Anda di halaman 1dari 18

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam rangka mengembangkan usaha agribisnis beras ditingkat pedesaan, khususnya pada sentrasentra produksi padi, maka koordinasi seluruh para pelaku agribisnis mulai dari sub sistem hulu, tengah dan hilir secara berkelanjutan, tersentralistik dan berdaya saing perlu segera dapat diwujudkan, terutama melalui ketersediaan dukungan sarana usaha di tingkat desa. Pembangunan usaha tanaman padi yang melibatkan sekitar 60% dari total penduduk Indonesia, selama ini masih terbatas pada pemenuhan pangan, tetapi belum sepenuhnya berpihak pada petani terutama dalam hal peningkatan nilai tambah dan pendapatan petani. Pemerintah telah berusaha untuk mendorong usaha agribisnis padi/ gabah melalui pengembangan Lumbung Desa Modern. Melalui Lumbung Desa Modern, diharapkan para petani pelaku agribisnis di tingkat desa berperan aktif di dalam pembangunan pertanian, dan pemerintah akan berfungsi sebagai fasilitator, regulator dan motivator. Sistem dan usaha agribisnis pangan, khususnya beras masih perlu ditingkatkan, terutama dalam kerangka memenuhi ketersedian pangan dan distribusinya di seluruh pelosok tanah air. Permasalahan yang dihadapi petani maupun para pelaku agribisnis pangan, khususnya beras sampai saat ini antara lain adalah (1) panen raya yang terjadi seringkali bersamaan dengan datangnya musim hujan (2) terjadinya masalah klasik dimana harga komoditi pangan khususnya beras akan turun pada musim panen tiba, sehingga petani menerima nilai tukar yang rendah. Program pembangunan sistim dan kelembagaan Lumbung Desa Modern merupakan upaya pemberdayaan petani untuk mengatasi gejolak harga gabah, dengan mengembangkan manajemen stok disertai distribusi secara optimal yang mempunyai tujuan antara lain : (1) Mengintegrasikan subsistim produksi dan pasar, sehingga menjamin adanya kepastian harga produk tanaman pangan yang dapat memperbaiki pendapatan petani, (2) Memasyarakatkan dan memperkuat sistim lumbung pangan untuk meningkatkan nilai tambah produk tanaman pangan dan ketahanan pangan, (3) Mengembangkan kerjasama kemitraan dengan pihak lain untuk mengembangkan agribisnis tanaman pangan. Sebagai salah satu upaya pemerintah dalam menumbuh kembangkan lumbung desa modern, pedoman ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh para petugas di daerah sebagai acuan yang perlu dijabarkan lebih operasional sesuai lokalitas setempat.

PEDOMAN UMUM LDM

2004

1.2. Tujuan
Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Lumbung Desa Modern bertujuan untuk: 1. Memberikan pedoman atau acuan secara umum kepada petugas daerah dalam upaya menumbuhkembangkan Lumbung Desa Modern. 2. Mendorong pengembangan sarana usaha Lumbung Desa Modern yang mampu menyediakan tempat pengeringan, penyimpanan dan pengolahan gabah dalam upaya meningkatkan pendapatan petani, serta penyediaan gabah/ beras yang berkualitas dan berkesinambungan. 3. Meningkatkan kemampuan sistim kelembagaan lumbung desa modern agar mampu meningkatkan aktifitas ekonomi di pedesaan khususnya bagi kepentingan ekonomi petani padi dan konsumen beras.

II. LANDASAN HUKUM PENGELOLAAN LUMBUNG DESA MODERN

Lumbung desa modern memiliki fungsi ganda yaitu selain sebagai salah satu unit usaha, juga berperan dalam upaya penyimpanan/ pengolahan gabah petani terutama dalam kerangka memenuhi ketersediaan pangan dan distribusi gabah yang berkualitas dan berkesinambungan untuk meningkatan ketahanan pangan nasional. Dalam pengelolaan lumbung desa modern tidak terlepas dari pemahaman terhadap sistem pengaturan, meliputi perencanaan, operasional, pemeliharaan dan pengembangan Lumbung Desa Modern. Salah satu tugas dan fungsi pemerintah dalam rangka pembinaan terhadap pengelolaan lumbung desa modern adalah mendorong dan memfasilitasi usaha lumbung desa modern, serta melakukan pengendalian dan pengawasan terhadap sarana dan prasarana khususnya bangunan Lumbung Desa Modern. Oleh karena itu, pengelolaan lumbung desa modern dalam melakukan kegiatan tata niaga gabah/ beras untuk menunjang peningkatan ketahanan pangan nasional perlu memperhatikan peraturan perundangan yang berlaku. 2.1. Landasan Hukum 1. LDM yang dibangun oleh Pemerintah a. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor : 470/ KMK.01/ 1994, tanggal 20 September 1994 tentang Tata Cara Penghapusan Dan Pemanfaatan Barang Milik/ Kekayaan Negara, Pasal 1 yang bunyinya : Pelaksanaan Penghapusan dan Pemanfaatan

PEDOMAN UMUM LDM

2004

Barang Milik/ Kekayaan Negara yang dikelola oleh Lembaga Tertinggi/ Tinggi Negara, Kantor Menteri Koordinator dan Kantor Menteri Negara, Departemen, Kejaksaan Agung, Sekretariat Negara dan Lembaga Pemerintah Non Pemerintah, diselenggarakan berdasarkan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan di dalam keputusan ini, dan Pasal 2 ayat (2) Pemanfaatan barang mililk/ kekayaan Negara sebagaimana dimaksud di dalam pasal 1 dapat dilakukan dengan : a). Disewakan, b). Bangun Guna Serah, c). Dipinjamkan. b. Lampiran Keputusan Menteri Keuangan Nomor : 470/ KMK.01/ 1994, tanggal 20 September 1994 tentang Tata Cara Penghapusan Dan Pemanfaatan Barang Milik/ Kekayaan Negara, Bab V tentang Pemanfaatan Barang Milik/ Kekayaan Negara, Bagian Kedua tentang Penyewaan pada point : 1). Penyewaan barang milik/ kekayaan Negara hanya dapat dilakukan dengan pertimbangan untuk mengoptimalkan daya guna dan hasil guna barang milik/ kekayaan Negara. 2). Untuk sementara waktu barang milik/ kekayaan Negara tersebut belum dimanfaatkan oleh instansi pemerintah yang memiliki/ menguasai. 3). Barang milik/ kekayaan Negara dapat disewakan kepada pihak lain yaitu BUMN/ BUMD, Koperasi atau pihak swasta. 4). Jenis-jenis barang milik/ kekayaan Negara yang dapat disewakan ditetapkan oleh Menteri/ Ketua Lembaga bersangkutan. 5). Tarif sewa untuk barang milik/ kekayaan Negara yang disewakan ditetapkan oleh Menteri/ Ketua Lembaga yang bersangkutan setelah mendapat persetujuan tertulis dari Direktur Jenderal Anggaran atas nama Menteri Keuangan. 6). Jangka waktu penyewaan ditetapkan Menteri/ Ketua Lembaga. 7). Hasil penyewaan merupakan penerimaan Negara dan seluruhnya harus disetor ke Kas Negara. 8). Dalam surat perjanjian sewa menyewa harus ditetapkan : a). Jenis, jumlah, biaya penyewaan dan jangka waktu, b). Biaya operasi dan pemeliharaan selama penyewaan menjadi tanggung jawab penyewa, c). Syarat-syarat lain yang dianggap perlu. c. Kepres 18 / 2000 tanggal 21 Februari 2000 tentang pedoman pengadaan barang dan jasa milik pemerintah d. Surat Keputusan bersama Menkeu RI dan Kepala S- 42/A / 2000 . Bappenas Nomor : S 2262/ D.2/05/ 2000 Tanggal 3 Mei 2000 perihal petunjuk teknis pelaksanaan Keppres Nomor 18/ 2000.

PEDOMAN UMUM LDM

2004

2. LDM yang dibangun oleh Swasta Dalam pengelolaan Lumbung Desa Modern yang dikelola oleh pihak swasta perlu memperhatikan ketentuan ketentuan yang berkaitan dengan usaha perdagangan dan pendirian bangunan yang diatur oleh PEMDA setempat. 2.2. Perijinan Usaha Dalam upaya pengelolaan Lumbung Desa Modern yang lebih profesional perlu memperhatikan beberapa ketentuan yang berkaitan dengan perijinan usaha sebagai berikut : 1. LDM yang dibangun oleh Pemerintah a. Pengelolaan Lumbung Desa Modern dapat dilakukan oleh persero (PT, CV), koperasi atau BUMD yang berbadan hukum. b. LDM harus memperoleh ijin usaha dari instansi yang berwenang sesuai ketentuan yang berlaku. c. Untuk mengajukan permintaan ijin usaha tersebut, terlebih dahulu perlu mendapatkan rekomendasi dari Dinas Pertanian setempat. d. Dalam memberikan rekomendasi, Kepala Dinas Pertanian setempat harus memperhatikan persyaratan teknis. e. Permohonan Izin Usaha dapat ditolak apabila : 1). Bertentangan dengan kebijaksanaan Ketahanan Pangan Nasional. 2). Tidak memenuhi persyaratan teknis yang telah ditetapkan. 3). Tidak sesuai dengan kebijaksanaan Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) daerah setempat. 2. LDM yang dibangun oleh Swasta a. Perusahaan/ pengelolaan Lumbung Desa Modern dapat dilakukan oleh perorangan, persero, koperasi, atau kelompok usaha bersama. b. LDM harus memperoleh ijin usaha dari instansi yang berwenang sesuai ketentuan yang berlaku. c. Untuk mengajukan permintaan ijin usaha tersebut, terlebih dahulu perlu mendapatkan rekomendasi dari Dinas Pertanian setempat. d. Dalam memberikan rekomendasi, Kepala Dinas Pertanian setempat harus memperhatikan persyaratan teknis. e. Permohonan Izin Usaha dapat ditolak apabila : 1). Bertentangan dengan kebijaksanaan Ketahanan Pangan Nasional. 2). Tidak memenuhi persyaratan teknis yang telah ditetapkan. 3). Tidak sesuai dengan kebijaksanaan Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) daerah setempat.

PEDOMAN UMUM LDM

2004

III.

PENGELOLAAN LUMBUNG DESA MODERN

Dalam pengelolaan Lumbung Desa Modern ini sebagai tahap awal komoditas yang akan dikelola berupa Gabah Kering Panen (GKP) dan Gabah Kering Giling (GKG) dimana pelayanan jasa LDM terutama untuk memproses dan mendistribusikan gabah kering panen dari petani menjadi gabah kering giling sampai ke konsumen/ pasar. Beberapa proses kegiatan yang dilalui antara lain : 1. Gabah Kering Panen (GKP) petani diterima oleh LDM. 2. Padi sebelum disimpan di LDM dikeringkan dengan mesin pengering. Sebelum dikeringkan melewati tahapan pembersihan dengan mesin pembersih (Paddy Cleaner). 3. Padi keluar dari mesin pengering disimpan di LDM atau langsung di jual ke pasar (Dolog). Pada tahap selanjutnya dimungkinkan untuk mengelola komoditas lain sesuai dengan kebutuhan wilayah. Pengelolaan Lumbung Desa Modern dalam pedoman umum ini, adalah suatu sistem pengaturan, meliputi aspek kelayakan teknis, aspek manajemen, aspek pembukuan dan analisa biaya untuk meningkatkan kemampuan Lumbung Desa Modern secara bertahap dan berkelanjutan.

3.1. Aspek Kelayakan Teknis.


Perencanaan pembangunan LDM didasari atas kelayakan teknis dengan tujuan untuk memilih salah satu tempat usaha yang paling efektif dan efesien agar operasional LDM dapat memberikan keuntungan bagi pengelola. Dalam penentuan lokasi LDM harus memperhatikan kriteria kriteria sebagai berikut: 1. Dalam wilayah Desa/ Kecamatan, dimana manajemen dan pengelolaan kelompok tani sudah berjalan dengan baik. 2. Sarana dan prasarana publik seperti irigasi, jalan usahatani dan prasarana ekonomi desa lainnya sudah tersedia. 3. Kelompok tani sekitar lokasi sudah bermitra dengan koperasi/ lembaga ekonomi lainnya dalam kegiatan usaha produksi. 4. Lokasi dekat dengan penggilingan padi. 5. Lahan yang disediakan tidak bersengketa atau di kemudian hari tidak ada gugatan atas pemilikan lahan. 6. Lahan yang disediakan mudah dijangkau oleh alat transportasi. Bangunan Lumbung Desa Modern terdiri dari Ruang kantor, Ruang Pengering, Ruang Penyimpanan, Ruang Generator dan Bahan Bakar, secara rinci dapat dilihat dibawah ini (Gambar-1)

PEDOMAN UMUM LDM

2004

GENERATOR & BAHAN Kamar Mandi & WC BAKAR 250 BAKAR BAKAR BAKAR BAKA R. KANTOR R. PENGERING 400 R BAKAR BAKAR BAKA R

6.00

TAMPAK ATAS

R. PENYIMPANAN BAKAR

8.00
BAKA R

4.00

2.50 2.50 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00


BAKAR

SALURAN BY-PASS SALURAN UDARA (lebar 0,5 m dan dalam 0,5

diatasnya ditutup plat eser berlubang m)

Gambar 1. Tata letak ruangan, nampak atas

3.2. Aspek Manajemen.


1. Pola Pengelolaan secara Kerjasama Pemanfaatan Pola pengelolaan Lumbung Desa Modern yang dibangun oleh pemerintah diarahkan melalui kerjasama pemanfaatan (KSP) antara Pemerintah Kabupaten dengan persero (PT,CV), Koperasi atau BUMD yang dituangkan dalam bentuk kontrak kerja, dengan memperhatikan kondisi lapangan serta keinginan pemerintah daerah Kabupaten sebagai pihak yang telah menyediakan dana pendamping dalam pembangunan LDM, dengan membuat ketentuan sebagai berikut : a. Pada tahap awal, pengelolaan LDM masih perlu ditunjang oleh dana APBD untuk bantuan modal kerja dan dalam masa uji coba selama 1 (satu) tahun dan dibebaskan dari kewajiban menyetor ke kas negara maupun kas daerah. b. Pengelola LDM ditetapkan oleh Bupati berdasarkan rekomendasi Dinas Pertanian Kabupaten setempat dengan persyaratan yang sudah ditetapkan. c. Surat perjanjian Kerjasama Pemanfaatan (KSP) ditanda tangani oleh Bupati atas

PEDOMAN UMUM LDM

2004

nama Pemerintah (Departemen Pertanian) sebagai pihak I dan Manager LDM sebagai pihak ke-II dengan diketahui oleh Dinas Pertanian Propinsi. d. Dalam Kerjasama Pemanfatan (KSP) ini pembagian Sisa Hasil Usaha adalah sebagai berikut: - 50 % merupakan hak pengelola - 50 % diperuntukan bagi kas negara dan pemerintah daerah, dimana 60% dari persentase tersebut disetorkan ke kas negara dan 40% ke pemerintah daerah (5% pemerintah propinsi dan 35% pemerintah Kabupaten). Secara rinci skema pembagian sisa hasil usaha dapat dilihat pada (Gambar 2).

Yang dimaksud dengan Sisa Hasil Usaha (SHU) adalah hasil/ pendapatan kotor dikurangi biaya operasional (bahan bakar, oli, gaji/ upah pengelola, biaya perawatan mesin, biaya administrasi dan alat tulis, dan biaya lain lain). 2. Struktur Organisasi Untuk mendukung kemantapan pengelolaan LDM, perlu disusun struktur organisasi sebagaimana skema (Gambar-3)

PEDOMAN UMUM LDM

2004

3. Tugas dan Tanggung Jawab Pengelola LDM a. Manager LDM 1). Membuat rencana kerja/ usaha pengelolaan LDM. 2). Mengendalikan dan mengawasi Kepala Seksi dan opera- tor dalam mengoperasikan LDM. 3). Mengelola, membukukan dan membuat laporan hasil usaha kepada Tim pembina. 4). Memenuhi segala kewajiban manager dalam pelaksana-an kerjasama pengelolaan LDM. b. Seksi Administrasi dan Keuangan 1). Mengadministrasikan seluruh kegiatan LDM mulai dari permodalan, pengumpulan bahan, pengeringan, penyim-panan, pemasaran dan hasil usaha. 2). Mengadministrasikan secara baik semua alat dan mesin pertanian LDM dan peralatan lainnya, inventaris gedung, alat kantor, komputer dan lainnya. 3). Melaksanakan pembayaran dan pembukuan gaji pengelo-la dan biaya-biaya lain. 4). Bersama seksi usaha dan permodalan menyusun cash flow dan Rencana Anggaran Pendapatan dan Biaya c. Seksi Pengadaan dan Pemasaran 1). Melakukan usaha dalam rangka mencari, mengumpulkan dan menampung bahan baku LDM (gabah kering panen) dari petani/ kelompok tani di wilayahnya atau wilayah lain sehingga kapasitas peralatan yang ada dapat terpe-nuhi. 2). Melakukan negosiasi dengan petani/ kelompok tani da-lam rangka pemenuhan kebutuhan bahan baku baik jum lah, kualitas dan harga bahan baku yang tidak merugi-kan kedua belah pihak. 3). Mencari pasar dan mengatur waktu pemasaran hasil LDM dalam bentuk gabah

PEDOMAN UMUM LDM

2004

kering giling. 4). Bekerjasama dengan seksi permodalan/ kemitraan dalam melakukan pengumpulan bahan baku dan pemasaran hasil. 5). Dalam melaksanakan tugas bertanggung jawab kepada manager. d. Seksi Usaha dan Permodalan 1). Menerima dan mengelola modal kerja awal yang diterima dan mela-porkan pemanfaatan dan hasilnya. 2). Membuat dan mengelola buku pengelolaan uang/ permo-dalan secara tertib. 3). Mencari berbagai sumber permodalan yang dapat diman- faatkan untuk menambah modal kerja LDM dan tidak merugikan LDM. 4). Melakukan upaya kemitraan dengan berbagai pihak untuk menjamin beroperasinya LDM yang menguntung-kan kedua belah pihak. 5). Dalam menjalankan tugasnya bertanggung jawab kepada manager. e. Seksi Pengeringan dan Penyimpanan 1). Menerima bahan baku dan menyimpan hasil olahan seca- ra baik dengan memperhatikan syarat syarat teknis untuk menjamin mutu hasil olahan yang bermutu baik. 2). Mengadministrasikan secara baik bahan yang terkumpul serta hasil olahan yang disimpan. 3). Dalam melaksanakan tugas bertanggung jawab kepada manager bekerjasama dengan seksi lain. f. Seksi Peralatan dan Mesin 1). Bertanggung jawab terhadap pengoperasian, pemelihara-an semua alsintan LDM dari mulai generator, mesin pe-nyaring, dan peralatan lainnya sesuai petunjuk teknis operasional supaya mencapai umur ekonomis dengan kapasitas optimal. 2). Merawat/ memelihara semua peralatan dan mesin dengan sebaik-baiknya agar mencapai umur ekonomis. 3). Membimbing operator agar melaksanakan caracara pe- ngoperasiandan perawatan periodik alat dan mesin LDM dengan benar sesuai buku petunjuk pengoperasian dan perawatan yang ada. 4). Membimbing operator agar dalam melaksanakan tugas-nya selalu menjaga aspek keselamatan kerja serta tidak lalai/ kurang hati-hati sehingga dapat mengakibatkan kecelakaan, serta kerusakan peralatan dan mesin. 5). Membimbing operator agar dapat mengisi buku harian operator.

g. Operator (Generator, Mesin Pengering dan Mesin Penyaring) 1). Mengoperasikan semua mesin dan peralatan pengering dan atau RMU dengan baik.

PEDOMAN UMUM LDM

2004

2). Memelihara/ merawat peralatan yang menjadi tanggung jawabnya, baik pemeliharaan periodik/ berkala maupun perawatan bilamanadiperlukan. 3). Membuat dan mengisi buku harian operator dan melapor kannya kepada seksi administrasi dan keuangan. 4). Dalam melaksanakan tugas bertanggung jawab kepada seksi peralatan dan mesin.

3.3. Aspek Pembukuan.


Dalam pengelolaan LDM harus didasari atas aspek pembukuan yang dapat memberikan dukungan dalam kelancaran operasional LDM dari aspek pengelolaan sumber daya manusia, administrasi (barang, hasil produksi/ pemasaran, peralatan dan lain-lain) dan keuangan. Selain itu aspek pembukuan ini juga dapat didayagunakan untuk melakukan evaluasi (sistem pengawasan internal) terhadap kinerja LDM secara keseluruhan dengan menggunakan tolok ukur kinerja baku yang umum berlaku dalam pengelolaan usaha. Sasaran analisis pembukuan pengelolaan LDM ialah untuk mengetahui/ mengendalikan faktorfaktor teknis penentu terhadap biaya produksi, peralatan sehingga biayanya dapat ditekan pada tingkat yang paling rendah. Pembukuan dalam pengelolaan LDM meliputi : - Buku Induk Alat dan Mesin Pertanian - Buku Rencana Kerja - Buku Pembelian Bahan Bakar, Oli dan Suku Cadang, ATK dan lain-lain. - Buku Rekapitulasi Penyimpanan dan Pemasaran Hasil - Buku Penerimaan dan Penggunaan Uang - Buku Setoran dan Hasil Usaha - Buku Tamu

3.4. Analisa Biaya.


Untuk menjamin kelangsungan operasional LDM, kegiatan-kegiatan pada masingmasing sub unit produksi, pengolahan, pemasaran dan administrasi perlu didasari atas analisis teknis dan finansial dengan tujuan untuk memilih salah satu jenis proses yang paling efektif dan efesien, agar operasional LDM dapat memberikan keuntungan bagi pengelolanya. Sasaran analisis biaya LDM untuk mengetahui faktorfaktor teknis penentu terhadap biaya produksi. Beberapa faktor teknis yang dijadikan acuan dalam perhitungan analisis biaya pengolahan adalah, 1. Kondisi bahan baku (terutama kadar airnya) yang sangat berpengaruh terhadap kapasitas peralatan yang dipakai dalam LDM. 2. Konsumsi bahan bakar pengering 3. Konsumsi tenaga listrik 4. Kemampuan peralatan mekanis dan sarana penunjang

PEDOMAN UMUM LDM

2004

5.

Kebutuhan tenaga kerja Faktor faktor teknis tersebut seharusnya dapat dikendalikan secara optimal sehingga biaya produksi dapat ditekan pada tingkat yang paling rendah. Secara umum jenis biaya operasional LDM digolongkan menjadi dua, yaitu : 1. Biaya variable 2. Biaya tetap Pada pengelolaan LDM lebih ditekankan pada biaya variabel, yaitu biaya yang dikeluarkan secara langsung untuk operasional LDM. Biaya ini bervariasi tergantung pada kapasitas operasionalnya. Komponen utama biaya variabel terdiri atas komponen pengeluaran yang meliputi : 1. Biaya pengadaan bahan bakar minyak untuk pengeringan 2. Biaya pembangkitan listrik untuk menjalankan komponen mesin 3. Gaji atau upah bagi operator pelaksana operasi LDM

IV.

PENGEMBANGAN LUMBUNG DESA MODERN

Yang dimaksud dengan pengembangan Lumbung Desa Modern adalah suatu upaya perluasan dan penambahan jaringan usaha, komponen bangunan fisik, organisasi pelayanan dan kepemilikan Lumbung Desa Modern pada suatu kawasan tertentu secara sehat dan mandiri. 4.1. Pengembangan Lumbung Desa Menjadi Lumbung Desa Modern Untuk mengembangkan lumbung desa yang telah ada (tradisional) menjadi Lumbung Desa Modern terlebih dahulu perlu dilakukan identifikasi untuk merumuskan intervensi pemerintah yang diperlukan, sesuai kondisi sosial, ekonomi dan daya dukung wilayahnya. Aspek yang dikembangkan antara lain : 1. Kelembagaan Intervensi kelembagaan dilakukan dengan pendekatan pembinaan dan pemberdayaan melalui advokasi dan konsultasi, penyuluhan, pelatihan dan studi banding. 2. Ekonomi dan kemitraan usaha Untuk meningkatkan kemampuan Lumbung Desa Modern dapat dilakukan melalui kemitraan usaha dengan meningkatkan aksebilitas dan jaringan kerjasama antara Lumbung Desa Modern dengan 1). pengusaha RMU dalam mengolah/ menyimpan/
2004

PEDOMAN UMUM LDM

memasarkan hasil gabah, 2). koperasi konsumen untuk menjaga pemasaran hasilnya, 3). Bank untuk pengembangan modal usaha dan penjaminan kredit untuk petani penyimpan gabah, 4). asuransi untuk menjaga resiko bencana. 3. Pembinaan fisik Pembinaan fisik mencakup pengembangan sesuai kelayakan teknis, ekonomis dan sosial budaya lumbung meliputi pengeringan, gudang, RMU, transportasi, pengemasan dan aspek fisik lain yang diperlukan. 4.2. Pengembangan Sistim Tunda Jual Dalam upaya pengembangan LDM juga harus memperhatikan karakteristik yang melekat pada sistem usahatani padi, khususnya karakteristik petani itu sendiri, serta tahapan keberadaan LDM dan kelompoktani yang sudah ada. Karakteristik umum yang dimiliki petani adalah penguasaan lahan yang sangat sempit dengan rata-rata kurang dari 0,5 hektar sehingga petani cenderung langsung akan menjual gabahnya setelah panen untuk segera mendapatkan uang tunai guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Oleh karena itu, pengembangan LDM dalam kerangka mekanisme Tunda Jual akan dapat dilakukan secara efektif dengan memperhatikan 3 hal berikut secara simultan yaitu : 1. Kelembagaan LDM mampu menyediakan kredit/pinjaman /penjaminan kepada petani yang menyimpan gabahnya di LDM, baik melalui sistem pegadaian, atau mekanisme lainnya yang dapat mempermudah petani dalam memperoleh uang tunai untuk memenuhi kebutuhan hidup dan pengelolaan usahataninya. 2. Kelembagaan Lumbung Desa Modern dalam jangka panjang dapat berperan secara efektif apabila dilengkapi dengan RMU sehingga hubungan langsung ke pasar umum, Koperasi, Dolog, dan lainlain dapat dilakukan secara simultan dan memperoleh keuntungan yang memadai. 3. Kelembagaan LDM diharapkan juga dapat menjadi penyedia sarana produksi pertanian (saprodi) terhadap petani/ kelompok tani yang ada di wilayah LDM dan petani lainnya. Secara umum Lumbung Desa Modern harus mampu mewujudkan keberdayaan dan kemandirian petani di dalam pengelolaan agribisnis padi secara terpadu, sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani. Oleh karena itu Lumbung Desa Modern dapat melakukan fungsi fungsi ekonomi antara lain sebagai berikut : 1. Memperpanjang masa penjualan gabah, dan secara bersamaan meningkatkan akses petani kepada sumber sumber permodalan dan lembaga keuangan; 2. Memberikan kepastian nilai minimum dari gabah/ beras yang disimpan dalam Lumbung Desa Modern yang selanjutnya diharapkan dapat dikembangkan menjadi agunan; 3. Membantu peran pemerintah dalam stabilisasi harga beras; 4. Meningkatkan manajemen pengelolaan Lumbung Desa Modern sehingga dapat memenuhi kebutuhan petani dalam melakukan penundaan penjualan beras. 5. Meningkatkan pendapatan petani

PEDOMAN UMUM LDM

2004

Pengembangan lumbung desa modern dinilai menjadi pilihan yang tepat karena kelembagaan lumbung desa modern sudah lama dikenal dan merupakan bagian kebudayaan masyarakat Indonesia, sehingga diharapkan lebih mudah diadopsi oleh masyarakat.

4.3.

Prosesing Padi Menjadi Beras


Dalam operasional LDM kapasitas pengering mekanis sangat tergantung pada kadar air gabah yang masuk pada alat pengering. Pengeringan ditujukan untuk menguapkan kandungan air gabah kering panen yang semula 25 30 % agar menjadi gabah kering simpan dengan kandungan air 14 %. Dengan demikian, keduanya merupakan faktor teknis yang sangat menentukan terhadap kinerja alat pengering dan jalannya proses pengeringan. Mutu gabah hasil operasional LDM sangat ditentukan oleh kedisiplinan pengelola dalam mengikuti setiap tahapan proses pengolahan yang sudah dibakukan. Pengawasan dan pemantauan setiap tahapan proses dilakukan secara rutin agar saat terjadi penyimpangan mutu suatu tindakan koreksi dan perbaikan operasional yang tepat sasaran dapat segera dilakukan.Tatacara baku operasional atau standar prosedur operasional ini disusun dan diberlakukan untuk seluruh tahapan (aliran) proses pengelolaan/ penyaluran gabah di dalam LDM (Gambar-4)
Ditimbang (Berat Kotor) Gabah Taksiran Harga Simpan Sementara Analisa Kadar Air dan Kotoran Bersih Dikeringkan Kotor Dibersihkan

Bersih

Digudangkan Dijual

Dikemas dan Identitas

Digiling dan Dijual Dijual

Digiling dan Dijual

Gambar -4

BAGAN ALIR PENYALURAN GABAH DI DALAM LDM

4.4.

Mendorong Kemitraan Penyediaan Gabah/ Beras

PEDOMAN UMUM LDM

2004

Untuk mengembangkan Lumbung Desa Modern tidak terlepas dari Identifikasi kondisi sosial ekonomi Lumbung desa modern tersebut terutama dalam penyedian stock gabah/beras. Hal ini jelas bukan masalah yang sederhana dan memerlukan partisipasi masyarakat agar sesuai dengan kebutuhan, kondisi sosial dan daya dukung wilayahnya. Pola pengembangan Lumbung Desa Modern secara umum dapat dilakukan sesuai dengan kondisi daerah melalui : 1. Pola kerjasama kemitraan melalui pemanfaatan Kredit Ketahanan Pangan (KKP) Dalam menunjang kebutuhan para petani untuk memperoleh saprodi, maka LDM dapat bermitra dengan petani dalam memanfaatkan Kredit Ketahanan Pangan (KKP). Dengan adanya kemitraan ini, maka para petani dapat dengan mudah untuk mendapatkan saprodi melalui LDM yang dibayar dari dana KKP, sehingga petani dapat meningkatkan kualitas gabah/beras hasil panennya. LDM berperan menyediakan saprodi dan membeli hasil panen petani, sehingga petani memperoleh kepastian penjualan hasil panennya dengan harga yang wajar. 2. Pola kerjasama kemitraan dengan kelembagaan ekonomi, terutama penggilingan padi. Penggilingan padi pada saat ini melakukan usaha ekonominya dalam berbagai tingkatan, mulai dari pengolahan gabah dengan menyewakan mesin penggilingan sampai dengan pengolahan, penyimpanan dan pemasaran beras. Untuk pengembangan Lumbung Desa Modern ini, kerjasama dilakukan dengan penggilingan padi yang telah melakukan fungsi pengolahan, sampai pemasaran beras. Hubungan kemitraan Lumbung Desa Modern (LDM) dengan penggilingan padi (RMU) sebagaimana dalam skema Gambar-5

KOPERASI TANI (GAPOKTAN)

LUMBUNG DESA MODERN RMU (PENGOLAHAN, DAN PEMASARAN


DOLOG/ PASAR

Gambar 5. Kemitraan dengan RMU

3. Pola kerjasama kemitraan dengan lembaga keuangan Kemitraan dengan lembaga keuangan dilakukan untuk meningkatkan akses

PEDOMAN UMUM LDM

2004

petani kepada sumber - sumber permodalan yang ada, terutama sumber sumber permodalan (keuangan) setempat. Kemitraan dengan lembaga keuangan sebagaimana skema Gambar-6.

PETANI PENYIMPANAN 1 Kredit 2 4 Kredit 3

LUMBUNG DESA MODERN

LEMBAGA KEUANGAN

Gambar 6. Kemitraan dengan Lembaga Keuangan

4.5.

Memfasilitasi Pemasaran Hasil.


Dalam jangka panjang, LDM harus diarahkan dan difasilitasi untuk mengembangkan usaha-usaha yang produktif dalam mendukung usaha pokok LDM sebagai unsur penyangga ketahanan pangan. Kelembagaan LDM perlu dilengkapi dengan sarana prosesing beras seperti penggiling, penyosoh dan pengemas serta mengusahakan pemasaran hasil yang progresif dan mampu bersaing. Sesuai dengan tujuannya, pelaksanaan kegiatan pengelolaan pengembangan Lumbung Desa Modern (LDM) diharapkan dapat membangun sistem pengelolaan stok dan distribusi gabah/beras sehingga mampu menggerakkan kegiatan ekonomi di pedesaan yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani dan mampu menyediakan kebutuhan gabah/ beras baik untuk supermarket, pedagang besar dan pengadaan beras pegawai negri sipil atau untuk ekspor.

V. INDIKATOR KINERJA PENGEMBANGAN LDM

Untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari kegiatan pengelolaan Lumbung Desa Modern (LDM) ini secara objektif, maka ukuran keberhasilan yang akan di pantau secara berkala adalah indikator masukan (Input), keluaran (out put), hasil (out comes), manfaat (benefit) dan dampak (impact) sebagai berikut :

PEDOMAN UMUM LDM

2004

LDM yang dibangun oleh Pemerintah 1. Indikator Masukan ( Inputs) a. Dukungan dari pemerintah Daerah (Propinsi dan Kabupaten) dalam penyiapan anggaran, sarana dan prasarana pendukungnya. b. Terwujudnya koordinasi dan sinergi dengan instansi terkait dalam pengelolaan lumbung desa modern (LDM). 2. Indikator Keluaran (Out Put ) a. Terbentuknya organisasi pengelola lumbung desa modern (LDM) yang lengkap. b. Meningkatnya kemampuan manajemen dan kemam-puan usaha organisasi pengelola lumbung desa modern (LDM). 3. Indikator Hasil ( Out Comes ) a. Tumbuh dan berkembangnya agribisnis gabah/beras yang dikelola oleh lumbung desa modern (LDM) secara berkelanjutan. b. Terbinanya kelompok tani disekitar lumbung desa modern (LDM) untuk berusaha dengan unit-unit usaha agribisnis gabah/beras. 4. Indikator Manfaat ( Benefit ) a. Terciptanya peluang bagi pelaku bisnis untuk mela-kukan aktifitas agribisnis gabah/beras di pedesaan. b. Terwujudnya stabilisasi harga gabah/beras ditingkat petani. 5. Indikator Dampak ( Impact ) a. Terwujudnya ketahanan pangan yang mandiri secara berkelanjutan terutama pada kawasan sentra produksi padi. b. Meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan petani secara berkelanjutan.

LDM yang dibangun oleh Swasta 1. Indikator Masukan ( Inputs) a. Dukungan dari pemerintah Daerah (Propinsi dan Kabupaten) dalam bentuk dorongan dan saran dalam pengembangan/ pengelolaan LDM. b. Terwujudnya koordinasi dan sinergi dengan perusahan lain/ instansi terkait dalam pengelolaan lumbung desa modern (LDM).

2. Indikator Keluaran (Out Put )

PEDOMAN UMUM LDM

2004

a. Terbentuknya organisasi pengelola lumbung desa modern (LDM) yang lengkap. b. Meningkatnya kemampuan manajemen dan kemam-puan usaha organisasi pengelola lumbung desa modern. 3. Indikator Hasil ( Out Comes ) a. Tumbuh dan berkembangnya agribisnis gabah/beras yang dikelola oleh lumbung desa modern (LDM) secara berkelanjutan. b. Terbinanya kelompok tani/ petani disekitar lumbung desa modern (LDM) untuk berusaha dengan unit-unit usaha agribisnis gabah/beras. 4. Indikator Manfaat ( Benefit ) a. Terciptanya peluang bagi pelaku bisnis untuk mela-kukan aktifitas agribisnis gabah/beras di pedesaan. b. Terwujudnya stabilisasi harga gabah/beras ditingkat petani. 5. Indikator Dampak ( Impact ) a. Terwujudnya ketahanan pangan yang mandiri secara berkelanjutan terutama pada kawasan sentra produksi padi. b. Meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan petani secara berkelanjutan. c. Meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan penge-lola lumbung desa modern.

VI.

PENUTUP

Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Lumbung Desa Modern ini seyogyanya dijabarkan oleh Pemerintah Daerah Propinsi, Kabupaten dan Kota dalam bentuk Petunjuk Pelaksanaan/ Petunjuk Teknis. Selain itu dari Instansi terkait didaerah dapat memberikan petunjuk pelaksanaan yang lebih rinci sesuai dengan kondisi daerah setempat dan kewenangannya masing masing. Semoga pedoman ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang terkait dalam upaya pengelolaan Lumbung Desa Modern. Diharapkan pedoman ini juga dapat dipergunakan sebagai referensi bagi daerah lainnya.

PEDOMAN UMUM LDM

2004

CATATAN :

PEDOMAN UMUM LDM

2004

Anda mungkin juga menyukai