Anda di halaman 1dari 19

TINJAUAN PUSTAKA

Sinonim. Kudis, The Itch, Gudig, Budukan, Gatal Agogo

Definisi. Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei varian hominis dan produknya.

Epidemiologi. Skabies ditemukan disemua negara dengan prevalensi yang bervariasi. Dibeberapa negara yang sedang berkembang prevalensi skabies sekitar 6 % - 27 % populasi umum dan cenderung tinggi pada anak-anak serta remaja. Ada dugaan bahwa setiap siklus 30 tahun terjadi epidemi skabies. Banyak faktor yang menunjang perkembangan penyakit ini, antara lain: sosial ekonomi yang rendah, higiene yang buruk, hubungan seksual yang sifatnya promiskuitas, kesalahan diagnosis, dan perkembangan dermografik serta ekologik. Penyakit ini dapat dimasukkan dalam P.H.S. (Penyakit akibat Hubungan Seksual).

Etiologi Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthopoda , kelas Arachnida, ordo Ackarina, superfamili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei var. hominis. Kecuali itu terdapat S. scabiei yang lainnya pada kambing dan babi. Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini transient, berwarna putih kotor, dan tidak bermata. Ukurannya yang betina berkisar antara 330 450 mikron x 250 350 mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil, yakni 200 240 mikron x 150 200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang kaki di depan sebagai alat alat untuk melekat dan 2
1

pasang kaki kedua pada betina berakhir dengan rambut, sedangkan pada yang jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan keempat berakhir dengan alat perekat. Siklus hidup tungau ini sebagai berikut. Setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi di atas kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup dalam terowongan yang digali oleh yang betina. Tungau betina yang telah dibuahi menggali terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2 -3 milimeter sehari dan sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50 . Bentuk betina yang telah dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya. Telurnya akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari, dan menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan, tetapi dapat juga keluar. Setelah 2 -3 hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina, dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8 12 hari. Telur menetas menjadi larva dalam waktu 3 4 hari, kemudian larva meninggalkan terowongan dan masuk ke dalam folikel rambut. Selanjutnya larva berubah menjadi nimfa yang akan menjadi parasit dewasa. Tungau betina akan mati setelah meninggalkan telur, sedangkan tungau jantan mati setelah kopulasi. Sarcoptes scabiei betina dapat hidup diluar pada suhu kamar selama lebih kurang 7 14 hari. Yang diserang adalah bagian kulit yang tipis dan lembab, contohnya lipatan kulit pada orang dewasa. Pada bayi, karena seluruh kulitnya masih tipis, maka seluruh badan dapat terserang.

Patogenesis. Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Dan karena bersalaman atau bergandengan sehingga terjadi kontak kulit yang kuat, menyebabkan kulit timbul pada pergelangan tangan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap sekret dan ekskret tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika dan lain-lain. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder. Kelainan kulit dan gatal yang terjadi dapat lebih luas dari lokasi tungau.
2

Cara Penularan. Penyakit scabies dapat ditularkan melalui kontak langsung maupun kontak tak langsung. Yang paling sering adalah kontak langsung dan erat atau dapat pula melalui alatalat seperti tempat tidur, handuk, dan pakaian. Bahkan penyakit ini dapat pula ditularkan melalui hubungan seksual antara penderita dengan orang yang sehat. Di Amerika Serikat dilaporkan, bahwa scabies dapat ditularkan melalui hubungan seksual meskipun bukan merupakan akibat utama. Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kebersihan perseorangan dan lingkungan, atau apabila banyak orang yang tinggal secara bersama-sama disatu tempat yang relative sempit. Apabila tingkat kesadaran yang dimiliki oleh banyak kalangan masyarakat masih cukup rendah, derajat keterlibatan penduduk dalam melayani kebutuhan akan kesehatan yang masih kurang, kurangnya pemantauan kesehatan oleh pemerintah, faktor lingkungan terutama masalah penyediaan air bersih, serta kegagalan pelaksanaan program kesehatan yang masih sering kita jumpai, akan menambah panjang permasalahan kesehatan lingkungan yang telah ada. Penularan scabies terjadi ketika orang-orang tidur bersama di satu tempat tidur yang sama di lingkungan rumah tangga, sekolah-sekolah yang menyediakan fasilitas asrama dan pemondokan, serta fasiltas-fasilitas kesehatan yang dipakai oleh masyarakat luas. Di Jerman terjadi peningkatan insidensi, sebagai akibat kontak langsung maupun tak langsung seperti tidur bersama. Faktor lainnya fasilitas umum yang dipakai secara bersama-sama di lingkungan padat penduduk. Dibeberapa sekolah didapatkan kasus pruritus selama beberapa bulan yang sebagian dari mereka telah mendapatkan pengobatan skabisid.

Gejala Klinis.

Ada 4 tanda cardinal Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas. 1. Penyakit ini menyerang manusia secara berkelompok, misalnya dalam sebuah

keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut. Dikenal keadaan hiposensitisasi, yang seluruh anggota keluarganya terkena, walaupun mengalami infestasi tungau, tetapi tidak memberikan gejala. Penderita ini bersifat sebagai pembawa (carrier).
2.

Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna

putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan ini ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimarf (pustule, ekskoriasi dan lain-lain). Tempat predileksinya biasanya merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis, yaitu sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areola mammae (wanita), umbilicus, bokong, genitalia eksterna (pria) dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki. 3. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostic. Dapat ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini. Diagnosis dapat dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda cardinal tersebut.

Klasifikasi. Terdapat beberapa bentuk skabies atipik yang jarang ditemukan dan sulit dikenal, sehingga dapat menimbulkan kesalahan diagnosis. Beberapa bentuk tersebut antara lain :

1. Skabies pada orang bersih (scabies of cultivated). Bentuk ini ditandai dengan lesi berupa papul dan terowongan yang sedikit jumlahnya sehingga sangat sukar ditemukan. 2. Skabies incognito.
4

Bentuk ini timbul pada scabies yang diobati dengan kortikosteroid sehingga gejala dan tanda klinis membaik, tetapi tungau tetap ada dan penularan masih bisa terjadi. Skabies incognito sering juga menunjukkan gejala klinis yang tidak biasa, distribusi atipik, lesi luas dan mirip penyakit lain. 3. Skabies nodular Pada bentuk ini lesi berupa nodus coklat kemerahan yang gatal. Nodus biasanya terdapat didaerah tertutup, terutama pada genitalia laki-laki, inguinal dan aksila. Nodus ini timbul sebagai reaksi hipersensetivitas terhadap tungau scabies. Pada nodus yang berumur lebih dari satu bulan tungau jarang ditemukan. Nodus mungkin dapat menetap selama beberapa bulan sampai satu tahun meskipun telah diberi pengobatan anti scabies dan kortikosteroid. 4. Skabies yang ditularkan melalui hewan. Di Amerika, sumber utama skabies adalah anjing. Kelainan ini berbeda dengan skabies manusia yaitu tidak terdapat terowongan, tidak menyerang sela jari dan genitalia eksterna. Lesi biasanya terdapat pada daerah dimana orang sering kontak/memeluk binatang kesayangannya yaitu paha, perut, dada dan lengan. Masa inkubasi lebih pendek dan transmisi lebih mudah. Kelainan ini bersifat sementara (4 8 minggu) dan dapat sembuh sendiri karena S. scabiei var. binatang tidak dapat melanjutkan siklus hidupnya pada manusia. 5. Skabies Norwegia. Skabies Norwegia atau skabies krustosa ditandai oleh lesi yang luas dengan krusta, skuama generalisata dan hyperkeratosis yang tebal. Tempat predileksi biasanya kulit kepala yang berambut, telinga bokong, siku, lutut, telapak tangan dan kaki yang dapat disertai distrofi kuku. Berbeda dengan skabies biasa, rasa gatal pada penderita skabies Norwegia tidak menonjol tetapi bentuk ini sangat menular karena jumlah tungau yang menginfestasi sangat banyak (ribuan). Skabies Norwegia terjadi akibat defisiensi imunologik sehingga sistem imun tubuh gagal membatasi proliferasi tungau dapat berkembangbiak dengan mudah. 6. Skabies pada bayi dan anak.
5

Lesi skabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh kepala, leher, telapak tangan, telapak kaki, dan sering terjadi infeksi sekunder berupa impetigo, ektima sehingga terowongan jarang ditemukan. Pada bayi, lesi di muka. (Harahap. M, 2000). 7. Skabies terbaring ditempat tidur (bed ridden). Penderita penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa harus tinggal ditempat tidur dapat menderita skabies yang lesinya terbatas.

Pembantu Diagnosis. Cara menemukan tungau Carilah mula-mula terowongan, kemudian pada ujung yang terlihat papul atau vesikel dicongkel dengan jarum dan diletakkan diatas sebuah kaca objek, lalu ditutup dan dilihat dengan mikroskop cahaya. 1. Dengan cara menyikat dengan sikat dan ditampung diatas selembar kertas putih dan

dilihat dengan kaca pembesar. 2. Dengan membuat biopsi irisan. Caranya : lesi dijepit dengan 2 jari kemudian dibuat

irisan tipis dengan pisau dan diperiksa dengan mikroskop cahaya. 3. Dengan biopsi eksisional dan diperiksa dengan pewarnaan Hematoksilin Eosin.

Diagnosis. Diagnosis scabies ditegakkan atas dasar :


1. Ada terowongan yang sedikit meninggi, berbentuk garis lurus atau berkelok-kelok,

panjangnya beberapa millimeter sampai 1 cm dan pada ujungnya tampak vesikula, papula atau pustula.
2. Tempat predileksi yang khas adalah sela jari, pergelangan tangan bagian volar, siku,

lipat ketiak bagian depan, areola mammae, sekitar umbilicus, abdomen bagian bawah, genitalia eksterna pria.Pada oaring dewasa jarang terdapat di muka dan kepala, kecuali pada penderita imunosupresif, sedangkan pada bayi, lesi dapat terjadi di seluruh permukaan kulit. 3. Penyembuhan cepat setelah pemberian obat anti skabies topical yang efektif.
6

4. Adanya gatal hebat pada malam hari. Bila lebih dari satu anggota keluarga menderita gatal, harus dicurigai adanya skabies. Gatal pada malam hari disebabkan oleh temperature tubuh menjadi lebih tinggi sehingga aktivitas kutu meningkat. Diferensial Diagnosis. Diagnosis bandingnya adalah :
1.

Prurigo, biasanya berupa papul-papul yang gatal, predileksi pada bagian ekstensor

ekstremitas. 2. Gigitan serangga, biasanya jelas timbul sesudah ada gigitan, efloresensinya urtikaria

papuler. 3. Folikulitis, nyeri berupa pustule miliar dikelilingi daerah yang eritem.

Terapi. Semua keluarga yang berkontak dengan penderita harus diobati termasuk pasangan seksnya. Beberapa macam obat yang dapat dipakai pada pengobatan scabies yaitu: a. Permetrin. Merupakan obat pilihan untuk saat ini , tingkat keamanannya cukup tinggi, mudah pemakaiannya dan tidak mengiritasi kulit. Dapat digunakan di kepala dan leher anak usia kurang dari 2 tahun. Penggunaannya dengan cara dioleskan ditempat lesi lebih kurang 8 jam kemudian dicuci bersih b. Malation. Malation 0,5 % dengan daasar air digunakan selama 24 jam. Pemberian berikutnya diberikan beberapa hari kemudian.(Harahap. M, 2000). c. Emulsi Benzil-benzoas (20-25 %). Efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap malam selama tiga hari. Sering terjadi iritasi dan kadang-kadang makin gatal setelah dipakai. (Handoko, R, 2001).
7

d. Sulfur. Dalam bentuk parafin lunak, sulfur 10 % secara umum aman dan efektif digunakan. Dalam konsentrasi 2,5 % dapat digunakan pada bayi. Obat ini digunakan pada malam hari selama 3 malam.

Prognosis Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat serta syarat pengobatan dan menghilangkan faktor predisposisi, penyakit ini dapat di berantas dan memberikan prognosis yang baik.

STATUS PASIEN

1. Identitas Pasien a. Nama : Hafiz 8

b. Kelamin : Laki-laki c. Umur : 9 tahun


d. Pekerjaan / pendidikan : pelajar klas 3 SD

e. Alamat :

2. Latar belakang sosial ekonomi-demografi-lingkungan keluarga

Status perkawinan : belum menikah Jumlah Bersaudara : anak pertama dari 2 bersaudara Status ekonomi keluarga :

Berasal dari golongan ekonomi yang sedang dengan penghasilan ayah pasien per bulan Rp 1.200.000 yang bekerja sebagai tukang ojek

Kondisi Rumah : Rumah permanen, 2 kamar tidur, 1 kamar mandi Ventilasi udara dan sirkulasi kurang cukup. WC di dalam rumah. Listrik ada, sumber air (mandi,mencuci): sumur, sumber air minum : (air sumur)

Kondisi lingkungan rumah : Pekarangan rumah kurang luas Sampah dibakar Septik tank berada 4 m dari belakang rumah

3. Aspek psikologis di keluarga:

Tidak ada yang penting

4. Riwayat penyakit sekarang :

Bintik-bintik kemerahan yang terasa gatal di sela-sela jari tangan kanan dan kiri, punggung tangan kanan dan kiri,sesudah itu di bokong, abdomen bawah kiri dan kanan serta kedua-dua kaki sejak 2 minggu yang lalu.

Awalnya bintik-bintik kemerahan yang gatal terdapat di sela-sela jari tangan kanan dan kiri, menyebar ke punggung tangan kanan dan kiri dan sela-sela jari kaki kanan dan kiri,kemudian menyebar ke bokong dan abdomen bawah serta kedua-dua kaki kiri dan kanan.

Gatal terutama dirasakan pada malam hari. Seprei dan alas bantal diganti (4 bulan sekali) terakhir kali diganti 2 bulan yang lalu Pasien memakai alat mandi bersama (handuk) dengan adiknya (+) Pasien tidur satu tempat tidur dengan adiknya. Pasien mandi dua kali sehari. Pasien mengganti bajunya 1 kali sehari. Pasien memelihara kucing di dalam rumahnnya dimana kucing tersebut sering keluar masuk rumah.

Adik pasien juga menderita gatal gatal yang sama dengan pasien. Tidak ada teman-teman pasien yang menderita penyakit yang sama seperti pasien.

5. Riwayat penyakit dahulu :


10

Pasien tidak memiliki riwayat keluhan bintik-bintik kemerahan yang gatal di tubuh sebelumnya. 6. Riwayat penyakit keluarga :

Ibu dan ayah pasien mengalami keluhan bintik-bintik kemerahan yang terasa gatal sejak 1 minggu yang lalu .Adik pasien juga mengalami bintik-bintik kemerahan yang gatal sejak 2 minggu yang lalu. Kedua duanya belum dapat pengobatan.

Pasien dan keluarga tidak ada riwayat bersin-bersin di pagi hari. Pasien dan keluarga tidak ada riwayat nafas menciut. Pasien dan keluarga tidak ada riwayat alergi makanan sebelumnya. Pasien dan keluarga tidak ada riwayat alergi obat sebelumnya.

7. Pemeriksaan Fisik STATUS GENERALIS Keadaan umum Kesadaran Nadi Nafas Suhu BB Status gizi : Tampak sakit sedang : Composmentis : 94 x/menit : 20 x/menit : 36,8oC : 25 kg : Baik

11

Pemeriksaan thorak : dalam batas normal

Pemeriksaan abdomen : dalam batas normal

STATUS DERMATOLOGIKUS Lokasi dan kiri,bokong serta abdomen bawah Distribusi Bentuk Susunan Batas Ukuran sela-sela jari kaki), Efloresensi : Papul eritema, plak eritema : regional, bilateral : Tidak khas : Tidak khas : Tidak tegas : milier (pada punggung tangan, jari tangan,punggung kaki dan : di sela-sela jari tangan kanan dan kiri, punggung tangan kanan dan kiri, punggung kaki kanan dan kiri, dan sela-sela jari kaki kanan

Status Venereologikus Tidak ditemukan kelainan

12

Kelainan Selaput Tidak Ditemukan Kelainan

Kelainan Kuku Jaringan sekitar kuku tidak ditemukan kelainan

Kelainan Rambut Tidak ditemukan kelainan

Kelainan Kelenjar Limfe Tidak ditemukan pembesaran KGB submandibula, regiocoli, aksila, supraklavikula, infraklavikula, inguinal lateral dan medial.

8. Laboratorium: Pemeriksaan kerokan kulit diharapkan ditemukan telur, tungau

9. Diagnosis Kerja : Skabies

13

10. Diagnosis banding

Prurigo

11. Manajemen :

Preventif : Meminta anggota keluarga (orang tua dan adik pasien) yang mengalami bintik-bintik kemerahan yang gatal di tubuh turut berobat. Menjaga kebersihan rumah (Pakaian, handuk, seprei, alas bantal yang terkontaminasi dicuci dengan air hangat, dijemur di terik matahari sampai kering dan diseterika). Jangan sampai kucing masuk ke dalam rumah dan tidak bermain dengan kucing.

Promotif : Memberikan edukasi kepada pasien tentang penyakitnya serta upaya-upaya pencegahan yang harus dilakukan terutama pengobatan terhadap penyakitnya. Edukasi pasien terutama mengenai terapi terhadap penyakitnya (terutama mengenai cara penggunaan salap dengan cara yang benar)

Kuratif : Sistemik CTM tablet 4mg 3 x 1/2 tablet Topikal


14

Salap 2-4 ( dioleskan seluruh tubuh kecuali wajah 3 hari berturut-turut) Rehabilitatif : Kontrol kembali ke puskesmas 3 hari lagi untuk menilai efek pengobatan.

Penulisan Resep

Dinas Kesehatan Kodya Padang


15

Puskesmas Air Dingin Padang, 7 oktober 2011

R/ CTM tab 4 mg 3 dd tab

No V

R/ Salep 2-4 ue

salf

No II ( dioleskan seluruh tubuh kecuali wajah 3 hari berturut-turut)

Pro : Hafiz Umur : 9 tahun

16

DISKUSI

Seorang pasien laki-laki berumur 9 tahun datang ke Balai Pengobatan Puskesmas Air Dingin Padang, dengan keluhan bintik-bintik kemerahan yang terasa gatal di sela-sela jari tangan kanan dan kiri, punggung tangan kanan dan kiri dan sela-sela jari kaki kanan dan kiri bokong serta abdomen bawah sejak 2 minggu yang lalu. Gatal terutama dirasakan pada malam hari,. Ibu dan ayah pasien mengalami keluhan bintik-bintik kemerahan yang terasa gatal sejak 1 minggu yang lalu .Adik pasien juga mengalami bintik-bintik kemerahan yang gatal sejak 2 minggu yang lalu. Kedua duanya belum dapat pengobatan. Pasien memelihara kucing di dalam rumahnnya dimana kucing tersebut sering keluar masuk rumah dan diperkirakan yang menjadi sumber penularan.

Pada pemeriksaan dermatologikus ditemukan : Lokasi : Sela-sela jari tangan kanan dan kiri, punggung tangan kanan dan kiri ,punggung kaki kanan dan kiri, dan sela-sela jari kaki kanan dan kiri,bokong serta abdomen bawah. Distribusi Bentuk : regional, bilateral : Tidak khas
17

Susunan Batas Ukuran

: Tidak khas : Tidak tegas : Milier (pada punggung tangan, jari tangan,punggung kaki dan

sela-sela jari kaki), Efloresensi : Papul eritema, plak eritema

Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, diagnosis kerja dari pasien ini adalah skabies, untuk memastikan diagnosisnya dianjurkan melakukan pemeriksaan kerokan kulit yang mana diharapkan ditemukan telur dan kutu.

Penatalaksanaannya adalah dengan tindakan preventif, promotif dan kuratif. Disini kami memberikan terapi sistemik berupa CTM 3x2mg dan terapi topical salap 2-4. Menurut kami penggunaan permetrin lebih efektif dibandingkan dengan salep 2-4. Hal ini dikarenakan obat tersebut kurang toksisitas, lama penggunaan lebih singkat dan tidak berbau sehingga tidak mengganggu aktifitas pasien sebagai pelajar. Atas pertimbangan ketersediaan obat yang ada di puskesmas kami memberikan salep 2-4 kepada pasien untuk pengobatan scabies pada pasien ini. Untuk usaha preventif diharapkan anggota keluarga (orang tua dan adik pasien) yang mengalami bintik-bintik kemerahan yang gatal di tubuh juga turut berobat, menjaga kebersihan rumah (Pakaian, handuk, seprei, alas bantal yang terkontaminasi dicuci dengan air hangat, dijemur di terik matahari sampai kering dan diseterika), mencegah kucing masuk ke dalam rumah dan tidak bermain dengan kucing. Usaha promotif dilakukan dengan memberikan edukasi kepada pasien tentang penyakitnya serta upaya-upaya pencegahan yang harus dilakukan
18

terutama pengobatan terhadap penyakitnya. Edukasi pasien terutama mengenai terapi terhadap penyakitnya (terutama mengenai cara penggunaan salap dengan cara yang benar) dan usaha rehabilitatif pada pasien ini berupa kontrol kembali ke puskesmas 3 hari lagi untuk menilai efek pengobatan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Handoko,R.P, Skabies, Djuanda A, Hamza M, Aisah S, editor. Dalam: Ilmu Kulit

Kelamin FKUI, edisi keempat, 2006, Jakarta:FKUI. Hal 122-25. 2. DEPARTEMEN KESEHATAN RI, Scabies, Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas, DEPKES RI, Jakarta. 2007. Hal 208-10.

19

Anda mungkin juga menyukai