Anda di halaman 1dari 21

BAB 1.

PENDAHULUAN


1.1 Latar belakang
Heat exchanger adalah suatu alat yang digunakan untuk menurunkan
temperatur kerja. Bahan atau material yang dipakai untuk membuat heat
exchanger biasanya adalah material yang memiliki ketahanan panas yang tinggi.
Salah satu contoh bahan yang dapat dipakai untuk heat exchanger adalah stainless
steels. Kegagalan pada Heat exchanger yang terbuat dari stainless steels yang
dioperasikan pada temperatur 1100oC dapat berupa terjadinya benjolan pada heat
exchanger dan heat exchanger yang sudah rusak sebelum waktu yang ditentukan.
Ketahanan panas pada stainless steel merupakan hal penting pada bidang
teknik karena baja stainless steel memiliki ketahan terhadap panas yang tinggi.
TransIormasi merupakan bantuan yang sesuai untuk masalah tersebut. Oleh
karena itu digunakan proses hardening dan normalizing untuk proses transIormasi.
TransIormasi ini berperan penting untuk menentukan nilai kekerasan dan
perubahan struktur mikro yang terjadi. Hardening merupakan suatu proses
perlakuan panas yang dilakukan untuk meningkatkan kekerasan suatu material
logam sehingga material tersebut memiliki atau memperoleh siIat tahan aus yang
tinggi, kekuatan, Iatigue limit atau strength yang lebih baik. Normalizing adalah
proses perlakuan panas yang dilakukan pada suatu material logam untuk
memperhalus butiran kristal, sehingga meningkatkan sedikit kekerasan dan
kekuatan. Dalam beberapa hal juga dapat menaikkan machinabiliti yaitu
kemampuan material untuk dapat dilakukan proses permesinan. Pada normalisasi
selain diperoleh butiran yang lebih halus juga struktur menjadi lebih homogen.
Perlakuan panas yang dilakukan diharapkan dapat mengubah struktur
mikro dari material baja tahan karat stainless steels dan menaikkan tingkat
kekerasannya. Perubahan struktur mikro yang terjadi pada proses hardening
meliputi transIormasi austenite menjadi martensit. Pada normalisasi perubahan
struktur mikro yang terjadi meliputi proses penghalusan ukuran butir austenit.

1.2 Rumusan masalah
1.2.1 Bagaimana metodologi percobaan dalam perlakuan panas tersebut?
1.2.2 Bagaimana pengujian vikers ?
1.2.3 Bagaimana pengujian metalograIi ?
1.2.4 Bagaimana pengujian sinar-x ?

1.3 %ujuan
1.3.1 Mahasiswa dapat memahami metodologi dalam perlakuan panas.
1.3.2 Mahasiswa dapat mengerti pengujian vikers.
1.3.3 Mahasiswa dapat mengerti pengujian metalograIi.
1.3.4 Mahasiswa dapat mengerti pengujian sinar-x.





















BAB 2. PEMBAHASAN


2.1 Metodologi percobaan
Pada pengujian ini, spesimen yang digunakan adalah spesimen yang
berstandard ASTM Section 3 vol. 03-01 E92-82. Spesimen dilakukan proses
perlakuan panas normalizing dan hardening. Dan dilakukan pengujian kekerasan.
a. Pengujian kekerasan vikers
Seluruh spesimen dibersihkan dengan kertas gosok grid 120 untuk
mengantisipasi adanya oli atau pengotor lain yang menempel pada
permukaan spesimen selama heat treatment. Dilakukan uji kekerasan dari
masing-masing spesimen dengan heat treatment pada temperatur 10500 C
dan 10750 C yang sudah disiapkan dengan metode Vikers. Spesimen
ditekan dengan indentor yang diberi gaya tekan tertentu. Indentor dalam
pengujian kekerasan menggunakan metode Vickers yaitu indentor intan
berbentuk piramida dengan sudut puncak 136. Beban yang digunakan
adalah 10 kpounds dengan temperatur pengujian 27C. Dalam pengujian
ini digunakan 5 titik indentasi untuk mengukur kekerasan pada permukaan
spesimen.
b. Pengujian metalograIi
Pengujian metalograIi dilakukan untuk mengetahui struktur mikro
yang terdapat pada specimen, dimana hasil dari pengujian metalograIi ini
digunakan untuk mendukung hasil pengujian kekerasan vickers.
Langkahlangkah dalam pengujian ini adalah preparasi spesimen yaitu
grinding, polishing dan etching. Grinding dilakukan mulai dari grid 120,
400, 600, 800, 1000 sampai dengan grid 1500 atau grid 2000 sambil dialiri
air dan untuk proses polishing digunakan bubuk alumina 0.05 mikron
dengan menggunakan kain bludru. Setelah mengkilap seperti kaca dan
tidak ada goresan maka dilakukan proses selanjutnya yaitu etching.
Sedangkan untuk pengujian mikro diamati dibawah mikroskop dengan
pembesaran dari 100x hingga 1000x. Daerah yang diamati adalah bagian
permukaan masing-masing spesimen. Kemudian dilakukan pengambila
Ioto metalograIi dengan mikroskop optik.
c. Pengujian diIraksi sinar-x
Pengamatan dengan menggunakan XRD bertujun untuk
mengidentiIikasi Iasa yang terbentuk penetuan komposisi, penentuan
sruktur Kristal dan lain-lain.

2.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan nilai kekerasan pada masing
masing spesimen. Spesimen dengan perlakuan panas normalizing pada temperatur
1050oC memiliki nilai kekerasan 138 HV30 dan spesimen dengan perlakuan
panas normalizing pada temperatur 1075oC memiliki nilai kekerasan 146 HV30.
Nilai kekerasan pada spesimen dengan temperature 1075oC lebih tinggi
dibandingkan dengan nilai kekerasan spesimen 1050oC. Demikian juga pada
spesimen dengan perlakuan panas hardening, spesimen pada temperature 1050oC
memiliki nilai kekerasan 167 HV30 dan spesimen pada temperatur 1075oC
memiliki nilai kekerasan 175 HV30. Hal ini disebabkan karena struktur sigma
yang terbentuk pada spesimen dengan temperature 1075oC lebih banyak
dibandingkan dengan struktur sigma yang terbentuk pada spesimen 1050oC. SiIat
mekanik dari struktur sigma adalah keras dan getas. Dengan semakin banyaknya
struktur sigma yang terbentuk maka nilai kekerasan juga akan naik. Dengan
semakin tinggi temperatur struktur sigma yang terbentuk juga semakin banyak
yang juga menyebabkan naiknya nilai kekerasan.
Pada spesimen dengan temperature perlakuan panas 1050oC, pada
specimen dengan perlakuan panas normalizing nilai kekerasannya lebih rendah
dibandingkan dengan spesimen dengan perlakuan panas hardening. Demikian juga
pada specimen dengan temperatur perlakuan panas 1075oC, pada spesimen
dengan perlakuan panas normalizing nilai kekerasannya lebih rendah
dibandingkan dengan nilai kekerasan pada spesimen dengan perlakuan panas
hardening. Hal ini disebabkan karena presipitat karbida (M23C6) yang terbentuk
pada spesimen dengan perlakuan panas normalizing lebih banyak dibandingkan
dengan spesimen dengan perlakuan panas hardening. Dengan semakin banyaknya
presipitat karbida (M23C6) yang terbentuk nilai kekerasan akan turun.
Tabel 3.1 Nilai kekerasan rata rata


Diagram nilai kekerasan rata rata dari masing masing specimen

2.3 Metalografi
Dari hasil pengujian metalograIi didapatkan struktur mikro untuk masing
masing spesimen yaitu berupa sigma (FeNi) dan presipitat karbida (M23C6) yang
berada di dalam matriks austenit. Perbedaannya terdapat pada tebal batas butir.
Tebalnya batas butir mengindikasikan terbentuknya presipitat karbida (M23C6).
Semakin tebal batas butir maka presipitat karbida (M23C6) yang terbentuk juga
semakin banyak. Pada perlakuan panas normalizing batas butirnya lebih tebal
dibandingkan dengan batas butir pada spesimen dengan perlakuan panas
hardening. Hal ini disebabkan karena pada proses hardening spesimen mengalami
proses pendinginan yang sangat cepat. Dengan laju pendinginan yang sangat cepat
mengakibatkan unsur Cr tidak memiliki cukup waktu menuju batas butir untuk
berikatan dengan karbon dan membentuk presipitat karbida (M23C6). Pada proses
normalizing proses pendinginan yang terjadi cukup lambat. Dengan laju
pendinginan yang cukup lambat ini dapat mengakibatkan unsur Cr memiliki
cukup waktu untuk menuju batas butir dan berikatan dengan unsur karbon untuk
membentuk presipitat karbida (M23C6). Hal ini terjadi ketika laju pendinginan
spesimen berada pada range temperatur 425oC 870oC dimana pada range
temperatur ini stainless steel berada pada temperatur sensitisasi. Pada range
temperatur ini stanless steel akan mengalami proses presipitasi karbida dimana
unsur Cr pada butir akan menuju ke batas butir dengan cara berdiIIusi dan
kemudian berikatan dengan unsur C membentuk karbida. Sehingga pada butir
akan kekurangan unsur Cr. Pada range temperature ini juga mengakibatkan
lapisan tipis oksida dari Cr dan O akan pecah dan mengakibatkan terjadinya
korosi pada stainless steel.
Laju pendinginan juga mempengaruhi banyaknya presipitat karbida
(M23C6) yang terbentuk. Semakin lama laju pendinginan maka presipitat karbida
(M23C6) yang terbentuk semakin banyak. Hal ini dapat dilihat dari hasil
pengujian metalograIi yang telah dilakukan. Pada proses perlakuan panas
normalizing dimana laju pendinginan cukup lambat presipitat karbida (M23C6)
yang terbentuk semakin banyak ini ditunjukkan dengan tebalnya batas butir yang
terbentuk. Bila dibandingkan dengan tebal batas butir yang terbentuk pada
spesimen dengan perlakuan panas hardening seperti pada gambar 3.4 dan 3.5.
Dengan adanya presipitat karbida (M23C6) yang terbentuk dapat
mengakibatkan turunnya kekerasan pada stainless steel dan juga dapat
menyebabkan terjadinya korosi batas butir. Korosi ini sangat berbahaya karena
dapat menurunkan kekuatan atau ketangguhan dan korosi ini sangat sulit
dideteksi, sehingga kerusakan dapat terjadi tanpa diketahui.


Gambar 3.1 Gambar struktur mikro spesimen tanpa perlakuan dengan perbesaran
500 kali. Strukturnya berupa berupa sigma (FeNi) di dalam matriks austenit. Etsa :
elektrolit asam oksalat.


Gambar 3.2 Gambar struktur mikro specimen dengan perlakuan panas
normalizing dengan perbesaran 500 kali. Etsa : elektrolit asam oksalat.
(a) Pada Temperatur 1050oC. Strukturnya berupa sigma (FeNi) dan presipitat
karbida (M23C6) di dalam matriks austenit.
(b) Pada Temperatur 1075oC. Strukturnya berupa sigma (FeNi) dan presipitat
karbida (M23C6) di dalam matriks austenit.


Gambar 3.3 Gambar struktur mikro specimen dengan perlakuan panas hardening
dengan perbesaran 500 kali. Etsa : elektrolit asam oksalat.
(a) Pada Temperatur 1050oC. Strukturnya berupa sigma (FeNi) dan presipitat
karbida (M23C6) di dalam matriks austenit.
(b) Pada Temperatur 1075oC. Strukturnya berupa sigma (FeNi) dan presipitat
karbida (M23C6) di dalam matriks austenit.


Gambar 3.4 Gambar struktur mikro specimen dengan Temperatur 1050oC dengan
perbesaran 500 kali. Etsa : elektrolit asam oksalat.
(a) Perlakuan panas normalizing. Strukturnya berupa sigma (FeNi) dan presipitat
karbida (M23C6) di dalam matriks austenit.
(b) perlakuan panas hardening. Strukturnya berupa sigma (FeNi) dan
presipitatkarbida (M23C6) di dalam matriks austenit.


Gambar 3.5 Gambar struktur mikro specimen dengan Temperatur 1075oC dengan
perbesaran 500 kali. Etsa : elektrolit asam oksalat.
(a) Perlakuan panas normalizing. Strukturnya berupa sigma (FeNi) dan presipitat
karbida (M23C6) di dalam matriks austenit.
(b) perlakuan panas hardening. Strukturnya berupa sigma (FeNi) dan presipitat
karbida (M23C6) di dalam matriks austenit.

2.4 DiIraksi sinar- X
Dari hasil pengujian diIraksi sinar x didapatkan Iasa yang terbentuk
adalah Cromium Iron Nickel Carbon (Fe Cr0,29Ni0,16C0,06) ) dengan nomer
pcpdI 33-0397. Fasa lain yang terbentuk adalah FeNi dengan nomer pcpdI 47-
1405 dan Cr23C6 dengan nomer pcpdI 14-0407. Pembentukkan presipitat karbida
(M23C6) paling banyak pada spesimen dengan perlakuan panas normalizing
dengan temperatur 1075oC ini ditunjukkan dengan besar integrited intensity
9886,40. Pembentukkan presipitat karbida (M23C6) paling sedikit pada spesimen
dengan perlakuan panas hardening dengan temperatur 1050oC ini ditunjukkan
dengan besar integrited intensity 3285,00. Semakin tinggi temperatur maka
presipitat karbida (M23C6) yang terbentuk semakin banyak.

Gambar 3.6 DiIraktrogram stainless steel dengan perlakuan normalizing pada
temperatur 1050oC

Gambar 3.7 DiIraktrogram stainless steel dengan perlakuan hardening pada
temperatur 1050oC

Gambar 3.8 DiIraktrogram stainless steel dengan perlakuan hardening pada
temperatur 1050oC

Gambar 3.9 DiIraktrogram stainless steel dengan perlakuan normalizing pada
temperatur 1075 oC


Tabel 3.2 Integrated intensitas diIraksi sinar x
















BAB 3. PENU%UP


3.1 Kesimpulan
Setelah melakukan penelitian mengenai pengaruh proses perlakuan panas
terhadap kekerasan dan struktur mikro baja AISI 310S maka dapat disimpulkan
bahwa :
1. Dengan adanya variasi perlakuan panas normalizing dan hardening pada
temperatur 1050oC dan 1075oC dapat mempengaruhi nilai kekerasan pada baja
AISI 310S.
2. Pada perlakuan panas normalizing dengan temperatur 1050oC memiliki angka
kekerasan 138 HV30 dan pada temperatur 1075oC memiliki angka kekerasan 146
HV30. Pada perlakuan panas hardening dengan temperatur 1050oC memiliki
angka kekerasan 167 HV30 dan pada temperatur 1075oC memiliki angka
kekerasan 175 HV30.
3. Kekerasan semakin naik dengan naiknya temperatur. Semakin cepat laju
pendinginan kekerasan juga semakin naik. Perbedaan nilai kekerasan perlakuan
panas normalizing dan hardening tidak terlalu besar.
4. Dari hasil pengujian metalograIi pada spesimen dengan perlakuan panas
normalizing didapatkan batas butir yang lebih tebal yang mengindikasikan adanya
presipitat karbida (M23C6) pada perlakuan panas normalizing lebih banyak bila
dibandingkan dengan perlakuan panas hardening.
5. Dari pengujian diIraksi sinar x didapatkan Iasa Cromium Iron Nickel Carbon
(Fe Cr0,29Ni0,16C0,06), FeNi, dan Cr23C6 pada masing masing spesimen.

3.2 Saran
Makalah ini masih jauh dari sempurna maka jika ada pembaca yang
kurang begitu paham dan data-datanya kurang lengkap atau mungin juga ada
kesalahan yang tidak disengaja saya mohon maaI yang sebesar-besarnya.
Kritikan anda sangat berguna bagi kami,apabila ada yang menambahkan
kekurangan-kekurangan tersebut saya sangat mempersilahkanya.

DAFTAR PUSTAKA


George E Dieter, (1996), Metalurgi Mekanik, Edisi Ketiga, Erlangga,
Jakarta..
D. Peckner, I.M. Berstein , (1977), 'Handbook OI Stainless Steels,
McGraw Hill Book , USA.
Karl-Erik Thelning, (1984), 'Steel and Its Heat Treatment, Second
Edition, Butterworths, London.
R. Koekoeh K Wibowo,, SENTA (2007) 'Pengaruh Proses Perlakuan
Panas Pada Baja AISI 304 Terhadap Kekerasan Dan Laju Korosi Dalam Media
HCl (35).
....,ASTM handbook 1986 steel plate
vol 01-03
.,ASM handbook vol 7"
...,ASM handbook vol 8"
www.labinIo.com





















MAKALAH PERLAKUAN PANAS
' Pengaruh perlakuan panas terhadap kekerasan dan struktur
mikro baja AISI 310 S


8:8:3 oleh :
M.ERFAAI
AIM. 9191117





PROGRAM S%UDI S%RA%A I
1URUSAN %EKNIK MESIN
FAKUL%AS %EKNIK
UNIVERSI%AS 1EMBER
2011

Anda mungkin juga menyukai