Anda di halaman 1dari 5

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Sejak konferensi internasional tentang kependudukan atau pembangunan International Conferences Population and Development (ICPD) tahun 1994, masyarakat secara konsisten mengukuhkan hak-hak remaja akan informasi kesehatan reproduksi remaja (KRR). Di Indonesia sejak tahun 2004-2009 pemerintah Indonesia telah mengangkat KRR menjadi program nasional yang tertuang dalam rencana pembangunan jangka menengah RPJM 2004-2009 (Muadz, 2008, hlm.17). Tingkat pengetahuan remaja di Indonesia tentang kesehatan reproduksi masih rendah, berdasarkan hasil Survey Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKKRI) tahun 2002-2003 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan bahwa tingkat pengetahuan dasar penduduk usia 15-24 tahun mempunyai pengetahuan kesehatan reproduksi remaja relatif masih rendah. Menurut World Health Organization (WHO), remaja adalah yang berusia 10-24 tahun. Di Indonesia berjumlah sekitar 64 juta jiwa, hasil survey tahun 2007. Hasil penelitian sejumlah organisasi juga menunjukkan perilaku remaja di Indonesia sudah sangat mengejutkan. Seperti penelitian yang dilakukan pada tahun 2005 bahwa 52 % remaja medan melakukan hubungan seks pranikah. Menurut Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI), akibat informasi yang diterima remaja dari berbagai media massa, memperbesar kemungkinan remaja melakukan praktek seksual yang tidak sehat, perilaku pranikah, dengan satu atau berganti 1
Universitas Sumatera Utara

2 pasangan. Saat ini, kekurangan informasi yang benar tentang masalah seks akan memperkuat kemungkinan remaja salah paham yang diambil dari media massa dan teman sebaya. Akibatnya, kaum remaja masuk ke kaum berisiko melakukan perilaku berbahaya untuk kesehatannya ( Acis, 2007, pendidikan seks pada remaja 2, 4

http://www.acicis.murdoch.edu.au/hi/field_topics/screagh.pdf desember 2009).

diperoleh

tanggal

Menurut Ramonasari (1994 dalam Acis 2007), mengemukakan proses perkembangan remaja yang menyebabkan terjadinya perubahan fisik kadang-kadang menimbulkan rasa cemas, takut, malu, merasa lain, dan remaja menjadi bingung karena mereka tidak mempunyai pengetahuan yang cukup dan informasi yang jelas. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Suryono, 2003-2004 yang dilakukan terhadap remaja mengatakan bahwa pengetahuan remaja tentang kesehatan responden yang sangat rendah yaitu sekitar 75 %. Program kesehatan reproduksi remaja merupakan salah satu program pokok pembangunan nasional yang tercantum dalam RPJM 2004-2009. Salah satu sasaran strateginya yang harus dicapai pada tahun 2009, diantaranya sasaran strategis yang berkaitan erat dengan program kesehatan reproduksi remaja yang ditingkatkan melalui PIK-KRR (Pusat Informasi Dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja). Yang mana program ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman, pengetahuan, sikap, dan perilaku positif remaja tentang kesehatan reproduksi dan hak-hak reproduksi. Setiap kecamatan memiliki PIK-KRR yang aktif. Di mana saat ini jumlah PIK-KRR yang ada diseluruh Indonesia adalah sebanyak 2.773 PIK-KRR yang didirikan di sekolah-sekolah sebanyak 55%,di Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) 15% dan 35% yang didirikan di Karang Taruna (Muadz, 2008, hlm.9).

Universitas Sumatera Utara

3 PIK-KRR adalah suatu wadah kegiatan program kesehatan reproduksi remaja (KRR) yang dikelola dari, oleh, dan untuk remaja guna memberikan pelayanan informasi dan konseling tentang kesehatan reproduksi remaja serta kegiatan lain. Remaja mempunyai masalah yang sangat kompleks seiring dengan masa transisi yang dialami oleh remaja. Masalah yang menonjol di kalangan remaja misalnya masalah seksualitas (kehamilan tak diinginkan, aborsi), terinfeksi Penyakit Menular Seksual, HIV dan AIDS, penyalahgunaan Napza dan sebagainya. Salah satu upaya yang mengikuti untuk mengatasi masalah tersebut adalah melalui PIK KRR (Muadz, 2008, hlm.1). Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan oleh Syarifah terhadap remaja dan orang tua yang bermukim didaerah elit dan kumuh di Kotamadya Medan pada tahun 1997 hasilnya lebih dari separuh responden remaja didaerah kumuh (6,27%), elite (48%) kontak dengan Badan Konseling Remaja. Penelitian ini menunjukkan bahwa semua responden membutuhkan informasi tentang kesehatan reproduksi. Berdasarkan data dan informasi Centra Medika Remaja dan Dinas Kesehatan Kota Medan pada tahun 2003, 89,7% remaja kurang memperoleh informasi tentang kesehatan reproduksi remaja. Berdasarkan penelitian Meliyandri, yang dilakukan terhadap remaja SMU yang mengikuti PIK-KRR yang dilakukan pada tahun 2008 di Daerah Bantul, menyatakan bahwa ada pengaruh program PIK KRR terhadap peningkatan pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi remaja. Dari hasil survei pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di Kantor Pemberdayaan Perempuan Dan Keluarga Berencana Kota Medan menyatakan bahwa di Kota Medan terdapat 23 buah PIK-KRR yang tersebar diseluruh Kota Medan yang terbentuk di Karang Taruna, sekolah-sekolah, namun tidak berjalan sesuai dengan tujuan

Universitas Sumatera Utara

4 programnya sehingga walaupun telah memiliki PIK-KRR pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi juga tidak mengalami perubahan. Maka dari itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Efektifitas PIK-KRR Terhadap Peningkatan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja di SMU Swasta AL-Wasliyah 1 Medan . B. Perumusan Masalah Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu maka peneliti masih menemukan masih banyak remaja yang mempunyai pengetahuan yang kurang meskipun telah mengikuti program PIK-KRR. Jadi peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Efektifitas Program PIK-KRR Terhadap Peningkatan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja di SMU Swasta Al-Wasliyah 1 Medan.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum


Untuk mengetahui efektifitas PIK-KRR terhadap peningkatan pengetahuan

kesehatan reproduksi remaja di SMU Swasta Al-Wasliyah 1 Medan.

2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi pengetahuan kesehatan reproduksi remaja sebelum dilakukan PIK-KRR di SMU Swasta Al-Wasliyah 1 Medan. b. Mengidentifikasi pengetahuan kesehatan reproduksi remaja setelah dilakukan PIK-KRR di SMU Swasta Al-Wasliyah 1 Medan. c. Membandingkan pengetahuan siswa tentang kesehatan reproduksi sebelum dan setelah mengikuti PIK-KRR di SMU Swasta Al-Wasliyah 1 Medan.

Universitas Sumatera Utara

5 D. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi : 1. Bagi Pelayanan Kebidanan Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu intervensi kebidanan yang efektif untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan reproduksi pada remaja. 2. Bagi Pendidikan D IV Kebidanan Sebagai wadah bagi pendidikan kebida khususnya pada remaja bahwa ada PIKKRR merupakan wadah yang efektif dalam meningkatkan pengetahuan kesehatan reproduksi remaja.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai