Anda di halaman 1dari 5

200 KK di Tunbaun Rindukan Listrik KUPANG-Fajar Bali Sebanyak 200 kepala keluarga (KK) di desa Tunbaun Kecamatan Amarasi

Barat Kabupaten Kupang kini tengah merindukan nyala listrik. Pasalnya, sejak belasan tahun silam, wilayah itu belum tesentuh listrik. Pimpinan Desa (pimdes) Partai Golkar Desa Tunbaun Lukas Obehetan kepada Fajar Bali di Kupang, Selasa (18/10/2011) mengatakan, sudah berulang-ulang kali ia dan seluruh warga desa itu membuat usulan ke pemerintah Kecamatan dan kabupaten Kupang bahkan ke PLN namun hingga kini usulan itu tidak pernah terjawab. Hamir sudah belasan kali kami meminta pemerintah dan PLN untuk pasang jaringan tapi tidak pernah ada realisasi, katanya kesal. Ia menyatakan kekesalannya terhadap pemerintah Kabupaten Kupang dan manajemen PLN wilayah NTT karena menganggap wilyah itu bukan bagian dari Republik Indoensia yang seharusnya mendapat perlakuakn dan pelayanan pembangunan yang sama dengan wilayah lain. Dikatakannya, dahulu, listrik di desa Tunbaun tersambung dari desa Baumata namun lantaran bencana alam yang mengakibatkan instalasi listrik di wilayah itu menjadi macet namun dibiarkan telantar oleh PLN. Keluhan lain juga datang dari tokoh muda Desa Tunbaun, Wilibrodus Obehetan. Ia mengatakan, ruas jalan menuju wilayah Tunbaun, sejak tahun 2000 hingga saat ini sulit dijangkau oleh kendaraan karena kondisi jalan yang rusak parah. Padahal, kata dia, wilayah Tunbaun merupakan kantong komoditi bagi warga Kota Kupang. Kami sulit memasarkan hasil kebun kami seperti pisang, kelapa dan buah-buahan lain karena kondisi jalan yang tidak bisa dilalaui kendaraan, katanya. Atas kondisi itu, Lukas dan Wilibrodus mengharapkan perhatian serius dari pemerintah dan PLN untuk memberikan fokus perhatian kepada wilayah itu untuk membangun jaringan jalan dan listri. Jika kedua fasilitas itu bisa dibangun, maka dengan sendirinya perekonomian warga akan meningkat. ***FB/laurens leba tukan

Pergantian Pimpinan DPRD Kabupaten Kupang Yang TerkatungKatung Secara Politik, Demokrat Dirugikan KUPANG-Fajar Bali Sebagai partai penguasa di ini Republik, Demokrat merasa dirugikan secara politik ketika proses pergantian pimpina DPRD Kabupaten Kupang yang hingga kini belum berujung. Sejak Kabupaten Sabu Raijua dimekarkan dari induknya Kabupaten Kupang setahun silam, yang berimbas pada berkurangnya jumlah kursi Partai Hanura di DPRD Kabupaten Kupang mestinya, proses pergantian pimpinan DPRD setempat dari Partai Hanura ke Partai Demokrat langsung dilakukan lembaga itu. Namun, lantaran masih ada upaya hukum lanjutan dari Anthony Natun, ST yang melakukan uji materil di Mahkamah Konstiusi maka proses pergantian posisi wakil Ketua DPRD kabupaten Kupang pun menjadi jalan-jalan ditempat. Ketua DPC Partai Demokrat Kabupaten Kupang Matheos Liu, SE kepada Fajar Bali di Kupang, Selasa, (18/10/2011) menegaskan, secara politik Partai Demokrat sudah dirugikan oleh lembaga DPRD dan pemerintah Kabupaten Kupang. Pasalnya, secara riil politik, Partai Demokrat yang berhak menjadi pimpinan DPRD kabupaten Kupang karena memiliki jumlah kurrsi lebih banyak dibandingkan Partai Hanura yang sebelumnya memiliki 4 kursi kini berkurang menjadi 3 kursi lantaran satu kursi harus dipindahkan ke DPRD kabupaten Sabu Raijua. Secara pribadi dan kepartaian, kami menyerahkan sepenuhnya kepada apa yang bakal diputuskan Gubernur NTT terhadap usulan pergantian pimpinan itu, katanya.***FB/laurens leba tukan

Wujudkan NTT Sebagai Provinsi Ternak Tiap Tahun 1 Juta Ekor Ternak Dikirim Ke Luar NTT KUPANG-Fajar Bali Gubernur NTT Drs. Frans Lebu Raya punya tekad spektakuler, mengembalikan NTT sebagai provinsi ternak. Provinsi ternak adalah

salah satu dari empat tekad yang diperjuangkan pemerintah provinsi NTT. Sejak diberi kepercayaan penuh oleh rakyat untuk memimpin provinsi kepulauan itu pada 2008 silam, Frans Lebu Raya punya empat tekad besar yakni menjadikan NTT sebagai provinsi ternak, provinsi jagung, provinsi koperasi, dan provinsi cendana. Kepala Dinas Peternakan Provinsi NTT Ir. Semuel Rebo kepada Fajar Bali di Kupang, Selasa (18/10/2011) mengatakan, NTT selama ini dikenal sebagai daerah yang mensuplai ternaka potong untuk konsumsi nasional terutama untuk wilayah DKI Jakarta dan Jawa Barat, bahkan kini, ternak NTT sudah dikirim ke Kalimantan Timur. Semuel Rebo mengatakan, saban tahun, provinsi NTT mengirim ternak keluar NTT mencapai 40-50 ribu ekor sapi potong. Namun, kata dia, jumlah itu sesungguhnya masih dibawah kebutuhan ternak potong nasional. Secara nasional kita masih datangkan dari luar negeri yaitu Asutralia, katanya. Dengan kondis itu, kata dia, merupakan peluang bagi NTT untuk terus meningkatkan dan memenuhi kebutuhan ternak potong nasional itu. Untuk mencapai tekad menjadikan NTT sebagai provinsi ternak, Rebo mengatakan, pihaknya membidik parameter teknis. Kalau berdasarkan hitungan kami, populasi sapi 1,8-1,9 persen per tahun. Angka itu pun bersih setelah dikurangi kematian ternak, pemotongan lokal, dan pemotongan tidak tercatat, katanya. Sehingga untuk mewujudkan NTT sebagai provinsi ternak, katanya, ia dan jajarannya terus menerus mendorong dan memfasilitasi masyarakat NTT untuk berani meningkatkan jumlah populasi ternak. Ia pun mematok target akan ada penambahan ternak diatas 5 persen. Sehingga kalau kita kalkualsikan dengan poluasi ternak yang ada, tagret kami di tahun 2014 mencapai 750 ribu hingga 1 juta seperti yang ditargetkan pak gubernur, katanya optimis. Rebo mengakui, hingga kini pihaknya belum mendapatkan jumlah resmi populasi ternak di NTT setelah dilakukan sensus oleh Badan Pusat Statistik NTT. Namun, berdasarkan perhitungan sementara, pihaknya optimis, jumlah populasi ternak di NTT saat ini mencapai 600 ribu ekor ternak besar diantaranya sapi dan kerbau. Ribu. Malahan, saya yakin

hasil BPS itu jauh lebih besar dari angka itu, karena ada peningkatan sikginifikan, jelasnya. Ia menambahkan, dengan terus digalakan partisipasi masyarakat untuk berternak oleh pemerintah provinsi NTT, masyarakatpun terlihat sangat antusias. Bahkan, kata dia, dalam program Desa Mandiri Anggur Merah yang dicetuskan Gubernur NTT Frans Lebu Raya, pada 287 desa di seluruh kecamatan se NTT, dengan masing-masing Rp 250 juta, 60 persenya dimanfaatkan untuk berternak. Para kelompok penerima dana itu memanfaatkan untuk berternak sapi dan kerbau, juga untuk ternak kecil dan unggas, katanya. Rebo juga mengatakan, langkah konkrit lain yang dilakukan antara lain melakukan penjaringan terhadap ternak betina produktif. Bahkan, peternakan di NTT mendapat dukungan tambahan dana dari Kementrian Pertanian sebesar Rp 85 Miliar untuk penyelamatan sapisapi betina produktif. Kita jaring sapi betina produktif karena dulu, banyak sapi betina itu dijual untuk dipotong, kami beli lalau dikembalikan ke masyarakat sehingga menambah popualsi sapi produktif untuk meningkatkan angka kelahiran sapi, katanya. Tidak hanya itu, Rebo menambahkan, pihaknya juga memberikan fokus pada pengendalian terhadap penyakit. Ia terus berupaya untuk menekan sedini mungkin kematian pada ternak dengan secara rutin dan teratur melakukan vaksinasi . Dengan bantuan dana itu, Rebo optimis akan menyelamatan sapi betani produktif mencapai 1500 ekor sapi betina prodiuktif yang akan terancam dipotong. Dana itu, kata dia, disaliurkan melalui rekening kelompok dan selanjutnya dibeli sendiri oleh masyarakat dalam kelompok itu dengan dana Rp 85 miliar itu. Dana itu, selain diperuntukan bagi penyelamatan ternak betina produktif, juga disisihkan Rp 15 miliar untuk dana insentif bagi ternak betian bunting. Jadi masyarakat yang punya sapi betina yang buting akan dikasi insentif Rp 500.000/ekor. Ini kita dorong masyarakat agar menjaga sapinya yang sedang bunting hingga melahirkan dengan dana itu, katanya.

Rebo malah berupaya agar waktu lahir dari yang 18 bulan bisa menjadi menjadi 14 bulan. Ia mengakui, yang menjadi kendala dalam mengembangkan ternak di NTT adapada pakan jika memasuki musim kemarau. Kita terus melakukan sosialisai untuk peternakan kita agar memanfaatkan kelebihan makanan pada musim hujan untuk dipanen dan disimpan dan digunakan pada musim kemarau, katanya. Soal pemetaan wilayah poulasi ternak di NTT, rebo merincikan, konsentrasi ternak besar tersebar ada di daratan Timor yang mencapai lebih dari 400.000 ekor ternak besar, wilayah Sumba mencapai lebih dari 50.000 ekor. Sedangkan untuk daratan Flores dan pulau-pulau lainnya itu menyebar. Sedangkan ternak kecil itu merata di setiap daerah, katanya. Dijelaskan, ternak babi di NTT saat ini mencapai 1, 5 juta ekor, kambing sekitar 500.000 ribu ekor, dan kerbau 150 ribu keor. Dengan populasi kerbau itu, menempatkan NTT sebagai provinsi tertas jumlah ternak kerbau. Hanya kita masih kurang perhatian kepada ternak kerbau, karena kita lebih fokus pada sapi. Kita juga sedang upayakan penyelamatan itu tidak hanya sapi tetapi juga kerbau, ujarnya.***FB/ laurens leba tukan

Anda mungkin juga menyukai