Anda di halaman 1dari 10

BENCANA GERAKAN TANAH DI INDONESIA

Disampaikan pada Workshop Mitigasi dan Penanganan Gerakan Tanah di Indonesia 24 Januari 2008

oleh: Gatot M Soedradjat

PUSAT VULKANOLOGI DAN MITIGASI BENCANA GEOLOGI Jln. Diponegoro no. 57 Bandung 40122 Telepon (022) 7272606, Fax (022) 7202761, Homepage :http:/www.vsi.esdm.go.id

1.PENDAHULUAN
Batasan : Gerakan tanah adalah perpindahan material pembentuk lereng, berupa batuan, bahan timbunan, tanah atau material campuran tersebut, bergerak kearah bawah dan keluar lereng ( Varnes, D.J, 1978). Gerakan tanah adalah suatu massa tanah yang bergerak dari atas ke bawah di sepanjang lereng. Gerakan tanah terjadi apabila gaya yang menahan (Resisting Forces) massa tanah di lereng tersebut lebih kecil dari pada gaya yang mendorong/ meluncurkan tanah di sepanjang lereng. Adapun gaya yang menahan masa tanah di sepanjang lereng tersebut dipengaruhi oleh kedudukan muka air tanah, sifat fisik / mekanisme tanah antara lain kohesi / daya ikat (c) dan sudut dalam tahanan geser tanah () yang bekerja disepanjang bidang luncuran. Sedangkan gaya pendorong ini dipengaruhi diantaranya oleh kandungan air, beban bangunan, berat masa tanah itu sendiri. Kemantapan lereng biasanya dievaluasi dengan menghitung faktor keamanan (FS), yaitu perbandingan antara gaya yang menahan dengan gaya yang meluncurkan; Gaya menahan FS = ___________________ Gaya peluncur Bila gaya menahan < dari gaya peluncur, maka lereng akan mantap/stabil, nilai FS>1. tetapi bila FS<1, maka lereng tersebut akan bergerak/tidak mantap. Pada dasarnya setiap sesuatu perubahan yang menyebabkan berkurangnya gaya yang menahan atau menambah gaya yang meluncurkan akan menambah kemungkinan untuk terjadi gerakan tanah. Untuk daerah permukiman yang dibangun yaitu (pada lereng yang terjal disarankan agar nilai FS nya >1.3 Nilai angka kemanan (FS) tergantung dari sifat fisik/mekanik tanah atau batuan , yaitu : Sudut geser dalam tahanangeser (). Kohesi/daya ikat tanah (c). Berat isi (). Kedudukan muka air tanah dan Susunan tanah/batuan serta sudut lereng.

Meskipun analisis kemantapan lereng selalu di gunakan dalam perhitungan tetapi analisis ini mempunyai kelemahan disebabkan analisis kemantapan lereng biasanya dilakukan secara dua dimensi sedangkan gerakan tanah mempunyai kenampakan tiga dimensi, yang sangat memungkinkan di daerah dinding samping longsoran mempunyai mekanisme gaya lebih kecil bila dibandingkan dengan bagian tengah. Selain itu sifat sifat tanah / batuan sangatlah bervariasi yang kadang kadang sukar diukur, sehingga hasil 2

perhitungan akan mempunyai koreksi kesalahan, Sedangkan penyebaran daerah rawan gerakantanah, yang mempunyai angka kemantapan lereng kecil biasanya perlu didukung dengan metode indentifikasi gerakantanah yang ada di daerah tersebut. 2.JENIS GERAKAN TANAH Gerakan tanah dikelompokan menjadi 6 (enam) jenis berdasarkan kepada kecepatan gerakan tanah, yaitu :

Gerakan tanah Rotasi

Aliran Bahan Rombakan

Gerakan tanah Translasi

Rayapan

Runtuhan batu

Longsoran batu

3. FAKTOR PENYEBAB
Faktor penyebab terjadinya gerakan tanah adalah bertambahnya tegangan geser dan berkurangnya tahanan geser pada lereng.

3.1. Geologi
.Struktur Geologi. Sifat bawaan batuan. Hilangnya perekat tanah. Gempa.

3.2. Keairan
Curah hujan Curah hujan akan menyebabkan kandungan air pada lapisan tanah meningkat dan jenuh air, yang mengakibatkan : Tekanan air pori bertambah besar dan mengakibatkan kuat geser menurun. Kandungan air tanah naik dan terjadi pembuburan tanah atau pengembangan lempung, mengakibatkan kuat geser tanah akan menurun atau bahkan hilang,disamping itu masa tanah bertambah yang akan mengurangi tegangan geser. Lapisan tanah jenuh air.

3.3. Vegetasi.
Peranan vegetasi dalam gerakan tanah merupakan masalah kompleks, karena vegetasi merupakan fungsi dari beberapa faktor termasuk iklim, topografi dan sejarah kebakaran hutan yang semuanya mempengaruhi kemantapan lereng.

3.4. Perbuatan Manusia.


Gerakan tanah dapat diakibatkan oleh kegiatan manusia, umumnya gerakan tanah yang diakibatkan oleh kegiatan manusia terjadi karena mengubah/ berubahnya bentuk lereng dan atau berubahnya tata guna lahan, kegiatan ini mengakibatkan air masuk ke dalam tanah yang mempengaruhi bobot masa tanah yang berdampak pada kestabilan/kemantapan lereng.

4. STRATEGI PENANGGULANGAN GERAKAN TANAH


Di dalam hal ini peranan geologi adalah memberikan masukan, rekomendasi secara teknis, diantaranya apakah gerakan tanah ini masih aktif atau tidak ? 4

Kemudian menentukan areal yang aman dari gerakan tanah sebagai tempat relokasi bila diperlukan. Analisis kestabilan lereng serta indentifikasi gejala gerakan tanah sangat membantu, yang perlu dilakukan dalam penanggulangan bencana gerakan tanah perlu mempertimbangkan skala prioritas : Segera selamatkan jiwa dan harta. Kebutuhan yang mendesak, contohnya korban yang sakit, luka, kebutuhan utama tandu dan obat obatan, tenda diperlukan untuk penampungan korban sementara. Kemana dan bagaimana korban dievakuasi. Dengan sarana dan prasarana apa evakuasi dilakukan termasuk sarana, rute atau trace jalan. Tindakan apa yang perlu dilakukan setelah evakuasi baik tindakan sosial maupun teknis. Kemampuan keamanan petugas dan korban dalam evakuasi. Informasi dan komunikasi, dalam hal ini sistem informasi melalui apa informasi dilaksanakan. Karena penanggulangan memerlukan waktu yang tepat dan cepat.

5. REHABILITASI 5.1. Pengembalian Fungsi.


Terjadinya bencana gerakan tanah, disadari atau tidak akan merubah fungsi struktur masyarakat baik sarana maupun prasarananya. Upaya mengembalikan fungsi struktur masyarakat dan prasarananya yang dikenal dengan istilah rehabilitasi. Rehabilitasi dilakukan dengan pendekatan baik secara psikologis, sosiologis maupun secara teknis. Peran geologi dalam rehabilitasi ini diutamakan pada permasalahan teknis, yaitu dalam pengembalian fungsi sarana dan prasarana serta informasi pengembangan bencana tersebut. Untuk mengembalikan fungsi sarana dan prasarana ini perlu masukan data geologi yang beraspek keteknikan guna relokasi pemukiman, bila diperlukan .

5.2. Rekonstruksi
Pemulihan kembali bangunan dan tatanan masyarakat, akibat bencana berkaitan erat pembangunan nasional yang meliputi aspek penataan struktur sosial serta sarana dan prasarana. Perencanaan yang baik harus memperhatikan kondisi masyarakat, letak serta ruangnya, program pengembangan wilayah, baik jangka pendek maupun panjang.

5.3. Mitigasi.
Upaya untuk mengurangi atau menghindarkan dampak dari bencana, perlu dilakukan mitigasi diantaranya : Penyebaran informasi kepada intansi yang terkait maupun masyarakat luas mengenai daerah bahaya gerakan tanah serta penanggulangannya.

Pembuatan Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah. Peta ini menggambarkan daerah penyebaran gerakan tanah, sehingga diketahui daerah mana yang mempunyai gerakan tanah aktif maupun yang tidak, sehingga dapat dilakukan tindakan sedini mungkin dalam melakukan upaya prevetif. Pembenahan fungsi lahan dan tatanan air terutama sebelum musim penghujan, karena curah hujan merupakan pemicu terjadinya gerakan tanah yang cukup signifikan. Penyebaran informasi penanggulangan bahaya gerakan tanah dilakukan dengan cara penyebaran melalui poster dan media cetak/elektronik, penyuluhan dan sebagainya.

6. KESIMPULAN
Gerakakan tanah merupakan bencana alam selain bahaya gunung api, gempa, banjir dan tsunami. Akibat bencana alam gerakan tanah telah menelan banyak korban harta, benda bahkan nyawa serta menghancurkan sarana dan prasarana yang tidak sedikit. Penyebaran informasi ditekankan pada masyarakat khususnya yang bermukim di daerah yang rawan akan bencana/bahaya gerakan tanah. Penyampaiannya dapat melalui kegiatan pameran, poster serta melakukan penyuluhan. Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah merupakan informasi awal bagi masyarakat, berguna untuk menentukan langkah perencanaan ruang serta pengembangan suatu daerah.

GRAFIK KEJADIAN DAN JUMLAH KORBAN GERAKAN TANAH DI INDONESIA, TAHUN 2006 S/D 2007

Rekap kejadian gertan 2006 dan 2007 1


1% 3 2 3 3 2% 2%1% 2% 9 5% 1 3 1 1% 2% 1% 67 36%

DKI Jawa Barat Jawa Tengah DIY Jawa Timur NAD Sumatera Utara Sumatera Barat Lampung Sulawesi Utara Sulawesi Barat Sulawesi Tengah
Sulaw esi Tengah 57 6% Sulaw esi Barat 2 0%

NTT 66 8%

Kal Tim Jumlah Papua 3 3 0% Jaw a Barat 0% 53 6%

Korban Jiwa Gertan 2006 - 2007


Jaw a Tengah 253 30%

2 1%

8 4%

1 %

19 10%

Sulawesi Tenggara
1 1%

Sulawesi Selatan
44 24%

NTT Kalimantan Timur NTB Papua

Sulaw esi Utara 257 29%

Sumatera Barat 21 2%

Sumatera Utara 44 5%

Jaw a Timur 121 14%

Foto 1; Gerakan tanah di Kp.Mogol, Ledoksari, Tawangmangu, korban tewas


sebanyak 37 orang tertimbun material longsoran

Foto 2. Permukiman terancam gerakan tanah Ds.Butung, Karanganyar lokasi di


lembah sungai, diatasnya terdapat retakan, yang akan berkembang menjadi longsoran.

Foto 3. Longsoran Ds.Kidang Pananjung,Kec.Cililin, Kab.Bandung, 2004. 2 rumah yang terkena longsor

Foto 4. Tanah longsor di Dusun Pagah, Tirtomoyo, Wonogiri menimpa 2 rumah warga, menyebabkan 7 orang meninggal dunia.

10

Anda mungkin juga menyukai