Anda di halaman 1dari 3

sampah. selalu dianggap biang kerok dari kejadian limpasan air (banjir).

sebuah pembelajaran yang berulang yang dilakukan pemerintah, yang sebenarnya sangat tidak tepat. meletakkan permasalahan sampah di aliran air, dan korelasinya dengan banjir, apalagi yang mencapai ketinggian lebih dari tiga puluh centimeter. juga sangat tidak tepat, dikala aliran air melebihi tinggi atap rumah, masih tetap meletakkan sampah yang menumpuk sebagai penyebab. sampah. memang benar merupakan masalah bagi kesehatan. menumpuknya sampah mengakibatkan terjadinya penumpukan sumber penyakit. sampah pun sebenarnya bukan menjadi masalah, kalau kemudian sistem kelola yang dibelajarkan pada publik adalah benar. hingga saat ini, penanganan sampah selalu dengan sistem tumpuk-angkut-tumpuk. belum ada sistem pemilahan sampah yang difasilitasi (atau dipaksakan) oleh pemerintah untuk dilakukan. padahal, sampah dapat bekerja sebagai penyumbang devisa Qais : kalau kita lihat dari segi prasarananya yang pertama akan kita hadapi pastilah mengenai jalan n ini masalah berantai. macet karena lebar jalan tidak cukup, kenapa lebar jalan tidak cukup...??? karena volume kendaraan terlalu besar. k...enapa terjadinya peningkatan volumen kendaraan yang sangat besar...??? karena minat masyarakat tak terkendalikan. rata-rata yang memicu bertambahnya volume kendaraan adalah hasrat dan keinginan. termasuk didalamnya :karena ingin memperpendek jarak pencapaian (buat para pelaku aktifitas khusus), karena ingin hidup (pelaku aktifitas umum seperti sopir pete-pete) dan yang terakhir karena ingin melampiaskan hobi (para kaum elite). dari ketiga jenis itu kita akan membentuk psikologi kalangan sebagai pelaku aktifitas dalam sebuah wilayah yang memiliki satu karakter yaitu kebutuhan terhadap sarana transportasi. kalau menurutku masalah yang paling dasr sebenarnya ada pada minat masyarakat, sekiranya minat masyarakat bisa dikendalikan mungkin saja kemacetan akan berkurang, tolong dikritik.... masalah urbanisasi atau perpindahan penduduk kedaerah urban..he...he....sepakat sekali parner. itu juga tidak terlepas dari keinginan untuk memperbaiki taraf hidup, karena yang mendorong urbanisasi (ini saya pilah dalam karakter pelaku aktifitas umum diatas). berkenaan dengan ini kita akan masuk lagi dalam pembahasan mengenai daya tarik daerah urban yang memicu keinginan manusia untuk brgerak. berbicara tentang transportasi maka kita akan berbicara tentang sarana,prasarana dan sistem pengoprasianx, jd pembenahan terhadap sistem transportasi harus dilakukan dengan menyeimbangkan 3 faktor diatas.. penggunaan kendaraan pribadi yang semakin meningkat menjadi faktor yang membuat angka kemacetan semakin meningkat pula,, pengurangan penggunaan kendaraan pribadi pada jam2 sibuk harus dilakukan,, hal ini dapat dilakukan pertama2 di tiap2 i...nstansi pemerintah, dmn setiap pengawai tidak diperkenankan memamkai kendaraan pribadi menuju k kantor dan digantikan dengan penggunaan bus2 pemda yang mengantar dan menjemput para pegawai,, hal ini juga dimaksudkan untuk mengefesiensikan penggunaan kendaran dinas. maka dapt dibayangkan berapa jumlah kendaraan yg mampu di kurangi ketika tiap2 instansi pemerintah mampu melakukan hal tersebut,,,,

penggunaan kendaraan pribadi yang semakin meningkat menjadi faktor yang membuat angka kemacetan semakin meningkat pula,, pengurangan penggunaan kendaraan pribadi pada jam2 sibuk harus dilakukan,, hal ini dapat dilakukan pertama2 di tiap2 i...nstansi pemerintah, dmn setiap pengawai tidak diperkenankan memamkai kendaraan pribadi menuju k kantor dan digantikan dengan penggunaan bus2 pemda yang mengantar dan menjemput para pegawai,, hal ini juga dimaksudkan untuk mengefesiensikan penggunaan kendaran dinas. maka dapt dibayangkan berapa jumlah kendaraan yg mampu di kurangi ketika tiap2 instansi pemerintah mampu melakukan hal tersebut,,,, Sehubungan dengan penanganan kawasan rawan banjir, terdapat 2 (dua) pendekatan pengendalian, yaitu: 1. Pengendalian Struktural (Pengendalian Terhadap Banjir) Pelaksanaan pengendalian ini dilakukan melalui kegiatan rekayasa teknis, terutama dalam penyediaan prasarana dan sarana serta penanggulangan banjir (Pedoman Penanggulangan Banjir (A-71), Ir. Y. Sudaryoko, Departemen Pekerjaan Umum); 2. Pengendalian Non Struktural (Pengendalian Terhadap Pemanfaatan Ruang) Kegiatan ini dilakukan untuk meminimalkan kerugian yang terjadi akibat bencana banjir, baik korban jiwa maupun materi, yang dilakukan melalui pengelolaan daerah pengaliran, pengelolaan kawasan banjir, flood proofing, penataan sistem permukiman, sistem peringatan dini, mekanisme perijinan, serta kegiatan lain yang berkaitan dengan upaya pembatasan (limitasi) pemanfaatan lahan dalam rangka mempertahankan keseimbangan ekosistem. Secara teoritis yang dimaksud dengan ruang terbuka (open spaces) adalah: Ruang yang berfungsi sebagai wadah (container) untuk kehidupan manusia, baik secara individu maupun berkelompok, serta wadah makhluk lainnya untuk hidup dan berkembang secara berkelanjutan (UUPR no.24/1992) Suatu wadah yang menampung aktivitas manusia dalam suatu lingkungan yang tidak mempunyai penutup dalam bentuk fisik (Budihardjo, 1999; 90) Ruang yang berfungsi antara lain sebagai tempat bermain aktif untuk anak-anak dan dewasa, tempat bersantai pasif untuk orang dewasa, dan sebagai areal konservasi lingkungan hijau (Gallion, 1959; 282) Ruang yang berdasarkan fungsinya sebagai ruang terbuka hijau yaitu dalam bentuk taman, lapangan atletik dan taman bermain (Adams, 1952; 156) Lahan yang belum dibangun atau sebagian besar belum dibangun di wilayah perkotaan yang mempunyai nilai untuk keperluan taman dan rekreasi; konservasi lahan dan sumber daya alam lainnya; atau keperluan sejarah dan keindahan (Green, 19

sebuah renungan buat akademisi PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA Kota merupakan suatu kawasan yang kompleks. Setiap induvidu atau masyarakat yang tinggal di dalamnya terikat oleh sebuah sistem sosial, ekonomi, politik dan budaya yang satu sama lain saling berhubungan erat. Ada presepsi umum bahwa penduduk perkotaan

diidentik dengan masyarakat yang kemakmuran, hal ini, mengindikasikan kota sebagai pusat peradaban, selain itu juga sebagai pasar kawasan. Ekonomi atau perputaran kapital di kota cepat sekali dari pada daerah di pedalaman atau pedesaan. Begitu juga, kepadatan penduduk dengan sendirinya akan meningkatkan kebutuhan masyarakat dan ini juga akan meningkatkan produksi masyarakat. Maka dari sini Ibn Khaldun meletakkan kota sebagai puncak dari peradaban ('umra) manusia. Namun persepsi yang terlanjur bergulir dalam masyarakat, tentang anggapan bahwa masyarakat perkotaan selalu identik dengan kehidupan makmur, hal ini perlu adanya pengkajian lebih lanjut. Sebagaimana gagasan yang dikembangkan oleh Ibn Khaldu tentang kemakmuran masyarakat kota. Dari sini konsep kota menurut Ibn Khaldun dan bagaimana peran kota dalam membangun kemakmuran masyarakat. Untuk menunjang penelitian di atas maka metode yang digunakan adalah penelitian kepustakaan (library research), yaitu mengumpulkan data sekaligus meneliti melalui referensi-referensi yang berkaitan dengan kontribusi kota terhadap kemakmuran masyarakat. Dalam karya agungnya al-muqaddimah dijadikan rujukan wajib dalam penelitian ini. Penulis mendiskripsikan dengan analisis yang mendalam untuk menjelaskan gagasan Ibn Khaldun. Ibn Khaldun menganggap bahwa kehidupan masyarakat itu selalu mengalami proses evolutif. Manusia pada awalnya merupakan makhluk induvidu dan nomad. Namun karena faktor penghidupan atau ekonomi mereka dituntut untuk hidup secara berkelompok dan badawah (hidup berpindah-pindah). Di sinilah awal masyarakat itu terbangun, masyarakat awal ini mempunyai jiwa sosial yang murni, seperti hidup dengan sederhana, giat bekerja (berburu), pemberani dan mempinyai 'asabiyah (solidaritas sosial) yang kuat. Dengan bergulirnya waktu sebagaimana hukum evolutifnya Ibn Khaldun, kehidupan badawah akan beruba menjadi hadarah (bertempat tinggal menetap) dan di sinilah kota (Madinah Fadilah) akan dibangun dan direncanakan. Perpindahan ini juga karena faktor ekonomi. Pada masyarakat hadarah masyarakat akan hidup dengan bermewah-mewah hingga pada puncak peradaban ('umran), di sini mulailah kehidupan perkotaan akan hancur seiring dengan hancurnya jiwa alami masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai