Anda di halaman 1dari 7

TUGAS HI TIMUR TENGAH KONFLIK TIMUR TENGAH (Turunnya rezim pemerintahan Husni Mubarak)

Disusun oleh: Zenia Nindita 151080054/C

JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN YOGYAKARTA 2011

Beri satu contoh konflik tentang Timur Tengah yang kian meruncing karena adanya intervensi kepentingan Negara besar di Negara tersebut! Uraikan dan analisis

KONFLIK MESIR Konflik anti pemerintah oleh rakyat yang menuntut turunnya Presiden Husni Mubarak terinspirasi oleh adanya hal serupa yang terjadi di Tunisia. Perencana aksi menyebut aksi ini sebagai hari revolusi melawan penyiksaan, korupsi dan pengangguran. Aksi yang menurut rencana akan digelar di Kairo digalang melalui situs jejaring sosial Facebook. Sekitar 80.000 orang pengguna Facebook menyatakan akan ikut serta dalam aksi itu. Mesir memiliki masalah sosial dan politik yang kurang lebih sama seperti yang dihadapi Tunisia. Kenaikan harga pangan, tingkat pengangguran tinggi dan korupsi menjadi masalah utama di Mesir. Demonstrasi massa ini memprotes kepemimpinan Mubarak di Tahrir Square sejak 25 Januari 2011 lalu dan berhasil menumbangkannya pada 12 Februari 2011. Pada 1 Februari, Mubarak akan menggelar pemilu presiden pada bulan September. Ia pun menjanjikan amandemen konstitusi. Tetapi, para demonstran terus menekannya untuk mundur secepatnya. 10 Februari beredar rumor bahwa Mubarak akan mundur. Puncaknya, Wakil Presiden Omar Suleiman mengumumkan mundurnya Mubarak melalui televisi nasional Mesir dan menyerahkan kekuasaannya kepada militer. Aksi ini diikuti oleh rakyat yang pro dan anti dengan pemerintahan Mubarak. bentrokan pecah antara pendukung Presiden Mesir Hosni Mubarak dengan kubu anti pemerintah. Bentrokan ini adalah peristiwa terburuk sepanjang demonstrasi sembilan hari menuntut Mubarak mundur. Massa pro Mubarak itu muncul setelah Presiden yang telah berkuasa hampir tiga dekade itu menolak mundur. Dalam pidatonya, Mubarak akan meletakkan jabatan pada September mendatang, atau bertepatan saat Pemilu. Dia berjanji, tak akan ikut lagi dalam bursa calon presiden. Bentrokan dua kubu pro dan kontra berlangsung brutal. Massa antipemerintah yang bermodal kayu dan batu, berhadapan dengan massa pro-Mubarak yang diduga bersenjata lebih mematikan. Massa pro-Mubarak bahkan membawa kuda dan unta. Ada pula yang melempari bom molotov, dan blok beton.

Ribuan pendukung Mubarak juga mempersenjatai diri dengan tongkat dan pisau saat memasuki alun-alun. Letusan senjata terjadi ketika bentrokan-bentrokan itu terjadi, korban-korban pun berjatuhan. Ribuan orang mengalami luka-luka. Banyak yang menduga massa pro-Mubarak adalah aparat keamanan berbaju preman. Informasi mengejutkan ini dilansir situs berita Al Jazeera. Dari kartu identitas yang disita masa antipemerintah dari massa pro Mubarak, diketahui kartu itu adalah tanda keanggotaan dari kepolisian setempat. Kementerian Luar Negeri Indonesia juga mendapat informasi dari Kedutaan Besar RI di Mesir bahwa ada dugaan massa propemerintah itu adalah aparat keamanan. Di anatara mereka, ada pula yang berasal dari Partai Demokratik Nasional, partainya Mubarak. Peristiwa lain juga terjadi. Massa pro-Mubarak menyerang beberapa wartawan di jalanjalan Kairo. Tak hanya wartawan lokal menjadi sasaran. Jurnalis asing juga menjadi target serangan pendukung Mubarak. Seperti dilansir Stasiun Berita CNN Rabu, 2 Februari 2011, seorang wartawan Belgia ditahan. Jurnalis Belgia ini dipukuli dan dituduh sebagai mata-mata oleh pendukung rezim Mubarak. Wartawan Belgia itu dianiaya di pusat kota Kairo, Choubra. Seorang wartawan Mesir juga menjadi sasaran pengeroyokan beberapa jam setelah ada insiden penangkapan di Lapangan Tahrir. Penyerangan juga dialami jurnalis dari BBC, ABC News dan CNN. Di antara mereka yang menjadi korban adalah wartawan CNN Anderson Cooper dan Hala Gorani. Serangan ini sontak mengundang perhatian dunia internasional. Kelompok jurnalis internasional menuding serangan-serangan kepada sejumlah wartawan itu dilakukan pemerintah yang masih berkuasa. Aksi sejuta massa yang berlangsung kemarin dipicu pernyataan Mubarak yang menolak mundur. Presiden berusia 82 tahun itu menyatakan tak berkenan mencalonkan diri lagi pada September 2011. Atas respons pidato itu, massa penentang Mubarak kian geram. Massa bersikukuh, Mubarak turun. Massa pun memasang tenggat waktu. Jumat 4 Februari lalu, adalah waktu terakhir bagi Mubarak untuk lengser. Di Amerika, Gedung Putih menangkap sinyal dari demonstran yang menginginkan segera dibentuk pemerintahan sementara. Selain menuntut Mubarak turun, massa juga menginginkan adanya perubahan konstitusi.

Washington yang menjadi sekutu dekat Kairo sejak tiga dekade terakhir berubah haluan. Amerika mengarahkan segera dibentuk pemerintahan transisi. Pemerintahan sementara ini diharapkan diisi oleh unsur gabungan dari partai oposisi dan rezim yang kini masih berkuasa. Pemerintahan transisi dari dua komposisi besar itu juga disarankan menulis ulang konstitusi Mesir. Dan yang paling digaris bawahi yakni, partai oposisi diberi kesempatan mengusulkan aturan terbaru agar bisa andil dalam Pemilu nanti. "Perubahan itu diperlukan sekarang," kata juru bicara Gedung Putih Robert Gibbs. Desakan itu ditolak Mesir. Kementerian Luar Negeri Mesir menentang tekanan Amerika untuk melakukan transisi politik. Bahkan, Kementerian Luar Negeri menuding Amerika telah memprovokasi, dan memperkeruh situasi dalam negeri Mesir. "Pihak asing menghasut situasi internal di Mesir," tulis keterangan resmi Kementerian Luar Negeri Mesir, pada Rabu 2 Februari 2011. Mubarak menunjuk seorang Wakil Presiden yakni Omar Suleiman. Penumjukan wakil ini merupakan kali pertama selama Mubarak berkuasa. Namun ribuan warga terus menentang dan mendesak tentara untuk bergabung dalam demonstrasi memaksa Mubarak turun dari kekuasannya. Menurut berbagai perkiraan sekitar 100 orang telah tewas selama seminggu demonstrasi di Mesir. Sumber-sumber medis mengatakan sedikitnya 1.030 orang terluka di Kairo, termasuk di antaranya tiga petugas polisi Kairo. Lebih dari sepekan didemo rakyatnya, pada Rabu 1 Februari 2011 Mubarak kembali memberikan pernyataannya. Presiden dengan kekayaan lebih dari Rp 300 triliun menyatakan tidak akan mencalonkan diri dalam pemilu Mesir pada September 2011 nanti. Mubarak mengatakan, dirinya ingin mengakhiri jabatannya sebagai Presiden Mesir dalam suasana damai, tanpa kekerasan. "Saya menginginkan suasana damai dalam transisi kepemimpinan di Mesir," ujar Mubarak yang dipancarluaskan lewat media televisi. Pernyataan ini masih tidak membuat publik puas. Yang mereka tuntut adalah pengunduran diri Mubarak saat ini juga. Demontrasi terus berlanjut di lapangan Tahrir, pusat kota Kairo, hingga akhirnya massa mengepung istana kepresidenan. Bahkan saat istana dikepung, sang presiden beserta keluarga dikabarkan telah meninggalkan Kairo. Massa pun tetap pada tuntutannya, mereka terus meneriakkan agar

mubarak lengser. Hingga pada malam harinya tuntutan mereka bisa tercapai, Wakil Presiden Mesir Omar Suleiman akhirnya mendeklarasikan kemunduran Mubarak sebagai presiden di Mesir. "Hari ini Hosni Mubarak memutuskan untuk mundur dari jabatannya sebagai Presiden Mesir," ujar Sulaiman saat pengumumankan pengunduran diri Mubarak. Dengan mundurnya orang nomor satu di Mesir ini segera disambut gegap gempita dari seluruh penjuruh Mesir. Kurang lebih 20 juta warga Mesir merayakan kemenangan atas mundurnya rezim Mubarak. Mundurnya Mubarak ini sekaligus membuat vacuum of power di negara piramid itu. Majelis militer Mesir pun dikabarkan mengambil alih tanggung jawab pemerintahan sementara yang ditinggalkan Mubarak.

ANALISIS Ketidakpuasan rakyat Mesir terhadap Mubarak ini bukan hanya dilator belakangi oleh kebijakannya yang otoriter dan dan sarat akan KKN. Namun juga karena sifatnya yang gemar menumpuk uang dan kekayaannya, sementara rakyat Mesir tengah dilanda kemiskinan dan krisis pangan. Selain itu Mubarak juga dianggap sebagai sekutu AS dan Israel di Timur Tengah. Mubarak menjadi Presiden Mesir selama 30 tahun. Sebagai pemimpin beliau dianggap orang yang paling berkuasa di wilayahnya. Dibawah Konstitusi Mesir 1971 Mubarak memiliki kuasa yang luas, banyak orang menganggap beliau seorang yang diktaktor meskipun cukup mooderat. Selama 30 tahun menjabat menjadi Presiden Mesir ini, Mubarak berhasil menguasai tiga fungsi utama rezim pemerintahan Mesir. Yang pertama ia berhasil menyejahterakan rakyat Mesir. Kedua, ia turut membela kepentingan AS dalam menjaga poin-poin kesepakatan dalam Perjanjian Camp David dimana Mesir tidak akan menyenrang Israel. Ketiga, ia juga berhasil menjaga kepentingan AS di Timur Tengah. Akan tetapi, kecenderungannya yang seolah-olah selalu membela ke[pentingan AS dan Israel inilah yang kemudian menumbuhkan sikap antipasti terpendsam dalam diri rakyat Mesir. Dalam tugas kedua dan ketiga Mubarak, dia berhasil menjalankannya dengan baik. Namun untuk menyejahterakan rakyatnya, Ia tidak dapat menjalankanya dengan baik. Dalam

sepuluh tahun terakhir, Mesir terus dirundung oleh kemiskinan, krisis pangan, dan pengangguran yang meningkat mencapai 15% sementara sekitar 40% penduduknya berada di bawah garis kemiskinan. Beberapa media asing menyatakan bahwa rakyat Mesir menjerit kelaparan sementara sebagian besar pemudanya tidak dapat menikah hanya karena tidak dapat menyewa apartemen karena alas an ekonomi. Sementara di sisi lain, Mubarak semakin mengeruk harta kekayaan. Tercatat kekayaan Mubarak tersebar di Swiss, Inggris, dan AS. Disamping itu property-properti Mubarak juga banyak terdapat di Inggris, Los Angeles, Washington, dan New York. Selama masanya, ia berhasil membuat Mesir stabil. Namun hal itu dilakukan dengan cara yang tidak benar. Mubarak cenderung membuat hubungan yang baik dengan Negara barat dan Israel. Rezim Mubarak terkenal akan kediktaktoranya. Salah satu skandal dan konspirasinya dengan AS adalah ketika Israel mengepung jalur Gaza. Ketika rakyat Palestina di Gaza menderita kelaparan dan kekurangan bahan obat. Mubarak malah bersikukuh untuk tidak membuka Gerbang Rafah yang merupakan satu-satunya pintu masuk yang menghubungkan Jalur Gaza dengan Mesir. Peristiwa itu cukup membuktikan bahwa Mubarak merupakan benar-benar antek AS yang ada di Timur Tengah. Karena cukup jelas ia membela kepentingan AS disana.

SUMBER : Cahyo, Agus N. 2011. Tokoh-Tokoh Dunia yang Paling Dimusuhi Amerika dan Sekutunya. Yogyakarta : DIVE Press Burdah, Ibnu. 2008. Konflik Timur Tengah Aktor Isu dan Dimensi Konflik. Yogyakarta : Tiara Wacana Eramuslim.com Indonesian.irib.ir

Anda mungkin juga menyukai