Anda di halaman 1dari 33

PT.PLA.B.2.7.

2008

PEDOMAN TEKNIS

PEMANFAATAN PUTS TAHUN 2008

Uji Tanah

analisis kimia yang sederhana, cepat, murah, tepat, dan dapat diulang

rekomendasi pemupukan spesifik lokasi

DIREKTORAT PENGELOLAAN LAHAN DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN LAHAN DAN AIR DEPARTEMEN PERTANIAN

JAKARTA, 2008

DAFTAR ISI Daftar isi..................................................................................... i Kata pengantar .......................................................................... ii Daftar gambar............................................................................ iii Daftar lampiran........................................................................... iv PENDAHULUAN................................................................. . 1 I.1. Latar Belakang..................................................... .......... 1 I.2. Tujuan................................................................. ........... 3 I.3. Sasaran................................................................. ......... 3 I.4. Pengertian................................................................. ..... 4 II. RUANG LINGKUP..................................................... .......... 5 III. SPESIFIKASI TEKNIS...................................................... ... 6 IV. PELAKSANAAN................................................................... 7 4.1. Penentuan Calon Lokasi ............................................. 7 4.2. Penggunaan Perangkat Uji Tanah Sawah .................. 7 4.2.1. Komponen Perangkat...................................... 8 4.2.2. Cara Penggunaan............... 9 1. Pengambilan sampel tanah.................... ..... 9 2. Pengukuran kadar hara.................... ........... 12 3. Kapasitas PUTS............................... ........... 13 4.2.3. Cara Pembuatan Pupuk Kompos .................... 15 4.3. Penggunaan Bagan Warna Daun................................20 V. PEMBINAAN, MONITORING DAN EVALUASI.................... 24 5.1. Pelaporan hasil prediksi......................... 24 5.2. Pemantauan dan evaluasi........................................... 25 5.3. Isi ulang..................................................................... .. 25 VI. INDIKATOR KINERJA....................................................... .. 26 6.1. Masukan...................................................................... 26 6.2. Keluaran.. ... 26 6.3. Manfaat....... 27 6.4. Dampak... 27 VII. PENUTUP ............................................................................ 28 I.

KATA PENGANTAR

Maksud dan tujuan penerbitan pedoman teknis ini dalam rangka memberikan acuan dan panduan bagi para petugas Dinas Pertanian Tanaman Pangan baik Propinsi, Kabupaten/Kota maupun petugas lapangan untuk melaksanakan kegiatan pemanfaatan Perangkat Uji Tanah Sawa (PUTS) yang bersumber dari distribusi PUTS tahun 2008 yang merupakan pengadaan Direktorat Pengelolaan Lahan, Ditjen PLA tahun 2007.

Pedoman teknis ini merupakan tindak lanjut dari distribusi PUTS tahun 2008 yang merupakan pengadaan PUTS tahun 2007. Dimana kegiatan pemanfaatan PUTS merupakan tindak lanjut dari tersebut Implementasi Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 1 tahun 2007 dan revisi Surat Keputusan Mentan No. 38 tahun 2007 tentang Akhirnya, sangat diharapkan komitmen berbagai pihak untuk dapat melaksanakan kegiatan ini dengan sebaik- baiknya dalam bingkai waktu yang telah ditentukan, agar hasil pembangunan pertanian melalui upaya perbaikan lahan benar benar dapat dinikmati manfaatnya bagi sebesar- besar kesejahteraan tani

Jakarta, Direktur

Januari 2008

Ir. Suhartanto, MM NIP. 080.048.854

ii

DAFTAR GAMBAR

1. Contoh cara pengambilan contoh tanah dengan bor tanah . 11 2. Pengukuran kadar hara unsur Kalium.................................. 14 3. Pengukuran kadar hara unsur Ph ........................................ 14 4. Pengukuran kadar hara unsur Pospat ................................. 15

iii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Petunjuk praktis pengambilan sampel tanah 2. Petunjuk praktis penggunaan PUTS 3. Daftar distribusi PUTS TA. 2008 4. Format laporan PUTS

iv

I.

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemenuhan kebutuhan beras nasional yang

bersumber dari produksi dalam negeri dengan target tambahan produksi beras nasional pada tahun 2007 sebanyak 2 juta ton atau meningkat 6,4% dari target produksi tahun 2006, dan untuk selanjutnya meningkat sebesar 5% pada tahun 2008 dan 2009. Daerah penghasil utama beras berada di 21 propinsi dengan sumberdaya lahan, iklim, dan teknologi yang beragam. Diantara sarana produksi yang sangat vital

peranannya dalam mendukung upaya peningkatan produksi padi nasional adalah pupuk, terutama N,P dan K. Berdasarkan Keputusan Menteri 3 Pertanian Januari No. 2006

01/Kpts/SR.130/1/2006

tanggal

tentang pemupukan rekomendasi pemupukan N, P dan K untuk lahan sawah spesifik lokasi di propinsi penghasil utama padi sesuai dengan kondisi hara di daerah setempat. Untuk mengimplementasikan

Kepmen tersebut, Ditjen PLA telah mendistribuskan 2.000 unit PUTS ke 134 kabupaten dan 13 propinsi sentra produksi padi nasional.

Sampai dengan akhir tahun 2007 bahwa PUTS tersebut sebagian telah dimanfaatkan dan digunakan untuk uji tanah di lahan sawah serta rekomendasi telah dilaksanakan oleh para petani. Permentan No. 40/Permentan/OT.140/04/2007 ini

merupakan penyempurnaan dari Kepmen No. 01 tahun 2006 yang mencakup 21 propinsi sentra penghasil utama padi nasional. Rekomendasi

pemupukan yang sudah disempurnakan ini diharapkan bermanfaat bagi upaya peningkatan produksi padi nasional dan efisiensi pemupukan untuk peningkatan pendapatan petani dan kelestarian fungsi lingkungan. Untuk memenuhi rekomendasi sesuai Permentan No. 40 tahun 2007 dan untuk memperluas jangkauan analisa kadar hara tanah melalui penggunaan PUTS, maka pada TA. 2007 Direktorat Pengelolaan Lahan bekerjasama dengan Badan Litbang Pertanian telah mengadakan lagi PUTS sebanyak 500 unit, yang akan didistribusikan pada tahun 2008 ke 15 propinsi dan 90 kabupaten yang merupakan daerah penghasil padi.

1.2. Tujuan

Tujuan

pedoman

teknis

Pemanfaatan

PUTS

adalah untuk memberikan acuan dan masukan kepada Dinas Pertanian di kabupaten/Kota serta petugas lapangan, dalam melaksanakan kegiatan teknis

penggunaan perangkat uji tanah sawah yang sesuai dengan keadaan wilayah, sosial dan ekonomi

masyarakat setempat dan ketersediaan dana sehingga dapat memberikan manfaat bagi para petani di lokasi tersebut. Tujuan kegiatan pemanfaatan PUTS dimaksudkan untuk membantu petugas lapangan untuk mengukur kadar hara P, K, dan pH tanah, sedangkan N diukur dengan BWD (Bagan Warna Daun) yang dapat dikerjakan secara langsung di lapangan dengan cepat, murah, mudah dan cukup akurat, sehingga para petani dapat menerapkan pemupukan berimbang yang

spesifik lokasi. 1.3. Sasaran Sasaran dari pedoman teknis pemanfaatan PUTS ini adalah para petugas lapangan/ pemegang dan

pengguna PUTS di 15 propinsi dan 90 kabupaten, yang wilayah kerjanya terdapat pertanaman padi di

sawah irigasi teknis, setengah teknis maupun irigasi sederhana. 1.4. Pengertian 1. PUTS Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS) merupakan alat untuk mengukur status hara P dan K serta pH tanah sawah, yang dapat dikerjakan oleh petugas/ penyuluh lapangan atau petani secara langsung di lapangan. 2. BWD Bagan Warna Daun (BWD) adalah alat sederhana berbentuk persegi empat yang berguna untuk mengetahui status hara N tanah sawah pada tanaman padi. 3. Pemupukan berimbang Pemupukan berimbang adalah penambahan pupuk ke dalam tanah dengan jumlah dan jenis hara yang sesuai dengan tingkat ketersediaan hara dalam tanah dan kebutuhan hara oleh tanaman untuk meningkatkan pertanian. 4. Kompos Kompos adalah jenis bahan organik yang produksi dan kualitas hasil

merupakan hasil penguraian parsial/ tidak lengkap dari sisa sisa tumbuhan dan atau hewan.

II. RUANG LINGKUP

Ruang lingkup pekerjaan pedoman teknis pemanfaatan PUTS sangat ditentukan dua faktor yaitu faktor pengambilan sampel tanah dan prosedur penggunaan perangkat uji tanah sawah serta bagan warna daun. 1. Pengambilan contoh tanah a. Penggunaan alat contoh tanah b. Contoh tanah komposit, yang merupakan gabungan contoh tanah individu 2. Pengukuran status hara tanah P, K, dan PH dengan PUTS a. Proses ekstraksi contoh tanah komposit untuk P, K dan pH b. Proses pengukuran kadar hara dan penetapannya c. Menetapkan rekomendasi pemupukan 3. Pengukuran status hara N tanah dengan BWD a. Penentuan contoh daun yang diukur b. Pembacaan dengan alat BWD

III. SPESIFIKASI TEKNIS

3.1. Norma Kegiatan pemanfaatan PUTS diarahkan pada Petugas/ Penyuluh pembinaan Lapangan pada yang mempunyai beririgasi wilayah teknis,

lahan

sawah

setengah teknis dan irigasi sederhana

3.2. Kriteria 1. Lahan sawah irigasi teknis, setengah teknis dan irigasi sederhana 2. Lahan sawah yang diusahakan penanaman padi dua kali atau lebih dalam setahun

3.3. Standar Teknis 1. Petugas/ penyuluh Lapangan yang belum

mendapatkan PUTS 2. Petugas/ penyuluh Lapangan aktif melaksanakan penyuluhan 3. Petugas/ penyuluh PUTS Lapangan Tahun 2006 yang dan telah telah

mendapatkan

memanfaatkan serta melaporkan seluruh hasil uji tanah.

IV. PELAKSANAAN

4.1. Penentuan Calon Lokasi Untuk memberikan prioritas pengujian tanah sawah yang mempunyai kadar bahan organik rendah, perlu ditetapkan prioritas lokasi, sehingga penggunaan PUTS ini mencapai sasaran. Prioritas lokasi lahan sawah, pada : 4.1.1. Lahan sawah beririgasi teknis, setengah teknis dan irigasi sederhana 4.1.2. Lahan sawah diusahakan dua kali tanam atau lebih dalam setahun 4.1.3. Lahan sawah dikelompokan dalam tanah datar, bergelombang, dan berombak untuk memprediksi jenis tanah 4.1.4. Penentuan satu titik contoh tanah komposit (terdiri dari minimal 10 contoh tanah individu), mewakili 5 hektar sawah, tergantung dari bentuk hamparan dan jenis tanah.

4.2. Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS)

Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS) merupakan alat untuk mengukur status hara P dan K serta pH tanah yang dapat dikerjakan oleh petugas/ penyuluh

lapangan secara langsung di lapangan. Hasil analisis

P dan K tanah dengan PUTS ini selanjutnya digunakan sebagai dasar penyusunan rekomendasi pupuk P dan K spesifik lokasi untuk tanaman padi sawah, terutama varietas unggul dengan produktivitas setara dengan IR-64 atau Ciherang. Prinsip kerja PUTS ini adalah mengukur hara P dan K yang terdapat dalam bentuk tersedia, secara semi kuantitatif dengan metode kolometri (pewarnaan). Pengukuran status P dan K tanah dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu rendah (R), sedang (S), dan tinggi (T). Pengukuran pH tanah ditujukan untuk mengetahui adanya kendala pertumbuhan tanaman padi seperti keracunan Fe (pada pH rendah) dan berguna untuk menentukan kebutuhan bahan

emelioran seperti kapur dan bahan organik. 4.2.1.Komponen Perangkat Satu unit perangkat uji tanah sawah terdiri atas (1) satu paket bahan kimia dan alat untuk ekstrak kadar P,K dan pH, (2) bagan warna penetapan kadar P, K, dan pH (3). Buku Petunjuk Penggunaan dan Rekomendasi Pemupukan Padi Sawah, dan (4) Bagan Warna Daun (BWD) untuk menetapkan takaran pupuk urea.

4.2.2.Cara Penggunaan 1. Pengambilan sampel tanah a. Persyaratan Sebelum contoh tanah diambil perlu diperhatikan keseragaman areal atau hamparan, seperti keadaan topografi, tekstur tanah, warna tanah, tanah, kapur, kondisi dan dan

tanaman, masukan

pengelolaan seperti pupuk,

bahan organik, serta sejarah penggunaan lahan di areal tersebut. Untuk hamparan yang relafit seragam, satu contoh tanah komposit dapat mewakili 5 ha lahan. Pada lahan datar yang dikelola dengan teknologi dan masukan yang seragam seperti di Jalur Pantura Jawa, dapat lebih luas, berkisar antara 10-25 ha. b. Alat yang digunakan Bor tanah (auger, tabung), cangkul, atau sekop. Ember plastik untuk mengaduk

kumpulan contoh tanah individu. Alat suntik (syringe).

c. Cara pengambilan contoh tanah komposit Tentukan titik pengambilan contoh tanah individu dengan salah satu dari empat cara, yaitu secara diagonal, zig-zag, sistematik, atau acak. Contoh tanah sebaiknya diambil

dalam keadaan lembab, tidak terlalu basah atau kering atau setelah panen dan pada saat pengolahan tanah Contoh tanah individu diambil dengan bor tanah, cangkul, atau sekop pada kedalaman 0-20 cm. Contoh tanah diaduk merata dalam ember plastik. Pada contoh tanah komposit yang relatif kering, gunakan sendok

stainless (spatula) untuk mengambil sekitar 0,5 gr atau sekitar setengah sendok contoh yang kemudian

dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Apabila contoh tanah komposit

lembab, gunakan syringe dengan cara sebagai berikut : (1). Tusukkan

syringe ke permukaan contoh tanah 10

sedalam 5 cm kemudian diangkat, (2). Bersihkan dan ratakan permukaan syringe, kemudian tanah didorong keluar dari syringe, dan (3). Potong contoh tanah setebal sekitar 0,5 cm dengan sendok stainless, lalu

masukkan ke dalam tabung reaksi. d. Hal yang perlu diperhatikan Contoh tanah tidak boleh diambil pada bagian sawah dekat pematang, selokan, tanah di sekitar rumah dan jalan, bekas pembakaran sampah atau sisa

tanaman/jerami, bekas timbunan pupuk, kapur, di pinggir jalan, dan bekas

penggembalaan ternak.

Gambar 1 : Contoh cara pengambilan contoh Tanah dengan BOR tanah

11

Petunjuk praktis pengambilan sampel tanah sebagaimana lampiran 1. 2. Pengukuran kadar hara Secara garis besar urutan pengukuran kadar hara adalah sebagai berikut : 1) Contoh tanah sebanyak 0,5 gr atau 0,5 ml dengan syringe dimasukkan ke dalam tabung reaksi. 2) Tambahkan pengekstrak kemudian

diaduk dengan pengaduk kaca hingga tanah dan larutan menyatu. Kemudian tambahkan pengekstrak selanjutnya

sesuai dengan urutannya. 3) Diamkan larutan sekitar + 10 menit hingga timbul warna. Warna yang muncul pada larutan jernih dibaca atau

dipadankan dengan bagan warna yang disediakan. 4) Status hara P dan K tanah terbagi menjadi tiga kelas, yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Untuk hara P diindikasikan oleh warna biru muda hingga biru tua, sedangkan untuk hara K diindikasikan oleh warna coklat tua, coklat muda, dan kuning.

12

5) Rekomendasi

pemupukan

dan

ditentukan berdasarkan statusnya. 6) Penentuan pH tanah dan rekomendasi teknologi didasarkan kepada kelas pH yang disetarakan dengan bagan warna. Petunjuk praktis penggunaan PUTS

sebagaimana lampiran 2.

3.

Kapasitas PUTS

Satu unit PUTS dapat dugunakan untuk analisis contoh tanah sebanyak + 50 sampel. Jika PUTS dirawat dan ditutup rapat setelah digunakan maka bahan kimia yang ada di dalamnya dapat digunakan dengan batas waktu kadaluarsa 1,0-1,5 tahun kemudian. Jika salah satu atau beberapa pengekstrak dalam PUTS habis, isi ulangnya tersedia di Balai Penelitian Tanah.

13

KALIUM

Gambar 2 : Pengukuran kadar hara unsur Kalium

Masam

Netral

Basa

Gradasi warna larutan pada berbagai nilai pH tanah

Gambar 3 : Pengukuran kadar hara unsur pH tanah

14

Pospat
Gambar 4 : Pengukuran kadar unsur hara Pospat

4.3. Cara Pembuatan Pupuk Organik

Pupuk organik dalam bentuk yang telah dikomposkan ataupun segar berperan penting dalam perbaikan sifat kimia, fisika, dan biologi tanah serta sebagai sumber nutrisi tanaman. Secara umum kandungan nutrisi hara dalam pupuk organik tergolong rendah dan agak lambat tersedia, sehingga diperlukan dalam jumlah cukup banyak. Namun, pupuk organik yang telah dikomposkan dapat menyediakan hara dalam waktu yang lebih cepat dibandingkan dalam bentuk segar, karena selama proses pengomposan telah tejadi proses dekomposisi yang dilakukan oleh beberapa macam mikroba, baik dalam kondisi aerob maupun anaerob. Sumber bahan kompos antara lain berasal dari limbah organik secara sisa-sisa tanaman (jerami, 15

batang, dahan), samp[ah rumah tangga, kotoran ternak (sapi, kambing, ayam), arang sekam, dan abu dapur.

4.3.1.Proses Pengomposan Dalam proses pengomposan peranan mikroba selulotik dan lignolitik sangat penting, karena kedua mikroba tersebut memperoleh energi dan karbon dari proses perombakan bahan yang mengandung karbon. Proses pengomposan

secara aerob, lebih cepat dibanding anaerob dan waktu yang diperlukan tergantung beberapa faktor, antara lain : ukuran partikel bahan kompos, C/N rasio bahan kompos, keberadaan udara (keadaan aerobik), dan kelembaban. Kompos yang sudah matang diindikasikan oleh suhu yang konstan, pH alkalis, C/N rasio < 20, Kapasitas Tukar Kation > 60 me/100 gr abu, dan laju respirasi < 10 mg/gr kompos. Sedangkan indikator yang dapat diamati secara langsung adalah jika berwarna coklat tua (gelap) dan tidak berbau busuk (berbau tanah).

16

4.3.2.Cara Pembuatan Kompos a. Secara anaerob Pengomposan secara anaerob memerlukan waktu 1,5 sampai 2 bulan dan sering menghasilkan kompos dengan bau kurang sedap, karena suhu yang dihasilkan tidak terlalu tinggi, sehingga tidak mematikan organisme pengganggu. Satu bak atau

lubang berukuran 2m x 1m x 1m dapat diproses sekitar 0,5-0,8 ton kompos yang cukup untuk memupuk sekitar 0,2 sampai 0,3 Ha lahan tanaman pangan. Bahan baku yang digunakan antara lain sisa tanaman (jerami, rumput, tongkol jagung, dan lain-lain) dan pupuk kandang, dengan cara kerja sebagai berikut : 1) Masukkan bahan baku secara berlapislapis mulai dengan sisa tanaman,

kemudian pupuk kandang , abu sekam atau abu dapur ke dalam lubang yang berukuran 2m x 1m dengan kedalaman 1m, yang telah disiapkna sebelumnya yang dasarnya telah dipadatkan agar tidak terjadi rembesan air (ukuran lubang dapat disesuaikan menurut ketersediaan

17

tenaga kerja dan bahan baku yang tersedia). 2) Tutup bagian atas permukaan dengan tanah setebal 5-10 cm dan semprotkan air sebanyak 30 liter di atas lubang setiap 10 hari dan aduklah seluruh bahan dalam lubag setelah satu bulan pengomposan. 3) Dibiarkan berlangsung selama 1,5-2

bulan agar terjadi pengomposan dengan sempurna. Untuk mempercepat waktu pengomposan, dapat digunakan mikroba selulotik atau lignolitik yang berperan sebagai dekomposer dekomposer. yang dapat Miroba digunakan

antara lain Biodec, Stardec, dan EM-4.

b. Secara aerob Cara Kerja secara aerob sebagai berikut : 1) Bahan baku kompos disusun berlapis, kemudian disiram dengan larutan mikroba hingga mencapai kebasahan 30-40 %, atau dengan ciri bila dikepal dengan tangan tidak keluar air dan bila kepalan dilepas bahan baku akan mekar.

18

2) Bahan

baku

digundukkan

sampai

ketinggian 15-20 cm, kemudian ditutup dengan karung goni atau karung plastik. 3) Suhu kompos diperikasa setiap hari, pertahankan suhu pada kisaran 40-50 C, jika suhu lebih tinggi, kompos diaduk sampai kembali. 4) Setelah 3-5 hari, bahan baku sudah menjadi kompos bokashi dan siap untuk digunakan. suhunya turun dan ditutup

c. Kompos yang diperkaya oleh pupuk buatan pabrik Cara Kerja kompos yang diperkaya oleh pupuk buatan pabrik 1) Sisa tanaman ditumpuk dengan

ketebalan 15 cm, kemudian ditambahkan pupuk urea dan SP-36 masing-masing 5 Kg untuk tiap ton bahan yang

dikomposkan, selanjutnya ditaruh pupuk kandang, demikian seterusnya hingga ketinggian lapisan 1,2 m. 2) Kelembaban di dalam tumpukan harus dijaga agar tetap lembab, tetapi tidak becek.

19

3) Setelah 3-4 minggu kompos perlu dibalik. 4) Untuk mengetahui kenaikkan suhu,

digunakan tongkat kayu kering dan halus yang ditusukkan ke dalam tumpukan kompos selama sekitar 10 menit. Apabila tongkat terasa lembab dan hangat, berarti proses pengomposan berjalan normal dan baik, namun jika tongkat kering segera siramkan air ke dalam kompos. 5) Setelah satu bulan dan suhu mulai menurun dan konstan, kompos siap digunakan.

4.4. Bagan Warna Daun

Bagan Warna Daun (BWD) adalah alat berbentuk persegi empat yang berguna untuk mengetahui status hara N tanaman padi. Pada alat ini terdapat empat kotak skala warn, mulai dari hijau muda hingga hijau tua, yang mencerminkan tingkat kehijauan daun tanaman padi. Sebagai contoh kalau daun tanaman berwarna hijau muda berarti tanaman kekurangan hara N sehingga perlu dipupuk, Sebaliknya jika daun tanaman berwarna hijau tua atau tingkat kehijauan daun sama dengan warna di kotak skala 4 pada BWD berarti tanaman sudah memiliki hara N yang cukup

20

sehingga tidak perlu lagi dipupuk. Hasil penelitian menunjukkan, pemakaian BWD dalam kegiatan

pemupukan N dapat menghemat penggunaan pupuk urea sebanyak 5-20 % dari takaran yang umum digunakan petani tanpa menurunkan hasil. Penggunaan BWD untuk menentukan waktu aplikasi pupuk N dapat dilakukan melalui dua cara, Cara atau opsi pertama yaitu waktu pemupukan ditetapkan lebih dahulu berdasarkan tahap pertumbuhan tanaman (Fixed time) yaitu pada tahap anakan, aktif dan tahap pembentukan malau atau primordia, Nilai baca BWD digunakan untuk mengoreksi takaran pupuk N yang telah ditetapkan sehingga menjadi lebih tepat sesuai dengan kondisi tanaman. Cara atau opsi kedua yaitu mulai ketiga tanaman 4 HST, secara periodik 7-10 hari sekali dilakukan pembacaan daun tanaman padi menggunakan BWD sampai diketahu nilai kritis saat pupuk N harus diaplikasikan real time. Untuk Indoneisa disarankan menggunakan fixed time.Cara penggunaan BWD sebagai berikut : 4.1.1. Sebelum berumur 14 hari setelah tanam pindah (HST), tanaman padi diberi pupuk dasar N dengan takaran 50-75 kg urea per hektar. Pada saat itu BWD belum diperlukan

21

4.1.2. Pengukuran tingkat kehijauan daun papdi dengan BWD dimulai papda saat tanaman berumur 25-28 HST. Pengukuran dilanjutkan dengan setiap 7-10 hari sekali, sampai

tanaman dalam kondisi bunting atau fase priomordia. Cara ini berlaku bagi varietas unggul biasa. Khusus untuk padi hibrida dan padi tipe baru, pengukuran tingkat kehijauan daun tanaman dilakukan sampai tanaman sudah berbunga 10% 4.1.3. Pilih secara acak 10 rumpun tanaman sehat pada hamparan yang seragam, lalu pilih daun teratas yang telah membuka penuh pada satu rumpun 4.1.4. Taruh bagian tengah daun diatas BWD, lalu bandingkan warna daun tersebut dengan skala warna pada BWD. Jika warna daun berada di antra dua skala warna pada BWD, Jika warna daun berada diantara dua skala warna di BWD, maka gunakan nilai rata-rata dari kedua skala tersebut, misalnya, 5 untuk nilai warna daun yang terletak diantara skala 3 dengan skala 4 BWD. 4.1.5. Pada saat mengukur daun tanaman dengan BWD, petugas tidak boleh menghadap sinar

22

matahari, karena dapat memperngaruhi nilai pengukuran 4.1.6. Bila memungkinkan, setiap pengukuran

dilakukan pada waktu dan oleh orang yang sama, supaya nilai pengukuran lebh akurat 4.1.7. Jika lebih 5 dari 10 daun yang dimaati warnanya dalam batas kritis atau dengan nilai rata-rata kurang dari 4,0 maka tanaman perlu segera diberi pupuk N dengan takaran : a. 50-75 kg urea per hektar pada musim hasil rendah (ditempat-tempat tertentu seperti Subang, Jawa Barat, musim hasil rendah adalah musim kemarau) b. 75-100 urea per hektar pada musim hasil tinggi (ditempat-tempat tertentu seperti

Kuningan Jawa Barat dan Sragen Jawa Tengah, musim hasil tinggi adalah musim kemarau) c. 100 kg urea per hektar pada padi hibrida dan padi tipe baru, baik pada musim hasil rendah maupun musim hasil tinggi 4.1.8. Apabila nilai warna daun padi hibrida dan padi tipe baru pada saat tanaman dalam kondisi keluar malai dari 10 % berbunga berada pada skala 4 atau kurang, maka tanaman perlu

23

diberi tambahan pupuk N (bonus) dengan takaran 50 kg urea per hektar.

V. PEMBINAAN, MONITORING DAN EVALUASI

5.1. Pelaporan Hasil Prediksi N, P, K & pH Tanah Pelaporan dari hasil analisis di lapangan oleh Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dikirimkan kepada Dinas Pertanian Propinsi dan ditembuskan kepada

Direktorat Pengelolaan Lahan dan Balai Besar Sumber Daya Lahan Departemen Pertanian sebagai masukan dalam upaya perbaikan dan tindak lanjut implementasi pada waktu yang akan datang, dengan alamat : 1. Ibu Dr. Dyah Setyorini Balai Besar Sumber Daya Lahan Badan Litbang Pertanian Jl. Juanda No. 9 Bogor Jawa Barat 2. Direktorat Pengelolaan Lahan Kanpus Departemen Pertanian Gedung D Lantai 9 Jl. Harsono RM No.3 Ragunan Pasar Minggu Jakarta Selatan Format laporan sebagaimana lampiran 3 Mengingat kegiatan ini dilaksanakan setelah panen selesai, diharapkan Dinas Pertanian Kabupaten/Kota

24

dapat mengirimkan laporan hasil pengembangan PUTS satu bulan setelah panen dengan mengisi format pada terlampir. Laporan tersebut dikirimkan ke Dinas Pertanian propinsi dan ditembuskan ke

Direktorat Pengelolaan Lahan, Direktorat Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air, Jl Harsono RM no 3 Ragunan Pasar Minggu Jakarta Selatan 12550

5.2. Pemantauan dan Evaluasi Pemantauan dan evaluasi penggunaan alat PUTS yang didistribusikan ke daerah dilakukan oleh petugas dari Dinas Pertanian Propinsi dan Direktorat

Pengelolaan Lahan, sejauh mana penggunaan alat PUTS tersebut digunakan oleh para petugas di lapangan dan untuk mengetahui kinerja rekomendasi pemupukan di masing-masing lokasi/hamparan dan sekaligus perbaikan penerapannya di waktu yang akan datang.

5.3. Isi Ulang Bahan Kimia (Regensia)

Alat PUTS yang distribusikan kepada para petugas di lapangan memiliki keterbatasan dalam jumlah zat kimia atau regensia. Dalam satu kemasan alat PUTS dapat digunakan untuk menganalisa tanah sebanyak + 50 titik sampel dan bahan kimia juga memiliki masa

25

kadaluarsa yaitu selama satu setengah tahun setelah kemasan alat dibuka. Saat ini untuk isi ulang bahan kimia hanya dapat dilakukan di Balai Besar Sumber Daya Lahan - Badan Litbang Pertanian di Bogor, dan sedang diupayakan agar Balai Pengkajian Teknologi Pertanian yang ada di propinsi dapat membuat atau meramu bahan kimia yang digunakan untuk alat PUTS tersebut. Untuk isi ulang bahan kimia yang ada di Balai Besar Sumber Daya Lahan di Bogor seharga Rp. 500.000,tidak termasuk biaya pengiriman. Diharapkan untuk pendanaan isi ulang ini diusulkan melalui dana APBD Kabupaten/Kota TA 2009

V. INDIKATOR KINERJA

5.1.

Masukan Masukan dalam hal ini dapat berupa alat PUTS, petugas/ penyuluh lapangan atau ketua kelompok tani.

5.2.

Keluaran Termanfaatkannya alat PUTS yang tersedia, sesuai dengan peruntukannya di tingkat lapang yaitu dalam bentuk : 1). Terukurnya kandungan N, P, K dan pH tanah secara cepat di lapangan pada lahan sawah 2). petani menerapkan pemupukan berimbang di

26

lahan masingmasing atas dasar hasil uji cepat, termasuk penggunaan pupuk organik. 5.3. Hasil Setelah alat PUTS digunakan, maka hasil yang diharapkan tanaman adalah dan peningkatan atau produktivitas dengan

5.3.

produksi

panen

penggunaan pupuk berimbang. Di samping itu, juga penghematan dalam penggunaan pupuk anorganik. 5.4. Manfaat Manfaat yang diharapkan oleh masyarakat adalah penghematan dalam biaya input produksi serta diperolehnya nilai tambah. 5.5. Dampak Dampak dari pemanfaatan PUTS adalah petani dapat menerapkan pola pemupukan berimbang pada lahan usahataninya secara berkelanjutan.

27

VI.

PENUTUP

Pedoman teknis pemanfaatan PUTS ini diharapkan dapat bermanfaat bagi Petugas Lapangan Penyuluhan/ Mantri Tani dan Balai Penyuluhan Pertanan pada Dinas Pertanian Kabupaten/Kota sebagai acuan untuk mengoperasionalkan alat PUTS yang telah didistribusikan pada tahun 2008. Alat ini baru dapat dikatakan bermanfaat apabila PPL dapat melaksanakan uji tanah dan petani telah melaksanakan rekomendasi dari hasil uji tanah tersebut serta Dinas Pertanian Kabupaten mengirimkan laporan hasil pengujian lapangan kepada Direktorat Pengelolaan Lahan pada akhir setiap musim tanam.

28

Anda mungkin juga menyukai