Anda di halaman 1dari 33

REFERAT

HIPOTIROID KONGENITAL





PEMBIMBING
dr. Riza Mansyoer, Sp.A

PENYUSUN
Reinaldi Elanova Ramschie
(030.06.202)


KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KO1A
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
1AKARTA
2011





1
STATUS MEDIK
ILMU KESEHATAN ANAK

ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara allo-auto anamnesis terhadap pasien dan ibunya pada
tanggal 20 September 2011 pukul 14.00 WIB.
I. Identitas
1. Identitas pasien :
Nama : An. K
Umur : 9 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : jl.Swasembada barat,Tanjung Priok,Jakarta
Nomor rekam medis : 00-10-75-71
Tanggal masuk RS : 18 September 2011
2. Identitas orang tua :
Ayah
Nama : Tn. B
Umur : 38 tahun
Agama : Islam
Alamat : Tanjung Priok, Jakarta
Pendidikan terakhir : SMA
Pekerjaan : Karyawan swasta
Penghasilan : Rp.2.500.000/bln
Ibu
Nama : Ny. H
Umur : 34 tahun
Agama : Islam
Alamat : Tanjung Priok, Jakarta
Pendidikan terakhir : SMA
Pekerjaan : ibu rumah tangga
Penghasilan : (-)
2
II. Keluhan Utama : Demam sejak 4 hari SMRS.

III. Keluhan Tambahan : mual, muntah, nyeri ulu hati,nyeri kepala.

IV. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien anak usia 9 tahun diantar oleh ibunya ke IGD RSUD Koja
dengan keluhan demam sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit. Demam
tinggi mendadak dan menggigil, demam naik turun. Demam tinggi
terutama pada malam hari dan turun setelah minum obat penurun panas
sampai suhu normal. Pasien juga mengeluh nyeri ulu hati , nyeri kepala,
mual dan muntah 1x 8 jam SMRS isi cairan. Pasien mengatakan tidak ada
nyeri sendi, nyeri belakang mata mimisan, gusi berdarah, bintik-bintik
kemerahan pada tubuh, maupun BAB berdarah. BAB lancar dengan
Irekuensi 1 kali per hari, tidak mencret, konsistensi lunak, warna kuning
kecokelatan dan tidak ada lendir dan darah. BAK lancar, tidak nyeri saat
berkemih, warna kuning jernih, tidak ada darah Irekuensi sekitar 5x
BAK/hari sekitar 200cc/BAK.Pasiuen mengaku Batuk kering,tidak ada
dahak.Pilek, nyeri tenggorok, sesak napas, kejang, penrunan kesadaran,
nyeri telinga, keluar cairan dari telinga, mata berair merah disangkal oleh
pasien. Pasien merasa lemas dan naIsu makan menurun sejak demam.
Sebelumnya 4 hari SMRS pasien berobat ke puskesmas dan mendapat
obat penurun panas tapi keadaan tidak membaik dan akhirnya dibawa ke
IGD RSUD KOJA.
Pasien memiliki kebiasaan jajan di luar rumah. Di lingkungan
rumah pasien tidak rutin dilakukan Iogging. Lingkungan rumah pasien
bukan merupakan daerah banjir. Tidak ada yang menderita gejala yang
sama di lingkungan rumah pasien. Pasien tidak ada riwayat pergi keluar
kota akhir-akhir ini. Orangtua pasien mengatakan pasien tidak memiliki
riwayat alergi makanan maupun obat.



3
V. Riwayat Kehamilan/Kelahiran
















Kesimpulan riwayat kehamilan/kelahiran: normal

VI. Riwayat Tumbuh kembang
Pertumbuhan gigi 1: 7 bulan (Normal: 5-9 bulan)
Psikomotor:
- Tengkurap : 3 bulan (normal: 3-5 bulan)
- Duduk : 6 bulan (normal: 6 bulan)
- Merangkak : 8 bulan (normal: 6-8 bulan)
- Berdiri : 11 bulan (normal: 9-12 bulan)
- Berjalan : 13 bulan (normal: 13 bulan)
- Bicara : 12 bulan (normal: 9-12 bulan)
- Membaca & menulis : 6 tahun
Perkembangan pubertas:
- Rambut pubis : -
- Payudara : -
Kehamilan Morbiditas
kehamilan dan
perawatan antenatal
Selama hamil kontrol rutin ke bidan
sebulan sekali. Minum vitamin
(),merokok (-),sakit selama hamil (-
),makanan bergizi ()
Kelahiran
Tempat kelahiran Rumah bidan
Penolong persalinan Bidan
Cara persalinan Spontan normal
Masa gestasi Cukup bulan
Keadaan bayi
- Berat lahir : 4200 gram
- Panjang : 50 cm
- Langsung menangis
- Warna kulit merah seluruh tubuh
- Cacat (-)
4
- Menarche : -
Gangguan perkembangan mental/emosi: tidak ada gangguan.
Kesimpulan riwayat perkembangan: normal sesuai usia

VII. Riwayat Makanan
Umur di bawah 1 tahun:
Umur
(bulan)
ASI/PASI Buah/biscuit Bubur susu
Nasi tim
0-2
\ - - -
2-4
\ - - -
4-6
- \ \ -
6-8
- \ \ -
8-10
- - - \
10-12
- - - \

Umur di atas 1 tahun:
Jenis Makanan Frekuensi dan Jumlah
Nasi/pengganti 3x/hari
Sayur Setiap hari
Daging Kadang-kadang
Telur 2x/minggu
Ikan 1x/ minggu
Tahu Sering
Tempe Sering
Susu (merek/takaran) Indomilk 2x/hari, 250 cc
Kesulitan makan: tidak ada
Kesimpulan riwayat makanan: tidak diberikan ASI eksklusiI.
5
VIII. Riwayat Imunisasi
Vaksin Dasar ( Umur)
BCG Saat
lahir

DPT / DT 2 bulan 4 bulan 6 bulan
POLIO Saat
lahir
2 bulan 4 bulan 6 bulan 18 bulan
CAMPAK 9 bulan
HEPATITIS
B
Saat
lahir

MMR -
TIPA -

Kesimpulan : vaksinasi dasar lengkap


IX. Riwayat Keluarga
Corak Reproduksi
Pasien merupakan anak pertama dari tiga bersaudara.
Riwayat Pernikahan
Ayah Ibu
Nama Tn. J Ny. H
Perkawinan ke I I
Umur saat menikah 27 24
Pendidikan terakhir SMA SMA
Agama Islam Islam
Suku Bangsa Bugis Bugis
Keadaan kesehatan Baik Baik
6
Penyakit - -
Kesimpulan riwayat keluarga : baik
Riwayat keluarga orangtua pasien: tidak ada anggota keluarga dengan
keluhan seperti pasien. Tidak ada riwayat asthma, alergi, dan kencing
manis, darah tinggi.

X. Riwayat Lingkungan dan Perumahan
Pasien tinggal di rumah milik orangtuanya sendiri, dinding terbuat dari
batu bata, terdiri dari 1 lantai dengan 2 kamar tidur dan 1 kamar mandi.
Rumah dihuni oleh 4 orang.
Rumah tersebut memiliki ventilasi yang cukup, penerangan yang
cukup terang, sumber air menggunakan PAM, jamban jongkok
Rumah tempat tinggal pasien merupakan rumah yang padat
penduduk dan agak kumuh
Di sekitar rumah, tidak ada yang mengidap penyakit kronis
ataupun terjangkit demam berdarah
Tidak dekat dengan tempat pembuangan sampah
Bukan merupakan daerah banjir
Tidak ada yg menderita penyakit demam berdarah dengue


Kesimpulan riwayat lingkungan: kurang baik.
XI. Riwayat Penyakit yang Pernah Diderita
Penyakit Umur Penyakit Umur Penyakit Umur
Alergi - DiIteria - Penyakit
Jantung
-
Cacingan - Diare - Penyakit
Ginjal
-
Demam
Berdarah
- Kejang - Penyakit
Darah
-
Demam - Kecelakaan - Radang -
7
TiIoid Paru
Otitis - Morbili - TBC -
Parotitis - Operasi - Lain-lain
Kesimpulan Riwayat penakit yang pernah diderita : tidak ada dan tidak
pernah dirawat di rumah sakit

PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Iisik dilakukan pada tanggal 20 September 2011 pukul 14.20 WIB.

Keadaan Umum
Kesadaran : kompos mentis
Kesan sakit : tampak sakit ringan
Keadaan gizi : baik
Pucat (-), ikterik (-), sianosis (-), sesak (-)

Data Antropometri
Berat badan : 47 kg
Tinggi badan : 148 cm

Status Gizi
BB/U 47/26 x 100 180
TB/U 148/75 x 100 187
BB/TB 47/53 x 100 88
Kesimpulan status gizi : gizi lebih.

Tanda vital:
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 100 x/m, teratur, isi cukup
Pernapasan : 28 x/m, teratur, tipe pernapasan abdominotorakal
Suhu : 36,9
0
C

Kepala: normoseIali, ubun-ubun tertutup, wajah simetris
8
Rambut: warna hitam, distribusi merata, cukup lebat, tidak mudah dicabut

Mata:
Visus : tidak dinilai Bercak bitot : -/-
Ptosis : -/- Sklera ikterik : -/-
LagoItalmus : -/- Konj. anemis : -/-
EksoItalmus : -/- Kornea jernih : /
Mata cekung : -/- Lensa jernih : /
Strabismus : -/- Pupil : bulat isokor
Nistagmus : -/-
ReIleks cahaya: langsung /
tidak langsung /

Telinga:
Bentuk : normotia Tuli : -/-
Nyeri tarik : -/- Nyeri tekan : -/-
Lubang : lapang MT intak : /
Serumen : / ReIleks cahaya: /
Sekret : -/-

Hidung:
Bentuk : simetris Mukosa : tidak hiperemis
Deviasi septum: - Sekret : -/-
Napas cuping : - Darah kering : -/-
Mulut:
Bibir : simetris,tidak kering, sianosis (-), keilosis (-)
Gusi : baik,darah(-)
Gigi : terdapat karies
Lidah : normoglossia, papil normal, tremor (-), coated tongue (-)
Uvula : letak di tengah
Tonsil : T2 T2 tenang
Faring : hiperemis (-)
9

Leher:
Bentuk : normal, trakea di tengah
Tiroid : tidak membesar, bruit (-)
KGB : tidak teraba membesar
Massa : (-)

Jantung:

Auskultasi :BJ I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)

Paru-paru:
Inspeksi : bentuk dada normal, simetris, retraksi sela iga (-)
Palpasi : gerakan napas pada dinding dada simetris
Perkusi : sonor di semua lapang paru
Auskultasi : suara napas vesikuler /, ronchi -/-, wheezing -/-

Abdomen:
Inspeksi : agak buncit
Palpasi : supel, turgor baik, massa (-), hepar-lien tidak teraba,
nyeri tekan epigastrium ()
Perkusi : timpani di keempat kuadran, shiIting dullness (-)
Auskultasi : bising usus () normal 3x/menit

Ekstremitas:
Tangan Kaki
bentuk simetris kanan dan kiri simetris kanan dan kiri
deIormitas - / - - / -
sianosis - / - - / -
ptekie -/- -/-
udem - / - - / -
hangat - / - - / -
10

PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan laboratorium tanggal 18 september 2011

Pemeriksaan Hasil Nilai normal Satuan
Hemoglobin 13,1 11,2 15,7 g/dL
Hematokrit 39 34 45
Leukosit 2100 4100 10.900 /uL
Trombosit 164.000 150.000 440.000 /uL


Pemeriksaan laboratorium tanggal 19 September 2011
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Satuan
HEMATOLOGI
Hb 11,7 11,2 15,7 g/dL
Ht 35 34 45
Leukosit 1,900 4100 10.900 /uL
Trombosit 148,000 150.000 440.000 /uL
Eritrosit 4,75 4,0 5,0 juta/uL
MCV 74 80 100 IL
MCH 25 26 34 Pg
MCHC 33 31 36 g/dL
Hitung jenis
BasoIil 0 0 2
EosinoIil 1 0 5
Batang 2 2 6
Segmen 36 47 80
11
LimIosit 54 13 40
Monosit 9 2 11
LED 27 15 mm/jam
RDW 14,0 11,6 14,8




Pemeriksaan Laboratorium tanggal 21 September 2011
Pemeriksaan Hasil Nilai normal Satuan
Hemoglobin 12,3 11,2 15,7 g/dl
Hematokrit 36 34 45
Leukosit 1500 4100 10.900 /uL
Trombosit 91.000 150.000 440.000 /uL

Tes Widal (18 September 2011)
IMUNOSEROLOGI
S typhi O

NegatiI
S paratyphi A NegatiI
S paratyphi B NegatiI
S paratyphi C NegatiI

Tes Rumple Leede : (-)





12
RESUME
Anak K, laki-laki, 9 tahun, dengan keluhan demam sejak 4 hari SMRS,
demam naik turun cenderung pada malam hari. Pasien juga mengeluh nyeri ulu
hati,mual, muntah, nyeri kepala. tidak didapatkan nyeri sendi, epistaksis ,
ekimosis,ptechiae pada kulit, gusi berdarah, hematemesis atau melena.
Pada pemeriksaan Iisik daerah abdomen didapatkan nyeri tekan pada
epigasrium. Pemeriksaan laboratorium tanggal 21 september 2011: leukosit
1500/uL, trombosit 91.000/uL hematokrit 36.


DIAGNOSIS BANDING
-DBD derajat 1
-Chikungunya
-Demam Typhoid


DIAGNOSIS KERJA
-Demam dengue
-Anemia mikrositik hipokrom



PEMERIKSAAN ANJURAN
- Foto Rontgen Thorax RDL
- pemeriksaan immunologi antibodi IgM dan IgG dengue
- Pemeriksaan SADT : SI dan TIBC

PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan yang diberikan adalah:
1. NonIarmakologis
- Rawat inap.
- Tirah baring.
13
- Asupan cairan peroral yang cukup.
- Pengawasan tanda-tanda vital dan tanda perdarahan.
- Pemeriksaan laboratorium H2TL per 24 jam.
2. Farmakologis
- IVFD RL 16 tpm
- Clovamox 2 x 500 mg i.v.
- Ranitidin 2 x 20 mg i.v.
- Sagestam 2 x 20 mg i.v.
- Sanmol syr 3 x II cth
- Vometa syr 3x I cth

PROGNOSIS
O Ad vitam : ad bonam
O Ad sanationam : Dubia ad bonam
O Ad Iuctionam : ad bonam







FOLLOW UP
18/9/2011 19/9/2011
S Panas hari ke 4, perut terasa
mual,muntah()1x isi cairan. Batuk
kering(), tidak ada pilek dan sesak.
Terasa nyeri di ulu hati dan terdapat
nyeri kepala. Tidak ada mimisan dan
gusi berdarah,BAB normal,mencret(-
),bab darah (-),BAK nyeri (-),naIsu
Panas hari ke 5 naik turun, masih
mual,muntah 1x isi air dan terasa nyeri
di ulu hati. BAB 1 kali pagi berampas,
tanpa lendir dan darah. Batuk kering,
tidak ada pilek dan sesak, nyeri
kepala(). Tidak ada mimisan dan gusi
berdarah.BAK nyeri (-)
14
makan menurun
O KU: tampak sakit sedang
Kesadaran: compos mentis
TD : 100/80 mmHg
N : 100 x/menit
P : 24 x/menit
S : 36,5C
Kepala : normocephali
Mata: CA -/-, SI -/-
Telinga: sekret(-)
Hidung: mimisan (-),sekret(-)
Mulut: bibir kering (-)
Leher: KGB tidak teraba membesar,
tidak teraba massa
Paru: pada perkusi terdapat area redup
pada lapang paru kanan, suara napas
vesikuler, ronchi -/-, whee:ing -/-
Jantung: bunyi jantung I & II reguler,
murmur (-), gallop (-)
Abdomen: datar, supel, nyeri tekan
epigastrium (), hepar-lien tidak
teraba, perkusi timpani normal,
shifting dullness (-), BU () normal
2x/menit
Ekstremitas: akral hangat (),udem (-)
Laboratorium 18/9/2011:
Hb : 12,1
Ht : 39
Leukosit : 2100
Trombosit : 164.000
KU: tampak sakit sedang
Kesadaran: compos mentis
BB :44 KG
TD : 100/80 mmHg
N : 82 x/menit
P : 30 x/menit
S : 36,1C
Kepala : normocephali
Mata : CA -/-, SI -/-
Telinga: sekret(-)
Hidung: mimsan (-)
Mulut: bibir kering (-)
Leher: KGB tidak teraba membesar,
tidak teraba massa
Paru: pada perkusi terdapat area redup
pada lapang paru kanan, suara napas
vesikuler, ronchi -/-, whee:ing -/-
Jantung: bunyi jantung I & II reguler,
murmur (-), gallop (-)
Abdomen: datar, supel, nyeri tekan
epigastrium (-), hepar-lien tidak
teraba, perkusi timpani normal,
shifting dullness (-), BU () normal
1x/menit
Ekstremitas: akral hangat (),udem (-)
Laboratorium 19/9/2011:
Hb : 11,7
Ht : 35
Leukosit : 1.900
15
TES WIDAL : negatiI Trombosit : 148.000
A Observasi Iebris Observasi Iebris
P IVFD RL 16 tpm
Clavamox 2 x 500 mg i.v.
Ranitidin 2 x 20 mg i.v.
Sagestam 2 x 20 mg i.v.
Sanmol sirup 3 x 2 Cth p.o.
Vometa syr 3x I cth

IVFD RL 16 tpm
Clavamox 2 x 500 mg i.v.
Ranitidin 2 x 20 mg i.v.
Sagestam 2 x 20 mg i.v.
Sanmol sirup 3 x 2 Cth p.o.
Vometa syr 3x I cth




20/9/2011 21/9/2011
S Panas hari 6,batuk()kering, sudah
tidak mual dan muntah.nyeri
kepala()Tidak ada mimisan dan gusi
berdarah.BAK nyeri (-),BAB mencret
(-) naIsu makan membaik
Tiada keluhan
O KU: Tampak sakit sedang
Kesadaran: compos mentis
TD : 130/80 mmHg
N : 100 x/menit
P : 24 x/menit
S : 37,4C
Kepala: normocephali
Mata: CA -/-, SI -/-
Telinga: dbn
Hidung: dbn
Mulut: dbn
KU: Tampak sakit sedang
Kesadaran: compos mentis
TD : 100/80 mmHg
N : 88 x/menit
P : 32 x/menit
S : 36,3C
Kepala : normocephali
Mata: CA -/-, SI -/-
Telinga dbn
Hidung: dbn
Mulut: dbn
16
Leher: KGB tidak teraba membesar,
tidak teraba massa
Paru: pada perkusi terdapat area redup
pada lapang paru kanan, suara napas
vesikuler, ronchi -/-, whee:ing -/-
Jantung: bunyi jantung I & II reguler,
murmur (-), gallop (-)
Abdomen: datar, supel, nyeri tekan
epigastrium (-), hepar-lien tidak
teraba, perkusi timpani normal,
shifting dullness (-), BU () normal
Ekstremitas: akral hangat (),udem (-)
Rumpl leede tes : negatiI
Laboratorium:
19/9/2011
Hb : 11,7
Ht : 35
Leukosit : 1.900
Trombosit : 148.000
Leher: KGB tidak teraba membesar,
tidak teraba massa
Paru: pada perkusi terdapat area redup
pada lapang paru kanan, suara napas
vesikuler, ronchi -/-, whee:ing -/-
Jantung: bunyi jantung I & II reguler,
murmur (-), gallop (-)
Abdomen: datar, supel, nyeri tekan
epigastrium (-), hepar-lien tidak
teraba, perkusi timpani normal,
shifting dullness (-), BU () normal
Ekstremitas: akral hangat (),udem (-)
A Observasi Iebris DD/ Demam dengue Demam Dengue dengan pebaikan
P IVFD RL 16 tpm
Clavamox 2 x 500 mg i.v.
Ranitidin 2 x 20 mg i.v.
Sagestam 2 x 20 mg i.v.
Sanmol sirup 3 x 2 Cth p.o.
Vometa syr 3x I cth

IVFD RL 16 tpm
Clavamox 2 x 500 mg i.v.
Ranitidin 2 x 20 mg i.v.
Sagestam 2 x 20 mg i.v.
Sanmol sirup 3 x 2 Cth p.o.
Vometa syr 3x I cth



17
22/9/2011
S
Panas (-) tanpa obat 1 hari, mual dan
muntah (-),nyeri ulu hati)(-), nyeri
kepala(-)pegal2 (-)batuk (-) mimisan(-
)gusi berdarah(-)BAK nyeri (-),BAB
mencret (-) naIsu makan membaik
Orang tua pasien minta untuk pulang
ke rumah dan rawat jalan pada tanggal
22/9/2011 karena merasa anaknya
sudah membaik dan ingin pulang ke
rumah.
O KU: Tampak sakit sedang
Kesadaran: compos mentis
TD : 130/80 mmHg
N : 80 x/menit
P : 22 x/menit
S : 36,5C
Kepala: normocephali
Mata: CA -/-, SI -/-
Telinga: dbn
Hidung: dbn
Mulut: dbn
Leher: KGB tidak teraba membesar,
tidak teraba massa
Paru: pada perkusi terdapat area redup
pada lapang paru kanan, suara napas
vesikuler, ronchi -/-, whee:ing -/-
Jantung: bunyi jantung I & II reguler,
murmur (-), gallop (-)
Abdomen: datar, supel, nyeri tekan
epigastrium (-), hepar-lien tidak
teraba, perkusi timpani normal,
shifting dullness (-), BU () normal
Ekstremitas: akral hangat (),udem (-)
Rumpl leede tes : negatiI
18
Laboratorium:
21/9/2011
Hb : 12,3
Ht : 36
Leukosit : 1.500
Trombosit : 91.000
A Demam dengue
P IVFD RL 16 tpm
Clavamox 2 x 500 mg i.v.
Ranitidin 2 x 20 mg i.v.
Sagestam 2 x 20 mg i.v.
Sanmol sirup 3 x 2 Cth p.o.
Vometa syr 3x I cth







ANALISIS KASUS

Pada pasien, adanya gejala demam selama 4 hari smrs menunjukkan
adanya suatu inIeksi akut. Pada hitung jenis, didapatkan limIositosis yang
menunjukkan adanya inIeksi virus.
Diagnosis demam dengue ditegakkan berdasarkan gejala klinis pasien
yaitu demam tinggi akut yang berlangsung selama 4 hari yang disertai dengan
gejala seperti mual muntah, nyeri kepala dan nyeri ulu hati. Dari pemeriksaan
laboratorium didapatkan leukopenia, trombositopeni, dan limIositosis.
Pemeriksaan imunologi antibody IgM dan IgG dengue belum dilakukan karena
19
orang tua pasien sudah meminta pulang karena merasa anaknya sudah membaik
dan ingin pulang ke rumah agar dekat dengan keluarga.
Diagnosis banding:
1. Demam berdarah dengue dengue pada pasien ini dapat disingkirkan karena
pada pasien tidak didapatkan maniIestasi klinis kebocoran plasma dan
maniIestasi perdarahan seperti ptechiae, gusi berdarah,mimisan,BAB darah,
rumple leede test (-).Hasil laboratorium jg tidak didapatakan peningkatan
hematokrit yg merupakan tanda kebocoran plasma, ini yang membedakan
demam dengue dan DBD.
2. Chikungunya disingkirkan karena pada pasien ini tidak terdapat gejala khas
demam chikungunya, mulai nyeri sendi ringan sampai berat, bahkan bisa
sampai tidak bisa berjalan, masa demam DC lebih pendek, suhu lebih tinggi,
tidak ada ruam makulopapular dan injeksi konjungtiva pada pasien ini.
3. Demam tiIoid dipikirkan karena adanya gejala demam yang cenderung
meningkat pada malam hari, dan adanya gejala2 gastrointestinal seperti nyeri
perut, mual, muntah. Demam tiIoid disingkirkan Karena demam masih
dibawah 7 hari dan hasil tes Widal negatiI.

Terapi yang diberikan berupa nonIarmakologis dan Iarmakologis.

NonIarmakologis berupa pasien dirawat inap guna memantau tanda-tanda vital
dan adanya maniIestasi perdarahan. Pasien tirah baring dan diberikan asupan
cairan peroral yang cukup. Dilanjutkan monitoring melalui hasil laboratorium
berupa hemoglobin, hematokrit, leukosit, dan trombosit tiap 24 jam.

Terapi Iarmakologis yang diberikan berupa terapi cairan dan simptomatik
saja:
1. Terapi cairan yang diberikan Berupa cairan kristaloid. Cairan kristaloid
(ringer laktat) berguna untuk koreksi cairan di plasma dan untuk mencegah
terjadinya Iase syok.
2. Parasetamol sebagai antipiretik terpilih untuk pasien demam dengan
gangguan pembekuan darah. Antipiretik golongan lain yang cenderung
20
memiliki eIek antikoagulasi, seperti aspirin dan ibuproIen dihindari karena
bisa meyebabkan perdarahan.
3. Antibiotik clavamox, golongan penisilin, diberikan untuk mencegah inIeksi
nosokomial pada pasien selama tirah baring, diperburuk dengan kondisi
pasien yang lemah.
4. Antibiotik sagestam, golongan aminoglikosida diberikan untuk mengobati
inIeksi saluran napas atas yaitu untuk mengobati gejala batuk yang dialami
oleh pasien.
5. Penghambat sekresi asam lambung berupa penghambat reseptoranti histamin
H2 berupa ranitidine, diberikan untuk mengatasi gejala dispepsia karena
tukak gaster atau tukak duodenum dengan maniIestasi klinis berupa nyeri ulu
hati pada pasien ini.
6. Vometa syr, golongan domperidon merupakan antagonis dopamin D2 yang
bekerja selektiI pada reseptor D2 yang bekerja sebagai antiemetik. Diberikan
untuk mengobati gejala gangguan dispepsia Iungsional karena keterlambatan
pengosongan lambung dengan maniIestasi klinis berupa mual dan muntah
pada pasien ini.















21



TIN1AUAN PUSTAKA
DEMAM DENGUE

I. PENDAHULUAN
InIeksi virus dengue merupakan salah satu penyakit dengan vektor nyamuk
(mosquito borne disease) yang paling penting di seluruh dunia terutama di
daerah tropis dan subtropis. Penyakit ini mempunyai spektrum klinis dari
asimptomatis, demam dengue (DD) dan demam berdarah dengue (DBD),
mencakup maniIestasi paling berat yaitu sindrom syok dengue (dengue shock
syndrome/DSS).
Dikenal 4 serotipe virus dengue yang saling tidak mempunyai imunitas
silang (inIeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi seumur
hidup terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap
inIeksi oleh serotipe lain).
InIeksi dengue dapat disebabkan oleh salah satu dari keempat serotipe virus
yang dikenal (DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4). InIeksi salah satu serotipe
akan memicu imunitas protektiI terhadap serotipe tersebut tetapi tidak terhadap
serotipe yang lain, sehingga inIeksi kedua akan memberikan dampak yang lebih
buruk. Hal ini dikenal sebagai Ienomena yang disebut antibody dependent
enhancement (ADE), dimana antibodi akibat serotipe pertama memperberat
inIeksi serotipe kedua.
Sampai saat ini telah diketahui beberapa jenis nyamuk sebagai vektor dengue.
Aedes aegypti bersiIat antropoIilik (senang sekali menggigit manusia) dan hanya
nyamuk betina yang menggigit. Nyamuk ini mempunyai kebiasaan menggigit
berulang (multiple biters), yaitu menggigit beberapa orang secara bergantian
dalam waktu singkat. Keadaan ini sangat membantu Aedes aegypti dalam
memindahkan virus dengue ke beberapa orang sekaligus, sehingga dilaporkan
adanya beberapa penderita demam dengue atau DHF di satu rumah.

22
Cara Penularan
Terdapat tiga Iaktor yang memegang peran pada penularan inIeksi dengue,
yaitu manusia, virus, dan vektor perantara. Virus dengue ditularkan kepada
manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk Aedes albopictus, Aedes
polynensis dan beberapa spesies lain dapat juga menularkan virus ini tetapi
merupakan vektor yang kurang berperan. Nyamuk aedes tersebut dapat
menularkan virus dengue pada manusia baik secara langsung, yaitu setelah
menggigit orang yang sedang mengalami viremia, maupun secara tidak langsung
setelah melalui masa inkubasi dalam tubuhnya 8-10 hari (extrinsic incubation
period). Pada manusia diperlukan waktu 4-6 hari (intrinsic incubation period)
sebelum menjadi sakit setelah vrus masuk kedalam tubuh. Pada nyamuk, sekali
virus dapat masuk dan berkembang biak di dalam tubuhnya, maka nyamuk
tersebut akan dapat menulrkan virus selama hidupnya (inIektiI). Sedangkan pada
manusia, penularan hanya dapat terjadi pada saat tubuh dalam keadaan viremia
yaitu antara 3-5 hari

Selain nyamuk Aedes aegypti sebenarnya ada juga nyamuk Aedes
albopictus, namun karena berkembang biaknya di kebun dan semak-semak
sehingga kurang berperanan menularkan virus pada manusia.

II. EPIDEMIOLOGI
InIeksi virus dengue telah ada di Indonesia sejak abad ke-18 seperti yang
dilaporkan oleh David Bylon, dokter berkebangsaan Belanda. Saat itu inIeksi
virus dengue menimbulkan penyakit yang dikenal sebagai penyakit demam lima
hari (;iffdaagse koorts) kadang juga disebut sebagai demam sendi (knokkel
koorts). Disebut demikian karena demam yang terjadi menghilang dalam 5 hari
disertai dengan nyeri pada sendi, nyeri otot, dan nyeri kepala.
Di Indonesia, pertama sekali dijumpai di Surabaya pada tahun 1968 dan
kemudian disusul dengan daerah-daerah yang lain. Jumlah penderita
menunjukkan kecenderungan meningkat dari tahun ke tahun, dan penyakit ini
23
banyak terjadi di kota-kota yang padat penduduknya. Akan tetapi dalam tahun-
tahun terakhir ini, penyakit ini juga berjangkit di daerah pedesaan.
Berdasarkan penelitian di Indonesia dari tahun 1968-1995 kelompok umur
yang paling sering terkena ialah 5 14 tahun walaupun saat ini makin banyak
kelompok umur lebih tua menderita DBD. Saat ini jumlah kasus masih tetap
tinggi rata-rata 10-25/100.000 penduduk, namun angka kematian telah menurun
bermakna 2.

III. PATOFISIOLOGI
Walaupun demam dengue (DD) dan demam berdarah dengue( DBD)
disebabkan oleh virus yang sama, tapi mekanisme patoIisiologisnya yang
berbeda yang menyebabkan perbedaan klinis. Perbedaan yang utama adalah
pada peristiwa renjatan yang khas pada DBD. Renjatan itu disebabkan
karena kebocoran plasma yang diduga karena proses imunologi. Pada demam
dengue hal ini tidak terjadi.

ManiIestasi klinis demam dengue timbul akibat reaksi tubuh terhadap
masuknya virus. Virus akan berkembang di dalam peredaran darah dan akan
ditangkap oleh makroIag. Segera terjadi viremia selama 2
hari sebelum timbul gejala dan berakhir setelah lima hari gejala panas
mulai. MakroIag akan segera bereaksi dengan menangkap virus dan
memprosesnya sehingga makroIag menjadi APC(Antigen Presenting Cell).
Antigen yang menempel di makroIag ini akan mengaktiIasi sel T-Helper dan
menarik makroIag lain untuk memIagosit lebih banyak virus. T-helper akan
mengaktiIasi sel T-sitotoksik yang akan melisis makroIag yang sudah
memIagosit virus. Juga mengaktiIkan sel B yang akan melepas antibodi. Ada
3 jenis antibodi yang telah dikenali yaitu antibodi netralisasi, antibodi
hemagglutinasi, antibodi Iiksasi komplemen.
Proses diatas menyebabkan terlepasnya mediator-mediator yang
merangsang terjadinya gejala sistemik seperti demam, nyeri sendi, otot, malaise
24
dan gejala lainnya. Dapat terjadi maniIetasi perdarahan karena terjadi aggregasi
trombosit yang menyebabkan trombositopenia, tetapi trombositopenia ini bersiIat
ringan.

IV. PATOGENESIS
Patogenesisnya belum dimengerti secara sempurna. Virus dengue masuk ke
dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk dan inIeksi pertama kali mungkin
memberi gejala sebagai demam dengue. Tubuh memberikan reaksi yang berbeda
ketika mendapatkan inIeksi yang berulang dengan serotipe virus dengue yang
berbeda. Hal ini merupakan dasar teori yang disebut the secondary heterologous
infection atau the sequential infection hypothesis. InIeksi virus yang berulang ini
akan menyebabkan suatu reaksi anamnestik antibodi, sehingga menimbulkan
kompleks antigen-antibodi dengan konsentrasi tinggi.
Antibodi heterolog yang telah ada sebelumnya akan mengenai virus lain
yang akan menginIeksi dan kemudian membentuk kompleks antigen-antibodi
yang kemudian berikatan dengan komplemen reseptor dari membran sel leukosit
terutama makroIag. Oleh karena antibodi heterolog maka virus tidak dinetralisasi
oleh tubuh sehingga akan bebas melakukan replikasi dalam sel makroIag.
Dihipotesiskan juga mengenai antibody dependent enchancement (ADE), suatu
proses yang akan meningkatkan inIeksi dan replikasi virus dengue di dalam sel
mononuklear. Sebagai tanggapan terhadap inIeksi tersebut, terjadi sekresi
mediator vasoaktiI yang kemudian menyebabkan peningkatan permeabilitas
pembuluh darah, sehingga mengakibatkan keadaan hipovolemik dan syok.
Sebagai akibat inIeksi sekunder oleh tipe virus dengue yang berlainan pada
tiap pasien, respon antibodi anamnestik yang akan terjadi dalam waktu beberapa
hari mengakibatkan proliIerasi dan transIormasi limIosit dengan menghasilkan
titer tinggi antibodi IgG anti dengue. Replikasi virus dengue terjadi juga dalam
limIosit yang bertransIormasi dengan akibat terdapatnya virus dalam jumlah
banyak. Hal ini mengakibatkan terbentuknya kompleks antigen-antibodi yang
mengaktiIkan sistem komplemen. Pelepasan C3a dan C5a akibat aktivasi C3 dan
C5 menyebabkan peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah dan
merembesnya plasma dari ruang intravaskular ke ruang ekstravaskuler. Pada
25
pasien yang syok berat volume plasma dapat berkurang sampai lebih dari 30
dan berlangsung selama 24-48 jam. Perembesan plasma ini terbukti dengan
adanya peningkatan hematokrit, penurunan kadar natrium, dan terdapatnya cairan
pada rongga serosa (eIusi pleura, ascites). Syok yang tidak ditangani secara
adekuat akan menyebabkan asidosis dan anoksia.
Selain mengaktiIkan komplemen, reaksi ini pun menyebabkan agregasi
trombosit dan mengaktivisasi sistem koagulasi melalui kerusakan endotel
pembuluh darah. Kedua Iaktor tersebut menyebabkan perdarahan pada DBD.
Agregasi trombosit terjadi sebagai akibat dari perlekatan kompleks antigen-
antibodi pada membran trombosit mengakibatkan pengeluaran ADP, sehingga
trombosit melekat satu sama lain. Hal ini membuat trombosit dihancurkan oleh
RES sehingga terjadi trombositopenia. Agregasi trombosit ini menyebabkan
pengeluaran platelet Iaktor III sehingga terjadi koagulopati konsumtiI (DIC),
ditandai dengan peningkatan FDP (fibrinogen degredation product) sehingga ada
penurunan Iaktor pembekuan.
Agregasi trombosit mengakibatkan gangguan Iungsi trombosit, sehingga
walaupun jumlah trombosit masih cukup banyak, tidak berIungsi baik. Di sisi
lain, aktivasi koagulasi akan menyebabkan aktivasi Iaktor Hageman sehingga
terjadi aktivasi sistem kinin sehingga memacu peningkatan permeabilitas kapiler
yang dapat mempercepat terjadinya syok. Jadi, perdarahan pada DBD akibat
trombositopenia, penurunan Iaktor pembekuan akibat DIC, kelainan Iungsi
trombosit, dan kerusakan dinding endotel kapiler. Akhirnya perdarahan
memperberat syok yang terjadi.
26


V. MANIFESTASI KLINIS

Dengue Fever
Anak 15 tahun biasanya memiliki gejala demam nonspesiIik mungkin juga
disertai maculopapular rash. Juga disertai gejala sebagai berikut:
- nyeri seluruh badan
- demam tinggi ~ 39C
- sakit kepala
- maculopapular rash yang terjadi pada awal demam sampai akhir demam
- gejala-gejala lain yang melibatkan saluran naIas atas dan bawah
- Iaringitis, muntah, dan diare
- tidak naIsu makan
Masa inkubasi antara 3-14 hari, umumnya 4-6 hari. Puncak masa demam
dan nyeri berlangsung 2-7 hari dan diikuti periode membaik perlahan. Masa
penyembuhan berlangsung selama 2 minggu.
(1,2,6)

- Test tourniquet (), ptekiae, epistaksis, gusi berdarah, hematuria,
hipermenorrhea mungkin timbul. DF dengan komplikasi perdarahan harus
dibedakan dgn DHF.
- Lab: CBC - normal/leukopenia, trombosit - biasanya normal, protrombin time
- normal, serologi - normal, enzim hati - normal /meningkat.
27
- Diagnosis bandingnya adalah berbagai inIeksi virus/bakteri/parasit/riketsia.







Keterangan: (): 25, (): 50, (): 75, (): 100

VI. DIAGNOSIS
riteria diagnosis Demam Dengue
DF merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari ditandai oleh 2 atau lebih
maniIestasi klinis sebagai berikut:
1. nyeri kepala
2. nyeri retro-orbital
DD Gejala Klinis DBD










0
0


0



0
Nyeri Kepala
Muntah
Mual
Nyeri Otot
Ruam Kulit
Diare
Batuk
Pilek
LimIadenopati
Kejang
Kesadaran menurun
Obstipasi
Uji tornikuet positiI
Petekie
Perdarahan saluran cerna
Hepatomegali
Nyeri perut
Trombositopenia
Syok



















28
3. mialgia/artralgia
4. ruam kulit
5. maniIestasi perdarahan (petekiae atau uji tourniquet/uji bendung
memberikan hasil positiI)
6. leukopenia
dan pemeriksaan serologi dengue positiI, atau ditemukan pasien DF/DHF yang
sudah dikonIirmasi pada lokasi dan waktu yang sama.

VII. DIAGNOSA BANDING
Pada awal penyakit, diagnosis banding mencakup inIeksi bakteri, virus atau
protozoa seperti demam tiIoid, campak, inIluenza, hepatitis, demam chikungunya,
leptospirosis, dan malaria. Diagnosis banding lain adalah sepsis, meningitis
meningokok, idiophatic thrombocytopenic purpura (ITP), leucemia, dan anemia
aplastik.

VIII. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan darah yang dilakukan untuk menapis pasien tersangka DF adalah
melalui pemeriksaan kadar Hb, Ht, jumlah trombosis, dan hapusan darah tepi
untuk melihat adanya limIositosis relatiI disertai gambaran limIosit plasma biru.

Secara umum parameter laboratoris yang bisa ditemukan dapat dilihat pada tabel
1. Berikut:
Tabel 1. Parameter laboratorium pada inIeksi virus dengue
Parameter Waktu Nilai
Leukosit Awal demam-akhir
demam
Normal kemudian menurun
sehingga nilai limIosit meningkat
relatiI. Dapat ditemukan sel limIosit
atipikal (limIosit plasma biru di
darah tepi) dengan jumlah per LPB
29
~ 4 di hari ke 3-7
Trombosit Hari ke-3 sampai
hari ke-7
Jumlah trombosit mulai turun, nilai
dapat mencapai 100.000/uL.
Pemeriksaan kadar trombosit ini
bila perlu dapat dilakukan setiap
hari hingga suhu tubuh pasien
turun.
Hematokrit Hematokrit diperiksa untuk
menemukan hemokonsentrasi,
sehingga baik untuk dilakukan
berkala. Peningkatan Hematokrit
~20 mencerminkan perembesan
plasma
Kadar protein Hipoproteinemia jika terjadi
kebocoran plasma
Hemostasis Jika ditemukan kelaianan dalam
pembekuan darah/perdarahan
Selain pemeriksaan laboratorium standar, saat ini juga dapat dilakukan berbagai
pemeriksaan serologi seperti terdapat dalam tabel berikut:


Uji Serologi Prinsip Ukuran
Hemaglutinasi
inhibisi
Antigen-antibodi Kenaikan titer konvalesen 4X lipat
dari titer akut atau nilai ~1280 ketika
kondisi akut/konvalesen
menunjukkan presumptive positiI
inIeksi dengue
IgM Elisa Antigen-antbodi;
IgM muncul pada
Jika pada hari Ke-6 masih (-) maka
dapat dikatakan inIeksi virus dengue
30
hari ke 4-5 setelah
inIeksi, diikuti
oleh terbentuknya
IgG
negatiI
NS-1 Antigen
detection
Deteksi antigen
non-struktural
Beberapa pusat kesehatan di
Indonesia telah mulai menggunakan
NS-1 untuk mendeteksi inIeksi virus
dengue sejak dini
-

IX. PENATALAKSANAAN
Pasien DD dapat berobat jalan, tidak perlu dirawat. Pada Iase demam pasien
dianjurkan
Tirah baring, selama masih demam.
Obat antipiretik atau kompres hangat diberikan apabila diperlukan.
Untuk menurunkan suhu menjadi 39C, dianjurkan pemberian
parasetamol. Asetosal/salisilat tidak dianjurkan (indikasi kontra) oleh
karena dapat meyebabkan gastritis, perdarahan, atau asidosis.
Dianjurkan pemberian cairan danelektrolit per oral, jus buah, sirop,
susu, disamping air putih, dianjurkan paling sedikit diberikan selama 2
hari.
Monitor suhu, jumlah trombosit dan hematokrit sampai Iase konvalesen.

Pada pasien DD, saat suhu turun pada umumnya merupakan tanda
penyembuhan. Meskipun demikian semua pasien harus diobservasi terhadap
komplikasi yang dapat terjadi selama 2 hari setelah suhu turun. Hal ini
disebabkan oleh karena kemungkinan kita sulit membedakan antara DD dan
DBD pada Iase demam. Perbedaan akan tampak jelas saat
suhu turun, yaitu pada DD akan terjadi penyembuhan sedangkan pada DBD
terdapat tanda awal kegagalan sirkulasi (syok). Komplikasi perdarahan dapat
terjadi pada DD tanpa disertai gejala syok. Oleh karena itu, orang tua atau
pasien dinasehati bila terasa nyeri perut hebat, buang air besar hitam, atau
31
terdapat perdarahan kulit serta mukosa seperti mimisan, perdarahan gusi,
apalagi bila disertai berkeringat dingin, hal tersebut merupakan tanda
kegawatan, sehingga harus segera dibawa segera ke rumah sakit. Pada pasien yang
tidak mengalami komplikasi setelah suhu turun 2-3 hari, tidak perlu lagi
diobservasi.


PEMBERANTASAN DAN PENCEGAHAN
Dapat dilakukan dengan cara:
1. n;ironmental changes: perbaiki dan menutup tempat penampungan air,
membuang secara baik sampah2 yang dapat menjadi sarang nyamuk.
2. !ersonal protection: pakaian2 yang melindungi, kassa penolak nyamuk,
mosquito repellent, dan insectiside dlm bentuk spray.
3. iological control: dengan ikan yang dipelihara dalam kolam, bakteri yang
dikembangbiakkan pada air (acillus thuringiensis H-14, acillus
sphaericus).
4. hemical control: butir2 abate/temephos 1 pada tempat penyimpanan air,
fogging dgn malathion/Ienitrothion.

Siklus perkembangbiakan nyamuk berkisar antara 5-7 hari. Jadi, kalau
nyamuk dewasa bertelur di air, hari pertama ia langsung menjadi jentik sampai
hari ke-4, lalu menjadi pupa (kepompong), kemudian akan meninggalkan rumah
pupa-nya menjadi nyamuk dewasa. Sampai kini satu-satunya pencegahan adalah
dengan memerangi nyamuk yang mengakibatkan penularan. Caranya, lakukan
3M: menguras bak air; menutup tempat yang mungkin menjadi sarang
berkembang biak nyamuk, mengubur barang-barang bekas yang bisa menampung
air. Di tempat penampungan air seperti bak mandi diberikan insektisida yang
membunuh larva nyamuk seperti abate. Ini bisa mencegah perkembangbiakan
nyamuk selama beberapa minggu, tapi pemberiannya harus diulang setiap periode
waktu tertentu.




32

DAFTAR PUSTAKA

1. Suhendro, Nainggolan L, Chen K, Pohan HT. Demam Berdarah Dengue.
Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S (eds).
uku Afar Ilmu !enyakit Dalam. ed.4. jil.3. cet.2. Jakarta: Pusat
Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 2007.
2. Hadinegoro S R, Soegijanto S, Wuryadi S, & Suroso S. Tatalakasana
Demam Berdarah di Indonesia, Ed. 3. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
2004.
3. Sri Rezeki HH; Soegeng S; Suharyono W; Thomas S. Tata Laksana Demam
Berdarah Dengue di Indonesia. Jakarta : Departemen Kesehatan, 2004
4. Tim Adaptasi Indonesia, editor. Pedoman Pelayanan Kesehatan Anak di
Rumah Sakit. Jakarta : World Health Organization Indonesia ; 2008
5. Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF, editors. Nelson
Textbook oI Pediatrics. 18
th
ed. United States oI America : Saunders
Elsevier ; 2007.
6. Harikushartono, Hidayah N, Darmowandowo W,Soegijanto S,
(2002), Demam Berdarah Dengue:
. Demam Dengue Dan Demam Berdarah Dengue. ExoMed. Theresia
Yinski, MD; Tulus Widiyanto, MD. Accessed on 23
rd
September 2011.
Available at : http://www.exomedindonesia.com/reIerensi-
kedokteran/artikel-ilmiah-kedokteran/penyakit-tropik-inIeksi-penyakit-
dalam/2010/10/23/demam-dengue-deIinis-diagnosis/
8. Soedarmo SSP, Garna H. Hdinegoro SRS, dan Satari H, ed. Buku Ajar
InIeksi dan Pediatri Tropis: InIeksi virus dengue. Edisi kedua. Jakarta:
Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 2002. hal 155-81.

Anda mungkin juga menyukai