Anda di halaman 1dari 5

BAB II

TIN1AUAN PUSTAKA
Resin akrilik polimetil metakrilat (PMMA) telah digunakan secara luas di bidang kedokteran gigi, tidak hanya
untuk basis gigi tiruan tetapi juga bahan restorasi gigi tiruan dan pemakaian lain. Resin akrilik merupakan bahan yang
paling banyak digunakan sebagai basis gigi tiruan. Resin akrilik banyak digunakan karena memenuhi syarat klinis sebagai
bahan basis gigi tiruan, antara lain : kekuatan dan kelenturan yang cukup, dimensi stabil dan akurat, lebih dapat diterima
oleh jaringan sebagai bahan basis gigi tiruan (Craig, 1993).
Menurut Phillips (1991), resin akrilik banyak digunakan sebagai bahan basis gigi tiruan karena mempunyai
beberapa siIat yang menguntungkan, yaitu dari segi estetik cukup baik yang ditandai dengan warna yang menyerupai
gingival, mudah diolah dan mudah dipreparasi, harganya relatiI murah, tidak mempunyai rasa dan bau, berat jenis rendah,
dan mempunyai kekuatan yang adekuat.
Pada umumnya resin akrilik tersedia dalam bentuk bubuk dan cairan. Bubuk resin akrilik mengandung : (1)
polimer, yaitu poly (methyl methacrylate), (2) initiator, yaitu ben:oil peroksida 0,5 1,5 dan (3) pigmen, yaitu
mercuric sulfide, cadmium sulfide, cadmium selenide, ferric oxide, carbon black. Sedangkan cairan resin akrilik
mengandung : (1) monomer, yaitu methyl methacrilate, (2) inhibitor, yaitu hidroquinon 0,003 0,1 , (3) cross linking
agent, yaitu ethylene glycoldimethacrylate 10 (Craig & Powers, 2002).
Untuk mendapatkan konsistensi yang baik, maka perbandingan polimer dan monomer harus benar, yaitu 3:1 dalam
ukkuran volume atau 2:1 dalam ukuran berat. Campuran polimer dan monomer resin akrilik akan membentuk suatu
adonan dengan konsistensi tertentu melalui beberapa Iase, yaitu : (1) mula-mula terbentuk campuran yang menyerupai
pasir basah, disebut sandy stage, (2) bahan mulai merekat begitu polimer mulai larut di dalam monomer, konsistensi
macam ini disebut stringly stage, (3) bahan tidak lagi merekat di dinding mangkok porselen, disebut dough stage dan ini
merupakan stadium yang cocok untuk memasukkan bahan ke dalam cetakan, (4) bila campuran didiamkan terlalu lama,
maka akan menjadi karet dan kaku, disebut rubbery stage (Combe, 1986).
Menurut spesiIikasi American Dental Association (A.D.A) no 12 (1974) tentang persyaratan, prosedur dan
evaluasi bahan basis gigi tiruan, dinyatakan bahwa penggunaan bahan harus sesuai dengan petunjuk pabrik untuk
mendapatkan hasil yang memuaskan, tidak boleh porus dan bebas dari deIek permukaan, mengkilap setelah dipulas, tidak
toksik, warna spesiIik.

BAB III
TIN1AUAN PUSTAKA
RESIN AKRILIK
Resin akrilik adalah turunan etilen yang mengandung gugus vinil dalam rumus strukturnya. Dua kelompok resin
akrilik dalam kedokteran gigi yaitu kelompok turunan asam akrilik, CH2 CHCOOH, dan kelompok asam metakrilik
CH2 C(CH3)COOH. Kebanyakan Basis protesa di buat menggunakan resin poli (metil metaktilat). Resin akrilik terdiri
dari poli (metil metakrilat) yang berbentuk bubuk di sebut polimer, dan metil metakrilat yang berbentuk cairan disebut
monomer. Resin akrilik yang murni adalah tidak berwarna, transparan dan padat. Resin akrilik dapat di beri warna dengan
mudah. Secara teknis, resin akrilik diklasiIikasikan sebagai bahan termoplastik.
Resin akrilik terbentuk saat dicampur dengan cairan monomer metil metakrilat dan bubuk polimer poli (metil
metakrilat), dan campuran mengalami polimerisasi. Polimerisasi merupakan proses terbentuknya polimer, yaitu suatu
reaksi kimiawi yang menyusun banyak monomer menjadi suatu rantai yang mempunyai berat molekul besar. Mekanisme
polimerisasi resin akrilik adalah dengan reaksi adisi radikal bebas. Reaksi adisi adalah reaksi pemecahan ikatan rangkap.
Tahapan yang terjadi pada polimerisasi terdiri dari Tahap aktivasi, tahap inisiasi, tahap propagasi dan tahap terminasi.
Resin digunakan untuk dasar gigi tiruan, gigi tiruan, reline dan perbaikan prostesa, gigi palsu parsial. Resin juga
telah digunakan untuk retainer ortodontik dan perangkat removable gigi , pelindung mulut dari bruxism, mahkota gigi.
Resin akrilik yang murni adalah tidak berwarna, transparan dan padat. Resin akrilik dapat di beri warna dengan mudah.
Secara teknis, resin akrilik diklasiIikasikan sebagai bahan termoplastik.

2. AKRILIK POLIMERISASI PANAS
Akrilik polimerisasi panas sangat mirip dengan polimerisasi secara kimia. Perbedaan utama adalah bahwa tidak ada
activator kimia dalam cairan. Perbedaan kecil adalah bahwa inhibitor sedikit dalam cairan. inhibitor ini tidak diperlukan
untuk memberikan waktu bekerja. Inhibitor berIungsi sebagai preservatiI, bereaksi dengan mencegah polimerisasi radikal
bebas selama penyimpanan. System heat cure tediri dari bubuk / cair sama seperti polimerisasi secara kimia. Ketika resin
akrilik dicampur, resin akrilik akan melewati tahap-tahap awal yang sama dari proses pengaturan. Karena tidak ada
activator Kimia sehingga bahan campuran memerlukan jangka waktu dalam tahap adonan. Waktu bekerja lebih lama
untuk resin akrilik akrilik polimerisasi panas. Setelah materi dibentuk menjadi bentuk yang diinginkan material
dipanaskan dalam air. Panas merinci peroksida peroxide, membentuk radikal bebas. Polimerisasi hasil dengan mengubah
adonan menjadi bahan kaku. Hasil dari polimerisasi panas agak kuat dan lebih tangguh dari pada resin akrilik polimerisasi
secara kimia. ada dua system tertentu alasan perumusan bubuk /cair:
,pengolahan dimungkinkan dengan teknik adonan
-diminimalkan penyusutan polimerisasi
.pemanasan dari reaksi reduksi

Komposisi Bahan Resin Akrilik
Komposisi bahan resin akrilik heat cured pada dasarnya terdiri dari bubuk/powder dan cairan/liquid. Komposisi
bahan resin akrilik sebagai berikut :
1. Powder
a. Poly ( metil metakrilat ) : bahan utama
b. kopolimer lainya : 5
c. Benzoil peroxide : initiator
d. Dibutil phthalate : Plasticizer
e. Gabungan dari mercuric suplhides, cadmium sulphide : pigmen dan zat pewarna.
1inc atau tintanium oxide : OpaciIiers Bahan opasitas)
g. at warna organik
h. Partikel inorganic seperti Iibres glass untuk menstimulasi kapiler gingiva.
Powder terutama terdiri dari butiran prepolimerized poli (metil metakrilat) atau kopolimer dan inisiator, peroksida
peroxide. Butiran polimer yang dicampur dengan agen pewarna, pigmen sebuah serat yang membantu untuk
mereproduksi warna mukosa oral dengan pembuluh darah yang kecil. powder ini tersedia dalam nuansa pink yang
berbeda untuk memenuhi kebutuhan pasien dari etnis yang berbeda.

2. Liquid
a. Metil metakrilat : bahan utama yang akan polomerisasi
b. Dibutil phthalate : plasticizer
c. Glicol Dimetakrilat (1-2 ): agent cross linking
d. Hidroquinone 0,06 : inhibitor.
Dua jenis cairan akrilik yang digunakan tergantung pada modus polimerisasi, yang mungkin menggunakan panas
atau bahan kimia untuk aktivasi. Bahan umum untuk kedua jenis liquid adalah metil metakrilat monomer yang merupakan
cairan tak berwarna dengan kepadatan sebesar 0,95 g / mL dan titik didih 100.8oC, kira-kira sama dengan air. Monomer
kimia dimulai mengandung aktivator seperti amina tersier (N, N-dimetil-para-toluidin dan N, N-dihydroxyethyl-para-
toluidin), asam sulIinic dan garamnya. Unsur penting lainnya dalam cairan adalah inhibitor, metil eter hidroquinone
dalam persentase kecil (0,003 percent 0,1 persen). Sebuah berat molekul rendah ester, seperti dibutil phthalate juga
biasanya hadir sebagai sebuah plasticizer. bahan resin yang menghasilkan produk yang juga mengandung agen silang-
silang seperti dimetakrilat gycol. monomer ini sangat sensitiI terhadap ultraviolet (UV) cahaya dan untuk mencegah
polimerisasi dirikan disimpan dalam botol berwarna kuning gelap,

2. Sifat - sifat :
Resin aklilik mempunyai beberapa siIat yaitu sebagai berikut :
a. Curing Shrinkage
Ketika monomer metil metakrilat berpolimerisasi akan terjadi perubahan kepatadan. Perubahan kepadatan
menyebakan shrinkage polimerisasi sebesar 21 . Umunya perbadinga powder-liquid adalah sebesar 33,5 :1 (vol ) atau
2,5 :1 (berat). Pada proporsi adonan akrilik ini akan terjadi Shrinkage sebesar 7. Hal ini disebabkan karena resin akrilik
selama ini menunjukkan shrinkage yang terdistribusi merata disetiap permukaan basis sehingga tidak begitu
mempengaruhi adaptasi basis mukosa.1
b. Strength (Kekuatan )
Kekuatan resin akrilik tergantung dari komposisi resin, teknik prosesing, dan lingkungan gigi tiruan itu sendiri.
Resin akrilik mempunyai modulus elastisitas yang relatiI rendah yaitu 2400 Mpa, oleh karena itu basis tidak boleh kurang
dari 1 mm.
c. Porositas
Porositas adalah gelembung udara yang terjebak dalam massa akrilik yang telah mengalami polimarisasi.
Timbulnya porositas menyabababkan eIek negatiI terhadap kekuatan dari resin akrilik.
d.Stabilitas dimensi
Stabilitas dimensi dapat dipengaruhi oleh proses, molding, cooling, polimerisasi, absorbsi air dan temperatur
tinggi.14
e. Crazing
Retakan yang terjadi pada permukaan basis resin, hal ini disebabkan karena adanya tensile stress, sehingga terjadi
pemisahan barat molekul. 11,12
I. Fraktur
Gigi tiruan yang tidak sesuai karena desain yang tidak baik dapat menyebabkan daya Ileksural yang berkelanjutan
sehingga terjadi Iatigue dan akhirnya menyebabkan gigi tiruan Iraktur. 8
g. Radiologi
Akrilik tidak dapat dideteksi dalam Ioto karena siIat radiolusensinya. Ini disebabkan karena atom C,H,O yang
terdapa dalam alrilik melemahkan, menyerap sinar x- ray. Hal ini akan meyulitkan jika terjadi kecelakaan dimana ada
bagian akrilik yang tertelan atau tertanam di dalam jaringan lunak.15
h. Reaksi alergi
Sangat jarang pasien yang mengalami reaksi alergi akibat kontak dengan resin akrilik yang berasal sdari gigi tiruan.
Kebanyakan kasus yang dilaporkan adalah akibat dari gigi tiruan yang tidak bersih dan gigi tiruan yang tidak sesuai
kedudukanya dalam rongga mulut sehingga mengakibatkan trauma pada jaringan lunak mulut, tetapi banyaknya residual
monomer yang terdapat pada basis resin akrilik yang tidak mengalami polimerisasi secara sempurna akan
mengakibatkaniritasi pada jaringan mulut pasien.9
i. Penyerapan air
Resin akrilik meyerap air secara peerlahan dengan nilai equilibrium absorpsi 2 2,5 aka terjadi setelah 6 bulan
atau lebih tergantung dari ketebalan basis. Peyerapan air ini akan menyebabkan perubahan dimensiomnal, tetapi hal ini
adalah tidak signiIikan dan biasanya bukan merupakan penyebab utama ketidak sesuaian gigi tiruan. 9

Proses Pencampuran dan Pemanasan
a. Pencampuran
Pencampuran polimer dan monomer harus dilakukan di dalam tempat (mixing jar ) yang terbuat dari keramik atau gelas
yang tidak tembus cahaya. Hal ini dilakukan dengan maksud agar tidak terjadi polimerisasi awal/ dini. Bila polimer
dicampur dengan monomer akan terjadi reaksi dengan tahap-tahap sebagai berikut:

Tahap I. Sandy Stage
Campuran tampak seperti pasir basah. Untuk menghasilkan campuran yang baik, serta menjaga penyusutan pada
tingkat rasio rendah, bubuk / cairan biasanya digunakan 2,5:1 berat. Hal ini memberikan penyusutan polimerisasi
volumetric sekitar 5 - 6. Proporsi biasanya dilakukan dengan menempatkan volume yang sesuai dari cairan bersih,
pencampuran diikuti dengan penambahan bubuk, yang memungkinkan, setiap partikel bubuk menjadi basah oleh
monomer. Campuran kemudian diaduk dan dibiarkan berlangsung hingga mencapai konsistensi untuk pengepakan ke
dalam cetakan gypsum. Selama periode ini berlangsung penutup harus ditempatkan pada wadah pencampuran untuk
mencegah penguapan monomer. kehilangan monomer pada tahap ini dapat menghasilkan porositas dalam material.

Tahap II. Strangy Stage
Adonan apabila disentuh dengan jari/alat bersiIat lekat, apabila ditarik membentuk serat. Butir-butir polimer mulai
larut, monomer bebas meresap ke dalam polimer dan viskositas meningkat.

Tahap III. Dough Stange
Monomer makin banyak merembes ke dalam butir-butir polimer dan ada juga monomer yang menguap sehingga
konsistensi makin padat . Pada akhirnya akan menjadi adonan yang plastis dan tidak tidak melekat lagi pada tangan kalau
dipegang.

Tahap IV. Rubbery Stage
Kenyal seperti karet. Pada tahap ini telah banyak monomer yang menguap, terutama pada permukaannya sehingga terjadi
permukaan yang kasar.

Tahap V. Rigid Stage :
Kaku dan keras. Pada tahap ini adonan telah menjadi keras dan getas pada permukaannya, sedang keadaan di bagian
dalam adukan masih kenyal.

-Pemasakan
Adonan didiamkan sampai Dough stage tercapai, masukkan adonan ke dalam mold yang telah di olesi CMS ( cold
mold seal ). Agar pengisiannya merata dan padat maka diperlukan pengepressan menggunakan alat hydroulic bench press
Proses pemasakan melewati tahap tahap sebagai berikut :
Tahap Pertama : Memanaskan kuvet berisi adonan selama tujuh jam pertama pada suhu 70oC diikuti oleh tiga jam
kedua pada suhu 100oC
Tahap Kedua : Air secara bertahap akan mendidih selama satu jam, lalu dibiarkan mendidih selama satu jam dan
kemudian dibiarkan dingin perlahan-lahan
TahapKetiga : dikuvet didinginkan sampai suhu kamar, lalu di lalu deIlasking.

2.2 Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik
2.2.1 Pengertian
Resin akrilik adalah turunan etilen yang mengandung gugus vinil dalam rumus strukturnya. Ada dua kelompok resin
akrilik dalam kedokteran gigi. Satu kelompok adalah turunan asam akrilik, CHCHCOOH dan kelompok lain dari asam
metakrilik CH2C(CH3)COOH. Setiap molekul metil metakrilat dianggap sebagai mer`. Pada keadaan yang sesuai,
molekul metil metakrilat akan menyambung membentuk suatu rantai poli (metilmetakrilat).

2.2.2 1enis Resin Akrilik
Resin akrilik dapat dibedakan atas 3 jenis yaitu resin akrilik polimerisasi panas, polimerisasi sinar dan
swapolimerisasi. Resin akrilik polimerisasi panas adalah resin akrilik yang memerlukan energi panas untuk polimerisasi
bahan-bahan tersebut dengan menggunakan perendaman air dan oven gelombang mikro (microwave). Resin akrilik
polimerisasi sinar adalah resin akrilik yang diaktiIkan dengan sinar yang teilihat oleh mata. Resin akiilik
swapolimeiisasi aualah iesin akiilik yang menggunakan energi gelombang mikro dan panas untuk melakukan proses
polimerisasi basis gigi tiruan. Penggunaan energi termal menyebabkan dekomposisi benzoil peroksida dan terbentuknya
radikal bebas. Radikal bebas yang terbentuk sebagai hasil proses ini akan mengawali polimerisasi.

2.2.3 Resin Akrilik Polimerisasi Panas
2.2.3.1 Komposisi
Komposisi resin akrilik polimerisasi panas terdiri atas :
1. Polimer
Polimer : butiran atau granul polimetalmetakrilat
Inisiator : benzoil peroksida
Pigmen/pewarna : garam cadmium atau besi, atau pewarna organik
2. Monomer
Monomer : metil metakrilat
Agen Cross-linked : etilenglikol dimetilakrilat (1-2)
Inhibitor : hidrokuinon (0,006)

Agen cross-linked dapat berIungsi sebagai jembatan atau ikatan kimia yang menyatukan 2 rantai polimer. Apabila
etilenglikol dimetilakrilat dimasukkan ke dalam adukan, beberapa ikatan akan terbentuk yang mana merupakan suatu
struktur disebut jaringan 3 dimensi. Cross-linked ini memberikan peningkatan ketahanan terhadap deIormasi serta
mengurangi solubilitas dan penyerapan air.

2.2.3.2 Reaksi Polimerisasi
Proses polimerisasi dicapai dengan menggunakan panas dan tekanan. Secara ringkas reaksinya seperti berikut :
Bubuk (polimer) Cairan (monomer) Panas (eksternal) Polimer Panas (reaksi).3

2.2.3.3 Manipulasi
Resin akrilik polimerisasi panas umumnya diproses dalam sebuah kuvet dengan menggunakan teknik compression-
moulding. Perbandingan polimer dan monomer biasanya 3:1 berdasarkan volume atau 2:1 berdasarkan berat. Bahan yang
telah dicampur akan melewati empat tahap yaitu :
1. Tahap pertama: tahap basah, seperti pasir (wet sand stage)
2. Tahap kedua: tahap lengket berserat (tacky fibrous) selama polimer larut dalam monomer (sticky stage)
3. Tahap ketiga: tahap lembut, seperti adonan, sesuai untuk diisi ke dalam mould (dough stage / gel stage)
4. Tahap keempat: tahap kaku, seperti karet (rubbery stage)

Setelah pembuangan malam, adonan dimasukkan ke dalam mould gips. Kuvet ditempatkan, di bawah tekanan,
dalam water bath dengan waktu dan suhu terkontrol untuk memulai polimerisasi resin akrilik polimerisasi panas.
Umumnya resin akrilik polimerisasi panas dipolimerisasi dengan menempatkan kuvet dalam water bath dengan suhu
konstan pada 70 oC selama 90 menit dan dilanjutkan dengan perebusan akhir pada suhu 100 oC selama 30 menit.
Setelah prosedur polimerisasi, kuvet dibiarkan dingin secara perlahan hingga mencapai suhu kamar untuk
memungkinkan pelepasan internal stress yang cukup sehingga meminimalkan perubahan bentuk basis. Selanjutnya
dilakukan pemisahan kuvet dan harus dilakukan dengan hati-hati untuk mencegah Iraktur atau membengkoknya
gigitiruan. Setelah dikeluarkan dari kuvet, basis gigitiruan akrilik dihaluskan dengan menggunakan kertas pasir dari kasar
sampai halus. Proses akhir pemolesan biasanya menggunakan pumis di bawah air.

2.2.3.4 Sifat-Sifat
SiIat-siIat Iisik basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas :
1. Pengerutan
Ketika monomer metilmetakrilat terpolimerisasi untuk membentuk poli (metilmetakrilat), kepadatan massa
bahan berubah dari 0,94 menjadi 1,19g/cm3. Perubahan menghasilkan pengerutan volumetrik sebesar 21.
Akibatnya, pengerutan volumetrik yang ditunjukkan oleh massa terpolimerisasi sekitar 6-7 sesuai dengan
nilai yang diamati dalam penelitian laboratorium dan klinis
2. Perubahan dimensi
Pemrosesan akrilik yang baik akan menghasilkan dimensi stabilitas yang bagus. Proses pengerutan akan
diimbangi oleh ekspansi yang disebabkan oleh penyerapan air. Percobaan laboratorium menunjukkan bahwa
ekspansi linier yang disebabkan oleh penyerapan air adalah hampir sama dengan pengerutan termal yang
diakibatkan oleh penyerapan air
3. Konduktivitas termal
Konduktivitas termal adalah pengukuran termoIisika mengenai seberapa baik panas disalurkan melalui suatu
bahan. Basis resin mempunyai konduktivitas termal yang rendah yaitu 0.0006 (
0
C/cm)
4. Solubilitas
Meskipun basis gigitiruan resin larut dalam berbagai pelarut dan sejumlah kecil monomer dilepaskan, basis
resin umumnya tidak larut dalam cairan yang terdapat dalam rongga mulut.
5. Penyerapan Air
Bahan resin akrilik mempunyai siIat yaitu menyerap air secara perlahan-lahan dalam jangka waktu tertentu.7
Resin akrilik menyerap air relatiI sedikit ketika ditempatkan pada lingkungan basah. Namun, air yang terserap
ini menimbulkan eIek yang nyata pada siIat mekanik, Iisik dan dimensi polimer. Nilai penyerapan air sebesar
0.69 mg/cm2. Umumnya mekanisme penyerapan air yang terjadi adalah diIusi. DiIusi adalah berpindahnya
suatu substansi melalui rongga yang menyebabkan ekspansi pada resin atau melalui substansi yang dapat
mempengaruhi kekuatan rantai polimer. Umumnya, basis gigitiruan memerlukan periode 17 hari untuk menjadi
jenuh dengan air. Dari hasil klinikal menunjukkan bahwa penyerapan air yang berlebihan bisa menyebabkan
diskolorisasi. 25-28
6. Porositas
Adanya gelembung / porositas di permukaan dan di bawah permukaan dapat mempengaruhi siIat Iisis, estetik,
dan kebersihan basis gigitiruan. Porositas cenderung terjadi pada bagian basis gigitiruan yang lebih tebal.
Porositas disebabkan oleh penguapan monomer yang tidak bereaksi dan berat molekul polimer yang rendah,
disertai temperatur resin mencapai atau melebihi titik didih bahan tersebut. Porositas juga dapat terjadi karena
pengadukan yang tidak tepat antara komponen polimer dan monomer. Timbulnya porositas dapat diminimalkan
dengan adonan resin akrilik yang homogen, penggunaan perbandingan polimer dan monomer yang tepat,
prosedur pengadukan yang terkontrol dengan baik, serta waktu pengisian bahan ke dalam mould yang
tepat.1,25-28
7. Stabilitas warna
Resin akrilik polimerisasi panas menunjukkan stabilitas warna yang baik. Yu- lin Lai dkk (2003) mempelajari
stabilitas warna dan ketahanan terhadap stain dari nilon, silikon serta dua jenis resin akrilik, dan menemukan
bahwa resin akrilik menunjukkan nilai diskolorisasi yang paling rendah setelah direndam dalam larutan kopi.12

2.2.3.5 Keuntungan dan Kerugian


Keuntungan resin akrilik polimerisasi panas adalah:29
1. Harga murah dan pembuatan mudah
2. Mudah direparasi/ modiIikasi
3. Tidak larut dalam cairan mulut
4. Estetik sangat baik
5. Ikatan kimia yang baik pada gigitiruan akrilik
Kerugian resin akrilik polimerisasi panas adalah:
1. Daya tahan Iatik rendah
2. Konduktivitas rendah
3. Kekuatan Ileksural rendah

Anda mungkin juga menyukai