Anda di halaman 1dari 21

BAB II BENIGNA HIPERTROPI PROSTAT (BPH) A. DEFINISI BPH adalah pembesaran atau hypertropi prostat.

Kelenjar prostat membesar, memanjang ke arah depan ke dalam kandung kemih dan menyumbat aliran keluar urine, dapat menyebabkan hydronefrosis dan hydroureter. Istilah Benigna Prostat Hipertropi sebenarnya tidaklah tepat karena kelenjar prostat tidaklah membesar atau hipertropi prostat, tetapi kelenjar-kelenjar periuretralah yang mengalami hiperplasian (sel-selnya bertambah banyak. Kelenjar-kelenjar prostat sendiri akan terdesak menjadi gepeng dan disebut kapsul surgical. Benigne Prostat Hyperplasia adalah pembesaran jinak kelenjar prostat, disebabkan oleh karena hiperplasia beberapa atau semua komponen prostat meliputi jaringan kelenjar / jaringan fibromuskuler yang menyebabkan penyumbatan uretra pars prostatika (Lab/UPF Ilmu Bedah RSUD Dr Soetomo, 1994 : 193).

B. ETIOLOGI ETIOLOGI/PENYEBABNYA.

Penyebab terjadinya Benigna Prostat Hipertropi belum diketahui secara pasti. Prostat merupakan alat tubuh yang bergantung kepada endokrin dan dapat pula dianggap undangan(counter part). Oleh karena itu yang dianggap etiologi adalah karena tidak adanya keseimbangan endokrin. Namun menurut Syamsu Hidayat dan Wim De Jong tahun 1998 etiologi dari BPH adalah: Adanya hiperplasia periuretral yang disebabkan karena perubahan keseimbangan testosteron dan estrogen.o Ketidakseimbangan endokrin. Faktor umur / usia lanjut. Unknown / tidak diketahui secara pasti.

C. ANATOMI FISIOLOGI Kelenjar prostate adalah suatu kelenjar fibro muscular yang melingkar Bledder neck dan bagian proksimal uretra. Berat kelenjar prostat pada orang dewasa kira-kira 20 gram dengan ukuran rata-rata:- Panjang 3.4 cm- Lebar 4.4 cm- Tebal 2.6 cm. Secara embriologis terdiro dari 5 lobur:- Lobus medius 1 buah- Lobus anterior 1 buah- Lobus posterior 1 buah- Lobus lateral 2 buahSelama perkembangannya lobus medius, lobus anterior dan lobus posterior akan menjadi saru disebut lobus medius. Pada penampang lobus medius kadang-kadang tidak tampak karena terlalu kecil dan lobus ini tampak homogen berwarna abu-abu, dengan

kista kecil berisi cairan seperti susu, kista ini disebut kelenjar prostat. Pada potongan melintang uretra pada posterior kelenjar prostat terdiri dari: - Kapsul anatomis - Jaringan stroma yang terdiri dari jaringan fibrosa dan jaringan muskulerJaringan kelenjar yang terbagi atas 3 kelompok bagian: o Bagian luar disebut kelenjar sebenarnya o Bagian tengah disebut kelenjar sub mukosal, lapisan ini disebut juga sebagai adenomatus zone o Di sekitar uretra disebut periuretral gland Saluran keluar dari ketiga kelenjar tersebut bersama dengan saluran dari vesika seminalis bersatu membentuk duktus ejakulatoris komunis yang bermuara ke dalam uretra. Pada laki-laki remaja prostat belum teraba pada colok dubur, sedangkan pada oran dewasa sedikit teraba dan pada orang tua biasanya mudah teraba.Sedangkan pada penampang tonjolan pada proses hiperplasi prostat, jaringan prostat masih baik. Pertambahan unsur kelenjar menghasilkan warna kuning kemerahan, konsisitensi lunak dan berbatas jelas dengan jaringan prostat yang terdesak berwarna putih ke abu-abuan dan padat. Apabila tonjolan itu ditekan keluar cairan seperti susu.Apabila jaringan fibromuskuler yang bertambah tonjolan berwarna abu-abu, padat dan tidak mengeluarkan cairan sehingga batas tidak jelas. Tonjolan ini dapat menekan uretra dari lateral sehingga lumen uretra menyerupai celah. Terkadang juga penonjolan ini dapat menutupi

lumen uretra, tetapi fibrosis jaringan kelenjar yang berangsur-angsur mendesak prostat dan kontraksi dari vesika yang dapat mengakibatkan peradangan.

D. PATOFISIOLOGI Menurut syamsu Hidayat dan Wim De Jong tahun 1998 adalah Umumnya gangguan ini terjadi setelah usia pertengahan akibat perubahan hormonal. Bagian paling dalam prostat membesar dengan terbentuknya adenoma yang tersebar. Pembesaran adenoma progresif menekan atau mendesak jaringan prostat yang normal ke kapsula sejati yang menghasilkan kapsula bedah. Kapsula bedah ini menahan perluasannya dan adenoma cenderung tumbuh ke dalam menuju lumennya, yang membatasi pengeluaran urin. Akhirnya diperlukan peningkatan penekanan untuk mengosongkan kandung kemih. Serat-serat muskulus destrusor berespon hipertropi, yang menghasilkan trabekulasi di dalam kandung kemih.Pada beberapa kasus jika obsruksi keluar terlalu hebat, terjadi dekompensasi kandung kemih menjadi struktur yang flasid, berdilatasi dan sanggup berkontraksi secara efektif. Karena terdapat sisi urin, maka terdapat peningkatan infeksi dan batu kandung kemih. Peningkatan tekanan balik dapat menyebabkan hidronefrosis.Retensi progresif bagi air, natrium, dan urea dapat menimbulkan edema hebat. Edema ini berespon cepat dengan drainage kateter. Diuresis paska operasi dapat terjadi pada pasien dengan edema hebat dan hidronefrosis

setelah dihilangkan obstruksinya. Pada awalnya air, elekrolit, urin dan beban solutlainya meningkatkan diuresis ini, akhirnya kehilangan cairan yang cairan progresif dan bisa merusakkan yang kemampuan bisa ginjal untuk mengkonsentrasikan serta menahan air dan natrium akibat kehilangan elekrolit berlebihan menyebabkan hipovelemia.Menurut Mansjoer Arif tahun 2000 pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan pada traktus urinarius, terjadi perlahanlahan. Pada tahap awal terjadi pembesaran prostat sehingga terjadi perubahan fisiologis yang mengakibatkan resistensi uretra daerah prostat, leher vesika kemudian detrusor mengatasi dengan kontraksi lebih kuat.Sebagai akibatnya serat detrusor akan menjadi lebih tebal dan penonjolan serat detrusor ke dalam mukosa buli-buli akan terlihat sebagai balok-balok yang tampai (trabekulasi). Jika dilihat dari dalam vesika dengan sitoskopi, mukosa vesika dapat menerobos keluar di antara serat detrusor sehingga terbentuk tonjolan mukosa yang apabila kecil dinamakan sakula dan apabila besar disebut diverkel. Fase penebalan detrusor adalah fase kompensasi yang apabila berlanjut detrusor akan menjadi lelah dan akhirnya akan mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk kontraksi, sehingga terjadi retensi urin total yang berlanjut pada hidronefrosis dan disfungsi saluran kemih atas

E. PATHWAY Obstruksi uretra Penumpukan otot urin dlm VU otot otot entre disfungsi cairanResiko

Pembedahan/prostatektomiKompensasi spincterMerangsang ginjal

destrusorSpasme

nociseptorHipotalamusDekompensasi ginjalRetensi urinPort vol de

destrusorPotensi urinTek intravesikalRefluk urin ke ginjalTek ureter & meningkatGagal mikroorganismekateterisasiLuka seksualNyeriResti eliminasiKurang pengetahuanHyperplasia endokrinBPH F.MANIFESTASI KLINIK . Walaupun Benigna Prostat Hipertropi selalu terjadi pada orang tua, tetapi tak selalu disertai gejala-gejala klinik, hal ini terjadi karena dua hal yaitu :1. Penyempitan uretra yang menyebabkan kesulitan berkemih 2. Retensi urin dalam kandung kemih menyebabkan dilatasi kandung kemih, hipertrofi kandung kemih dan cystitis .Adapun gejala dan tanda yang tampak pada pasien dengan Benigna Prostat Hipertrofi infeksiResiko informasi insisiResiko kekurangan ttg

perdarahan: resiko syok hipovolemikHilangnya fungsi tbhPerub pola penyakitnyaKurang lanjutKetidakseimbangan periuretralUsia

:a. Retensi urin b. Kurangnya atau lemahnya pancaran kencing c. Miksi yang tidak puas d. Frekuensi kencing bertambah terutama malam hari (nocturia ) e. Pada malam hari miksi harus mengejan f. Terasa panas, nyeri atau sekitar waktu miksi (disuria) g. Massa pada abdomen bagian bawah h.Hematuriai. Urgency (dorongan yang mendesak dan mendadak untuk mengeluarkan urin) j. Kesulitan mengawali dan mengakhiri miksi k. Kolik renal l. Berat badan turun m. Anemia Kadang-kadang tanpa sebab yang diketahui, pasien sama sekali tidak dapat berkemih sehingga harus dikeluarkan dengan kateter. Karena urin selalu terisi dalam kandung kemih, maka mudah sekali terjadi cystitis dan selaputnya merusak ginjal.

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK Pada pasien Benigna Prostat Hipertropi umumnya dilakukan

pemeriksaan: 1. LaboratoriumMeliputi ureum (BUN), kreatinin, elekrolit, tes sensitivitas dan biakan urin 2. RadiologisIntravena pylografi, BNO, sistogram, retrograd, USG, Ct Scanning, cystoscopy, foto polos abdomen. Indikasi sistogram retrogras dilakukan apabila fungsi ginjal buruk, ultrasonografi dapat dilakukan secara trans abdominal atau trans rectal (TRUS = Trans Rectal Ultra Sonografi), selain untuk mengetahui pembesaran prostat ultra sonografi dapat pula menentukan volume buli-buli, mengukut sisa urine dan keadaan patologi lain seperti difertikel, tumor dan batu (Syamsuhidayat dan Wim De Jong, 1997). 3. Prostatektomi Retro PubisPembuatan insisi pada abdomen bawah, tetapi kandung kemih tidak dibuka, hanya ditarik dan jaringan adematous prostat diangkat melalui insisi pada anterior kapsula prostat. 4. Prostatektomi ParinealYaitu pembedahan dengan kelenjar prostat dibuang melalui perineum.

H. KOMPLIKASI Komplikasi yang dapat terjadi pada hipertropi prostat adalah. Retensi kronik dapat menyebabkan refluks vesiko-ureter, hidroureter, hidronefrosis, gagal ginjal.b. Proses kerusakan ginjal dipercepat bila terjadi infeksi pada waktu miksic. Hernia / hemoroidd. Karena selalu terdapat sisa urin sehingga menyebabkan terbentuknya batue. Hematuriaf. Sistitis dan Pielonefritis I. PENGKAJIAN a. Biodata Meliputi : Nama, Umur , No MR, Alamat ,Tanggal masuk ,Tanggal didata, dll. b.Penkajian menurut fungsional Gordon. 1. Pola persepsi dan Manajemen kesehatan

Biasanya kasus BPH terjadi pada pasien laki-laki yang sudah tua, dan pasien biasanya tidak memperdulikan hal ini, karena sering mengatakan bahwa sakit yang diderita nya pengaruh umur yang sudah tua. Perawat perlu mengkaji apakah klien mengetahui penyakit apa yang dideritanya? Dan apa penyebab sakitnya saat ini?

2.

Pola

nutrisi

dan

metabolik

Terganggunya sistem pemasukan makan dan cairan yaitu karena efek penekanan/nyeri pada abomen (pada preoperasi), maupun efek dari anastesi pada postoperasi BPH, sehingga terjadi gejala: anoreksia, mual, muntah, penurunan berat badan, tindakan yang perlu dikaji adalah awasi masukan dan pengeluaran baik cairan maupun nutrisinya .3.Pola eliminasi

Gangguan eliminasi merupakan gejala utama yang seringkali dialami oleh pasien dengan preoperasi, perlu dikaji keraguraguan dalam memulai aliran urin, aliran urin berkurang, pengosongan kandung kemih inkomplit, frekuensi berkemih, nokturia, disuria dan hematuria. Sedangkan pada postoperasi BPH yang terjadi karena tindakan invasif serta prosedur pembedahan sehingga perlu adanya obervasi drainase kateter untuk mengetahui adanya perdarahan dengan mengevaluasi warna urin. Evaluasi warna urin, contoh : merah terang dengan bekuan darah, perdarahan dengan tidak ada bekuan, peningkatan viskositas, warna keruh, gelap dengan bekuan. Selain terjadi gangguan eliminasi urin, juga ada kemugkinan terjadinya konstipasi. Pada post operasi BPH, karena perubahan pola makan dan makanan.

4.

Pola

latihan-

aktivitas

Adanya keterbatasan aktivitas karena kondisi klien yang lemah dan terpasang traksi kateter selama 6 24 jam. Pada paha yang dilakukan perekatan kateter tidak boleh fleksi selama traksi masih diperlukan, klien juga merasa nyeri pada prostat dan pinggang. Klien dengan BPH aktivitasnya sering dibantu oleh keluarga. 5. Pola istirahat dan tidur

Pada pasien dengan BPH biasanya istirahat dan tidurnya terganggu, disebabkan oleh nyeri pinggang dan BAK yang keluar terus menerus dimana hal ini dapat mengganngu kenyamanan klien. Jadi perawat perlu mengkaji berapa lama klien tidur dalam sehari, apakah ada perubahan lama tidur sebelum dan selama sakit/ selama dirawat? 6. Pola konsep diri dan persepsi diri

Pasien dengan kasus penyakit BPH seringkali terganggu integritas seperti egonya kegelisahan, karena kacau memikirkan mental, bagaimana akan menghadapi pengobatan yang dapat dilihat dari tanda-tanda perubahan perilaku.

7.

Pola

kognitif-

perseptual

klien BPH umumnya adalah orang tua, maka alat indra klien biasanya terganggu karena pengaruh usia lanjut. Namun tidak semua pasien mengalami hal itu, jadi perawat perlu mengkaji bagaimana alat indra klien, bagaimana status neurologis klien, apakah ada gangguan? 8. Pola peran dan hubungan

Pada pasien dengan BPH merasa rendah diri terhadap penyakit yang diderita nya. Sehingga hal ini menyebabkan kurangnya sosialisasi klien dengan lingkungan sekitar. Perawat perlu mengkaji bagaimana hubungan klien dengan keluarga dan masyarakat sekitar? apakah ada perubahan peran selama klien sakit? 9. Pola reproduksiseksual

Pada pasien BPH baik preoperasi maupun postoperasi terkadang mengalami masalah tentang efek kondisi/terapi pada kemampuan seksualnya, takut inkontinensia/menetes selama hubungan intim, penurunan kekuatan kontraksi saat ejakulasi, dan pembesaran atau nyeri tekan pada prostat.

10.

Pola

pertahanan

diri

dan

toleransi

stres

Klien dengan BPH mengalami peningkatan stres karena memikirkan pengobatan dan penyakit yang dideritanya menyebabkan klien tidak bisa melakukan aktivitas seksual seperti biasanya, bisa terlihat dari perubahan tingkah laku dan kegelisahan klien. Perawat perlu mengkaji bagaimana klien menghadapi masalah yang dialami? Apakah klien menggunakan obat-obatan untuk mengurangi stresnya? 11. Pola keyakinan dan nilai

Pasien BPH mengalami gangguan dalam hal keyakinan, seperti gangguan dalam beribadah shalat, klien tidak bisa melaksanakannya, karena BAK yang sering keluar tanpa disadari. Perawat juga perlu mengkaji apakah ada pantangan dalam agama klien untuk proses pengobatan?

J. DIAGNOSA KEPERAWATAN Diagnosa Keperawatan Pre Operasi NANDA NOC NIC 1. Retensi Urin Domain 3: Eliminasi dan Pertukaran Kelas 1: Fungsi urin Defenisi: pengosongan urin yang tidak sempurna Batasan karakteristik: Adanya urin yang keluar Distensi kantong kemih Disuria Frekuensi berkemih Inkontenensia yang berlebih Residu urin Sensasi dari penuhnya kantong kemih Urin yang keluar sedikit Hasil yang disarankan: 1. Gejala yang mencolok Defenisi: keparahan perubahan yang merugikan yang dirasakan dalam fungsi fisik,emosi dan social Indikator: Intensitas gejala Frekuensi gejala Persisten gejala Kerusakan mobilitas fisik Hubungan dengan kenyamanan Hubungan dengan istirahat Hubungan dengan takut Hubugan dengan cemas 2. Eliminasi urin Defenisi: penumpukan dan perubahan urin

Indikator: Pola eliminasi Bau urin Jumlah urin Warna urin Intake cairan Kejernihan urin Pengosongan kandung kemih yang sempurna Intervensi yang disarankan 1. kateter urine Jelaskan prosedur dan rasional diberikannya intervensi Menyediakan peralatan kateter yang sesui standar Pertahankan teknik aseptic yang tepat Masukkan kateter retensi kedalam kandung kemih Gunakan ukuran kateter yang paling kecil Monitor intake dan output 2. Perawatan retensi urin Melakukan pengkajian urin secara komprehensif berfokus pada inkontenensia mis: pengeluaran urin, pola berkemih, fungsi kognitif dan masalah praeksisten urin Gunakan kateter urin Monitor masukan dan pengeluaran Menginstruksikan cara untuk menghindari konstipasi atau infeksi tinja Pantau penggunaan agen non preskripsi dengan sifat antikolinergik algonis atau alpha Gunakan teknik berkemih double Sediakan waktu cukup untuk pengosongan kandung kemih (10 mnt) 3. nyeri akut domain 12: kenyamanan kelas 1: kenyamanan fisik defenisi: sensori dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan yang ditimbulkan oleh kerusakan jaringan potensial atau actual/ gambaran pada bagian yang rusak tersebut. Tiba-tiba/ memperlambat

intensitas dari ringan sampai berat dengan akhir diantisipasi /diprediksi berdurasi < 6 bulan batasan karakteristik Perubahan nafsu makan Perubahan tekanan darah Perubahan curah jantung Perubahan laju pernafasan Diaporesis Laporan verbal terhadap nyeri Prilaku ekspresif, seperti gelisah, merintih, meringis, kewaspadaan, lekas marah, mendesah Menjaga prilaku Outcome yang disarankan Status kenyamanan: fisik Tingkat ketidaknyamanan Kontrol nyeri Tingkat nyeri Tingkat stress Tanda vital 1. Manajemen Nyeri melakukan tidakan yang komprehensif mulai dari lokasi nyeri, karakteristik, durasi, frequensi, kualitas, intensitas, atau keratnya nyeri dan factor yang berhubungan. observasi isyarat ketidak nyamanan khususnya pada ketidak mamapuan mengkomunikasikan secara efektif. memberi perhatian perawatan analgesic pada pasien. menggunakan strategi komunikasi terapeutik untuk menyampaikan rasa sakit dan menyampaikan penerimaan dari respon pasien terhadap nyeri. mengeksplorasi pengetahuan pasien dan keyakinan tentang rasa sakit. mempertimbangkan pengaruh budaya pada respon nyeri. menentukan dampak dari pengalaman rasa sakit dari pengalaman nyeri pada kualitas hidup (tidur, nafsu makan, aktivitas, kognisi, mood, hubungan, kinerja kerja, dan tanggung jawab peran). memberi tahu pasien tentang hal-hal yang dapat memperburuk nyeri kaji pengalaman nyeri klien dan keluarga, baik nyeri kronik atau yang menyebabkan ketidaknyamanan. ajarkan prinsip manajemen nyeri

2. Bantuan Kontrol analgesik pada pasien Berkolaborasi dengan dokter,pasien dan anggota keluarga untuk memilih tipe obat bius yang digunakan. ajarkan pasien dan keluarga untuk memonitor intensitas,kualitas,dan durasi nyeri. Hindari penggunaan hidroklorida meperidin Pastikan pasien tidak alergi terhadap analgesic yang diberikan. Ajarkan pasien dan anggota keluarga bagaimana menggunakan perangkat PCA bantu pasien dan keluarga untuk menghitung konsentrasi obat yang tepat untuk cairan, mengingat jumlah cairan yang dikirimkan per jam mel alui perangkat PCA Diagnosa Keperawatan Post Operasi NANDA NOC NIC 1. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan invasi MO Domain 11 : Keamanan/Perlindungan Kelas 1 : Infeksi Definisi : Kenaikan resiko karena diserang oleh organisme penyakit. Faktor Resiko Mendapatkan kekebalan yang tidak adekuat Pertahanan utama yang tidak adekuat (e.g., kerusakan kulit, jaringan yang luka, pengurangan dalam tindakan, perubahan pada sekresi PH, mengubah gerak peristaltic) Pertahanan kedua yang tidak adekuat (pengurangan hemoglobin, leucopenia, respon yang menekan sesuatu yang menyebabkan radang) Pertambahan pembukaan lingkungan pada pathogen Penekanan imun Prosedur yang bersifat menyerang Tidak cukupnya pengetahuan untuk menghindari pembukaan pada pathogen Malnutrisi Agen farmasi (ex: zat yang menghambat reaksi imun) Trauma/luka berat

Destruksi jaringan Hasil yang disarankan: Integritas diameter jalan masuk. Konsekuensi keadaan yang tak bergerak : Fisiologi Status imun Kebiasaan imunisasi Pengetahuan : Kontrol infeksi Status nutrisi Kontrol resiko Kontrol resiko : Penyakit Seksual Menular (PSM) Deteksi resiko Integritas jaringan : Kulit dan selaput lendir Kebiasaan pengobatan : Sakit atau luka Penyembuhan luka: Tujuan utama Penyembuhan luka: Tujuan kedua 1. Kontrol infeksi Definisi :Meminimalkan pendapatan dan transmisi dari infeksi. Tindakan : Alokasikan dengan tepat kekakuan pasien dengan indikasi pedoman CDC. Bersihkan lingkungan sekitar setelah digunakan pasien. Ganti peralatan pengobatan pasien setiap protocol/ pemeriksaan. Batasi jumlah pengunjung/pembezuk. Ajarkan mencuci tangan untuk memperbaiki kesehatan pribadi. Ajarkan teknik mencuci tangan yang benar. Ajarkan pengunjung untuk mencuci tangan saat masuk dan meninggalkan kamar pasien. Gunakan sabun anti mikroba untuk mencuci tangan dengan benar. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan perawatan pada pasien. Gunakan aturan umum. Gunakan sarung tangan sebagai pengaman yang umum. Gunakan sarung tangan yang bersih. Gosok kulit pasien dengan alat anti bakteri dengan tepat. Bersihkan dan siapkan tempat sebagai persiapan untuk prosedur infasi/pembedahan. Jaga lingkungan agar tetap steril selama insersi di tempat tidur.

Jaga lingkungan agar tetap steril ketika mengganti saluran dan botol TPN. jaga kerahasiaan klien ketika melakukan pemeriksaan invasif Ganti peripheral IV dan balutan berdasarkan petunjuk CDC. Pastikan keadaan steril saat menangani IV. Pastikan teknik perawatan luka yang tepat. Gunakan kateter untuk mengurangi kejadian infeksi kandung kemih. Dorong/ajarkan cara nafas dalam dan batuk yang benar. Tingkatkan pemasukkan nutrisi yang tepat. Tingkatkan pemasukancairan yang tepat. Banyak istirahat. Lakukan terapi antibiotic yang tepat. Ajarkan pasienuntuk memakan antibiotic sesuai resep. Ajarkan pasien dan keluarga tentang tanda-tanda dan gejala infeksi dan kapan harus melaporkannya pada tim kesehatan. 2. Perlindungan terhadap infeksi Definisi: Pencegahan dan pendeteksian dini pada pasien yang beresiko infeksi. Tindakan : Memeriksa sistem dan tanda-tanda dan gejala-gejala infeksi. Mengontrol mudahnya terserang infeksi. Mengontrol jumlah granulosit, WBC, dan hasil yang berbeda. Mengikuti pencegahan dengan neutropenic. Membatasi jumlah pengunjung/pembezuk. Membersihkan pengunjung dari penyakit yang dapat menular. Menjaga kebersihan pasien yang beresiko. Melakukan teknik isolasi. Memberikan perawatan kulit yang tepat pada daerah edema. Melihat kondisi kulit dan membrane mukosa yang memerah, hangat dan mengelupas. Melihat kondisi luka bedah. Mendapatkan pemeliharaan sesuai kebutuhan. Meningkatkan kebutuhan nutrisi yang cukup. Mendorong pemasukan cairan. Meningkatkan istirahat.

Mendorong pernafasan dalam dan batuk. Memberikan agen imunisasi. Menginstruksikan pasien menggunakan antibiotic sesuai resep. 4. nyeri akut domain 12: kenyamanan kelas 1: kenyamanan fisik defenisi: sensori dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan yang ditimbulkan oleh kerusakan jaringan potensial atau actual/ gambaran pada bagian yang rusak tersebut. Tiba-tiba/ memperlambat intensitas dari ringan sampai berat dengan akhir diantisipasi /diprediksi berdurasi < 6 bulan batasan karakteristik Perubahan nafsu makan Perubahan tekanan darah Perubahan curah jantung Perubahan laju pernafasan Diaporesis Laporan verbal terhadap nyeri Prilaku ekspresif, seperti gelisah, merintih, meringis, kewaspadaan, lekas marah, mendesah Menjaga prilaku Outcome yang disarankan Status kenyamanan: fisik Tingkat ketidaknyamanan Kontrol nyeri Tingkat nyeri Tingkat stress Tanda vital 3. Manajemen Nyeri melakukan tidakan yang komprehensif mulai dari lokasi nyeri, karakteristik, durasi, frequensi, kualitas, intensitas, atau keratnya nyeri dan factor yang berhubungan. observasi isyarat ketidak nyamanan khususnya pada ketidak mamapuan mengkomunikasikan secara efektif. memberi perhatian perawatan analgesic pada pasien. menggunakan strategi komunikasi terapeutik untuk menyampaikan rasa sakit dan menyampaikan penerimaan dari respon pasien terhadap nyeri.

mengeksplorasi pengetahuan pasien dan keyakinan tentang rasa sakit. mempertimbangkan pengaruh budaya pada respon nyeri. menentukan dampak dari pengalaman rasa sakit dari pengalaman nyeri pada kualitas hidup (tidur, nafsu makan, aktivitas, kognisi, mood, hubungan, kinerja kerja, dan tanggung jawab peran). memberi tahu pasien tentang hal-hal yang dapat memperburuk nyeri kaji pengalaman nyeri klien dan keluarga, baik nyeri kronik atau yang menyebabkan ketidaknyamanan. ajarkan prinsip manajemen nyeri 4. Bantuan Kontrol analgesik pada pasien Berkolaborasi dengan dokter,pasien dan anggota keluarga untuk memilih tipe obat bius yang digunakan. ajarkan pasien dan keluarga untuk memonitor intensitas,kualitas,dan durasi nyeri. Hindari penggunaan hidroklorida meperidin Pastikan pasien tidak alergi terhadap analgesic yang diberikan. Ajarkan pasien dan anggota keluarga bagaimana menggunakan perangkat PCA bantu pasien dan keluarga untuk menghitung konsentrasi obat yang tepat untuk cairan, mengingat jumlah cairan yang dikirimkan per jam mel alui perangkat PCA

Anda mungkin juga menyukai