Anda di halaman 1dari 22

BAB2

TIN1AUAN PUSTAKA

2.1.1.Pengendalian Intern
2.1.1 Definisi Pengendalian Intern
Pengendalian intern dari sudut pandang auditing (Arens, Elder dan Beasley,
2003: 396) adalah:
'Suatu sistem pengendalian intern terdiri dari kebifakan atas prosedur
yang dirancang untuk memberikan manafemen faminan yang wafar bahwa
perusahaan mencapai tufuan dan sasarannya.`

Standar Audit Seksi 319 Pertimbangan atas Pengendalian Intern dalam
Audit Laporan Keuangan paragraI 06, mendeIinisikan pengendalian intern sebagai
suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan personil lain
yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga
golongan berikut (Mulyadi, 2002: 180) yaitu :
1. Keandalan pelaporan keuangan
2. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku
3. EIektiIitas dan eIisiensi operasi
2.1.2.Elemen-elemen Pengendalian Intern
Pengendalian intern terdiri dari kebijakan dan prosedur yang ditetapkan
untuk memberikan keyakinan memadai bahwa tujuan tertentu suatu satuan usaha
akan tercapai. Elemen pengendalian intern (Beasley et al, 2003: 403) terdiri dari:


1. Lingkungan Pengendalian
Terdiri dari tindakan, kebijakan dan prosedur yang mencerminkan sikap
menyeluruh manajemen puncak, direktur, komisaris dan pemilik suatu satuan
usaha terhadap pengendalian dan pentingnya terhadap satuan usaha tersebut.
Berikut ini adalah sub elemen terpenting yang harus dipertimbangkan:
a. Integritas dan nilai-nilai etika
b. Komitmen terhadap kompetensi
c. FilosoIi manajemen dan gaya operasi
d. Struktur organisasi
e. Dewan komisaris atau komite audit
I. Pelimpahan wewenang dan tanggung jawab
g. Kebijakan dan prosedur kepegawaian
2. Penetapan Risiko oleh Manajemen
Dalam hal ini merupakan identiIikasi dan analisa oleh manajemen atas resiko-
resiko yang relevan terhadap penyiapan laporan keuangan yang sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum.
3. InIormasi dan Komunikasi
InIormasi dan komunikasi digunakan untuk mengidentiIikasi,
menggabungkan, mengklasiIikasikan, menganalisa, mencatat dan melaporkan
transaksi suatu satuan usaha dan untuk mengelola akuntabilitas atas aktiva
terkait. InIormasi dan komunikasi yang eIektiI harus memenuhi semua dari
tujuan rinci pengendalian intern.
4. Aktivitas Pengendalian

Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur, selain dari empat
komponen yang lain, yang dibuat manajemen untuk memenuhi tujuannya.
Banyak sekali kebijakan dan prosedur dalam suatu satuan usaha. Lazimnya
ada lima kategori, yaitu:
a. Pemisahan tugas yang cukup
Pemisahan tugas yang cukup, ditujukan untuk mencegah baik kecurangan
dan kesalahan yang bisa saja terjadi karena kurangnya pengawasan akibat
tidak adanya pemisahan tugas bagi para personil.
b. Otorisasi yang pantas atas transaksi dan aktiIitas
Ini dilakukan sedini mungkin untuk mencegah orang yang mengesahkan
transaksi yang mempunyai kendali atas aset terkait. Otorisasi suatu
transakasi dan penanganan aset terkait oleh orang yang sama dapat
meningkatkan kemungkinan kecurangan di dalam organisasi.
c. Dokumen dan catatan yang memadai
Dokumen dan catatan adalah obyek Iisik di mana transakasi dimasukkan
dan diringkaskan. Dokumen berIungsi mengirimkan inIormasi sepanjang
kegiatan organisasi. Dokumen harus memadai untuk memberikan jaminan
yang wajar bahwa semua aset dikendalikan dengan baik dan semua
transaksi dicatat dengan tepat.
d. Pengendalian Iisik atas aktiva dan catatan
Untuk memelihara pengendalian internal yang memadai, sangat penting
untuk melindungi aset dan catatan secara Iisik. Jika aset dan catatan tidak
cukup terlindungi, maka akan rusak, hilang atau tercuri. Dan hal ini akan
mengganggu proses akuntansi dan operasional organisasi.

e. Pengecekan independen atas pelaksanaan
Kategori terakhir dari aktivitas pengendalian adalah telaah yang teliti dan
berkelanjutan dari empat hal lainnya, yang sering disebut pengecekan
independen. Kebutuhan akan pemeriksaan/pengecekan independen timbul
karena pengendalian internal cenderung berubah seiring waktu, kecuali
jika ada suatu mekanisme untuk tinjauan ulang.
5. Pemantauan
Pemantauan adalah proses penilaian kualitas kinerja pengendalian intern
sepanjang waktu. Pemantauan dilaksanakan oleh personel yang semestinya
melakukan pekerjaan tersebut, baik pada tahap disain maupun pengoperasian
pengendalian.
2.2. Bank Syariah dan Pembiayaan Musyarakah
2.2.1.Pengertian Bank Syariah
Menurut Muhammad (2005:1), Bank syariah adalah bank yang beroperasi
dengan tidak mengandalkan pada bunga, Bank syariah merupakan lembaga
keuangan atau perbankan yang operasionalnya dan produknya dikembangkan
berdasarkan Alqur`an dan Hadist. Pengertian umum Bank Syariah adalah bank
yang dalam menjalankan usahanya didasarkan pada prinsip-prinsip hukum atau
syariah Islam dengan mengacu kepada Al Qur`an dan Al Hadist. Berusaha sesuai
prinsip syariah Islam dimaksudkan disini adalah beroperasi mengikuti ketentuan-
ketentuan syariah Islam khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalat
secara Islam, antara lain misalnya dengan menjauhi praktek-praktek yang
mengandung unsur riba dan melakukan kegiatan investasi atas dasar bagi hasil
pembiayaan perdagangan.

2.2. Pengertian Pembiayaan
Pembiayaan adalah penyediaan dana dan atau tagihan berdasarkan akad
Mudharabah dan atau Musyarakah dan atau pembiayaan lainnya berdasarkan
prinsip bagi hasil (Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/7/PBI/2003 tanggal 19 Mei
2003 Tentang Kualitas Aset ProduktiI Bagi Bank Syariah, pasal 1 butir 5).
Dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-
Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan, pembiayaan berdasarkan prinsip
syariah dideIinisikan sebagai, (Karim, 2006: 125):
'Penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu
berdasarkan persetufuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain
yang mewafibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan utang atau
tagihan tersebut setelah fangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi
hasil.`
Pembiayaan atau istilah 'kredit di bank konvensional identik dengan
meminjamkan uang dan mengambil keuntungan dengan cara membungakan uang
yang dipinjam tersebut. Tentunya hal ini bertentangan dengan kaidah Islam. Oleh
karena itu, bank syariah tidak menggunakan istilah 'kredit melainkan
'pembiayaan (Gozali, 2005: 18). Bank syariah meniadakan transaksi ini dan
mengubahnya menjadi pembiayaan, dimana bank tidak meminjamkan uang tetapi
membiayai keperluan nasabahnya. Jenis pembiayaan syariah yang akan penulis
bahas lebih lanjut adalah jenis pembiayaan yang berprinsip pada penyertaan
modal atau musyarakah.

Untuk menyesuaikan dengan aturan-aturan dan norma-norma Islam, lima
segi religius yang berkedudukan kuat dalam literatur, harus diterapkan dalam
perilaku investasi (Algaoud & Lewis, 2001: 106). Lima segi tersebut adalah:
a) Tidak ada transaksi keuangan berbasis bunga (riba)
b) Pengenaan pajak religius atau pemberian sedekah/zakat
c) Pelarangan produksi barang dan jasa yang bertentangan dengan sistem
nilai Islam (haram)
d) Penghindaran aktivitas ekonomi yang melibatkan maysir (judi) dan gharar
(ketidakpastian)
e) Penyediaan TakaIul (asuransi Islam)
2.2.3. PembiayaanMusyarakah
usyarakah adalah akad kerjasama antara dua belah pihak atau lebih
untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi
dana (amal/expertise) dengan ketentuan bahwa keuntungan dibagi berdasarkan
kesepakatan sedangkan resiko berdasarkan porsi kontribusi dana (Suwiknyo,
2008:59).
Menurut Dewan Syariah Nasional (DSN) MUI dan PSAK 106, musyarakah
adalah akad kerjasama antara duaorang atau lebih untuk suatu usaha tertentu, di
mana masing-masing pihak memberikan kontribusi dengan ketentuan bahwa
keuntungsn dibsgi berdasarkan kesepakatan, sedangkan kerugian
berdasarkanporsi kontribusi dana. Para mitra dapat menyediakan dana bagi usaha
yang sudah berjalan atau belum dan salah satu pihak mengembalikan modal
tersebut secara bertahap atau sekaligus kepada mitra lain.


PROYEK
USAHA
Secara umum, aplikasi perbankan musyarakah dapat digambarkan dalam
skema berikut ini:
Gambar 2.1
Skema Prinsip Kerja Al-usyarakah











Sumber: Antonio, SyaIi`i. 2001. Bank Syariah dari Teori ke Praktek. Jakarta:
Gema Insani Press

2.3. Prosedur dan Ketentuan Pengendalian Pembiayaan
2.3.1.Prosedur Pembiayaan
Analisa pembiayaan dapat dilakukan dengan berbagai metode sesuai
kebijakan bank. Dalam beberapa kasus seringkali digunakan metode analisa 5C,
yang meliputi (ZulkiIli, 2003:135):
1) haracter (Karakter)
Analisa ini merupakan analisa kualitatiI yang tidak dapat dideteksi secara
numerik. Kesalahan dalam menilai karakter calon nasabah dapat berakibat
Iatal pada kemungkinan pembiayaan terhadap orang yang beritikad buruk
seperti membobol bank, penipu, pemalas, pelaku kejahatan dan lain-lain.
Nasabah Bank Syariah
KEUNTUNGAN
Bagi hasil keuntungan sesuai
porsi kontribusi modal
(nisbah)
Nisbah
x
nisbah
y


2) apacity (kapasitas/Kemampuan)
Kapasitas calon nasabah sangat penting diketahui untuk memahami
kemampuan seseorang dalam berbisnis. Hal ini dapat dipahami karena watak
yang baik semata-mata tidak menjamin seseorang mampu berbisnis dengan
baik. Untuk perorangan hal ini dapat terindikasi dari reIerensi ataupun
curriculum vitae yang dimilikinya. Hal ini dapat menggambarkan
pengalaman kerja/bisnis yang bersangkutan. Untuk perusahaan, hal ini dapat
terlihat dari laporan keuangan dan performance usaha. Hal ini dilakukan
untuk mengetahui kemampuan perusahaan memenuhi semua kewajibannya
termasuk pembayaran pelunasan pembiayaan.
3) apital (Modal)
Analisa modal diarahkan untuk mengetahui seberapa besar tingkat keyakinan
calon nasabah terhadap usahanya sendiri. Jika nasabah sendiri tidak yakin
akan usahanya, maka orang lain akan lebih tidak yakin.
4) ondition (Kondisi)
Analisa diarahkan pada kondisi sekitar yang secara langsung maupun tidak
langsung berpengaruh terhadap usaha calon nasabah, seperti kebijakan
pembatas usaha properti, pelarangan ekspor pasir laut, trend PHK besar-
besaran usaha sejenis dan lain-lain.
5) ollateral (Jaminan)
Analisa ini diarahkan terhadap jaminan yang diberikan. Jaminan dimaksud
harus mampu meng-cover risiko bisnis calon nasabah.
Selain penilaian dengan 5C, analisa pembiayaan dapat pula dilakukan
dengan menggunakan studi kelayakan (Kasmir, 2002: 91), yaitu meliputi:

1) Aspek hukum
Merupakan aspek untuk menilai keabsahan dan keaslian dokumen-dokumen
atau surat-surat yang dimiliki oleh calon debitur, seperti akte notaris, izin
usaha atau sertiIikat tanah dan dokumen atau surat lain.
2) Aspek pasar dan pemasaran
Yaitu aspek untuk menilai prospek usaha nasabah sekarang dan di masa yang
akan datang.
3) Aspek keuangan
Merupakan aspek untuk menilai kemampuan calon nasabah dalam membiayai
dan mengelola usahanya. Dari aspek ini akan tergambar berapa besar biaya
dan pendapatan yang akan dikeluarkan dan diperolehnya. Penilaian aspek ini
dengan menggunakan rasio-rasio keuangan.
4) Aspek operasi/teknis
Merupakan aspek tata letak ruangan, lokasi usaha dan kapasitas produksi
suatu usaha yang tercermin dari sarana dan prasarana yang dimilikinya.
5) Aspek manajemen
Merupakan aspek untuk menilai sumber daya manusia yang dimiliki oleh
perusahaan, baik dari segi kuantitas maupun kualitas.
6) Aspek Ekonomi/Sosial
Merupakan aspek untuk menilai dampak ekonomi dan sosial yang ditimbulkan
dengan adanya suatu usaha terutama terhadap masyarakat, apakah lebih banyak
benefit atau cost atau sebaliknya.
7) Aspek AMDAL

Merupakan aspek yang menilai dampak lingkungan yang akan timbul dengan
adanya suatu usaha, kemudian cara-cara pencegahan terhadap dampak tersebut.
Sebelum debitur memperoleh pembiayaan terlebih dahulu harus melalui
tahapan-tahapan penilaian mulai dari pengajuan surat permohonan pembiayaan
dan dokumen-dokumen yang diperlukan, pemeriksaan keaslian dokumen, analisis
pembiayaan sampai dengan pembiayaan dikucurkan. Tahapan-tahapan inilah yang
kita kenal dengan nama prosedur pemberian pembiayaan. (Dunil, 2005: 215).
Secara umum akan dijelaskan prosedur pemberian pembiayaan oleh badan
hukum sebagai berikut (Dunil, 2005: 215):
1. Surat Permohonan Pembiayaan (SPP)
Untuk memperoleh Iasilitas pembiayaan dari bank, maka tahap pertama yang
dilakukan nasabah adalah mengajukan surat permohonan pembiayaan secara
tertulis. Surat Permohonan Pembiayaan (SPP) harus dilampiri dengan
dokumen-dokumen lain yang dipersyaratkan.
2. Penelitian Kelengkapan Data
Harus diperiksa apakah data yang disampaikan calon nasabah sudah lengkap
dan siap untuk dianalisa. Keperluan data disesuaikan dengan tujuan
penggunaan pembiayaan apakah untuk modal kerja atau investasi. Untuk
Modal Kerja Produksi guna memenuhi tambahan permintaan pasar, misalnya
diperlukan data keuangan Neraca dan Laba/Rugi beberapa periode, data
produksi mencakup kapasitas mesin, kapasitas terpakai, jenis-jenis bahan
baku, jumlah unit yang diproduksi, data biaya produksi dan data pemasaran
(kemana dipasarkan, bagaimana penjualan dan jaringan distribusinya, jumlah
distributor dan penyebarannya). Untuk jumlah pembiayaan yang lebih besar,

diperlukan data yang lebih komplit termasuk market share di wilayah-wilayah
tertentu di mana perusahaan ini mempunyai dominasi.
3. Peninjauan atau Pemeriksaan Setempat (39he$549)
Pemberian pembiayaan tidak didasarkan semata-mata pada SPP dan data yang
disampaikan, melainkan harus diyakini bahwa objek pembiayaan harus benar-
benar ada, karena itu perlu dilakukan peninjauan lapangan atau pemeriksaan
setempat on the spot) selanjutnya disebut OTS. Tujuan OTS adalah untuk
meyakini keberadaan usaha nasabah, omzet usahanya serta untuk
membandingkan data atau angka yang diberikan dengan data inIormasi yang
diperoleh di lapangan. Melalui OTS ini didapatkan gambaran visual lokasi
usaha serta proses kegiatan nasabah sejak pembelian bahan baku sampai
produksi dan penjualan. Hasil OTS dituangkan dalam laporan yang berisi
gambaran proses produksi, siklus usaha nasabah trade cycle), posisi stock,
posisi piutang dan hal-hal lain yang dianggap penting serta pendapat dari
pemeriksa kegiatan usaha tentang kegiatan usaha nasabah apakah lancar,
prospektiI atau sebaliknya. Pada sebagian bank, OTS diikuti dengan 'Berita
Acara OTS yang ditandatangani oleh pemeriksa dan diketahui calon nasabah.
Laporan atau 'Berita Acara OTS diperlukan dalam penilaian pembiayaan dan
menjadi bagian dari Berkas Pembiayaan atau analisa pembiayaan nasabah.
. Penilaian Kelayakan Pembiayaan
Setelah diyakini legalitas permohonan pembiayaan, diperiksa kelengkapan
data (dilengkapi data yang kurang) dan dilakukan OTS maka permohonan
pembiayaan calon nasabah sudah dapat dianalisa dan dihitung berapa
pembiayaan maksimal yang dapat diberikan. Analisa pembiayaan dibuat

sesuai dengan kewenangan pemutusan pembiayaan. Analisa pembiayaan
dimulai dengan pengungkapan inIormasi yang lengkap tentang nasabah (calon
nasabah), analisa Laporan Keuangan, pola usaha, tujuan penggunaan
pembiayaan, semuanya merupakan pencerminan dari s of redit dan
aspek studi kelayakan, disertai dengan perhitungan kebutuhan kredit maksimal
yang dapat diberikan bank.

. Keputusan Pembiayaan
Setelah melalui berbagai penilaian mulai dari kelengkapan data, keabsahan
dan keaslian dokumen serta penilaian yang meliputi aspek studi kelayakan
pembiayaan, maka langkah selanjutnya adalah keputusan pembiayaan.
Keputusan pembiayaan adalah untuk menentukan apakah kredit layak untuk
diberikan atau ditolak. Jika layak, maka dipersiapkan administrasinya.
Biasanya keputusan pembiayaan akan mencakup: akad pembiayaan yang akan
ditandatangani, jumlah uang yang diterima, jangka waktu pembiayaan dan
biaya-biaya yang harus dibayar.
. Penandatanganan Perjanjian Pembiayaan (Akad Pembiayaan)
Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari diputuskannya pembiayaan. Sebelum
pembiayaan dicairkan maka terlebih dahulu calon nasabah menandatangani
akad pembiayaan, kemudian mengikat jaminan pembiayaan dengan hipotik
atau surat perjanjian yang dianggap perlu. Penandatanganan dilaksanakan
antara bank dengan debitur secara langsung atau melalui notaris.
. #ealisasi Pembiayaan

Setelah akad pembiayaan ditandatangani maka langkah selanjutnya adalah
merealisasikan pembiayaan. Realisasi pembiayaan diberikan setelah
penandatanganan surat-surat yang diperlukan dengan membuka rekening giro
atau tabungan di bank yang bersangkutan. Dengan demikian penarikan dana
pembiayaan dapat dilakukan melalui rekening yang telah dibuka. Pencairan
atau pengambilan uang dari rekening sebagai realisasi dari pemberian
pembiayaan dapat diambil sesuai ketentuan dan tujuan pembiayaan. Pencairan
dana pembiayaan tergantung dari kesepakatan kedua belah pihak dan dapat
dilakukan sekaligus atau secara bertahap.

2.3.2. Pengendalian dalam Pemberian Pembiayaan
Secara lebih spesiIik, kriteria prosedur pengendalian pemberian
pembiayaan yang baik adalah (TawaI, 1999):
1. Pada saat Proses Permohonan Pembiayaan
a. Personil yang kompeten dan dapat dipercaya
Account officer (A/O) dan orang-orang yang menangani proses
permohonan pembiayaan harus mengetahui syarat-syarat data
pembiayaan yang harus dipenuhi oleh nasabah, antara lain:
1) Mengetahui jenis kebutuhan pembiayaan yang diperlukan nasabah.
2) Mengetahui jenis pembiayaan bank yang cocok untuk pembiayaan
nasabah tersebut.
3) Mengetahui syarat-syarat pembiayaan serta data yang harus
dipenuhi nasabah berkaitan dengan pembiayaan tersebut.
4) Mengetahui prosedur teknik proses pembiayaan.

Untuk meyakini bahwa personil yang menangani pembiayaan tersebut
kompeten atau tidak, bisa diteliti latar belakang pendidikan dan pelatihan
yang pernah diperoleh, apakah telah memperoleh pelatihan bidang
pembiayaan.
b. Pemisahan tugas yang memadai
Pemisahan tugas antara penilai/petugas taksasi jaminan dengan petugas
yang melakukan analisa pembiayaan mutlak harus ada. Artinya, taksasi
jaminan harus dilakukan secara independen bukan oleh Account Officer
saja, tetapi juga bisa dilakukan oleh petugas internal bank maupun
instansi yang khusus untuk itu, seperti perusahaan penilai yang ditunjuk
oleh bank pun harus melalui pemilihan selektiI.
c. Prosedur otorisasi yang wajar
Prosedur otorisasi yang wajar merupakan aspek penting dalam
pengendalian intern. Dalam hubungan ini adalah dipenuhinya persyaratan
pelaksanaan proses sesuai yang ditetapkan dalam buku pedoman
pembiayaan, baik kebijakan ataupun prosedurnya. Misalnya, proses
pembiayaan bisa dilakukan setelah semua data yang dibutuhkan
diserahkan oleh bank.
d. Dokumen dan catatan yang memadai
Dokumen dan catatan administrasi yang dibutuhkan meliputi antara lain:
data ekonomis, keuangan, teknis, yuridis dan sebagainya. Semuanya
harus didukung oleh bukti-bukti yang sah.
e. Pemeriksaan dan catatan yang cukup

Pemeriksaan Iisik aktiva dan catatan dalam proses permohonan
pembiayaan yang terpenting adalah pemeriksaan di tempat on the spot)
sebelum proses pembiayaan selanjutnya dilakukan, meliputi:
1) Pemeriksaan kegiatan usaha nasabah, termasuk kantor-kantornya dan
pabrik/lokasi produksi.
2) Pemeriksaan jaminan pembiayaan, meliputi pemeriksaan Iisik on
the spot) lokasi, taksasi nilai beli, nilai jual kembali dan nilai buku.
Dengan demikian, data yang berupa catatan-catatan tentang kondisi
nasabah untuk proses pembiayaan selanjutnya didasarkan pada kondisi
objektiI yang sebenarnya.
2. Pada saat Proses Analisa Pembiayaan
a. Personil yang kompeten dan dapat dipercaya
1)Account Officer (A/0) yang melakukan analisa terhadap data yang
sudah disiapkan harus mempunyai pengetahuan yang bersangkutan
yang memadai. Tentu perlu dilihat apakah pernah mengikuti
pendidikan pelatihan untuk itu.
2)Account Officer (A/0) tersebut harus mempunyai sikap mental
objektiI, jujur dan dapat dipercaya.
3)Lakukan juga penilaian terhadap anggota Komite Pembiayaan.
b. Pemisahan tugas yang memadai
Harus ada pemisahan tugas yang dibuktikan dengan keputusan
pembiayaan yang dibuat atas dasar analisa dan diuji kembali dalam
rapat Komite Pembiayaan. Rapat Komite Pembiayaan dilakukan

berjenjang baik di tingkat Kantor Cabang ataupun Kantor Pusat,
tergantung dari wewenang pembiayaannya.
c. Prosedur otorisasi yang wajar
Prosedur otorisasi dalam proses analisa pembiayaan yang menyangkut
aspek pengendalian terutama menyangkut otorisasi keputusan atas
pembiayaan harus dilakukan oleh yang berwenang (Komite
Pembiayaan) berdasarkan tingkatannya. Oleh sebab itu, batasan dari
wewenang Komite Pembiayaan harus jelas dan tegas.
d. Dokumen dan catatan yang memadai
Data yang dijadikan dasar untuk inIormasi, analisa dan keputusan
pembiayaan bank harus terjamin keakuratan, ketepatan, kebenaran dan
kelengkapannya sehingga memadai untuk dijadikan suatu keputusan
pembiayaan. Dengan demikian pengujian kebenaran data perlu
diyakinkan kebenarannya apakah telah dilakukan oleh Account Officer
(A/0) atau pejabat pembiayaan lainnya.
e. Pemeriksaan Iisik aktiva dan catatan
Analisa pembiayaan sangat memperhatikan hasil pemeriksaan di tempat
yang paling mutakhir, baik keadaan usaha nasabah maupun kondisi
jaminannya.
3. Pada saat Proses Penarikan Pembiayaan
a. Personil yang kompeten dan dapat dipercaya
Petugas bank yang menangani penarikan pembiayaan harus memiliki:
1) Pengetahuan yuridis baik mengenai perjanjian, pengikatan dan
penguasaan jaminan.

2) Penguasaan masalah yang bersangkutan dengan asuransi, baik
asuransi pembiayaan maupun asuransi dari barang jaminan.
3) Pengetahuan yang cukup tentang sumber dana pembiayaan baik dana
pembiayaan dari intern bank atau dana likuiditas bank lain atau
likuiditas Bank Indonesia sehingga terjamin penyediaan dana dan
realisasi penarikannya.
4) Pengetahuan yang cukup tentang mekanisme bank teknis dalam
kaitan dengan penarikan pembiayaan nasabah. Termasuk di
dalamnya pembebanan biaya kepada nasabah seperti provisi dan
sebagainya.
5) Mental yang baik, artinya tidak mempersulit nasabah untuk tujuan-
tujuan tertentu.
b. Pemisahan tugas yang memadai
Aspek pengendalian dalam proses penarikan pembiayaan yang penting
adalah pihak yang memberikan persetujuan atas penarikan pembiayaan
berbeda dengan petugas bank yang melaksanakannya. Artinya, proses
persetujuan tersebut telah melalui penelitian bahwa syarat-syarat
disposisi telah dipenuhi oleh nasabah. Dengan demikian, proses ini
melalui langkah petugas bank yang membuat transaksi, petugas bank
yang melakukan pemeriksaan kebenaran datanya serta petugas bank
yang memberi persetujuan atas transaksi tersebut maker, checker and
signer).
c. Prosedur otorisasi yang wajar

Hanya pejabat yang berwenang yang bisa melakukan otorisasi dalam
penarikan pembiayaan nasabah. Untuk itu perlu dilihat cara pengaturan
dan pelaksanaannya untuk menilai apakah tepat atau tidak. Misalnya
dalam hal penarikan dengan cek oleh nasabah atas pembiayaannya,
apakah ada koordinasi antara petugas Teller/ustomer Service dengan
Account Officer yang bersangkutan dan bagaimana pengaturan
hubungan kedua unit kerja bank tersebut.
d. Dokumen dan catatan yang memadai
Bank harus meneliti apakah catatan yang ada sesuai dengan
dokumentasinya, terutama menyangkut:
1) Kelengkapan standar dari perjanjian harus sama dengan keputusan
dari Komite Pembiayaan.
2) Kelengkapan standar pengikatan jaminan serta penguasaan bukti
kepemilikannya.
3) Kelengkapan standar registrasi dalam administrasi bank atas semua
transaksi nasabah.
Dalam hubungan ini, nasabah hanya bisa melakukan penarikan bila
semua dokumentasi pembiayaan telah diisi dan ditandatangani secara
lengkap.
e. Pemeriksaan Iisik aktiva dan catatan
Petugas bank harus yakin bahwa penarikan pembiayaan yang dilakukan
nasabah memang digunakan untuk melakukan transaksi bisnis sesuai
dengan yang ditetapkan bank dengan memperhatikan kebutuhan
keuangan nasabah. Untuk itu, perlu selalu diperhatikan stok dan/atau

piutang nasabah. Hal ini bisa dilihat dari laporan periodik nasabah ke
bank atau audit inspeksi ke lokasi usaha nasabah untuk membuktikan
kebenarannya.
. Pada saat Proses Pemantauan Pembiayaan
Proses umpan balik pelaksanaan pembiayaan adalah proses yang
berlangsung ketika pembiayaan bank berjalan. Proses ini merupakan proses
atau pemantauan dan pemeliharaan nasabah. Tekanan utama proses ini
adalah menjaga agar usaha nasabah berkembang serta kewajibannya ke bank
dapat dilaksanakan dengan baik.
Dalam praktik ada kecenderungan Account Officer kurang
memperhatikan proses ini, karena hanya berkonsentrasi pada proses
pembiayaan, baik baru, perpanjangan ataupun tambahan saja. Akibatnya
permasalahan baru diketahui pada saat pembiayaan jatuh tempo.
a. Personil yang kompeten dan dapat dipercaya
1) Account Officer secara dini harus selalu mengetahui segenap persoalan
yang dihadapi nasabahnya. Pada kesempatan pertama seharusnya
Account Officer mengetahui inIormasi itu, baik bersumber dari
transaksi intern di bank ataupun inIormasi lain dari luar bank termasuk
media massa bahkan rumor. Account Officer harus mampu
mengembangkan pemantauannya.
2) Account Officer harus mampu memahami laporan-laporan keadaaan
usaha nasabah serta mampu menganalisanya.

3) Account Officer mempunyai inisiatiI untuk menggali persoalan yang
mungkin ada dalam usaha nasabah, baik dari laporan yang ada maupun
inIormasi lainnya.
b. Pemisahan tugas yang memadai
Petugas bank yang mengelola rekening ustomer Service) aktiI memberi
inIormasi pada Account Officer atas terjadinya pergerakan rekening
nasabah, diminta atau tidak, terutama bila pergerakan rekening
pembiayaan yang diberikan di luar kewajaran.
Account Officer juga harus aktiI melakukan komunikasi dengan ustomer
Service untuk selalu dapat mengetahui kondisi rekening nasabah.
c. Prosedur otorisasi yang wajar
Dalam proses pemantauan ini, Pemimpin Cabang atau Account Officer
dalam memberi catatan/disposisi baik pada laporan-laporan atau surat-
menyurat lainnya dari/ke nasabah perlu memperhatikan ketentuan-
ketentuan yang berlaku. Misalnya terjadi pertukaran jaminan, Account
Officer harus mengerti masalahnya secara yuridis dan kepentingan bank
tetap menjadi prioritas utama. Contoh lain adalah penetapan tingkat
kolektibilitas nasabah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Bank
Indonesia.
d. Dokumen dan catatan yang memadai
Terpeliharanya dokumentasi pembiayaan dan Iile pembiayaan nasabah
merupakan syarat penting dari pengendalian. Demikian juga data
menyangkut administrasi pembiayaan lainnya. Dengan demikian, harus
ada jaminan bahwa:

1) Pendapatan bank selalu terpantau dengan baik.
2) Kewajiban nasabah (angsuran) selalu terpantau dengan baik.
3) Bila terjadi penyimpangan dapat segera diketahui dan diambil langkah
koreksi/perbaikan.
e. Pemeriksaan Iisik aktiva dan catatan
Selama masa pemantauan ada kewajiban dari Account Officer untuk selalu
memelihara komunikasi dengan nasabah, yang antara lain dilakukan
dengan melakukan kunjungan/inspeksi ke lokasi usaha nasabah baik untuk
meninjau perkembangan usaha maupun melihat kondisi stok dan
sebagainya. Hasil peninjauan ini perlu di-review dengan laporan yang
disampaikan nasabah ke bank untuk meyakinkan kebenaran data selama
ini.
I. Pemeriksaan pekerjaan secara independen
Salah satu aspek dari pelaksanaan pengendalian yang baik adalah adanya
audit pekerjaan pada kegiatan pembiayaan oleh auditor secara indepen
untuk lebih mendorong berjalannya pengendalian pembiayaan pada unit
kerja yang mengelola pembiayaan.









#EF#ENSI
Arens, Alvin A. Elder, Randall J. Beasley, Mark S. 2003. Auditing Pendekatan
Terpadu. Jakarta: PT. Index Kelompok Gramedia.
Dunil. 2005. Bank Auditing Risk Based Audit dalam Pemeriksaan Perkreditan
Bank Umum. Jakarta: PT. Index Kelompok Gramedia.
Harahap, SoIyan. 2004. Akuntansi Perbankan Syariah. Jakarta: PT. Raja Grasindo
Persada.
Karim, Adiwarman A. 2006. Bank Islam. Analisis Fiqih dan Keuangan. Edisi
Ketiga. Jakarta: PT. Raja GraIindo Persada.
Muhammad. 2005. Pengantar Akuntansi Syariah. Jakarta : Penerbit Salemba
Empat.
Muhammad. 2005. Sistem dan Prosedur Operasional Bank Syariah. Yogyakarta:
UII Press.
Mulyadi. 2002. Auditing. Edisi Keenam. Jakarta: Salemba Empat.
Pranandary, Dayang. 2007. Evaluasi Pengendalian Intern Dalam Penerapan
Pembiayaan usyarakah Pada PT Bank Syariah andiri Kantor abang
Palembang. Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas Sriwijaya, Indralaya
(tidak dipublikasikan).
Rindawati, Ema. 2007. Analisa Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan
Syariah dengan Perbankan Konvensional, Skripsi, Universitas Islam
Indonesia, Yogyakarta (tidak dipublikasikan).
Rumiati.2002. Sistem Keuangan di Indonesia. Jakarta: PT. GraIindo.
Supardi. 2005. etodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis. Yogyakarta: UII Press.
SyaIi`i Antonio, Muhammad. 2001. Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarta:
Penerbit Gema Insani Press.

Anda mungkin juga menyukai