Anda di halaman 1dari 25

Anggota Kelompok

Dian Wahyu Bima Kuncara Rizkiya Eka Wahyuni Ainun Nikmah Sri Endhes Isthofiyani 4401409003 4401409015 4401409035 4401409042

Latar Belakang_
Pemanfaatan Bufo melanostictus_ Cuaca tidak menentu_

Habitat tidak menentu_

Reproduksi tidak teratur_

Populasi menurun_

Rumusan Masalah_
Apakah hormon tiroksin berpengaruh terhadap kecepatan metamorfosis katak ?

Bagaimana pengaruh hormon tiroksin terhadap kecepatan metamorfosis katak?

Tujuan Penelitian_
Untuk mengetahui apakah hormon tiroksin berpengaruh terhadap kecepatan metamorfosis katak_

Untuk mengetahui bagaimana pengaruh hormon tiroksin terhadap kecepatan metamorfosis katak_

Manfaat Penelitian_
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan referensi dan masukan terhadap disiplin ilmu dibidang Biologi khususnya Fisiologi Hewan. Selain itu juga diharapkan dapat bermanfaat sebagai masukan bagi peneliti lain yang akan meneliti dengan tema yang sama. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi peternak katak agar bisa membiakkan katak dalam waktu yang lebih cepat dengan menggunakan hormon tiroksin.

Landasan Teori_
Amphibia adalah hewan vertebrata yang dalam hidupnya membutuhkan dua alam_
Kulit selalu basah dan berkelenjar_ Poikiloterm_

Cor terbagi atas tiga ruangan_


Fertilisasi eksternal_ Pernafasannya dengan insang, paru-paru, kulit _ Otak memiliki 10 pasang nervi cranialis _ Memiliki dua pasang tungkai untuk berjalan/ berenang _

Bufo melanostictus
Kingdom : Filum : Kelas : Sub Kelas: Ordo : Famili : Genus : Spesies : Animalia Chordata Amphibi Salientia (Anura) Procoela Bufonidae Bufo Bufo melanostictus

Morfologi

Jantan memiliki panjang dari moncong ke anus yaitu 5580 mm sedangkan pada hewan betina panjangnya 65-85_

Bagian punggung bervariasi warnanya antara coklat abuabu gelap, kekuningan, kemerahan sampai kehitaman.
Terdapat bintil-bintik kasar di punggung dengan ujung kehitaman. Sisi bawah tubuh berwarna putih keabu-abuan berbintil agak kasar.

Metamorfosis Bufo melanostictus

Peran Tiroksin dalam Metamorfosis Bufo melanostictus


Hormon merupakan senyawa kimia, terdapat dalam darah dengan kadar yang sangat rendah, mempunyai pengaruh terhadap pengaturan metabolisme alat atau jaringan spesifik. Hormon disekresi langsung ke dalam darah dengan jumlah yang sangat kecil oleh sel-sel khusus. Hormon-hormon diangkut lewat darah ke jaringan spesifik yang disebut jaringan sasaran, dimana mereka melakukan pengaruh pengaturannya (Montgomery, 1993 dalam Ning Setiati, 1998)_ Suatu bentuk control hormon tiroid pada anura dan perubahan pada metamorphosis, menurut Etkin, 1968 dalam Ning Setiati, 1998 adalah sebagai berikut : 1. Premetamorfosis 2. Prometamorfosis awal 3. Akhir prometamorfosis 4. Metamorfosis klimaks_

Metode Penelitian_
Jenis Penelitian Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah eksperimen kualitatif.

Desain Penelitian Desain pada penelitian ini adalah penelitian korelasi sebab-akibat untuk mengetahui pengaruh keadaan pertama terhadap keadaan kedua.

Variabel yang digunakan_


Variabel bebas Kadar hormon tiroksin Variabel terikat Kecepatan metamorfosis kodok Variabel kontrol Suhu, cahaya, makanan, dan habitat. Habitatnya berupa sebuah bak diisi air dari habitat asli kecebong lalu diberi sebuah bata sebagai alternatif untuk kecebong beralih ke darat dan 25-30cm Hydrilla verticillata untuk sirkulasi udara Dalam penelitian ini diadakan kelompok kontrol yaitu berudu Bufo melanostictus yang tidak diberi hormon tiroksin dan kelompok eksperimen yaitu berudu Bufo melanostictus yang diberi hormon tiroksin.

Metode pelaksanaan_
Alat & Bahan_

Cara Kerja_
Memelihara kecebong fase metamorfosis dalam 5 bak plastik masing-masing 15 berudu tiap bak. Menambahkan hormon tiroksin dalam tablet Euthyrox pada bak 2, 3, 4 dan 5. Bak 1 berlaku sebagai kelompok kontrol. Dosis yang digunakan yaitu 0,05 mg/liter, 0,075 mg/liter, 0,1 mg/liter, 0,125 mg/liter. (Ning Setiati, 1998) Memelihara kecebong_ Mengamati perbedaan kecepatan metamorfosis kecebong pada tiap bak dan melakukan pencatatan hasil pengamatan setiap hari_

Metode Analisis Data_


Pengolahan data penelitian yang sudah diperoleh dimaksudkan suatu cara mengorganisasikan data sedemikian rupa sehingga dapat dibaca (readable) dan dapat ditafsirkan (interpretable), (Azwar, 2001 : 123)_ Dalam penelitian ini data yang diperoleh akan diolah secara deskriptif karena yang diperoleh adalah data perkembangan kecepatan metamorfosis kodok.

Hasil dan Analisis_


1 0.9 0.8 0.7 0.6

0.5
0.4 0.3 0.2 0.1 Hari 1 Kontrol 0.96 0,05 0.93 0,75 0.91 0,1 0.94 0,125 0.92 Kontrol 0,05 0,75 0,1 0,125 Hari 2 0.92 0.9 0.93 0.92 0.93 Hari 3 0.87 0.8 0.87 0.91 0.84 Hari 4 0.87 0.89 0.9 0.93 0.88 Hari 5 0.85 0.71 0.71 0.83 0.75 Hari 6 0.82 0.69 0.79 0.78 0.76 Hari 7 0.8 0.74 0.72 0.51 0.58 Hari 8 0.87 0.78 0.74 0 0

Pembahasan_
Mekanisme peranan tiroksin pada metamorfosis katak menurut Etkin (1968) yang telah disempurnakan oleh M. Dodd dan J.Dodd (1976) dan A. White dan Nicoll (1981) adalah sebagai berikut : Premetamorfosis Pada tahap ini hormon tiroksin belum berpengaruh terhadap perkembangan larva. Prometamorfosis awal Pada tahap ini hormon tiroksin mulai mempengaruhi perkembangan larva kecebong karena sekresi hormon tiroksin mulai meningkat seiring dengan meningkatnya sekresi TSH. Prometamorfosis akhir Pada tahap ini medulla otak sudah terbentuk sempurna dan juga jaringan penghubungnya dengan hipofisis. Kadar prolaktin dalam darah berkurang secara drastis.

Metamorfosis klimaks Aminergic fiber hilang. Sekresi tiroid tinggi, prolaktin semakin menurun.

Tingkat Endokrin dan Perubahannya Selama Metamorfosis Amphibi_


Struktur atau faktor Otak (Hipotalamus) Medula otak Produksi TRH Aminergic fibers Tidak berkembang Tidak ada Tidak berkembang Berkembang Sedikit Berkembang Berkembang baik Banyak Berkembang baik Berkembang sempurna Banyak Hilang Premetamorfosis Awal

Prometamorfosis
Akhir Klimaks

Efek prolaktin Efek pada TSH

pada Tidak ada

Sedikit inhibitor

Inhibitor meningkat

Tidak ada

Tidak ada

Sedikit kenaikan

Meningkat

Tidak ada

Sekresi Pituitary Prolaktin TSH Tinggi Rendah Menurun Meningkat Rendah Tinggi Menurun Tinggi sampai akhir klimaks

Hormon tiroid dan T4) Tingkat sekresi Kadar Plasma

(T3

Rendah Rendah

Tinggi Rendah

Tinggi Tinggi

Tinggi Rendah

Interrenal steroid Aldosteron Rendahs Rendah Rendah Meningkat dewasa Kortikosteron Rendah Meningkat Tinggi Menurun untuk tingkat

Kortisol

Rendah

Meningkat dengan lambat

Meningkat dengan cepat

Tinggi

Beberapa perubahan morfologi dan fisiologi yang dipengaruhi oleh hormon tiroksin selama metamorphosis katak_
Bentuk dan struktur tubuh Pembentukan Anggota Badan Degenerasi kulit Sistem saraf dan organ indera Peningkatan Sistem pernapasan Degenerasi insang Organ Induksi enzim

kelenjar kulit

dan otot ekor

rodopsin dalam
retina

yang mengatur
siklus urea dalam hati

Pembentukan mulut dan kepala

Pertumbuhan kulit dan otot kaki

Pertumbuhan otot mata luar

Degenerasi insang yang menutup operculum

Pembentukan usus

Pembentukan membrane niktitan pada mata

Perkembangan paruparu

Pengerasan rangka tubuh

Pertumbuhan cerebelum

Pergantian dari hemoglobin berudu mjd

hemoglobin katak
dewasa

Kesimpulan_
Dari tinjauan teoritis dan uraian pembahasan dapat diambil kesimpulan bahwa hormon tiroksin yang disekresi oleh kelenjar tiroid berpengaruh dalam proses metamorfosis Bufo melanostictus yaitu dapat mempercepat metamorphosis. Hormon tiroksin dalam proses metamorfosis Bufo melanostictus berpengaruh dalam pembentukan tungkai belakang dan tungkai depan disertai dengan resorbsi ekor.

Pertanyaan & Jawaban_


1. Tahap-tahap metamorfosis pada katak : a. Premetamorfosis b. Prometamorfosis Awal c. Prometamorfosis Akhir d. Metamorfosis Klimaks
Selama metamorfosis terjadi beberapa perubahan dari berudu sampai menjadi katak antara lain : panjang usus berudu menjadi lebih pendek untuk mempersiapkan mencerna tanaman di darat. Perubahan mulut dari bentuk oval kecil membuka ke struktur yang lebih luas dengan lidah diperpanjang melekat pada bagian depan mulut. Perubahan dari penggunaan insang eksternal menjadi insang internal. Insang internal secara beertahap akan diganti oleh paru-paru. Kaki berkembang dan ekor akan benar-benar hilang setelah metamorfosis selesai.

Faktor-faktor yang mempengaruhi metamorfosis yaitu seperti suhu, pemberian pakan, dan keberadaan larva kecebong lain. Selama metamorfosis suhu harus tetap dipertahankan yaitu sekitar 370 C atau sekitar suhu kamar. Suhu cenderung mempengaruhi tingkat metamorfosis. Perubahan suhu yang drastis akan merugikan bagi berudu atau kecebong.

Pertanyaan & Jawaban_


3. Perubahan paling cepat terjadi pada dosis 0,1 mg/L karena pada hari kedua pemberian perlakuan, pada kecebong sudah mulai muncul tunas tungkai belakang. Hormon adalah suatu senyawa kimia, berupa protein yang mempunyai fungsi untuk memacu atau menggiatkan proses metabolisme tubuh. Hormon dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah yang tidak terlalu banyak (sedikit), tetapi jika kekurangan atau berlebihan akan mengakibatkan hal yang tidak baik (kelainan seperti penyakit) sehingga dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan serta proses metabolisme tubuh. Oleh karena itu, bila dosis hormon tiroksin yang diberikan pada kecebong terlalu tinggi atau melebihi dari batas normal kadar hormon tiroksin yang diperlukan oleh tubuh justru malah akan menghambat atau menyebabkan kegagalan metamorfosis pada kecebong.

Pertanyaan & Jawaban_


4. Tahapan perubahan tubuh kecebong menjadi katak : 1. Kodok dewasa bertelur dan setelah 10 hari akan menetas dan dinamakan berudu. 2. Setelah 2 hari lagi akan tumbuh insang luar yang berbulu yang digunakan untuk bernafas. 3. Umur tiga minggu, berudu tersebut akan ditutup oleh kulit. 4. Umur delapan minggu kodok akan memiliki kaki belakang. 5. Umur dua belas minggu kaki depan akan terbentuk dan seiring itu kaki belakang akan membesar dan ekor jadi mengecil. Setelah ekor hilang, kodok akan bernafas dengan paru-paru dan dinamakan kodok dewasa.

Pertanyaan & Jawaban_


5. Pengaturan hormonal terhadap proses regresi ekor kecebong : Regresi ekor kecebong belum terjadi sampai terbentuk dan berkembangnya organ-organ lokomosi seperti berkembangnya kaki dan tangan untuk pergerakan. Respon hormone tiroid lebih spesifik pada bagian tertentu. Pada ekor T3 menyebabkan kematian dari sel-sel epidermal. Meskipun terjadi kematian dari sel-sel epidermal pada ekor, kepala dan epidermis tubuh tetap melanjutkan fungsinya. Proses penghilangan ekor terjadi melalui autofagositosis artinya lisosom didalam ekor memakan sel-sel nya sendiri.

Selama metamorfosis katak, ekor dan insang mengalami degenerasi secara lengkap. Berdasarkan studi eksperimental (yang dirangkum oleh Atkinson 1981) tentang pengaruh thyroid yang terjadi secara spontan pada atropi insang dan ekor menyatakan bahwa degenerasi pada organ ini meliputi 3 tahap yang berlainan dalam aktivitas selular, yaitu : 1. Pada tahap pertama, terjadi pengurangan tingkat sintesis protein secara selektif. 2. Pada tahap kedua yang paling penting adalah meningkatnya aktivitas histolitik. 3. Pada fase ketiga (final), terbentuk reruntuhan sel selama fase kedua berakhir. Tiap jaringan pada organ ini berpartisipasi pada fase pembentukan karakter.

Anda mungkin juga menyukai