Anda di halaman 1dari 11

TUGAS MATA KULIAH

PENGELOLAAN LINGKUNGAN

Dosen Pengampu:
Abdur Rofi, S.Si., M. Si


Disusun Oleh:
Andri yudistira

1URUSAN GEOGRAFI LINGKUNGAN
FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS GAD1AH MADA
YOGYAKARTA
2011
IMPLIKASI PERMUKIMAN PADA LOKASI YA NG TIDAK SESUAI
TERHADAP POTENSI RUN OFF
(KASUS DAS PABELAN)
Oleh:
Kelompok DAS Pabelan I

I. PENDAHULUAN
Latar Belakang
umlah penduduk di Indonesia berdasarkan Sensus Penduduk 2010 telah
mencapai 237,6 juta jiwa. umlah tersebut bertambah sekitar 32,5 juta jiwa sejak
tahun 2000. umlah penduduk yang meningkat tersebut tentu berdampak pada
kebutuhan terhadap ruang terutama untuk permukiman. Namun, pada kenyataannya
jumlah kebutuhan lahan permukiman belum dapat disediakan secara proporsional.
Selain itu, lahan-lahan yang telah dapat disediakan masih banyak yang tidak sesuai
untuk permukiman. Oleh karena itu, diperlukan suatu upaya arahan pengembangan
perumahan secara terpadu agar terjalin sinergi produktivitas dan kelestarian
lingkungan hidup terutama kelestarian ekologi.
Pemilihan lokasi yang tepat untuk permukiman mempunyai makna strategis dan
penting dalam aspek keruangan, salah satunya adalah dampak permukiman itu sendiri
terhadap lingkungan di sekitarnya (Sutikno,1982). Pertimbangan agar lokasi
permukiman lebih tepat guna dan berdaya guna memerlukan pengaturan lahan dan
ruang secara berencana mengikuti kaidah-kaidah perencanaan tata ruang sebagai satu
kesatuan sistem agar usaha-usaha pembangunan lebih produktiI (martopo, 1987).
Kesesuaian lahan untuk permukiman merupakan tingkat kecocokan suatu lahan
untuk penggunaan permukiman. Parameter penentu kesesuaian lahan untuk
permukiman yang merupakan unsur penyusun lahan antara lain kemiringan lereng,
jumlah dan kedalaman alur, keseringan dan lama genangan banjir, tingkat erosi dan
longsor lahan,kekuatan batuan, tingkat pelapukan batuan, drainase permukaan, daya
dukung tanah dan batuan serta nilai kembang kerut tanah (Suprapto, 1993).
Sub DAS Pabelan bagian hulu berada pada bentuklahan vulkanik Merapi
memiliki tingkat kesesuaian untuk permukiman tidak sesuai karena memiliki lereng
yang terjal. Kondisi ini menyebabkan kurangnya daya dukung lereng terhadap
pembangunan perumahan di bagian hulu tersebut. Akan tetapi, kesesuaian untuk
permukiman yang tidak sesuai di bagian hulu tidak didukung kesadaran masyarakat
karena pada kenyataannya masih banyak yang membangun perumahan di bagian hulu
sub DAS Pabelan yang seyogyanya merupakan kawasan konservasi.
Bangunan di bagian hulu sub DAS Pabelan yang terus bertambah mengancam
timbulnya peningkatan run oII akibat berkurangnya daerah resapan di bagian hulu.
Adanya lereng yang terjal menyebabkan semakin cepatnya aliran run oII yang
berdampak pada ancaman lain berupa erosi bagian hulu dan sedimentasi di bagian
hilir yang akan merusak lingkungan. Dampak tersebut dapat dikurangi dengan upaya-
upaya pengelolaan lingkungan sehingga pembangunan perumahan di bagian hulu
tidak bertambah dan akibat yang timbul dari bangunan yang sudah ada dapat
dikurangi. Dengan demikian, kondisi-kondisi di atas merupakan latar belakang
dilakukan penulisan ini.

Rumusan Masalah
1. Bagaimana pembangunan permukiman di bagian hulu sub DAS Pabelan
yang berada pada tingkat kesesuaian lahan yang tidak sesuai memberikan
dampak negatiI terhadap lingkungan?
2. Apa saja upaya pengelolaan lingkungan yang dibutuhkan untuk mengurangi
dampak negatiI yang ditimbulkan dari pembangunan permukiman yang
tidak sesuai di bagian hulu sub DAS Pabelan?

Tujuan
1. MengidentiIikasi dampak negatiI terhadap lingkungan yang timbul dari
pembangunan permukiman yang tidak sesuai di bagian hulu sub DAS
Pabelan.
2. Mengajukan upaya-upaya pengelolaan lingkungan untuk mengurangi dampak
negative terhadap lingkungan yang ditimbulkan oleh pembangunan
permukiman yang tidak sesuai di bagian hulu sub DAS Pabelan.

II. TIN1AUAN PUSTAKA
Konsep Kesesuaian Lahan
Kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan sebidang lahan untuk penggunaan
tertentu. Kesesuaian lahan tersebut dapat dinilai untuk kondisi saat ini (kesesuaian
lahan aktual) atau setelah diadakan perbaikan (kesesuaian lahan potensial).
Kesesuaian lahan dikelompokkan dalam dua jenis, yaitu kesesuaian lahan potensial
dan kesesuaian lahan aktual. Kesesuaian lahan aktual adalah kesesuaian lahan
berdasarkan data siIat bioIisik tanah atau sumber daya lahan sebelum lahan tersebut
diberikan masukan- masukan yang diperlukan untuk mengatasi kendala. Sedangkan
keseuaian lahan potensial menggambarkan kesesuaian lahan yang akan dicapai
apabila dilakukan usaha-usaha perbaikan (Sitorus, 1985).
Kesesuaian lahan merupakan bagian dari evaluasi lahan, dimana evaluasi
lahan sendiri adalah proses penilaian potensi suatu lahan untuk penggunaan-
penggunaan (kepentingan) tertentu, contohnya untuk permukiman. Evaluasi lahan ini
(permukiman) digunakan untuk perencanaan tataguna lahan yang rasional, sehingga
tanah dapat digunakan secara optimal dan lestari.Metode pencocokan atau Matching
untuk kesesuaian lahan permukiman di DAS Pabelan menggunakan beberapa kriteria
siIat lahan beserta tingkat pembatasnya. Karena permukiman bukan merupakan
klasiIikasi pertanian, maka cara penentuan kerangka sistem klasiIikasi berbeda
dengan USDA. Tingkat kesesuaian lahan untuk permukiman dipengaruhi oleh
beberapa Iaktor pembatas, Faktor pembatas menyebabkan suatu lahan terhambat atau
tidak bisa digunakan dengan baik untuk suatu tujuan tertentu (mengurangi
nilai/value).Faktor-Iaktor pembatas itu adalah lereng permukaan, kepekaan erosi,
tingkat erosi, kedalaman tanah, tekstur tanah, permeabilitas, drainase, batuan kasar,
ancaman banjir dan garam/salinitas (Sitorus, 1985).
Konsep Pengelolaan Lingkungan berbasis DAS
Daerah aliran sungai merupakan suatu daerah dengan batas Iisik berupa
topograIi dengan satu outlet di mana dalam daerah terssebut terbentuk suatu
ekosistem yang khas (Asdak, 2001). Ekosistem dalam DAS sendiri terbagi menjadi 3
bagian yaitu hulu, tengah dan hilir. Ketiga ekosistem tersebut merupakan satu system,
di mana setiap hal yang terjadi pada salah satu bagian tersebut akan mengubah system
yang ada di bawahnya.
Daerah-daerah hulu merupakan daerah yang memegang peranan penting
dalam DAS, di mana bagian hulu merupakan daerah tempat terjadinya proses-proses
yang penting, di mana proses tersebut mreupakan proses yang mempengaruhi
keadaan lingkungan di bagian lain dalam DAS (Asdak,2001). Sebagai contoh,
perkembangan permukiman yang pesat di bagian hulu dapat mengakibatkan
meningkatnya aliran permukaan, yang berakibat banjir pada bagian hilir maupun
bagian tengah. Maka dapat dikatakan bahwa antara tiga bagian dalam suatu DAS
terdapat keterkaitan secara Iisik, di mana perubahan pada salah satu bagian tersebut
akan berakibat pada perubahan respon DAS terhadap berbagai Ienomena Iisik yang
terjadi pada DAS tersebut. Maka pengelolaan juga perlu melibatkan keterpaduan
antara wilayah hulu, tengah dan hilir agar terwujudnya lingkungan yang lestari, baik
dari sisi ekologi maupun Iungsi kawasan (Asdak, 2001).

III. PEMBAHASAN
Kesesuaian Lahan Permukiman VS Penggunaan Lahan Permukiman
Factor Iisik dalam penentuan kesesuaian lahan, terutama kesesuaian lahan
permukiman tentunya tidak menjadi acuan utama. Factor lain seperti Iungsi kawasan
tentunya perlu dimasukkan pada penentuan kesesuaian. Dalam konteks daerah aliran
sungai (DAS), tentunya Iungsi kawasan merupakan hal penting, di mana dalam
system DAS perubahan yang terjadi pada bagian DAS tentunya akan menimbulkan
perubahan dalam proses yang terjadi pada bagian lain, sehingga menghasilkan output
yang berbeda dengan keaadan yang lalu.
Sub DAS Pabelan merupakan bagian dari DAS Progo, di mana lokasi Sub
DAS tersebut berada pada bagian hulu dari DAS Progo. Terkait dengan kesesuaian
lahn untuk permukiman, bagian hulu Sub DAS Pabelan didominasi oleh jenis
kesesuaian lahan berupa tingkat kesesuaian buruk hingga sedang. Artinya secara Iisik
bagian hulu Sub DAS Pabelan bukan merupakan daerah yang baik untuk
permukiman, dikarenakan Iactor lereng yang menjadi penyebab utama mengapa
daerah tersebut tidak sesuai untuk kawasan permukiman. Dalam konteks DAS,
daerah tersebut juga tidak sesuai untuk permukiman, dikarenakan bagian hulu
merupakan bagian yang mengontrol proses-proses yang akan terjadi pada bagian
bawah Sub DAS, yaitu bagian hilir. Fungsi kawasan hulu yang pada dasarnya
merupakan daerah konservasi dan resapan air hujan tentunya tidak ccok bila
dimanIaatkan sebagai kawasan terbangun. Hal tersebut dapat mengurangi Iungsi
kawasan dalam meresapkan air. Secara ekologis, perubahan penggunaan lahan
dengan pembukaan hutan akan menyebabkan kerusakan lingkungan.
Namun keadaan di lapangan yang sebenarnya sangat berbeda, Iaktor
pertumbuhan penduduk, pertumbuhan ekonomi, lapangan kerja dan pola kehidupan
sosial akan memicu manusia untuk terus mengoptimalkan penggunaan lahan sebagai
proses awal pemekaran wilayah dan alih Iungsi lahan. Hal tersebut secara tidak
langsung akan mengakibatkan meningkatnya pembangunan dan penambahan pusat-
pusat aktivitas baru pemacu pertumbuhan wilayah, dan berdampak pada peningkatan
kebutuhan perumahan dan lahan, di mana keterbatasan ketersediaan lahan di suatu
wilayah. Akibatnya, pemanIaatan lahan terjadi secara intensiI dengan tingkat
kepadatan bangunan dan penduduk yang tinggi. Kondisi ini dapat mendorong
terjadinya penggunaan lahan produktiI, karena lahan yang relatiI murah dapat
dijumpai di daerah yang subur dengan dominasi guna lahan pertanian dan
perkebunan. Daerah yang subur biasanya dipengaruhi oleh beberapa Iaktor misalnya
daerah yang dekat dengan aliran sungai, daerah sekitar gunung api, maupun daerah
yang berada di dataran tinggi seperti halnya pada bagian hulu Sub DAS Pabelan.
Tingkat kenyamanan yang tinggi menjadi salah satu sebab besarnya permukiman di
bagian hulu Sub DAS Pabelan selain daerah ini merupakan daerah yang subur dan
cocok digunakan sebagai daerah pertanian maupun perkebunan. Harga lahan di
daerah seperti ini biasanya lebih murah, sehingga tidak sedikit orang mendirikan
permukiman di daerah yang seperti ini.
DAS Pabelan memiliki permukiman yang cukup padat terutama di bagian
tengah dan hilir DAS. Permukiman di hulu DAS Pabelan hanya sedikit meskipun
demikian hal tersebut sangat berpengaruh terhadap daerah resapan air. Semakin
banyaknya permukiman di sepanjang DAS Pabelan akan berdampak pada
pengurangan daerah resapan air karena vegetasi yang merupakan Iaktor penghambat
terjadinya run oII sudah berganti dengan berdirinya permukiman. Oleh karena itu air
hujan yang turun akan langsung menjadi aliran permukaan (run oII). Daerah hulu
DAS Pabelan memiliki curah hujan yang tinggi tetapi vegetasi yang terdapat di hulu
sudah berkurang akibat adanya permukiman di daerah tersebut sehingga hal ini
menyebabkan volume aliran permukaan semakin tinggi terutama di bagian tengah
dan hilir DAS Pabelan. Daerah hilir sungai merupakan daerah yang sangat besar
menerima dampak dari perluasan daerah permukiman di bagian hulu karena volume
serta debit aliran dan sedimentasi yang dibawa oleh aliran semakin besar. Daerah
hulu DAS seharusnya tidak diperbolehkan untuk membuat permukiman karena
daerah tersebut merupakan daerah konservasi yaitu hutan lindung agar terjadi
keseimbangan antara daerah hulu, tengah dan hilir DAS.
Factor lain yang menjadi penghambat dalam penggunaan lahan permukiman
di sekitar Sub DAS Pabelan adalah potensi bencana yang tinggi, berupa letusan
gunung berapi. Kondisi Iisik Sub DAS yagn masih dipengaruhi oleh aktivitas
vulkanik dari Gunung Merapi menandakan bahwa resiko letusan Gunung Merapi
yang akan terjadi pada Sub DAS tersebut cukup besar. Permukiman merupakan salah
satu bagian yang sangat rentan untuk terkena dampak letusan gunung Merapi, di
mana lokasi yang dekat dengan pusat aktivitas letusan, juga arah dari letusan yang
selalu mengarah pada lereng barat menjadi sebab mengapa resiko bencana di Sub
DAS tersebut sungguh besar. Maka sebagai bentuk mitigasi terhadap bencana letusan
gunung Merapi, daerah tersebut tidak seharusnya menjadi kawasan permukiman.
Proses mitigasi seharusnya dilakukan dalam bentuk rencana tata ruang yang sesuai, di
mana Iungsi kawasan pada daerah tersebut lebih diutamakan sebagai kawasan
konservasi dan hutan lindung agar pemanIaatan yang berhubungan dengan manusia
seperti permukiman, pertanian, dan lain lain.
Rencana tata ruang dalam pengelolaan lingkungan Sub DAS Pabelan
sebaiknya dilakukan dengan memperhatikan Iungsi kawasan yang ada, di mana
Iungsi kawasan lebih ditekankan pada Iungsi ekosistem Sub DAS yang sesuai. Sub
DAS Pabelan merupakan bagian hulu dari DAS Progo, di mana Iungsi bagian hulu
adalah sebagai tempat resapan air dan kawasan konservasi. Bentuk konservasi yang
baik adalah dengan memaksimalkan resapan air, agar kelestarian airtanah dapat
terjaga. Selain itu, dalam perencanaan tata ruang dan permukiman, juga perlu
dipertimbangkan permasalahan dampak letusan Gunung Merapi, yang berbasis pada
morIologi sebaran awan panas dan aliran lahar dingin (LPPM UGM,2010). Hal
tersebut guna meminimalisir dampak letusan Gunung Merapi. Perencanaan tata ruang
juga harus dilakukan secara terpadu, baik pada daerah hulu, tengah maupun hilir,
dikarenakan system DAS merupakan system yang terpadu dan saling berkaitan.

IV. KESIMPULAN
Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa:
O Permasalahan permukiman yang terjadi pada Sub DAS Pabelan adalah lokasi
permukiman yang berada pada zona kesesuaian yang buruk, serta padatnya
permukiman pada bagian hulu Sub DAS Pabelan.
O Dampak yang dapat terjadi adalah berkurangnya resapan air, yang berakibat
pada meningkatnya run oII dan berkurangnya daya resapan air di bagian hulu.
O Tingkat resiko bencana yang tinggi pada daerah Sub DAS Pabelan menjadi
Iactor lain ketidaksesuaian untuk lahan permukiman pada Sub DAS tersebut.
O Perencanaan tata ruang yang berbasis pada Iungsi eksosistem DAS dan
mitigasi bencana merupakan salah satu alternatiI utama dalam menanggulangi
permasalahan lingkungan yang terjadi pada Sub DAS Pabelan.

























DAFTAR PUSTAKA

Arsyad. Sitanala. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Bogor: IPB

Asdak, Chay. 2001. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press

LPPM UGM. 2010. Kebijakan Penyusunan Tata Ruang dan Pemukiman Harus
Perhatikan MorIologi Sebaran Awan Panas dan Lahar Merapi. Diunduh
dari http://lppm2.ugm.ac.id/lppm-highlights/109 tanggal 26 juni 2011
jam 12:22

Martopo, S. 1987. 'Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang dalam Lingkungan
Hidup. Materi Kursus Pengenalan AMDAL dalam Rangka Orientasi
Pengendalian Pencemaran Lingkungan dan Pengelolaan Sumberdaya
Alam. Yogyakarta : Fak. GeograIi UGM.

Sitorus, Santun R. P. 1985. Evaluasi Sumberdaya Lahan. Bandung: ITB

Sutikno. 1982. 'Peranan GeomorIologi dalam Aspekaspek Keteknikan`. Makalah
Seminar Geografi II IGEGAMA. Yogyakarta : Fak. GeograIi UGM.

Worosuprojo, S dan Suprapto D. 1993. 'KlasiIikasi dan Evaluasi Medan Materi
Kursus Evaluasi Sumberdaya Lahan Angkatan III Tanggal 1 31 uli
1993. Yogyakarta : Fak. GeograIi UGM.
Tambahan: keterangan kesesuaian lahan
Analisis lingkungan
1umlah penduduk
Penyelesaian dengan beberapa pendekatan PL
Tugas hidrologi
Parameter fisik DASkondisi hidrologipengelolaan linkungan.
Kerentanan DAS
IPAL sebab pembangunan IPAL, konsep lingkungan, kaitannya dengan UU
LH

Anda mungkin juga menyukai