Anda di halaman 1dari 10

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini dunia pendidikan dihadapkan pada tantangan yang
mengharuskan mampu melahirkan sumber daya manusia (SDM) yang dapat
memenuhi tuntutan global. Sebab pendidikan merupakan suatu wadah kegiatan
yang berusaha untuk membangun masyarakat dan watak bangsa secara
berkesinambungan yaitu membina mental, rasio, intelektual dan kepribadian
dalam rangka membentuk manusia seutuhnya. Oleh karena itu pendidikan harus
melibatkan tiga unsur sekaligus yakni antara pengajar, peserta didik, dan realitas
dunia (Suyatno, 2009: 5).
Menurut UUSPN No. 20 tahun 2003 menyatakan bahwa pendidikan
nasional berIungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa. Pendidikan pada akhirnya harus diajukan pada upaya mewujudkan sebuah
masyarakat yang ditandai adanya keluhuran budi dalam diri individu, keadilan
dalam Negara, dan sebuah kehidupan yang lebih bahagia dan saleh dari setiap
individunya (SyaiIul, 2008: 11). Guru yang merupakan bagian dari suatu sistem
pengajaran nasional mempunyai berbagai tugas. Tugas utama dan terpenting yang
menjadi tanggung jawab guru adalah merangsang dan membimbing proses belajar
siswa, sehingga nantinya akan tercapai suatu masyarakat yang modern yang
dicita-citakan bangsa. Dalam pendidikan memiliki tujuh komponen atau Iaktor
yang menentukan yaitu tujuan pendidikan, materi pelajaran, kegiatan belajar

2

mengajar (pendidik dan peserta didik), metode, media, sumber belajar, dan
evaluasi (Sobry, 2009: 35-40).
Saat ini kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) telah memberikan
suatu kewajiban dalam usaha meningkatkan kualitas pendidikan, yaitu dengan
cara memberikan kebebasan untuk para pendidik berinovasi dalam kegiatan
belajar mengajar. Hal ini merupakan langkah dari usaha untuk mewujudkan niat
baik pembukaan undang-undang dasar yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.
Sebagai pendidik diwajibkan untuk memperbaiki pola-pola dalam pembelajaran
dalam membangkitkan minat peserta didik dan meningkatkan hasil belajarnya.
Pada hakekatnya matematika sebagai salah satu ilmu eksak
mengharuskan para siswa benar-benar mengerti dan menguasai materi. Karena
alasan inilah sebagian besar siswa mengambil kesimpulan bahwa matematika
merupakan mata pelajaran yang sulit, sukar dipahami, dan tidak sedikit siswa
SMP Negeri 21 Pontianak yang menjadikan matematika pelajaran yang ditakuti
jika dibandingkan dengan mata pelajaran yang lain. Hal ini diketahui dari keluhan
beberapa siswa. Menurut salah satu siswa SMP Negeri 21 Pontianak kelas IXE
yaitu Risma Oktaviani, terdapat beberapa alasan yang menyebabkan kurang
disukainya matematika, diantaranya adalah cara penyampaian materi yang kurang
menarik, kurangnya konsentrasi siswa dalam menerima pelajaran, kurangnya
latihan yang diberikan guru.
Selain itu berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru
matematika di SMPN 21 Pontianak pada tanggal 28 Februari 2011 di peroleh
inIormasi bahwa dalam proses belajar mengajar terkadang siswa sangat sulit
dilibatkan secara langsung untuk memenuhi tujuan dari pembelajaran. Sehingga

3

hasil belajar siswa rendah pada materi dimensi tiga pokok bahasan limas. Selain
itu ditunjang dengan nilai rata-rata hasil ulangan siswa dikelas VIII A dan VIII B
masing-masing diperoleh rata-rata hasil belajar lebih dari 62 berada dibawah
kriteria ketuntasan minimal sekolah tersebut yaitu 6,00 pada tahun ajaran
2009/2010 di SMP Negeri 21 Pontianak.
Dalam pembelajaran matematika secara biasa yang dilakukan oleh guru,
siswa sering diposisikan sebagai orang yang hanya menunggu dan menyerap apa
yang diberikan guru, akibatnya siswa pasiI sementara gurulah yang aktiI.
Pembelajaran dilakukan kurang memperhatikan aspek kemampuan siswa dan
sejauh mana pembelajaran dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan
pemahaman dan penalaran berpikir siswa. Hal ini juga diperkuat dengan hasil
pengamatan selama pelaksaan Program Pengalaman Lapangan (PPL) kurang lebih
selama 6 bulan. Pembelajaran yang terlaksana di kelas cenderung masih berpola
biasa yaitu pendekatan deduktiI. Dimana pendekatan deduktiI lebih melibatkan
guru secara aktiI dalam membimbing siswa.
Gambaran permasalahan-permasalahan diatas perlu diperbaiki guna
meningkatkan perhatian, pemahaman dan hasil belajar siswa. Salah satunya
adalah melalui pendekatan 'AIR (Auditori Intelektual Repetisi). Unsur-unsur
pendekatan AIR adalah Auditori (Belajar dengan berbicara dan mendengar),
Intelektual (Belajar dengan memecahkan masalah dan merenung) dan Repetisi
(Belajar dengan mengulang berupa pemberian tugas)
Pembelajaran matematika dengan pendekatan AIR bisa optimal jika
ketiga unsur AIR ada dalam satu peristiwa pembelajaran matematika. Hal ini
didukung pula oleh Meier (2009: 91) bahwa pembelajaran akan memberikan hasil

4

yang maksimal jika ada penggabungan antara gerakan Iisik dan aktivitas
intelektual sehingga lebih banyak indera yang terlibat. Dalam kelas setiap siswa
memiliki kecenderungan yang lebih menonjol untuk masing-masing gaya belajar
pada setiap unsur dalam AIR, misalnya membicarakan atau mendiskusikan apa
yang mereka pelajari dengan presentasi (Auditori), memikirkan dan mengambil
kesimpulan atau inIormasi yang mereka peroleh untuk diterapkan
dalammenyelesaikan soal-soal (Intelektual), serta mengulang dengan mengerjakan
soal-soal tersebut (Repetisi). Dengan adanya perbedaan gaya belajar antara satu
siswa dengan siswa yang lainnya, guru perlu memikirkan cara untuk
menyampaikan materi pelajaran agar materi tersebutdapat diserap dengan baik
oleh seluruh siswa saat pembelajaran.
Dengan pendekatan AIR, siswa yang memiliki kecenderungan gaya
belajar auditori, intelektual dan repetisi dapat saling melengkapi dalam proses
pembelajaran dengan memanIaatkan gaya belajar yang menonjol dalam dirinya.
Dengan pendekatan AIR pula, siswa diajak terlibat langsung untuk menggunakan
pengetahuan awal yang dimilikinya untuk memahami materi dan memecahkan
berbagai masalah sehingga pembelajaran berorientasi pada siswa,sehingga dapat
saling bekerja sama dan terlibat secara langsung.
Dari hasil penelitian Alhamidi (2006) mengenai 'Upaya Meningkatkan
Kreativitas Matematik Siswa Melalui Model Pembelajaran Auditory Intellectually
Repetition (AIR) (Penelitian Tindakan Kelas terhadap Siswa Kelas XI SMKN 12
Bandung pada Pokok Bahasan Geometri Dimensi Dua) disimpulkan bahwa
pembelajaran dengan menggunakan model AIR dapat meningkatkan kreativitas

5

dan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari pencapaian rata-rata nilai tes
subsumatiI dan ketuntasan belajar siswa kelas XI SMKN 12 Bandung.
Dari sini peneliti berasumsi bahwa pembelajaran melalui pendekatan
AIR dapat membuat proses pembelajaran menjadi lebih eIektiI dan sekaligus
dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika. Namun
asumsi peneliti tersebut memerlukan adanya pembuktian melalui serangkaian
kegiatan penelitian yang sistematis.
Dari latar belakang diatas dan melihat berbagai permasalahan serta
konsep yang ditawarkan pembelajaran melalui pendekatan AIR, maka penulis
tertarik untuk mengangkat permasahan diatas dengan judul 'Penerapan
Pendekatan Auditory Intellectually Repetition (AIR) Pada Materi Dimensi Tiga di
Kelas VIII SMP Negeri 21 Pontianak.
B. Masalah Penelitian
Adapun masalah dalam penelitian ini adalah 'Bagaimana Pengaruh
Pendekatan Auditory Intellectually Repetition (AIR) terhadap Hasil Belajar Siswa
Pada Materi Limas di SMP Negeri 21 Pontianak.
Masalah umum ini diuraikan lagi dalam sub-sub masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah hasil belajar siswa di kelas VIII SMP Negeri 21 Pontianak
menggunakan pembelajaran dengan pendekatan 'AIR pada materi limas?
2. Bagaimanakah hasil belajar siswa di kelas VIII SMP Negeri 21 Pontianak
menggunakan pembelajaran biasa pada materi limas?

6

3. Apakah terdapat perbedaan yang signiIikan antara hasil belajar siswa di
kelas VIII SMP Negeri 21 Pontianak menggunakan pembelajaran dengan
pendekatan 'AIR pada materi limas dengan pembelajaran biasa?
4. Seberapa besar eIektiIitas pembelajaran dengan pendekatan 'AIR pada
materi limas di kelas VIII SMP Negeri 21 Pontianak?
. Tujuan Penelitian
Secara umum, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana
pengaruh pendekatan Auditory Intellectually Repetition (AIR) ditinjau dari hasil
belajar siswa pada materi limas di SMP Negeri 21 Pontianak. Berdasarkan sub
masalah yang telah dirumuskan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui hasil belajar siswa di kelas VIII SMP Negeri 21 Pontianak
menggunakan pembelajaran dengan pendekatan 'AIR.
2. Mengetahui hasil belajar siswa di kelas VIII SMP Negeri 21 Pontianak
menggunakan pembelajaran biasa.
3. Mengetahui perbedaan yang signiIikan antara hasil belajar siswa di kelas
VIII SMP Negeri 21 Pontianak menggunakan pembelajaran dengan
pendekatan 'AIR pada materi limas dengan pembelajaran biasa.
4. Mengetahui seberapa besar eIektivitas pembelajaran dengan pendekatan
'AIR pada materi limas di kelas VIII SMP Negeri 21 Pontianak.
D. Manfaat Penelitian
Beberapa manIaat yang diharapkan dari penilitian ini antara lain:
1. Bagi peneliti
a. Memperoleh ilmu dan pengalaman baru.

7

b. Meningkatkan kemampuan peneliti dalam berpikir objektiI dan
ilmiah dalam menerapkan disiplin ilmu yang telah diperoleh selama
menempuh perkuliahan untuk diterapkan pada pembelajaran
matematika di sekolah.
c. Dapat menggunakan lebih lanjut pengajaran yang menggunakan
pendekatan Auditory Intelectually Repetition (AIR) dalam
pembelajaran matematika.
2. Bagi guru
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada guru
sebagai salah satu alternatiI dalam pembelajaran sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
3. Bagi siswa
Memudahkan siswa dalam memahami konsep-konsep matematika
yang abstrak dan meningkatkan kompetensi siswa khususnya pada
materi limas yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar.
4. Bagi sekolah
Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan pihak sekolah dalam
optimalisasi peran dan pemberdayaan sekolah khususnya dalam
melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
E. Variabel Penelitian
Menurut Sugiyono (2009: 61) variabel penelitian adalah suatu atribut
atau siIat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik

8

kesimpulannya. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Variabel Bebas
Menurut Sugiyono (2009: 61) variabel bebas adalah variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya
variabel dependen (variabel terikat).
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah:
a. Pembelajaran dengan pendekatan AIR.
b. Pembelajaran biasa.
2. Variabel terikat
Menurut Sugiyono (2009: 61) variabel terikat adalah variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa setelah
diberikan pembelajaran dengan pendekatan AIR dan hasil belajar siswa
setelah diberikan pembelajaran biasa.
3. Variabel Kontrol
Variabel kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan
sehingga hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat tidak
dipengaruhi Iaktor luar yang tidak diteliti (Sugiyono, 2009: 64). Varibel
kontrol dalam peneltian ini adalah:
a. Jumlah jam mengajar yaitu 3 x 40 menit dalam 1kali pertemuan.
b. Guru yang mengajar yaitu peneliti.
c. Materi yang diajarkan yaitu limas.


9

. Hipotesis Penelitian
Sugiyono (2009: 96) menyatakan bahwa hipotesis adalah jawaban
sementara terhadap masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah
dinyatakan dalam bentuk kalimat-kalimat pertanyaan. Berdasarkan latar belakang
dan teori yang yang ada hipotesis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
terdapat perbedaan yang signiIikan antara hasil belajar siswa yang diajarkan
melalui pembelajaran dengan pendekatan Auditory Intellectually Repetition (AIR)
dengan hasil belajar siswa yang diberikan pembelajaran biasa pada materi limas di
kelas VIII SMP Negeri 21 Pontianak.
. Defenisi Operasional
Agar terdapat kesatuan persepsi antara pemabaca dengan apa yang
dimaksud peneliti, maka perlu dibuat deIenisi operasional yang digunakan dalam
penelitian ini sehingga yang dibahas akan menjadi lebih jelas.
1. Auditory Intellectually Repetition (AIR)
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan AIR adalah: auditory yang
bermakna bahwa belajar haruslah dengan melalui mendengarkan,
menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan pendapat,
dan menanggapi, intellectually yang bermakna bahwa belajar haruslah
menggunakan kemampuan berpikir(minds-on) belajar haruslah dengan
konsentrasi pikiran dan berlatih menggunakannya melalui bernalar,
menyelidiki, mengidentiIikasi, menemukan dan menerapkan dan repetition
merupakan pengulangan yang bermakna pendalaman, pemantapan dengan
cara siswa dilatih melalui pemberian tugas atau kuis.

10

2. Pembelajaran dengan pendekatan AIR
Pembelajaran dengan pendekatan AIR menempatkan siswa sebagai pusat
perhatian utama dalam kegiatan pembelajaran melalui tahapan Auditory,
Intellectually, dan Repetiton. Dalam pembelajaran dengan pendekatan AIR
siswa diberikan kesempatan secara aktiI dan terus menerus membangun
sendiri pengetahuannya secara personal maupun sosial sehingga terjadi
perubahan konsep menjadi lebih rinci dan lengkap.
3. Pembelajaran biasa
Pembelajaran biasa adalah pembelajaran yang sering digunakan selama
kegiatan belajar mengajar di sekolah yaitu dengan pendekatan deduktiI.
Pembelajaran dengan pendekatan deduktiI menekankan pada guru
mentransIer inIormasi atau pengetahuan. Contoh urutan pembelajaran: (1)
deIinisi disampaikan; dan (2) memberi contoh, dan beberapa tugas mirip
contoh dikerjakan siswa dengan maksud untuk menguji pemahaman siswa
tentang deIinisi yang disampaikan.
4. Materi Limas
Limas adalah bangun ruang yang dibatasi oleh sebuah bidang segi banyak
sebagai sisi alas dan sisi-sisi tegak berbentuk segitiga. Adapun materi dalam
penelitian ini adalah menentukan luas permukaan dan volume limas.
5. Hasil belajar
Hasil belajar dalam penelitian ini merupakan skor yang diperoleh siswa
setelah ia diberikan pembelajaran dengan pendekatan Auditory Intellectually
Repetition (AIR) pada materi limas.

Anda mungkin juga menyukai