Anda di halaman 1dari 5

Komunikasi Politik dan Media Massa

Disusun Oleh :
Budi Yulian Dwi Setiawan
0810313075
G

Fakultas Ilmu Administrasi
1urusan Administrasi Publik
Universitas Brawijaya
Malang
2011
ANALISIS PROPAGANDA MEDIA.
(Kasus Korban Bencana Lumpur Lapindo Pada Harian Umum ~Media Indonesia ~, Edisi
Rabu 21 Maret 2007 Rubrik Analisi; Survei Litbang Media Group)
Tinjauan Analisis.
Pada Harian Umum (HU) 'Media Indonesia Edisi Rabu 21 Maret 2007 pada rubric
'analisis tentang survey litbang media group mengangkat tema tentang korban Lumpur lapindo.
Mari kita mencoba sedikit mengamati Ienomena propaganda yang dijalankan oleh Media Group
khusunya pada Koran Harian Umum (HU) 'Media Indonesia tentang korban Lumpur lapindo.
Untuk mencoba menganalisis propaganda media maka harus terlebih dahulu kita bahas unsur-
unsur komunikasi yang ditawarkan oleh Lasswell. Kenapa? Sebab pada dasarnya Iormula yang
ditawarkan oleh Lasswell mampu menganalisis lebih dalam hal-hal yang terkait dengan kegiatan
propaganda.
Adapun unsur-unsur komunikasi yang disodorkan oleh Harold Lasswell diantaranya:
1. ho : menujukan unsur 'siapa yang terlibat
2. Says hat : menujukan keapaan / isi (content/ message).
3. In hich Channel : menujukan tentang media yang digunakan.
4. To hom : menujukan pada siapa tujuan dari propaganda tersebut (komunikan)
5. ith hat EIIect : Menujukan pada eIek yang ditimbulkan.
6. Sikon : menujukan situasi yang terjadi pada saat bersamaan semisal terjadi konIlik, stabil,
labil.
7. Teknik: menujukan pada cara yang dilakukan untuk proses tersebut.
8. Kebijakan : menujukan pada acuan atau hal yang ingin diraih.
Berangkat dari sanalah mari kita bersama menganalisis proses propaganda pada Harian
Umum (HU) 'Media Indonesia Edisi Rabu 21 Maret 2007 pada rubric 'analisis tentang survey
litbang media group mengangkat tema tentang korban Lumpur lapindo.

Pertama kita uraikan dari unsur siapa(Who). Pertama, Jelas sekali pada Survei Litbang
Media Group ini yang menjadi kepala (otak) adalah Media Group itu sendiri. Perusahaan yang
dipimpin oleh Surya Palloh ini rupanya memanIaatkan betul sekali 'kesempatan emas untuk
menciptakan opini public dengan melalui proses propaganda. alaupun pada dasarnya dalam
survei ini melibatkan publik dengan survei yang mencakup 480 responden dewasa yang dipilih
secara acak dari buku petunjuk telepon resindesial di kota-kota besar di Indonesia yakni
Makassar, Surabaya, Yogyakarta, Bandung, Jakarta, dan Medan. Namun pada dasarnya Media
Group tetap mempunyai 'kepentingan dan agenda setting media tersendiri. Yang mana
keduanya (kepentingan dan agenda setting) dibungkusi oleh kegiatan propaganda yang sehalus
mungkin. Berangkat dari sini pula, jika kita bisa menelaah lebih dalam maka visi dan misi
sebuah media bisa diketahui. Semisal, melalui analisis teks media, analisis Iraming dan yang
lainnya. Kedua, yang terlibat dalam propaganda ini adalah korban lumpur Lapindo.
Kedua, unsur keapaan (Says What), untuk unsur yang kedua ini kita dapati dari judul
(Head Line) besar pada halaman rubrik tersebut. Pada rubrik 'Analisis ini 'Media Indonesia
mengangkat judul (Head Line) 'Korban Lumpur Panas Dianaktirikan. Dari judul tersebut secara
langsung maka pertanyaan tentang topik apa yang diangkat oleh Media Indonesia terjawab.
'Media Indonesia Edisi Rabu 21 Maret 2007 pada rubric 'analisis tentang survey litbang
media group mengangkat tema tentang korban Lumpur lapindo, Iokus analisisnya lebih kepada
keadaan dan nasib para korban lumpur lapindo yang dianaktirikan atau tidak diperhatikan.
Semakin jelaslah dalam hal ini, 'Media Indonesi tengah berupaya untuk melakukan propaganda
kepada seluruh pihak khususnya dalam hal ini tertuju kepada pemerintah, agar lebih
memperhatikan dan mengutamakan korban lumpur lapindo.
Lebih dalam lagi jika kita analisis lewat analisis teks media, maka semakin jelasnya
upaya propaganda 'Media Indonesia. Misalnya 'Media Indonesia menulis: 'Ironisnya, nasib
warga Porong korban luimpur sampai hari ini masih tak menentu, meski pada tingkat kebijakan
sudah ada perjanjian bahwa Lapindo akan mengganti semua aset pihak lain, termasuk warga,
yang lenyap karena luberan lumpur panas. Hak mereka atas tanah tempat tinggalnya yang
tenggelam, yang seharunya sudah emreka terima hingga kini belum juga cair (paragraI.12).
Ketiga, unsur media yang digunakan (In Wich Channel). Para proses propaganda yang
dilakukan oleh 'Media Indonesia ini media yang digunakan tentunya adalah koran atau media
cetak, karena pada dasarnya 'Media Indonesia bergerak dalam dunia media cetak. Namun jika
kaca mata analisisnya ditujukan kepada 'Media Indonesia dalam menghimpun data dan opini
masyarakat (publik) yang dimaksudkan untuk mengetahui opini yang sedang berkembang di
masyarakat, maka 'Media Indonesia menggunakan media survei yang dilakukan oleh Litbang
Media Group dengan melakukan wawancara terstuktur dengan kuesioner melalui telepon kepada
masyarakat di enam kota besar yakni Makassar, Surabaya, Yogyakarta, Bandung, Jakarta, dan
Medan. Namun hasil survei yang dilakukan oleh Media Group, tulis 'Media Indonesia tidak
dimaksudkan mewakili pendapat seluruh indonesia, namun hanya masyarakat pengguna telepon
residensial di kota tersebut. Dan Margin oI Error survei tersebut plus minus 4,6 pada tingkat
kepercayaan 95. (paragraI. 2).
Keempat, unsur siapa yang dituju dari propaganda tersebut / komunikan (To
Whom). Mengacu pada unsur yang keempat ini, sebenarnya berdasarkan analisis saya maka
yang dituju oleh propaganda 'Media Indonesia adalah seluruh pihak. Namun jauh dari itu, pasti
setiap masalah tidak selalu general ditujukan kepada seluruh pihak, pasti ada pihak yang
dikhususkan. Begitu juga dengan propaganda yang dilakukan oleh 'Media Indonesia juga.
Maka yang menjadi Iokus propaganda (sebenarnya) adalah pemerintah. Dari judul (Head Line)
saja 'Korban Lumpur Panas Dianaktirikan sudah terlihat bagaimana 'Media Indonesia menilai
kinerja dan peran pemerintah terhadap korban Lapindo yang hanya menganaktirikan. Selain itu
juga hal ini diperkuat dengan teras (lead) yang ditulis 'Media Indonesia: 'Mayoritas masyarakat
menilai tidak puas terhadap kinerja pemerintah dalam menangani korban lumpur Lapindo di
Porong, Sidoarjo, Jawa Timur. Bahkan, mayoritas menilai korban juga kurang mendapat
perhatian pemerintah bila dibandingkan dengan korban bencana alam lainya.
Kelima, unsur efek yang ditimbulkan (With What Effect). Jika menganalisi dari segi
eIek yang ditimbulkan khususnya topik yang diangkat yaitu korban lumpur yang dianaktirikan,
'Media Indonesia menulis: 'Ketidakjelasan soal pembayaran ganti rugi tersebut membuat
kehidupan puluahn ribu warga Porong juga semakin tidak jelas. Tak terbayangkan bagaimana
hancurnya kehidupan mereka akibat Lumpur panas yang yang menenggelamkan rumah-rumah
dan tempat kerja mereka. Mendadak ribuan orang terpaksa mengungsi jauh dari tempat
tinggalnya. Sekaligus berarti mereka juga kehilangan mata pencaharian, baik dari lahan pertanian
maupun pabrik-pabrik yang terpaksa ditutup (ParagraI.16). Dari tulisan 'Media Indonesia di
atas jelasnya sungguh besar eIek yang ditimbulkan oleh kinerja pemerintah yang setengah hati
sehingga menganaktirikan korban lapindo. Dan mungkin inilah yang menjadi alas an terkuat bagi
'Media Indonesia untuk melakukan propaganda, harapannya pemerintah bisa lebih
memerhartikan kepentingan-kepentingan korban lapindo selayak-layaknya, layaknya seoarang
ibu kepada anak kandungnya bukan seperti anak tiri yang dinomorduakan.
Keenam, unsur yang menujukan situasi yang terjadi pada saat bersamaan (Sikon).
Pada dasarnya situasi yang terjadi pada saat bersamaan terlihat damai dan terkendali, walaupun
gelombang protes disertai emosi dan histeria kerap menghiasi aksi protes dan unjuk rasa korban
Lumpur Lapindo tersebut.
Ketujuh,unsur cara yang dilakukan untuk proses tersebut (Teknik). Dari Ioto berita
yang dimuat bersamaan dengan tulisan itu maka, kita bisa melihat bagaiman situasi yang terjadi
pada korban Lumpur Lapindo. Mereka protes dan berunjuk rasa dengan cara memblokir kereta
api, hal ini dilakukan sebagai wujud dari tidak puasnya atas kinerja pemerintah dalam menangani
korban Lapindo.
Kedelapan, unsur pada acuan atau hal yang ingin diraih (Kebijakan). Jika saya
simpulkan sebenarnya proses propaganda yang dilakukan oleh 'Media Indonesia berujung pada
pendesakan agar pemerintah mengambil alih langsung penanganan korban Lumpur Lapindo.
Pemerintah diharapkan All Out dalam menangani kasus ini bukan dengan setangah hati, bisa
lebih memperhatikan dan mengutamakan segala kepentingan rakyatnya.
Demikianlah uraian analisis terhadap kegiatan propaganda yang dilakukan oleh 'Media
Indoensia. Yang menjadi catatan pada akhir dari analisis ini bahwa, sejatinya propaganda benar-
benar murni untuk memperjuangkan yang hak (benar) bukan sebaliknya. Disinilah yang
berbicara adalah kepentingan dan agenda setting media. Oleh karenanya kita sebagai seorang
yang berpendidikan, berkewajiban untuk senantiasa menganalisa terhadap setiap berita yang
dating kepada kita, agar kita tidak termasuk korban propaganda yang tida benar.

Anda mungkin juga menyukai