daerah menjalankan pekerjaan
mengatur rumah tangga Daerahnya, asal tidak bertentangan dengan peraturan
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang lebih luas dari padanya (pasal
2)
c. Oleh Komite Nasional dipilih beberapa orang, sebanyak-banyaknya 5 orang
sebagai Badan Executive, yang bersama-sama dengan dan pimpinan oleh
Kepala Daerah menjalankan pemerintahan sehari-hari dalam Daerah itu (pasal
3)
Berdasarkan UU No. 1 Tahun 1974 inilah Komite Nasional Daerah berubah atau
menjelma menjadi Badan Perwakilan Daerah, dan diketuai oleh Kepala Daerah,
serta mempunyai tugas mengatur dan mengurus rumah tangga Daerahnya dengan
syarat tidak boleh bertentangan dengan peraturan pemerintah pusat dan peraturan
Pemerintah Daerah yang lebih tinggi kedudukannya.
Meskipun Badan Perwakilan Rakyat Daerah diketuai Kepala Daerah, tetapi
Kepala Daerah bukanlah merupakan anggota Badan Perwakilan Rakyat Daerah,
dan karenanya tidak mempunyai hak suara. UU No. 1 Tahun 1945, dengan prinsip
otonomi berdasarkan kedaulatan rakyat.

Undang-Undang Nomor 5 tahun 1974
UU No. 5 Tahun 1974 adalah undang-undang tentang pemerintahan Daerah
yang pertama lahir setelah ada konsensus nasional untuk melaksanakan UUD
secara murni dan konsekuen. Pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen
yang bertalian dengan Pemerintahan daerah adalah pelaksanaan Pasal 18 UUD
1945. Dari rumusan Pasal 18 UUD 1945 mengandung tiga prinsip dasar, yaitu:
1. Prinsip desentralisai teritorial, yaitu wilayah Negara Republik ndonesia akan
dibagi-bagi dalam satuan-satuan pemerintahan yang tersusun dalam daerah
besar dan kecil (grondgebied). Dengan demikian UUD 1945 tidak mengatur
mengenai desentralisai fungsional.
2. Perintah kepada pembentuk undang-undang (Presiden dan DPR) untuk
mengatur desentralisasi teritorial tersebut dalam bentuk undang-undang
(undang-undang organik)
3. Perintah kepada pembentuk undang-undang dalam menyusun undang-undang
tentang desentralisasi teritorial tersebut, harus:
1) memandang dan mengingati dasar permusyawaratan dalam sistem
pemerintahan negara
2) memandang dan mengingati hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang
bersifat istimewa.
Secara resmi UU No. 5 Tahun 1974 bernama "Undang-undang tentang
pokok-pokok Pemerintahan di Daerah. Penambahan kata penghubung "di pada
nama undang-undang ini mempunyai makna terhadap ruang lingkupnya, yaitu
mencakup semua Pemerintahan di Daerah. Ada dua Pemerintahan di daerah, yaitu
Pemerintahan Daerah itu sendiri dan Pemerintahan Pusat yang ada di daerah yang
bersangkutan. Pemerintahan dilaksanakan menurut asa desentralisasi yang disebut
daerah "otonom, sedangkan pemerintahan Pusat di Daerah dilaksankan menurut
asa dekonsentrasi yang disebut "Wilayah Administratif. Pemerintahan wilayah
administratif, tidak mempunyai dasar konstitusional, melainkan dasar extra-
konstitusional.
Berdasarkan penjelasan umum butir 1.e UU No. 5 Tahun 1974, sistem rumah
tangga daerah yang digunakan adalah "otonomi yang nyata tentu sama saja
dengan sistem "otonomi riil yaang dipergunakan pada UU No. 1 Tahun 1957 dan
UU No. 18 Tahun 1965. Ada pertimbangan utama utama untuk meninggalkan prinsip
otonomi seluas-luasnya, yaitu:
1. pertimbangan demi keutuhan Negara Kesatuan Republik ndonesia
2. pertimbangan "otonomi seluas-luasnya tidak sesuai dengan tujuan pemberian
otonomi dan prinsip-prinsip yang digariskan di dalam GBHN.

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999
Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah beserta perangkat Daerah
Otonom yang lain sebagai Badan Eksekutif Daerah. Pemerintahan Daerah adalah
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Otonom oleh Pemerintah Daerah dan
DPRD menurut asas Desentralisasi.
UU No. 5 Tahun 1974 tentang pokok-pokok Pemerintahan di Daerah yang
hanya mengatur mengenai Daerah Otonom dan Wilayah Administratif dipandang
tidak dapat menampung perkembangan keadaan. Oleh karena itu, di dalam
menghapadi perkembangan keadaan, baik di dalam maupun diluar negeri serta
tantangan persaingan Global yang semakin ketat, dipandang perlu
menyelenggarakan Otonomi Daerah dengan memberikan kewenangan yang luas,
nyata, danbertanggung jawab kepada Daerah.
Di dalam penjelsan umum 1.c UU No. 22 Tahun1999 diterangkan bahwa
Undang-undang ini disebut "Udang-undang tentang Pemerintahan Daerah karena
Undang-undang ini pada prinsipnya mengatur penyelenggaraan pemerintahan
Daerah yang lebih mengutamakan pelaksanaan atas Desentralisai. Penjelasan ini
berarti bahwa pembagian kewenangan secara vertikal yang bertalian dengan sendi
negara sentralisasi dan desentralisasi, khususnya desentralisasi.
Pada daerah kabupaten dan daerah kota didasarkan hanya pada asa
desentralisasi, dalam wujud otonomi yang luas, nyata, dan bertanggung jawab:
1. Otonomi yang luas maksudnya adalah keleluasaan Daerah untuk
menyelenggarakan pemerintahan, kecuali kewenangan di bidang politik.
2. Otonomi yang nyata maksudnya adalah keleluasaan Daerah untuk
menyelenggarakan kewenangan pemerintahan dibidang tertentu yang secara
nyata ada dan diperlukan serta tumbuh, hidup, dan berkembang di Daerah.
3. Otonomi yang bertanggung jawab maksudnya adalah perwujudan pertanggung
jawaban sebagai konsekuensi pemberian hak dan wewenang kepada Daerah
dalam wujud tugas dan kewajiban.

Anda mungkin juga menyukai