Anda di halaman 1dari 17

Kelompok 9 Penyertaan, Aktiva Tetap dan Aktiva Lainnya

A. PENYERTAAN Penyertaan merupakan salah satu bentuk kegiatan penanaman dana yang dilakukan oleh suatu bank. Penanaman dana ini dilakukan dalam bentuk penyertaan pada perusahaan lain, khususnya pada lembaga keuangan. Penyertaan adalah

penanaman dana bank dalam bentuk saham perusahaan lain untuk tujuan investasi jangka panjang, baik dalam rangka pendirian, ikut serta dalam lembaga keuangan lain, penyelamatan kredit ataupun lainnya. Penyertaan bank pada perusahaan-perusahaan sudah tidak boleh dilakukan kecuali pada lembaga keuangan dan penyertaan yang berasal dari penyelamatan kredit.

AKUNTANSI UNTUK PENYERTAAN Penanaman dana dalam saham dicatat oleh bank menurut harga beli ditambah dengan sejumlah biaya-biaya yang terjadi dalam transaksi pembelian tersebut. Seluruh harga yang telah dibayarkan oleh suatu bank dalam rangka memiliki saham suatu perusahaan tersebut umumnya disebut dengan harga perolehan. Pencatatan penanaman dana dalam bentuk penyertaan ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu Equity Method (Metode Ekuitas) dan Cost Method (Metode Biaya). Pemilihan cara pencatatan dipengaruhi oleh besarnya penyertaan yang dilakukan dan kedua cara pencatatan tersebut akan berbeda satu sama lain.

a) Equity Method (Metode Ekuitas) Metode ekuitas digunakan apabila suatu bank mempunyai penyertaan atau investasi dalam saham dengan hak suara pada perusahaan lain dalam jumlah yang memungkinkan untuk menguasai atau mempengaruhi perusahaan lain tersebut. Metode ekuitas juga digunakan untuk mencatat penyertaan bank pada lembaga keuangan lain dengan pangsa lebih dari 20%. Dalam metode ekuitas, bank akan mencatat penyertaan sebesar harga perolehannya untuk kemudian didebet atau dikredit secara proporsional dengan laba atau rugi perusahaan yang sahamnya dimiliki oleh bank tersebut. Dividen yang diterima dari penyertaan tersebut akan dicatat mengurangi perkiraan investasi yang bersangkutan. Sedangkan apabila dividen dibagikan dalam bentuk saham yang diterima atau dividen saham (stock dividend), maka tidak akan
1

dicatat sebagai pengurang nilai penyertaan yang bersangkutan, tetapi akan memperkecil nilai penyertaan per lembar sahamnya. Contoh : Bank ABC membeli saham Bank Jaya sebanyak 2.000 lembar @ Rp 18.000,yang mencerminkan pangsa sebesar 35%. Pembayaran dilakukan secara tunai ditambah dengan biaya perantara sebesar Rp 350.000,-. dicatat dengan ayat jurnal sebagai berikut. D : Penyertaan Bank Jaya K : Kas Rp 36.350.000 Rp 36.350.000 Transaksi ini akan

Kemudian pada akhir tahun Bank Jaya mengumumkan labanya sebesar Rp 210.000.000,-. Dan Bank ABC akan memperhitungkan bagian laba yang

menjadi haknya sebagai berikut. Bagian laba = 35% X Rp 210.000.000 = Rp 73.500.000 Maka Bank ABC akan mencatatnya sebagai berikut. D : Penyertaan Bank Jaya K : Pendapatan Lainnya Rp 73.500.000 Rp 73.500.000

Sebulan kemudian Bank Jaya membagikan dividen sebesar Rp 3.000,- untuk setiap lembar saham secara tunai. Maka Bank ABC akan mencatat dividen yang diterimanya sebesar Rp 6.000.000,- (Rp 3.000,- X 2.000 lembar saham) dengan ayat jurnal sebagai berikut. D : Kas K : Penyertaan Bank Jaya Rp 6.000.000 Rp 6.000.000

Tahun selanjutnya Bank Jaya mengumumkan bahwa mereka menderita kerugian sebesar Rp 120.000.000,-. Maka Bank ABC akan memperhitungkan bagian

kerugian yang menjadi tanggungannya sebagai berikut. Pangsa kerugian = 35% X Rp 120.000.000 = Rp 42.000.000

Dan pangsa kerugian ini akan dicatat Oleh Bank ABC dengan ayat jurnal sebagai berikut. D : Beban Kerugian Lainnya K : Penyertaan Bank Jaya Rp 42.000.000 Rp 42.000.000

b) Cost Method (Metode Biaya) Metode biaya digunakan untuk mencatat penyertaan bank dalam saham perusahaan lain dengan hak suara yang tidak memungkinkan untuk menguasai atau mempengaruhi perusahaan lain tersebut. Metode ini juga digunakan untuk mencatat penyertaan bank pada lembaga keuangan lain dengan pangsa kurang dari sampai dengan 20%. Dalam metode biaya, penyertaan dicatat sebesar harga perolehannya dan dividen yang diperoleh dicatat sebagai pendapatan lain-lain. Perkiraan

penyertaan akan dikredit dalam hal terdapat penerimaan dividen yang merupakan pembagian keuntungan yang berasal dari laba yang ditahan dari periode sebelum penyertaan tersebut dilakukan atau jika perusahaan yang dimiliki sahamnya menderita kerugian yang sangat material yang menyebabkan penurunan aktiva dan rentabilitas investee. Sedangkan apabila dividen yang diterima dalam bentuk saham (dividen saham), maka tidak boleh dicatat sebagai penambah harga perolehan penyertaan dan juga tidak diakui sebagai pendapatan, melainkan akan menurunkan harga per lembar saham. Contoh : Bank ABC membeli 1.000 lembar saham PT. Bank Otto senilai @ Rp 15.000,yang mencerminkan penyertaan Bank ABC dengan pangsa 16%. Pembayaran untuk saham tersebut dilakukan dengan cek giro Bank Lain. Dan biaya-biaya terkait pembelian saham telah dikeluarkan secara tunai sebesar Rp 200.000,-. Transaksi pembelian ini akan dicatat dengan ayat jurnal sebagai berikut. D : Penyertaan PT. Bank Otto K : Bank-Bank Lain - Giro K : Kas Rp 15.200.000 Rp 15.000.000 Rp 200.000

Kemudian PT. Bank Otto membagi dividen secara tunai sebesar Rp 1.500,- untuk setiap lembar saham. Maka Bank ABC akan menerima dividen atas
3

penyertaannya sebesar Rp 1.500.000,- (Rp 1.500,- X 1.000 lembar saham) dengan ayat jurnal sebagai berikut. D : Kas K : Pendapatan Lainnya Rp 1.500.000 Rp 1.500.000

Tahun berikutnya PT. Bank Otto membagikan dividen dalam bentuk saham sebanyak satu lembar untuk setiap lima lembar saham yang dimiliki. Untuk itu Bank ABC akan menerima saham sebanyak 200 lembar (1.000 lembar saham : 5). Dengan demikian, banyak saham PT. Bank Otto yang dimilki oleh Bank ABC akan menjadi 1.200 lembar saham. Dan karena hal ini tidak akan

menambah harga perolehan, maka nilai penyertaan per lembar saham PT. Bank Otto yang dimiliki oleh Bank ABC akan menjadi Rp 12.667,- (Rp 15.200.000,- : 1.200 lembar saham) dari yang semula Rp 15.200,- (Rp 15.200.000,- : 1.000 lembar saham).

Dalam kegiatan operasionalnya, terkadang suatu bank melakukan pengalihan kredit dalam bentuk saham dikarenakan debitur tidak sanggup lagi melunasi kewajibann atau hutangnya terhadap bank. Dalam kasus seperti ini, harga saham yang harus dicatat oleh bank adalah sebesar nilai wajar atau nilai yang disepakati oleh kedua belah pihak dari saham yang diterima. Karena itu, terkadang akan terjadi selisih antara nilai wajar saham yang dicatat dengan besarnya kredit yang dialihkan. Dan selisih ini akan dibebankan sebagai laba-rugi pada periode pengalihan kredit tersebut dilakukan. Pencatatan penyertaan dari pengalihan kredit ini juga dapat menggunakan Equity Cost atau Cost Method tergantung pada besarnya pangsa saham yang diterima bank dari pengalihan tersebut. Contoh : PT. Wijaya, nasabah Bank Otto, menyampaikan bahwa mereka tidak dapat mengembalikan kredit investasinya sebesar Rp 120.000.000,-, dan sebagai gantinya hendak memberikan 12.000 lembar saham biasa perusahaannya yang mencerminkan pangsa sebesar 45%. Nilai wajar yang disetujui untuk saham tersebut adalah sebesar Rp 2.500,- per lembar sahamnya. Maka Bank Otto akan mencatat hal ini dengan ayat jurnal sebagai berikut.

D : Penyertaan PT. Wijaya D : Kerugian Pengalihan Kredit K : Debitur

Rp Rp

30.000.000 90.000.000

Rp 120.000.000

B. AKTIVA TETAP
Aktiva tetap adalah aktiva yang dimiliki oleh bank yang pemilikannya ditujukan tidak untuk dijual kembali, melainkan untuk digunakan sebagai sarana penunjang dalam menjalankan kegiatan operasional sehari-hari bank tersebut. Aktiva tetap yang dimiliki oleh suatu bank dapat meliputi jenis-jenis antara lain adalah tanah, gedung, inventaris, kendaraan, dan komputer. Komposisi besarnya setiap jenis aktiva tetap yang dimiliki oleh suatu bank biasanya bervariasi. Aktiva tetap ini dapat diperoleh bank dengan cara membeli maupun menyewa, dan bisa juga berasal dari hibah yang diterima berupa aktiva tetap.

AKUNTANSI UNTUK AKTIVA TETAP Untuk setiap jenis aktiva tetap yang dimiliki oleh suatu bank biasanya diselenggarakan administrasi sendiri-sendiri. Dikarenakan begitu banyaknya ragam dan jenis aktiva tetap, maka biasanya diselenggarakan buku-buku pembantu yang dipelihara untuk setiap cabang. Dari besarnya aktiva tetap yang dimiliki oleh suatu bank yang tersaji dalam neraca akan dirinci pembagiannya pada masing-masing cabang yang dimiliki bank. Dan untuk masing-masing cabang dirinci jenis-jenis aktiva tetap yang dimiliki dan besarnya masing-masing. Kemudian akan dirinci lagi apa saja yang termasuk dalam masing-masing jenis aktiva tetap tersebut dan juga besarnya masing-masing. Transaksi-transaksi yang biasa terjadi terkait aktiva tetap antara lain adalah pembelian aktiva tetap, penerimaan hibah dalam bentuk aktiva tetap, perbaikan aktiva tetap, penyusutan aktiva tetap, dan penjualan aktiva tetap. Pembelian Aktiva Tetap Setiap kali pembelian aktiva tetap akan dicatat di sebelah debet pada rekening aktiva tetap yang bersangkutan. Rekening aktiva tetap tersebut akan

tetap outstanding dalam neraca suatu bank selama tidak ada transaksi penjualan yang dilakukan atas aktiva tetap tersebut atau telah habis disusutkan. Contoh : Bank Bahari Surabaya membeli sebuah bangunan gedung di Surabaya milik PT. Berjaya untuk dijadikan tempat kantor cabang pembantu. Harga gedung tersebut setelah ditambah dengan sejumlah biaya pengurusan tanah dan biaya notaries menjadi sebesar Rp 900.000.000,-. Bank Bahari Surabaya

membayarnya dengan menggunakan bilyet giro Bank Indonesia. Transaksi ini akan dibukukan oleh Bank Bahari Surabaya dengan ayat jurnal sebagai berikut. D : Aktiva Tetap Gedung Kantor K : Bank Indonesia Giro Rp 900.000.000 Rp 900.000.000

Penerimaan Hibah Dalam Bentuk Aktiva Tetap Aktiva tetap yang dimiliki oleh suatu bank bisa juga berasal dari hibah yang diterima dalam bentuk penyerahan aktiva tetap. Dalam hal ini, aktiva tetap yang diterima akan dicatat berdasarkan nilai taksiran pasar yang wajar. Penerimaan hibah dalam bentuk aktiva tetap juga akan menambah pada kelompok modal, yaitu pada rekening Modal Sumbangan (Donated Capital). Contoh : Bank Bahari Surabaya mendapatkan hibah dari PT. Agung Joyo berupa sebuah mobil Jeep Toyota yang nilai pasarnya ditaksir sebesar Rp 25.000.000,-. Maka oleh Bank Bahari Surabaya penerimaan hibah ini akan dicatat dengan ayat jurnal sebagai berikut. D : Aktiva Tetap - Kendaraan K : Modal Sumbangan Rp 25.000.000 Rp 25.000.000

Perbaikan Aktiva Tetap Terkadang selama digunakan untuk kegiatan operasional bank, aktiva tetap yang dimiliki bisa saja memerlukan pengeluaran untuk pemeliharaan, perbaikan maupun diputuskan untuk melakukan penambahan terhadap aktiva tetap tersebut. Contoh pengeluaran tersebut antara lain adalah untuk perawatan mobil dinas dan pemugaran serta perluasan gedung kantor.
6

Hal ini akan menambah pengeluaran bank untuk aktiva tetap yang bersangkutan. Oleh karena itu, biasanya sebelum melakukan perbaikan atas

aktiva tetap, bank akan mempertimbangkan sifat dan besar kecilnya pengeluaran tersebut dan seberapa besar dampaknya terhadap peningkatan manfaat dan umur aktiva tetap yang bersangkutan. Bila pengeluaran tersebut hanya bersifat rutin atau perbaikan kecil-kecil, maka akan dogolongkan dan dicatat sebagai biaya perbaikan atau pemeliharaan (maintenance expenses). Tetapi apabila

pengeluaran untuk perbaikan tersebut terlalu besar untuk dikelompokkan dalam kelompok biaya dan perbaikan tersebut akan berpengaruh memperpanjang umur aktiva yang bersangkutan, maka pengeluaran ini akan dicatat sebagai penambahan untuk aktiva tetap tersebut. Contoh : Bank Bahari Surabaya mengeluarkan sejumlah biaya untuk perbaikan gedung kantor berupa penambahan bangunan sebesar Rp 75.000.000,- dan biaya perbaikan mobil Jeep Toyota sebesar Rp 200.000,-. Pembayaran untuk perbaikan gedung dilakukan dengan bilyet giro Bank Otto Jakarta, dan pembayaran untuk perbaikan mobil dilakukan secara tunai. Maka Bank Bahari Surabaya akan mencatat ini dengan ayat jurnal sebagai berikut. D : Aktiva Tetap Gedung Kantor D : Biaya Pemeliharaan Kendaraan K : Bank Lain Giro K : Kas Rp 75.000.000 Rp 200.000

Rp 75.000.000 Rp 200.000

Penyusutan Aktiva Tetap Aset tetap umumnya memiliki umur manfaat atau dapat digunakan untuk kegiatan operasional bank selama lebih dari satu periode. Oleh karena itu, maka lazimnya seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh aktiva tersebut atau yang tercatat pada rekening aktiva tetap akan dialokasikan menurut cara perhitungan tertentu sepanjang masa pemakaiannya atau selama umur manfaat yang ditaksir atas aktiva tetap tersebut. Hal ini dikenal dengan penyusutan atau depresiasi. Penyusutan merupakan beban terhadap laporan laba-rugi bank selama periode tertentu. Paling lambat pada akhir tahun beban penyusutan harus sudah
7

diperhitungkan ke dalam perhitungan beban dan pendapatan. Dalam hal ini diterapkan prinsip matching atau periodicity. Cara perhitungan penyusutan aktiva tetap bervariasi menurut jenis dan umur aktiva tetap tersebut. Untuk jenis aktiva tetap bergerak, seperti kendaraan, biasanya akan disusutkan lebih cepat dibandingkan dengan jenis aktiva tetap tidak bergerak, seperti gedung kantor. Hal ini didasarkan pada sifat dari aktiva tetap tersebut yang dipengaruhi oleh faktor keusangannya.

Metode Penyusutan Berikut adalah beberapa cara atau metode yang digunakan untuk melakukan penyusutan terhadap aktiva tetap. Metode Garis Lurus Dalam metode garis lurus, nilai dari suatu aktiva tetap akan disusutkan dengan jumlah yang sama untuk setiap tahunnya selama aktiva tetap tersebut dimiliki atau selama umur ekonomis aktiva tersebut yang telah ditaksir. Besarnya nilai penyusutan per tahun menurut metode garis lurus dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut. Harga Perolehan Taksiran Nilai Residu Penyusutan per tahun = Taksiran Umur Ekonomis X 100%

Metode Saldo Menurun Ganda Dalam metode saldo menurun ganda, penyusutan suatu aktiva tetap dihitung dari besarnya nilai buku aktiva tetap tersebut. Nilai buku aktiva tetap didapat dari harga perolehan aktiva tetap dikurang dengan akumulasi penyusutan aktiva tetap yang bersangkutan. Sehingga besarnya penyusutan aktiva tetap setiap tahunnya tidak sama dan semakin lama besarnya penyusutan akan semakin kecil. Dengan metode saldo menurun ganda, besarnya penyusutan aktiva tetap setiap tahun dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut. Penyusutan = Persentase Penyusutan X (Harga Perolehan Akumulasi Penyusutan) Atau dapat juga dihitung dengan rumus sebagai berikut. Penyusutan = Nilai Buku Aktiva Tetap X (2 / n)
8

Metode Jumlah Angka Tahun (Sum-Of-The-Years-Digit) Metode jumlah angka tahun memperhitungkan beban penyusutan untuk aktiva tetap berdasarkan nilai-nilai digit yang menurun pada setiap tahunnya. Metode ini juga menghasilkan beban penyusutan yang tidak sama dan akan semakin kecil untuk setiap tahunnya. Besarnya penyusutan setiap tahun berdasarkan metode jumlah angka tahun dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut. Penyusutan = (Harga Perolehan Nilai Residu) X Digit Tahun Jumlah Digit Tahun Dan besarnya jumlah digit tahun dapat dijitung dengan cara berikut. n+1 n 2 Keterangan : n = digit tahun Besarnya penyusutan tahun berikutnya akan dilakukan dengan cara yang sama, hanya digit tahunnya yang dikurangi satu (n-1). Begiu juga untuk tahun-tahun berikutnya.

Contoh : Pada akhir tahun, Bank Bahari Jakarta mengadakan penyusutan atas aktiva tetap yang dimiliki bank dengan perincian sebagai berikut. Besarnya Penyusutan/tahun : Gedung Kantor Kendaraan 5% 20%

Nilai Sisa : Gedung Kantor Kendaraan (Daihatsu) Kendaraan (Toyota) Rp 100.000.000 Rp Rp 7.000.000 5.000.000

Harga Perolehan : Gedung Kantor Kendaraan (Daihatsu) Kendaraan (Toyota) Rp 975.000.000 Rp 60.000.000 Rp 40.000.000
9

Besarnya penyusutan per tahun dihitung sebagai berikut. Gedung Kantor (Rp 975.000.000 Rp 100.000.000) X 5% = Kendaraan (Rp 100.000.000 Rp 12.000.000) X 20% = Besarnya penyusutan tahun berjalan Rp 17.600.000 Rp 63.350.000 Rp 43.750.000

Kemudian Bank Bahari Jakarta akan mencatat penyusutan ini dengan ayat jurnal sebagai berikut. D : Biaya Penyusutan Gedung Kantor D : Biaya Penyusutan Kendaraan K : Akumulasi Penyusutan Gedung Kantor K : Akumulasi Penyusutan Gedung Kantor Rp 43.750.000 Rp 17.600.000 Rp 43.750.000 Rp 200.000

Penjualan Aktiva Tetap Meskipun pada dasarnya aktiva tetap yang dimiliki oleh suatu bank tidak diperuntukkan untuk dijual, akan tetapi aktiva tetap ini dapat saja dijual oleh bank yang bersangkutan apabila dianggap sudah tidak produktif atau tidak ekonomis lagi. Ketika terjadi penjualan aktiva tetap, seluruh akumulasi penyusutan dari aktiva tetap yang bersangkutan akan dinihilkan dengan cara mendebetkan rekening akumulasi penyusutan tersebut. Selisih antara harga jual dan nilai buku dari aktiva tetap yang dijual tersebut akan diakui sebagai keuntungan atau kerugian penjualan aktiva tetap. Contoh : Bank Bahari Surabaya hendak menjual sebuah mobil Daihatsu milik perusahaan kepada PT. Makmur seharga Rp 50.000.000,-. Mobil ini dibeli oleh Bank Bahari - Surabaya setahun lalu seharga Rp 60.000.000,-. Akumulasi penyusutan yang dicatat untuk mobil Daihatsu tersebut sudah sebesar Rp 10.600.000,-. Maka Bank Bahari Surabaya akan memperhitungkan penjualan aktiva tetap ini sebagai berikut. Harga beli mobil Daihatsu Akumulasi penyusutan mobil Daihatsu Rp 60.000.000 (Rp 10.600.000)

10

Nilai Buku mobil Daihatsu Harga jual mobil Daihatsu Keuntungan dari penjualan

Rp 49.400.000 (Rp 50.000.000) Rp 600.000

Transaksi ini akan dicatat oleh Bank Bahari Surabaya dengan ayat jurnal sebagai berikut. D : Kas D : Akumulasi Penyusutan Kendaraan K : Aktiva Tetap Kendaraan K : Keuntungan dari Penjualan Aktiva Tetap Rp 50.000.000 Rp 10.600.000 Rp 60.000.000 Rp 600.000

Rekening aktiva tetap harus disajikan dalam neraca bank berikut dengan rekening akumulasi penyusutannya. Rekening akumulasi penyusutan disajikan sebagai pengurang (contra account) terhadap rekening aktiva tetap yang bersangkutan. Contoh penyajian aktiva tetap dalam neraca bank dapat dilakukan seperti berikut. Aktiva Tetap. Gedung Kantor Kendaraan Akumulasi Penyusutan Aktiva Bersih Rp 900.000.000 Rp 118.000.000 (Rp 50.750.000) Rp 967.250.000

C. AKTIVA LAINNYA
Terdapat beberapa jenis aktiva lainnya yang mungkin dimiliki oleh suatu bank. Dimana tidak semua bank memiliki jenis-jenis aktiva ini, tergantung pada jenis produk yang ditawarkan oleh bank dan nasabah yang dimiliki oleh bank tersebut. Aktiva-aktiva tersebut antara lain adalah aktiva dalam bentuk kredit bea siswa dan kredit delegasi. a) Kredit Bea Siswa Kredit bea siswa merupakan produk kredit khusus yang dijual oleh suatu bank kepada nasabahnya, dimana kredit tersebut harus dipergunakan nasabah untuk tujuan menjalankan pendidikan terutama pendidikan lanjutan. Pelunasan kredit bea siswa ini dilakukan pada saat nasabah tersebut sudah tamat
11

pendidikannya dan telah bekerja sehingga memiliki kesanggupan untuk melunasi hutangnya. Kredit bea siswa memiliki ciri-ciri sifat transaksi sebagai berikut : (1) Pemberian kredit sekaligus dimuka; (2) Pelunasan secara berkala setiap bulannya; (3) Cicilan per bulan dihitung berdasarkan time value of money; (4) Pembukuan dibedakan antara cicilan pokok dan bunga.

AKUNTANSI UNTUK KREDIT BEA SISWA Saat pencatatan kredit bea siswa dibedakan untuk pemberian kredit dan setiap kali terjadi pelunasan cicilan. Penerimaan cicilan akan mengurangi hutang pokok nasabah dan pada saat pelunasan harus diakui adanya pendapatan bunga (revenue recognition). Perhitungan bunga dilakukan dengan cara bunga

majemuk, yaitu diperhitungkan bunga berbunga terhadap saldo hutang nasabah. Contoh : Bank Bahari Jakarta memberikan kredit bea siswa kepada Tuan Anto sebesar Rp 1.800.000,- yang akan digunakan oleh Tuan Anto untuk membayar biaya pendidikan lanjutannya. Kredit tersebut berjangka waktu 3 tahun dengan suku bunga 12% setahun. Untuk itu Bank Bahari Jakarta akan membuat perhitungan besarnya angsuran atau cicilan kredit yang harus dibayar oleh Tuan Anto dengan rumus sebagai berikut. (1+i)n A = iM (1+i)n -1 (1+1%)36 = (Rp 1.800.000 X 1%) (1+1%)36-1 1,430768784 = 18.000 X 0,430768784 = Rp 59.785,757 = Rp 59.786 (dibulatkan)

12

Keterangan : A = Anuitas (Cicilan pokok + bunga) i = Suku bunga per bulan M = Total pinjaman n = jangka waktu angsuran (bulan) Total cicilan yang harus dibayarkan debitur akan sama umtuk setiap bulannya, tetapi komposisi cicilan pokok dan bunga pinjamannya akan berubah-ubah setiap bulannya. Oleh karena itu, maka Bank Bahari Jakarta juga akan

memperhitungkan besarnya bunga pinjaman setiap bulannya dengan rumus sebagai berikut. Bunga = Suku Bunga PerBulan X Sisa Pinjaman

Misalkan pada bulan pertama, besarnya bunga pinjaman yang harus dibayar debitur adalah sebesar : Bunga bulan pertama = 1% X Rp 1.800.000 = Rp 1.800.000 Perincian untuk cicilan yang harus debitur juga disajikan dalam bentuk tabel seperti berikut. Angsuran Bulan ke0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 dst. Tabel diatas harus dipersiapkan untuk selama 3 tahun atau 36 bulan. Dari tabel tersebut dapat terlihat bahwa bunga yang dibayarkan setiap bulannya akan
13

Saldo Pinjaman (Rp) 1.800.000 1.758.214 1.716.011 1.673.385 1.630.333 1.586.851 1.542.933 1.498.577 1.453.777 1.408.529 1.362.829

Cicilan Pokok Pinjaman (Rp) 41.786 42.204 42.626 43.052 43.482 43.917 44.356 44.800 45.248 45.700

Bunga (Rp) 18.000 17.582 17.160 16.734 16.303 15.869 15.429 14.986 14.538 14.085

Cicilan Per Bulan (Rp)

59.786 59.786 59.786 59.786 59.786 59.786 59.786 59.786 59.786 59.786

semakin kecil, sedangkan jumlah cicilan pokoknya akan semakin besar setiap bulannya. Dan pada akhir bulan masa kredit, besarnya cicilan akan sama dengan cicilan pokoknya. Atas transaksi pemberian kredit tersebut, Bank Bahari Jakarta akan mencatatnya dengan ayat jurnal sebagai berikut. D : Debitur Bea Siswa Rupiah K : Kas Rp 1.800.000 Rp 1.800.000

Kemudian pada saat Tuan Anto datang melunasi cicilan kreditnya untuk bulan pertama, maka akan dicatat oleh Bank Bahari Jakarta dengan ayat jurnal sebagai berikut. D : Kas K : Debitur Bea Siswa K : Pendapatan Bunga Bea Siswa Rp 59.786 Rp 41.786 Rp 18.000

b) Kredit Delegasi Kredit delegasi merupakan jenis produk kredit yang dijual oleh suatu bank kepada nasabahnya dimana terdapat pelimpahan wewenang penggunaan dana debitur yang telah direalisasikan yang dipergunakan untuk tujuan tertentu oleh pihak yang ditunjuk oleh nasabah debitur tersebut. Transaksi untuk kredit delegasi ini memiliki ciri-ciri sifat sebagai berikut. (1) Pemberian kredit langsung diberikan kepada seorang nasabah; (2) Penarikan dilakukan oleh nasabah lain; (3) Penarikan dapat dilakukan pada cabang pemberi kredit ataupun cabang lain sebagai cabang pembayar; (4) Penarikan dapat berupa kas tunai ataupun pemindahbukuan.

AKUNTANSI UNTUK KREDIT DELEGASI Transaksi-transaksi untuk kredit delegasi meliputi beberapa peristiwa, yaitu pada saat persetujuan atau pemberian kredit delegasi, penarikan kredit delegasi, perhitungan bunga bulanan, dan pelunasan kredit delegasi.

14

Pada Saat Persetujuan Kredit Delegasi Pada saat terjadi persetujuan kredit, maka bank akan mencatat penerimaan-penerimaan yang berasal dari provisi, sedangkan pagu yang diberikan harus dicatat dalam rekening administratif. Contoh : Bank Cawangan Malang memberikan kredit delegasi kepada Tuan Bono sebesar Rp 5.000.000,- dengan bunga sebesar 19% setahun dan jangka waktu kredit selama satu tahun. Biaya provisi kredit yang harus dibayarkan adaah sebesar Rp 50.000,-. Transaksi ini akan dicatat oleh Bank Cawangan

Malang dengan ayat jurnal sebagai berikut. D : Kas K : Pendapatan Komisi Provisi Kredit Delegasi Rp 1.500.000 K : Rekening Administratif Rupiah Kredit Delegasi Yang Telah Disetujui K : Pendapatan Komisi Provisi Kredit Delegasi Rp 1.500.000 Penarikan Kredit Delegasi Dalam hal penarikan kredit delegasi, harus terdapat surat yang jelas menerangkan tentang pihak yang diberi wewenang untuk menarik kredit yang telah disetujui atas nama nasabah tertentu. Setiap penarikan kredit delegasi akan dicatat menambah saldo debitur dari nasabah yang bersangkutan. Transaksi penarikan ini dapat dilakukan pada cabang yan memberikan kredit delegasi tersebut maupun pada cabang lain. Contoh : Tuan Hadi adalah pihak yang diberi wewenang untuk menarik kredit delegasi atas nama Tuan Bono yang diberikan oleh Bank Cawangan Malang. Tuan Hadi kemudian menarik kredit sebesar Rp 2.000.000,- secara tunai di Bank Cawangan Bandung. Maka transaksi ini akan dicatat oleh Bank Cawangan Bandung dengan ayat jurnal sebagai berikut. D : RAK Cabang Malang K : Kas Rp 2.000.000 Rp 2.000.000
15

Rp 50.000 Rp 50.000

Rp 5.000.000 Rp 50.000

Dan oleh Bank Cawangan Malang akan dicatat dengan ayat jurnal sebagai berikut. D : Debitur Delegasi Tn. Bono K : RAK Cabang Bandung Rp 2.000.000 Rp 2.000.000

Pada saat ini pula rekening administratif yang telah dicatat pada saat pemberian kredit harus dikurangi sebesar jumlah penarikan yang telah dilakukan oleh Tuan Hadi. Dan Bank Cawangan malang akan mencatatnya dengan ayat jurnal sebagai berikut. D : Rekening Administratif Rupiah Kredit Delegasi Yang Telah Disetujui K : Pendapatan Komisi Provisi Kredit Delegasi Rp 1.500.000 Perhitungan Bunga Bulanan Terhadap saldo kredit delegasi akan dikenakan bunga yang harus ditanggung oleh nasabah yang menyetujui kredit tersebut. Oleh Bank, bunga tersebut harus dicatat sebagai pendapatan bunga untuk periode berjalan. Contoh : Berikut Bank Cawangan Malang akan memperhitungkan bunga untuk bulan pertama atas kredit delegasi milik Tuan Bono yang telah didebet dari penarikan sebesar Rp 2.000.000,-. Bunga bulan pertama = Rp 2.000.000 X 19% X 1/12 = Rp 31.667 Bunga ini akan dicatat oleh Bank Cawangan Malang dengan ayat jurnal sebagai berikut. D : Tagihan Bunga Debitur Delegasi K : Pendapatan Bunga Debitur Delegasi Rp 31.667 Rp 31.667 Rp 2.000.000 Rp 50.000

Dan apabila kemudian Tuan Bono melunasi tagihan bunga tersebut, maka akan dicatat oleh Bank Cawangan Malang dengan ayat jurnal sebagai berikut. D : Kas K : Tagihan Bunga Debitur Delegasi Rp 31.667 Rp 31.667
16

Pelunasan Kredit Delegasi Adanya pelunasan kredit delegasi oleh nasabah akan mengurangi saldo debitur nasabah yang bersangkutan. Pelunasan ini akan dicatat dengan

mengkreditkan rekening debitur delegasi nasabah, dan sisa bunga yang belum terbayar harus diperhitungkan dan diterima oleh bank. Contoh : Tuan Hadi telah menarik seluruh kredit delegasi sejumlah Rp 5.000.000,-. Setelah satu tahun, Tuan Bono berniat melunasi seluruh kreditnya beserta bunga secara tunai. Dan Bank Cawangan Malang harus memperhitungkan jumlah yang akan diterimanya sebagai berikut. Total yang akan diterima bank = Rp 5.000.000 + (Rp 5.000.000 X 19%) = Rp 5.950.000 Maka pelunasan ini akan dicatat oleh Bank Cawangan Malang dengan ayat jurnal sebagai berikut. D : Kas K : Tagihan Bunga Debitur Delegasi K : Debitur Delegasi Tn. Bono Rp 5.950.000 Rp 950.000

Rp 5.000.000

Dengan diterimanya pelunasan ini dari nasabah, maka kredit delegasi nasabah tersebut dinyatakan lunas dan ayat jurnal administratif tidak perlu lagi dibuat karena sudah bersaldo nihil melalui penarikan-penarikan yang dilakukan oleh pihak yang diberi wewenang.

17

Anda mungkin juga menyukai