Anda di halaman 1dari 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Konsep Belajar Kooperatif (Co-Operative Learning)

Proses komunikasi terjadi apabila melibatkan dua orang atau lebih, maka co-operative learning diasumsukan dapat mempasilitasi kegiatan komunikasi tersebut, sehingga dapat dicapai hasil yang optimal. Asumsi ini didukung oleh pendapat ahli antara lain: Belajar kooperatif adalah pembelajaran yang menggunakan kelompok kecil sehingga siswa bekerja sama untuk memaksimalkan kegiatan belajarnya sendiri dan juga anggota yang lain (Ag Setiyadi Bambang & Junaida: 2007) Yosep K.G Ow young dalam In service training course for secondary English teacher in Indonesia menyebutkan beberapa keuntungan operative learning Kelompok kecil lebih memungkinkan siswa untuk berbicara Siswa saling berkomunikasi dan bekerja sama di dalam kelompok. Kelompok kecil lebih memfokuskan pada hal-hal yang diminati siswa, juga lebih banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berbagi gagasan dan pendapat Slomo Sharon dalam bukunya co-operative learning methode menyebutkan lima keuntungan secara psikologis dari co-operative learning, yaitu: a. Positive interdependent Keberhasilan akan tergantung pada kerja sama positif antar anggota kelompok b. Face to face promotive interaction co-

Interaksi antar personal akan semakin meningkat dengan saling melibatkan diri dalam pemecahan masalah, mendiskusukan konsep dan sebagainya c. Individu Accountability Masing masing anggota akan memiliki kepribadian yang semakin kokoh. d. Social skill. Masing masing individu akan lebih terarah dalam membangun kepercayaan, kepemimpinan, pengambilan keputusan dan komunikasi e. Group processing Kerja kelompok dapat membantu seluruh anggota kelompok untuk mencapai dan mempertahankan hubungan kerja yang efektif. Metode pembelajaran kooperatif dapat dibedakan atas dua kategori besar. Satu kategori dapat disebut metode belajar kelompok atau group study method. Dalam metode ini siswa terutama bekerja sama saling membantu mempelajari informasi atau ketrampilan yang relative telah terdefinisi Adapun dengan baik. kategori yang kedua adalah metode pembelajaran yang berbasis

proyek melibatkan siswa bekerja dalam kelompok untuk menyusun suatu laporan, eksperimen atau proyek yang lain. Metode ini memusatkan kepada masalah masalah yang belum tersusun baik, hasil yang diharapkan terumus dengan jelas. Pembelajaran kooperatif mempunyai cirri-ciri sebagaimana disampaikan oleh Muslim Ibrahim, sebagai berikut. 1. Siswa bekerja sama dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajar. 2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. 3. Bilamana mungkin, anggota anggota kelompok berasal dari ras, budaya,suku, jenis kelamin berbeda. 4. penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu. ( Muslim Ibrahim , 2000).

Muhammad Nur

menjelaskan bahwa banyak keunggulan pembelajaran

kooperatif sepanjang dua kondisi terpenuhi. pertama, berbagai bentuk pengakuan dan ganjaran kecil harus di berikan kepada kelompok yang kinerjanya baik, sehimgga anggota kelompok itu dapat melihat bahwa menjadi kepentingan mereka bersama untuk membantu belajar teman-teman dalam kelompok mereka. Kedua, harus adanya tanggung jawab individu, artinya, keberhasilan kelompok ituharus ditentukan oleh hasil belajar individu dari seluruh anggota kelompok, tidak ditentukan oleh suatu hasil kelompok tumggal, seperti laporan kelompok atau suatu karya kelompok. (Muhammad Nur:2000). Dalam pembelajaran kooperatif , berbagai unsur harus dimiliki oleh siswa atau peserta didik sebagai berikut: 1. Siswa dalam kelompok haruslah beranggapan bahwa mereka sehidup sepenanggungan bersama. 2. Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya, seperti milik mereka sendiri 3. Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota memiliki tujuan yang sama 4. Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya 5. Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberi hadiah yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok. 6. Siswa berbagai Kepemimpinan dan mereka membutuhkan ketrampilan untuk belajar bersama selama proses belajar 7. Siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara individu mater yang ditangani dalam kelompok kooperatif. (Muslim Ibrahim, hal 6). Lebih lanjut beliau menjelaskan bahwa model pembelajaran kooperatif dapat memiliki cirri-ciri sebagai berikut: 1. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajar. 2. kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah didalam kelompoknya

3. bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda-beda. 4. Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu. Walaupun prinsip dasar pembelajaran kooperatif tidak berubah, terdapat beberapa variasi dari model tersebut. Empat pendekatan yang seharusnya merupakan bagian dari kumpulan strategi guru pemula diuraikan seperti berikut: 1. Student Achievement Devision (STAD) STAD dikembangkan oleh Robert salvin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin dan merupakan pendekatan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Guru yang menggunakan STAD, juga mengacu kepada belajar kelompok siswa, menyajikan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu menggunakan presentasi verbal atau teks. Siswa dalam suatu kelas tertentu dipecah menjadi kelompok dengan anggota 4-5 orang setiap kelompok haruslah histerogen terdiri dari lakilaki dan perempuan, berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi pembelajaran dan kemudian saling membantu satu sama lain dan atau melakukan diskusi. Secara individu setiap minggu atau 2 minggu siswa diberi kuis, kuis itu diskor dan tiap individu diberi skor perkembangan. Skor perkembangan ini tidak berdasarkan pada skor mutlaksiswa, tetapi berdasarkan pada seberapa jauh skor itu melampaui rata-rata skor siswa yang lalu. Setiap minggu pada suatu lembar penilaian singkat atau dengan cara yang lain, diumumkan tim-tim dengan skor tertinggi, siswa yang mencapai skor

perkembangan tinggi atau siswa yang mencapai skor sempurna pada kuiskuis tersebut.

2. Jigsaw Jigsaw telah dikembangkan dan diuji coba oleh Elliot Aroson dan temantemannya di Universitas Texas dan kemudian diadaptasi oleh Salvin dan teman-tamannya di Universitas John Hopkins. Dalam penerapan jigsaw, siswa dibagi berkelompok dengan 5-6 anggota kelompok belajar hetrogen. Materi pembelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks. Setiap anggota bertanggung jawab untuk mempelajari bagian tertentu bahan yang diberikan itu. Sebagai contoh, jika materi yang di ajarkan itu adalah alat ekskresi, seorang siswa harus mempelajari tentang ginjal, siswa yang lain mempelajari tentang hati dan siswa yang lain mempelajari tentang paru-paru dan kulit. anggota dari kelompok lain yang mendapat tugas yang sama berkumpul dan berdiskusi tentang topic tersebut. Kelompok ini disebut kelompok ahli. Dengan demikian terdapat kelompok ahli kulit,ahli ginjal,ahli paru-paru dan ahli hati. Selanjutnya anggota tim ahli ini kembali kekelompok asal dan mengajarkan apa yang telah dipelajari dan diskusikan didalam kelompok ahli untuk diajarkan kepada teman kelompoknya sendiri. Kemudian dalam pertemuan dan diskusi kelompok asal, siswa-siswa itu dikenai kuis secara individu tentang materi pembelajaran. 3. Investigasi Kelompok (IK) Model pembelajaran ini dikembangkan pertama kali oleh Thelan. Dalam perkembangannya model ini diperluas dan dipertajam oleh Sharan dan kawan-kawan dari Universitas Tel Aviv. Berbeda dengan STAD dan Jigsaw, dalam model ini siswa terlibat dalam perencanaan baik topic yang dipelajari dan bagaimana jalannya penyelidikan mereka. Pendekatan ini

memerlukan norma dan struktur kelas yang lebih rumit dari pada pendekatan yang lebih berpusat pada guru. Pendekatan ini juga memerlukan mengajar siswa ketrampilan komunikasi dan proses kelompok yang baik. Dalam penerapannya, model pembelajaran ini guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5-6 orang yang hitrogen. Dalam beberapa kasus, bagaimanapun juga, kelompok dapat dibentuk dengan mempertimbangkan keakraban persahabatan atau minat yang sama dalam topic tertentu. Selanjutnya mempersiapkan dan mempresentasikan kepada seluruh kelas. 4. Pendekatan Struktur. Pendekatan struktur dikembangkan oleh Spenser Kagen dan kawan-

kawan dalam pendekatan ini memberikan penekanan pada penggunaan struktur tertentu yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Stuktur yang dikembangkan oleh Kagen ini menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam kelompok kecil dan lebih dicirikan oleh penghargaan kooperatif, dari pada penghargaan individu. Dalam pendekatan ini ada dua dua jenis struktur yang terkenal a. Think pair share Pendekatan ini mulanya dikembangkam oleh Frank lyman dan kawankawan dari Universitas Maryland pada tahun 1985. ini merupakan cara yang efektif untuk mengubah pola diskusi didalam kelas. Strategi ini menantang asumsi bahwa seluruh resitasi dan diskusi perlu dilakukan didalam setting seluruh kelompok. Think pair share memiliki prosedur yang ditetapkan secara ekspisit untuk memberikan siswa waktu yang cukup untuk berpikir, menjawab dan saling membantu satu sama lain. Andaikan guru baru saja menyelesaikan satu penyajian singkat atau siswa telah membaca suatu tugas, atau suatu situasi penuh teka taki telah dikemukakan. Sekarang guru mengingikan siswa memikirkan

10

secara lebih mendalam tentang apa yang telah dijelaskan atau dialami. Adapun langkah-langkah untuk strategi ini adalah: Tahap I: Think (berpikir) guru mengajukan pertanyaan atau isu yang berhubungan dengan pelajaran, kemudian siswa diminta untuk memikirkan pertanyaan atau isu tersebut secara mandari untuk beberapa saat. Tahap II: Pairing. Guru meminta siswa berpasangan dengan siswa lain untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkan pada tahap pertama. Interaksi pada tahap ini diharapkan dapat berbagi jawaban jika telah diajukan suatu pertanyaan atau berbagi ide jika suatu persoalan khusus telah diidentifikasi. Biasanya guru memberi waktu 4-5 menit untuk berpasangan. Tahap III: Pada tahap akhir, guru meminta kepada pasangan untuk berbagi dengan seluruh kelas tentang apa yang telah mereka bicarakan. Ini efektif dilakukan dengan cara bergiliran pasanganan demi pasangan dan dilanjutkan sampai sekitar seperempat pasang telah mendapat kesempatan untuk melaporkan. b. Number Heads Together. Number heads together adalah suatu pendekatan yang dikembangkan oleh Spencer Kagen untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Sebagai gantinya mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas. Guru menggunakan struktur empat langkah sebagai berikut: Langkah I: Penomoran guru membagi siswa kedalam kelompok beranggota 3-5 orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5.

11

Langkah II:

mengajukan pertanyaan. Guru mengajukan sebuah

pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi, pertanyaan dapat amat spesifik dan dalam bentuk kalimat tanya, misalnya Berapakah jumlah propinsi di Indonesia? atau berbentuk arahan misalnya pastikanlah tiap orang mengetahui 5 buah ibukota propinsi yang terletak di pulau Sumatra. Langkah III: Berpikir Bersama. Siswa menyatukan pendapatnya

terhadap jawaban pertanyaan ini dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawabanya. Langkah IV: Menjawab. Guru memanggil suatu nomor tertentu,

kemudian siswa yang nomornya sesuai mengajungkan tangannya dan mencoba menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.

2.2 Konsep Pengajaran (Speaking)


Tujuan pengajaran bahasa Inggris adalah untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi dalam berbahasa Inggris meliputi kemampuan berbicara, menyimak, menulis dan membaca. Berbicara secara seimbang sesuiai dengan kebutuhan era globalisasi dan informasi abad 21 dengan menggunakan pendekataan bermakna (komunikatif).berdasarkan hal tersebut maka guru dituntut untuk berupaya mengembangkan berbagai macam strategi pengajaran sehingga siswa dapat menguasai keempat aspek bahasa tersebut. Lebih lanjut, Allan B. Harlod mengatakan bahwa the purpose of teaching foreign language is to enable the student to use the language in communication,yang maksudnya adalah tujuan pengajaran bahasa asing adalah agar siswa dapat menggunakan bahasa dalam berkomunikasi, yang

12

tentunya baik secara oral maupun tertulis. Siswa diharapkan mampu mendengarkan, membaca, berbicara, berbicara dan menulis. Jadi berbicara (speaking) merupakan salah satu aspek bahasa dalam berkomunikasi. Pertanyaan berikutnya, apa yang dimaksud dengan berbicara yang di maksud dengan speaking adalah aktivitas yang melibatkan dua orang orang atau lebih. Baik pendengaran maupun pembicaraan harus memberikan respon secara wajar. (Roger Scott in Keith Morrow:1991: 70 ). Brown Innition mengatakan bahwa, berbicara (speaking) adalah suatu proses komunikasi setidak tidaknya dua orang. Berbicara merupakan satu cara mengungkapkan gagasan seseorang kepada lawan bicara. Berbicara digunakan sebagai media komunikasi antara beberapa orang di suatu masyarakat atau lingkungan dengan tujuan untuk menjaga hubungan agar berjalan dengan baik (Brown Innation: 1991: 20) Dari pemahaman ini masing- masing pihak mempunyai maksud dan tujuan yang ingin dicapai dalam interaksi itu, sehingga masing masing harus dapat mengeinterpretasikan apa yang disampaikan. Pada saat terjadi komunikasi terdapat tiga hal yang dapat dicermati yaitu: a. Pembicara ingin berbicara dan pendengar ingin mendengarkan. b. Pembicara ingin menyampaikan suatu maksud, pendengar tertarik akan maksud tersebut. c. Pembicara ingin mengutarakan maksud dengan menggunakan latar belakang bahasa yang dikuasai, sedangkan pendengar harus mampu menginterprestasikan, memikirkan dan mengetahui ide yang telah disampaikan.

13

Anda mungkin juga menyukai