Anda di halaman 1dari 11

PATNER DALAM BELAJAR DAN RISET: PERPUSTAKAAN HIBRIDA

UNIVERSITAS DI ABAD 21

Dr Alan Bundy
BA DipEd Mlitt Mlib Phd FALIA AFAIM
Pustakawan Perpustakaan
Universitas Australia selatan
Holbrooks Road Underdale SA 5032
Tel:61-8-83026260.Fax 61-8-83026362
Email alan.bundy@unisa.edu.au
URL http://www.library.unisa.edu.au

________________________________________

Makalah ini akan mengupas pendidikan di universitas kedalam abad mendatang dalam konteks
pandangan akan Perpustakaan dan Pustakawan yang akan dibutuhkan sehingga

- dapat dicapai pengajaran, belajar dan riset yang efektif

- mahasiswa dapat lebih mengerti akan tehnik informasi dan trampil sehingga dalam masa belajar
di abad 21, dimana dimensi tehnik dan kekomplekan terus bertambah

Masalah dan tantangan pendidikan di universitas di abad 21

hal ini termasuk

- kebutuhan akan kejelasan maksud dan tujuan

- kebutuhan akan strategi perencanaan dan pemasaran

- bertambahnya persaingan, diseluruh tingkat nasional

- masa depan universitas yang virtual (benar)

- besarnya jumlah pendidikan tinggi. Di banyak negara termasuk Indonesia, 30 tahun terkahir ini
makin bertambah baikuniversitasnya maupun mahasiswanya

- banyak pemerintahan di dunia ini yang telah mengeluarkan beaya untuk melebarkan sistemnya
agar dapat memberikan akses yang lebih baik dan sekarang pertanggung jawaban beaya untuk hal
tersebut bertambah

Universitas pada umumnya sering tidak memiliki sumber yang baik untuk menanggapi akan
banyaknya pendaftaran dan keaneka ragaman program di S1 seperti misalnya dibidang Perawat,
akutansi, kepustakaan, pendidikan, pekerja sosial, dan jurnalistik

- banyak universitas yang berusaha memajukan tingkat riset dan programnya hanya dengan tenaga
staff dan perpustakaan yang kurang memadai

- banyak univeritas sekarang ini yang mempunyai beberapa kampus dan sangat besar sehingga
managemennya begitu sulit. Kehidupan para Rektor dan Staf yang senior bisa sangat menekan
terutama dalam menanggapi bertambahnya permintaan akan pertanggungan jawabnya kepada
pemerintah, kolega akademis lainnya dan masyarakat pada umumnya

- Mahasiswa sendiri cenderung untuk cepat kurang puas apabila universitasnya, beserta
pendidikan dan pengalaman sosial yang mereka alami tidak memenuhi harapannya.
Budaya memuskan langganan dan cliennya didalam lingkungan usaha menjadi patokan
keberhasilan semakin merembet di universitas negeri. Bisa sulit sekali untuk meyakinkan Staf
akademis akan adanya kebutuhan untuk menanggapi hal baru ini.

- Memusatkan perhatian pada potensi dan beaya tinggi akan Tehnologi Informasi untuk
mendapatkan administrasi yang efisien dan sebagai pemberi fasilitas dalam pengajaran, belajar dan
akses informasi untuk mahasiswa didalam kampus dan mahasiswa yang belajar diluar kampus

Berkembangnya masalah masalah , tekanan tekanan dan teka teki ini dengan akibat memajukan
dan mempertahankan stadar yang tinggi di pendidikan universitas menjadi tantangan yang besar.
Hal ini juga menyebabkan universitas mengamati mengapa hal ini
terjadi dan untuk siapa hal ini ada dan apa hasilnya untuk masing masing orang dan masyarakat.

Untuk melakukan hal tadi pada umumnya universitas telah tau bahwa hal itu merupakan tempat

- untuk menyiapkan para profesional dan pemimpin pemimpin masyarakat

- dengan kunci tanggung jawab dapat melebarkan pendidikan dan pengalaman sosialnya

- dengan kunci tanggung jawab memupuk nilai pada para lulusannya agar menjaga keterbukaan
dan kedemokrasian di masyarakat

- dengan kunci tanggung jawab memupuk, dan menyediakan kemampuan belajar yang berjangka
panjang itu dengan pengertian bahwa kadang mereka melakukan perubahan didalam karier
mereka

- memupuk perspektif internasional

Banyak universitas yang mempunyai tujuan dan misi untuk memiliki tanggung jawab tersebut dan
bahkan sudah ada yang berjalan lebih jauh yaitu mempunyai tujuan tertentu untuk para lulusan
universitas yang bersangkutan. Universitas saya yaitu Universitas Australia Selatan misalnya,
lulusan universitas ini mempunyai tuju ciri khas . Tuju ciri khas lulusan Universitas Australia
Selatan yaitu

-1. Dengan efektif dapat mempergunakan pengetahuannya yang dalam untuk mempraktekan
keprofesiannya

-2. Siap dalam memgembangkan dirinya dengan waktu belajar yang lama dan canggih

2
mempraktekan keprofesiannya

-3. Memecahkan masalah secara efektif, sanggup memakai pikiran yang logis, kritis dan kreatif
terhadap semua masalah
- 4. sebagai profesionil sanggup bekerja mandiri maupun bersama orang lain

-5. Memegang teguh etik didalam tindakannya dan tanggung jawab sosialnya sebagai profesinil
dan warga negara

-6. Berkumunikasi secara efektif didalam praktek profesinya dan sebagai anggota masyarakat

-7. Menunjukkan perspektif internasionalnya sebagai profesionil dan warga negara

Didalam menyimpulkan pandangan ini sebagai masalah pokok dan tantangan di bidang
pendidikan di Universitas, tiga hal lain yang perlu ditekankan yaitu

- globalisasi, kebutuhan universitas di semua negara agar dapat menunjukkan adanya persamaan
standar yang seimbang dengan negara lain. Dua negara yaitu Singapura dan Malysia telah
memberikan perhatiannya yang utama untuk dapat menjadi universitas internasional didalam hal
menanggapi masalah ini

- dengan merembetnya bahasa inggeris sebagai bahasa perdagangan, pendidikan dan di internet

- perdebatan akan bentuk pengajaran dan belajar di abad 21, termasuk didalamnya yaitu
sentralisasi mahasiswa katimbang dosen harus menuntun mahasiswa untuk penggunaan tehnologi
informasi , sumber informasi, universitas terbuka, penyampain yang fleksibel, dan pengembangan
universitas virtual dan perpustakaan

Kolega saya dari Universitas Australia selatan Profesor Nunan, telah menyelidiki bahwa ‘ Tugas
universitas yaitu memproduksi, membagi dan mengesahkan ilmu pengetahuan’. 1

Ini secara tidak langsung merupakan tindakan ilmiah dimana informasi sebagai intinya.
Yang paling menonjol di beberapa masalah dibidang pendidikan seperti yang telah kita bahas tadi,
tanggapan terhadap masalah tersebut tidak akan dapat ditanggulangi tanpa adanya informasi dan
pengetahuan pada saat yang tepat. Pertanyaan yang pokok yaitu dimanakah di abad 21 nanti,
apakah informasi ini akan dikenal, dinilai , dievaluir dan ditampung menjadi pengetahuan yang
berguna? Jawabannya yaitu berada di sumber tehnologi yang sudah ada , penguasaan, organisasi,
kesatuan , latihan penggunaan dan penggaliannya akan terus menjadi tanggung jawab
perpustakaan dan pustakawan.

Masalah perpustakaan universitas di abad 21

Seperti halnya universitas, Perpustakaanpun juga menghadapi masalah masalah sementara kita
mendekati abad 21

- Integrasi antara misi Perpustakaan dan misi Universitasnya

3
- Pustakawan mengembangkan peranannya dari manager informasi dan pengemudi informasi
menjadi pendidik - Pustakawan memiliki pengertian dan ketrampilan untuk ikut sebagai patner
didalam pengajaran dengan kolega staf pengajar di universitas

- memupuk integrasi membaca informasi kedalam program pengajaran dan kurukulum, sebagai
kunci dalam waktu belajar yang lama. Orang yang dapat membaca informasi mengenal kebutuhan
akan informasi, dan tau cara mengenal informasi, menguji, mengatur, mengevaluir secara kritis
dan menerapkan informasi yang diperlukan.
- Memaksimalkan cara mengakses, latihan dan penggunaan sumber informasi elektronik untuk
riset dan mahasiswa, baik mereka berada didalam kampus maupun diluar kampus. Ini tempat
dimana para Perpustakaan dan Pustakawan sudah berpengelaman sejak lama. Sudah 30 tahun
lamanya perpustakaan universitas mulai menggunakan data base elektronis di online melalui
Dialog dan sebagainya.

- meneruskan koleksinya dalam bentuk tulisan di kertas dimana ini sangat efektif dan mudah
dipakai dilihat dari segi beaya bagi para pemakainya

- memaksimalkan kerja sama dari tingkat lokal, nasional dan internasional untuk melayani clien
mereka

- menanggapi akan menaiknya permintaan akan pelayanan dan sumber sumber yang tidak
mendapat dana

- menanggapi akan tingginya beaya dan keterbatasan dalam penggunaan produksi eletronik

- menanggapi akan adanya inflasi beaya dibidang eksata, tehnik, kesehatan dan jurnal jurnal
lainnya

- disadarinya oleh pemerintah dan universitas akan adanya perkiraan anggaran belanja di beberapa
negara karena turun naiknya kurs mata uang terutama terhadap mata uang Dollar Amerika

- Untuk menuju ke masalah ini, perpustakaan universitas pada umumnya di dunia ini
harus bekerja keras untuk langgananya/clientnya

- membujuk para rektor universitas dan pemerintahnya tentang kebutuhan akan dana , para Staf,
Perpustakaan yang memadai, yang merupakan investasi utama untuk memperoleh pendidkikan
yang bermutu . Janji janji yang diberikan serta dampak dari teknologi informasi membutuhkan
beaya yang tidak lebih sedikit tetapi lebih banyak

- membujuk para staf pengajar agar tidak memberi mata kuliah baru tanpa memikirkan
kemampuan perpustakaanya dan dibidang lain agar programnya terlaksana dengan baik

- Meyakinkan Rektor, Pejabat tinggi Pendidikan , dan Pemerintah bahwa tidak ada jalan keluar
yang murah untuk dapat memberikan pendidikan yang bermutu dengan memilih sistem
penyampaian mata kuliah yang berbeda yaitu melalui program jarak jauh dibanding dengan
penggunaan teknologi informasi di kampus yang kelihatan lebih murah.

4
Penyediaan pendidikan jarak jauh yang bermutu tinggi umumnya tidak menghemat beaya dan
tidak boleh dengan pikiran bahwa akan dapat dikembangkan dengan beaya yang rendah. Ini
merupakan perkembangan akan cara memberikan pengajaran untuk orang orang yang tinggal di
tempat dimana tidak ada pilihan lain.

- Internet merupakan alat yang berguna untuk perdagangan dan komunikasi. Sumber informasi
yang diperoleh lewat internet yang bebas beaya umumnya kurang dapat dipertanggung jawabklan
dan kurang berharga. Internet bukanlah ganti Perpustakaan dengan para ahlinya yang dapat
mengenal dan mengatur sumber sumber yang bermacam macam bentuknya itu - tulisan cetak di
kertas dan elektronis - dan membantu clientnya sebagai pengemudi penggunaan barang elektronik
yang komplek itu.

Tentu masih ada tenaga manusianya, yang sering dinamakan sebagai “ahli tehnik” karena
kesemangatannya akan teknologi informasi tadi merasa dapat memberikan penyelesaian
virtual tidak syak lagi akan menggantikan Universitas dan perpustakaan yang ada saat ini. Ini
tentu saja merupakan pandangan yang naif, salah dan tak bertanggung jawab.
Dugaan mereka tidak akan terjadi. Setidak tidaknya tidak dalam waktu 50 tahun mendatang ini,
lagi pula belum mungkin kantor tanpa kertas . Kedua hal ini merupakan janji teknologi informasi
dan revolusi computer secara personil. Disetengah abad sekarang ini teknologi informasi telah
menggunakan jauh lebih banyak kertas dibanding dengan kemajuan kemajuan dibidang lain.
Ironisnya Teknologi informasi merupakan fasilitator penerbitan buku buku, yang masih menjadi
sumber utama dari program pendidikan di S1.

Didalam kesimpulan ini, culkuplah adanya alasan yang kuat diabad mendatang nanti , bahwa
universitas masih akan memusatkan perhatiannya pada tenaga manusia , terlihat paling tidak 80%
mahasiswa akan menghadiri kuliah di Lembaga yang bertenaga manusia dan ingin berhubungan
dengan manusia lain yaitu dengan dosennya, pustakawan dan teman mahasiswa lainnya. Mereka
mengharap dan utuhk untuk dapat mengakses ke perpustakaan perpustakaan lain yang lebih luas
, sumber sumber dan tenaga pengajar.
Universitas yang tidak dapat melayani hal ini akan dicela di suasana persaingan ini,
mereka akan dianggap tidak mempunyai kredibilitas.

Dari segi perspektif perpustakaan beberapa hal kelihatan jelas bahwa

- penerbitan akademis akan terus menjalani perubahan yang pokok, tanpa diketahui apa akibatnya
terhadap bidang akademis, riset, perpustakaan dan penerbitan itu sendiri

- buku dalam bentuk pencetakan di kertas akan terus tersedia sampai di abad 21 nanti, dan
mungkin akan selama lamanya. Di Amerika Serikat pada th 1997 mencetak jauh lebih banyak
buku dibanding dengan 10 tahun sebelumnya. Dan di negara Inggeris tercatat ada 60 000 buku
diterbitkan.

- Dunia tidak akan kehabisan kertas ataupun adanya kenaikan beaya. Beaya pengetikan, cetak
print, kertas dan pembagian akan tetap lebih rendah sejumlah 30% dibanding dengan menerbitkan
buku maupun jurnal.

- meskipun elektronis bisa memadai jurnal cetakan tetapi versi cetakan ini tidak akan begitu saja

5
hilang dengan cepat. Diperkirakan di th 2015 nanti, 50% dari bacaan ilmiah masih akan tetap
tersedia dalam bentuk buku cetakan. Di bidang lain prosentasinya akan lebih tinggi.

- keraguan dibidang penerbitan elektronis dan kecemasan pada pandangan dari kalangan tertentu
akan terus ada di kalangan akademis. Banyak para akademis yang ingin menerbitkan dengan sitem
cetak mesin, dengan harapan penerbitan ilmiah akan tetap ditanggapi

- Di seperempat awal abad ini tidak akan ada dominasi penerbitan, paling tidak diabad 21 ini.
Tetapi akan ada

- 1. Model pencetakan yang eklusif seperti yang sudah ada

- 2. Modernisasi yang sejajar di cetak prin dan elektronis

-3. Model yang cepat, melintasi cetak print dan menggunakan teknologi untuk membuat sistem
pengetahuan managemen yang disebut ‘ kolaboratoris’

Model model ini akan menanggapi permintaan penerbitan yang telah dikagetkan dengan adanya
kenyataan bahwa di Amerika serikat di th 1995, sejumlah 2.64 juta ilmuwan mencetak buku
sebanyak 577.100 karangan , dua kali lipat dalam jangka 20 tahun. Apakah pertumbuhan ini akan
tetap berlangsung, dimana sekarang sudah menjadi perhatian akan keterkekangan dan masalah
yang belum terpecahkan di lingkungan penerbitan elektronis.
Perpustakaan Hibrida

Tanggapan atas pandangan di bidang penerbitan yang sedang dikembangkan di beberapa


perpustakaan universitas di dunia telah diberi julukan Perpustakaan Hibrida. Istilah ini terasa
kurang cocok karena sebenarnya Perpustakaan sudah menjadi hibrida/bibit - yang disegarkan dan
diperbaharui dengan adanya format baru dengan bermacam macam sumber yang
berkembang . Memang sudah telah lama semenjak Perpustakaan hanya mempunyai buku buku
yang dicetak sebagai satu satunya format.

Tetapi saya akan menggunakan istilah Perpustakaan hibrida karena ada hubungannya dengan
perpustakaan

diciptakan untuk membawa beberapa macam teknologi yang berasal dari


bermacam-macam sumber di perpustakaan yang sudah berjalan, juga untuk
memulai menyelami integrasi/ penyatuan sistem yaitu sistem elektronik dan
cetak mesin... perpustakaan hibrida baru dimaksudkan sebagai
refleksi taraf transisi di perpustakaan, dimana sekarang bukan cetak
mesin penuh ataupun bukan sistem digital. 2

Bentuk Perpustakaan hibrida yang masih dalam percobaan , seperti misalnya di Inggeris pada saat
ini berada dibawah Projek Perpustakaan Hibrida, mejadi target pemakai yang tak terikat untuk
menempatkan bahan cetakan setempat , sumber online, penerbitan elektronis, materi digital yang
kemudian dinaikkan ke server lokal dan bukan lokal.

Seperti yang dikatakan oleh kolega saya dari Universitas Australia selatan

6
Peralihan dari hanya satu tujuan ke basis terminal yang meng akses world wide
web, memungkinkan kemampuan alat mesinnya dapat mengatur sumber sumber
yang nyata untuk penggunaan perpustakaan ilmiah. Yang lebih penting di
tingkat macro yaitu strategi peletakan di lingkungan pengaturan agar dapat
meyakinkan model perpustakaan hibrida untuk diterima dan dan dibiayai
sebagai bantuan yang esensiil dan memungkinkan adanya peralihan ke taraf
pengajaran dan belajar melalui online. 3

Selama masih belum jelas mode belajar apa yang akan menguasai di abad 21 , universitas yang
tidak bersiap siap akan perubahan dan mencari pilihan akan mendapat risiko yang tinggi. Begitu
juga terhadap perpustakaan universitas.

Masalah masalah Perpustakaan universitas di abad 21

Observasi dibawah ini dilakukan dengan penuh pengertian dengan adanya tantangan tantangan di
bidang ekonomi, sosial dan politik yang sedang dihadapi Indonesia, turunnya a nilai tukar rupiah
yang sangat dasyat ini mempengaruhi kemampuan perpustakaan Indonesia dalam membeli dari
luar negeri akan buku , jurnal, sumber eleltronik yang dibutuhkan tetapi meskipun demikian
beberapa hal perlulah diingat

- Universitas di Indonesia mempunyai kesamaan pokok dalam tujuan dan struktur akademisnya
beserta program programnya dengan universitas di dunia

- Universitas di dunia umumnya - tentu ada yang lebih baik dari yang lain - menyadari
bahwa mereka tidak dapat mencapai tujuan pendidikannya tanpa adanya perpustakaan dan
Pustakawannya
- Apabila perputakaan universitas itu kurang baik hal ini disebabkan karena perpustakaan tersebut
tidak mendapat prioritas. Karena tidak dianggap prioritas dalam pendidikan , maka hanya sedikit
prosentasi dari keseluruhan pengeluaran universitas diberikan untuk perpustakaan. Itulah
perpustakaan yang tidak mendapat tempat, mempunyai staf dan sumber. Apakah mungkin mereka
dapat memberikan sumbangan kepada pendidikan di universitas dan memuaskan mahasiswa

- Perpustakaan yang berkembang sekurang kurangnya memerlukan 8% dari jumlah keseluruhan


pengeluaran universitas untuk dapat memberikan bantuan nyata dan memadai untuk pengajaran,
belajar dan riset

- Masalah pokok di perpustakaan universitas di Indonesia yaitu rendahnya dana yang ada, terlalu
banyak buku buku tua yang tidak terpakai, kekurangan teknologi informasi, terlalu sedikitnya
Pustakawan yang berpendidikan, sistem desentralisasi di perpustakaan, rendah derajatnya dan
kurang pengaruhnya dalam penentuan proses mata pelajaran

- Pemerintah perlu mnyediakan tempat, staff, sumber dan teknologi informasi yang berstandar
yang sangat diperlukan universitas, jangkauan yang diperlukan untuk penentuan mata kuliah
( Malaysia misalnya telah dapat menghasilkan perpustakaan yang berstandar dan diakui oleh
universitas swasta)

7
- Perawatan yang baik akan pilihan, penguasaan dan penerapan teknologi informasi oleh
Universitas beserta perpustakaannya di Indonesia haruslah dilaksanakan. Di negara yang sudah
maju, banyak uang yang dipakai dan dihamburkan di segala tingkatan pendidikan - di SD, SMP,
SMA dan di tingkat yang lebih tinggi - dengan memasang teknologi informasi yang hampir tidak
pernah dipakai karena kurangnya penerangan akan kegunaannya disaat pengenalannya. Hal ini
disebabkan karena

- 1. “Ahli Tehnik” yang menganggap bahwa hampir semua masalah di dunia pendidikan ,
informasi dan masalah lain dapat diselesaikan melalui teknologi informasi

-2. Politikus, bahkan Pendidk sendiri, sangat ingin menunjukkan kebolehannya betapa maju
pikirannya akan penemuan penemuannya

-3. Lembaga teknologi informasi khawatir - ketakutan akan tertinggal karena ketergesa gesaan
untuk tahun digital

-4. Pendagang computer yang ingin menjual barangya baik hardware maupun sofware dan
mungkin kesadaranya rendah , apakah produknya itu berijin dan terjamin

Diperdebatkan juga percobaan dalam pengeluaran beaya di negara yang sudah maju ini. Apakah
hal ini penting dan akan menghasilkan hasil yang berguna dan tahan di bidang pendidikan.
Walaupun demikian hal ini cukup merupakan tekanan dimasa kini dan mendatang tentang
anggaran universitas di negara negara yang sudah maju walaupun secara terus menerus harga
hardware dan software di Teknologi Informasi menurun.

Yang dimaksud biaya disini bukan hanya harga pembelian. Lebih banyak yaitu dalam pemasangan,
latihan dan perawatan dan setiap 2 - 3 tahun - penggantian dan peningkatan. Ini berarti apabila
universitas mempunyai alat alat computer sejumlah 200 terminal , haruslah direncanakan untuk
penggantian dalam waktu 2 - 3 tahun. Tentu saja tahun 1999 ini akan terlihat pembengkakan
disektor pengeluaran universitas untuk menjaga agar teknologi informasi di tahun 2000 tetap
memadai.
Negara berkembang seperti Indonesia jelas tidak mampu menghamburkan uang hanya untuk
pilihan yang keliru, tidak memadai dan sedikit pemakainnya akan teknologi informasi. Sudah
banyak contoh baik di negara berkembang maupun di negara yang sudah maju bahwa teknologi
informasi itu sering tidak dapat berjalan seperti apa yang sudah dijanjikan, terlalu sulit untuk
dirawat oleh tenaga manusia yang tersedia, dan akhirnya dengan diam diam hanya mengumpulkan
debu di pojok ruangan atau didalam gudang. Akan lebih baik apabila uang tersebut digunakan
untuk pembelian buku buku dan jurnal.

Singkatnya tidak ada gunanya membeli computer dan software tanpa kepastian akan

1. Apa kebutuhannya

2. Apakah akan ditanggung oleh Penjualnya apabila ternyata alat tersebut tidak bekerja,
mungkinkah dikembalikan

3. Staf twerlatih yang tersedia dapat mempergunakannya

8
4. Dana untuk penggantian di 3 tahun mendatang harus ada apabila diperlukan

- Staff yang berpendidikan dan berpengetahuan sangatlah penting dibidang teknollogi informasi.
Staf yang berpendidikan dan berpengetahuan juga sangat penting di perpustakaan.
Perpustakaan tidak akan maju tanpa adanya pimpinan yang berpendidikan dan berpengalaman
dalam profesinya sebagai Pustakawan dan mempunyai kedudukan yang tinggi
Kepemimpinan di Perpustakaan bukan jabatan seorang akademis, sehingga ini dapat diartikan
bahwa Kepala Perpustakaan seharusnya mendapat jabatan setingkat dan gaji yang sama dengan
Ketua Fakultas . Perpustakaan universitas juga perlu mengangkat ahli teknologi informasinya
masing masing karena infrastruktur teknologi informasi perpustakaan mungkin adalah
infrastruktur yang terbesar dan paling komplek di universitas . Di Perpustakaan saya sendiri
mempunyai 350 terminal computer.

- Perpustakaan universitas terlibat didalam gelanggang , sebagian dikarenakan adanya kebutuhan


untuk mengadakan tawar menawar dengan penjual produk elektronik , mendapatkan harga rendah
sehingga mempunyai jalur ke produk ini. Perpustakaan mempunyai reputasi yang tinggi dalam
bekerja sama - perpustakaan universitas di Indonesia perlu diformilkan dan dimaksimalkan dalam
bekerja sama untuk tawar menawar dengan penjual produk elektronik.

Dengan tersedianya dan bertambah banyaknya teks jurnal di data base melalui CDRom dan
internet akan memberikan kesempatan kepada perpustakaan yang koleksi jurnal nya tidak banyak
sehingga dapat menutup kekurangan tersebut. Tetapi memang perlu diingat dan dimengerti bahwa
data base dengan teks jurnal yang lengkap memang mahal untuk dicapai,dan penjual dapat
mengontrol penggunaannya dengan mudah dibanding dengan penggunaan buku buku dan jurnal.

9
Ringkasan

1. Universitas yang bermutu butuh perpustakaan yang bermutu

2. Teknologi Informasi dan internet bukanlah sulapan, penyelesaian yang murah dan menunjang
terhadap kekurangan di bidang pendidikan dan informasi

3. Perpustakaan Universitas Hibrida akan tetap membutuhkan cetak print dan produk elektronik
sampai abad 21

4. Perpustakaan Universitas di Indonesia dapat berkembang cepat sebagai fasilitator untuk dapat
mengakses di sumber elktronik global apabila

- mereka mendapat prioritas dalam pendanaan di universitasnya dengan bantuan pemerintah

- dipimpin oleh pustakawan yang berpendidikan, berpengalaman dan mengangkat lebih banyak
pustakawan

- pendidikan untuk perpustakaan dan managemen informasi harus diprioritaskan di tingkat


nasional

Buku Education and training for librarian in Indonesia yang diterbitkan oleh Universitas Monash
tahun 1997 berisi analisa yang bagus tentang sejarah keperpustakaan di Indonesia.Di dalam buku
ini disebutkan bahwa pada th 1996 hanya ada tiga universitas yang mempunyai jurusan ilmu
keperpustakaan dengan dana dari pemerintah. Ada lebih banyak program tehnik perpustakaan
tetapi ini merupakan tingkat yang bukan profesionil .

.....janganlah berhenti disitu dengan kurangnya tenaga perpustakaan


yangberpendidikan , apabila memang tugas peranan perpustakaan yaitu
pemberi informasi di abad 21 nanti. Ini hanya dapat datang dari mereka yang
dibutuhkan di mata kuliah yang mereka pelajarui untuk mengakses, menyaring,
dan membuat keputusan akan peraturan, prosedur dan jalan keluar, dengan
singkat yaitu dari mereka yang telah lulus dari jurusanya. 5

Kesimpulan penulis

Apabila tugas perpustakaan dan tenaga profesionil informasi yaitu


mengumpulkan memperkirakan dan memberikan akses ke informasi yang
terjamin dan asli, merangsang inspirasi, pendidikan dan literatur, dengan
demikian kebutuhan akan pustakawan di tahun 1997 ini sangatlah mendesak. 6

10
Referensi

1 Nunan T Strategic palnning for universities in a high information technology environment 1996 AVCC
leadership program for heads, deans and administrator managers Deakin University
14-19 July 1996 p10

2 Rusbridg, C Towards the hybrid library D-Lib magazine July/August 1998


,http://mirrored.ukoln.ac.uk/lis-journals/dlib/dlib/dlib/july98/rusbridge/07rusbridge.html>

3 Whelan,K,Keith,K,Cerry,BAdventures in Wonderland or nitghmare on E Street:


integration,access and evaluation of Internet resources ALIA National Conference,
Adelaide 1998p3

4 Rungkat, T Education and training for librarianship in Indonesia, 1954-1984 and


Rungkat,T & Zen,Z Educating and training the Indonesian library workforce, 1985-1996
Ancora Press, elbourne 1997

5 Ibid p103

6 Ibid p97
-

-
Saya mau menambah kata kata penghargaan yang telah diucapkan oleh Pak Wynton, atas
kesempatan yang diberikan kepada kami untuk ikut berbicara di konferensi hari ini.
Dunia terus maju melewati tahun informasi terus ke dunia pengetahuan yang akhirnya dengan
penuh harapan yaitu masuk ke dunia kebijaksanaan. Perpustakaan dan Pustakawan telah
bertambah peranannya yang penting di bidang pendidikan, baik di masyarakat maupun sebagai
fasilitator darui demokrasi yang bebas. Disaat yang sangat penting di sejarah Indonesia sekarang
ini, konferensi ini sangat tepat waktunya dan saya mengucapkan selamat kepada Panitia
Konferensi ini atas prakarsanya dan terima kasih atas undangan dan penerima an dengan tangan
terbuka serta keramah tamahan yang diberikan kepada kami.

Ini merupakan acara yang sangat penting akan kemajuan Institute Teknologi Bandung karena
ITB merupakan salah satu Universitas Utama bagi kami di kawasan ini. Atas nama Rektor
Universitas Australia Selatan Prof Bradley saya dengan gembira hati menyampaikan salamnya dari
Universitas Australia Selatan kepada ITB atas HUT 40 tahun sejak berdirinya. Universitas
Australia Selatan mempunyai hubungan jalur secara akademis dan di bidang perpustakaan dengan
ITB . Kami menharap agar jalur tersebut tetap akan berlangsung dan dipupuk untuk sekurang
kurangnya 40 tahun mendatang ini sampai ke abad 21.

11

Anda mungkin juga menyukai