PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Kesehatan adalah keadaaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktiI secara sosial dan ekonomi (Pasal 1 UU
No 23/1992 tentang Kesehatan) karena itu kesehatan merupakan dasar dari diakuinya
derajat kemanusiaan. Menurut deIinisi WHO, kesehatan mencakup Iisik, mental
(penghargaan dan martabat) dan sosial (jaminan hukum, adat istiadat dan sebagainya)
secara lengkap, tidak hanya berarti tidak adanya penyakit atau tubuh yang lemah.
Tanpa kesehatan, seseorang menjadi tidak sederajat secara kondisional. Tanpa
kesehatan, seseorang tidak akan mampu memperoleh hak-hak lainnya. Sehingga
kesehatan menjadi salah satu ukuran selain tingkat pendidikan dan ekonomi, yang
menentukan mutu dari sumber daya manusia (Human Development Index).
1,2
Hak atas kesehatan sebagai hak asasi manusia telah diakui dan diatur dalam
berbagai instrumen internasional maupun nasional. Dengan melihat dan
memperhatikan instrumen tersebut, maka sesungguhnya tiap gangguan, intervensi
atau ketidak-adilan, ketidak-acuhan, apapun bentuknya yang mengakibatkan ketidak-
sehatan tubuh manusia, kejiwaannya, lingkungan alam dan lingkungan sosialnya,
pengaturan dan hukumnya, serta ketidak-adilan dalam manajemen sosial yang mereka
terima, adalah merupakan pelanggaran hak mereka, hak-hak manusia.
1
Dokter sebagai salah satu komponen utama pemberi layanan kesehatan kepada
masyarakat memiliki peran penting karena terkait langsung dengan mutu pelayanan
kesehatan sesuai dengan kompetensi dan pendidikan yang dimilikinya. Dokter juga
memiliki karakteristik yang khas dengan adanya pembenaran hukum, yaitu
diperkenannya melakukan intervensi terhadap tubuh manusia dan lingkungannya
yang apabila hal itu dilakukan oleh tenaga lain dapat digolongkan sebagai tindakan
pidana.
1
Peranan yang dilakukan oleh dokter dalam hal ini bisa berupa terapi, ikut
mencegah pelanggaran HAM, dan turut serta menegakkan hukum. Peran dokter
BAB II
TIN1AUAN PUSTAKA
2.1 Hak atas Kesehatan
Hak atas kesehatan sebagai hak asasi manusia telah diakui dan diatur dalam
berbagai instrumen internasional maupun nasional. Jaminan pengakuan hak atas
kesehatan tersebut secara eksplisit dapat dilihat dari beberapa instrumen sebagai
berikut
1
.
a. Instrumen Internasional
1. Pasal 25 &niversal Declaration of Human Rights (&DHR)
3
Pasal 25 (1), Standar Hidup yang Layak dan Jaminan Perlindungan
Kesehatan:
'Setiap orang berhak atas hidup yang memadai untuk kesehatan,
kesejahteraan diri dan keluarganya, termasuk atas pangan, pakaian,
perumahan dan perawatan kesehatan, serta pelayanan sosial yang diperlukan,
dan berhak atas jaminan pada saat pengangguran, menderita sakit, cacat,
menjadi janda/duda, mencapai usia lanjut atau keadaan lainnya yang
mengakibatkannya kekurangan naIkah yang berada diluar kekuasaannnya.
Pasal 6 dan 7 International Covenant on Civil and Political Rights (ICCPR)
4
Pasal 6
(1)Setiap manusia memiliki hak yang melekat untuk hidup. Hak ini harus
dilindungi oleh hukum. Tidak seorang pun boleh sewenangwenang
dirampas hidupnya.
(2)Di negara-negara yang belum menghapuskan hukuman mati, hukuman
mati dapat diterapkan hanya untuk kejahatan yang paling serius sesuai
dengan hukum yang berlaku pada saat kejahatan tersebut dan tidak
bertentangan dengan ketentuan Kovenan dan Konvensi tentang
Pencegahan dan Penghukuman Kejahatan Genosida. Hukuman ini hanya
rasa sakit atau penderitaan yang ditimbulkan oleh atau atas hasutan atau
dengan persetujuan atau persetujuan dari pejabat publik atau orang lain
yang bertindak dalam kapasitas resmi. Ini tidak termasuk rasa sakit atau
penderitaan yang timbul hanya dari insidental sanksi hukum.
2. Pasal ini tidak mengurangi berlakunya perangkat internasional atau
peraturan perundang-undangan nasional yang mengandung atau dapat
memuat ketentuan penerapan yang lebih luas.
7 Pasal 24 Convention on the Rights of the Child (Childrens Convention, or
CRC)
9
1. Negara mengakui hak anak untuk menikmati standar kesehatan tertinggi
dan Iasilitas untuk pengobatan penyakit dan rehabilitasi kesehatan.
Negara harus berusaha menjamin bahwa tidak ada anak yang dirampas
haknya atas akses ke pelayanan perawatan kesehatan tersebut.
2. Negara harus mengejar pelaksanaan hak ini sepenuhnya dan terutama,
harus mengambil tindakan yang tepat:
a. Mengurangi kematian bayi dan anak;
b. Menjamin penyediaan bantuan kesehatan yang diperlukan dan
perawatan kesehatan untuk semua anak dengan penekanan pada
pengembangan perawatan kesehatan primer;
c. Untuk memerangi penyakit dan kekurangan gizi, termasuk dalam
kerangka pelayanan kesehatan dasar, penerapan teknologi yang
tersedia dan melalui penyediaan pangan bergizi yang memadai dan
air minum bersih dengan mempertimbangkan bahaya dan risiko
pencemaran lingkungan;
d. Menjamin perawatan kesehatan pra-natal dan post natal untuk para
ibu;
e. Untuk memastikan bahwa semua segmen masyarakat, terutama orang
tua dan anak, diinIormasikan mempunyai akses terhadap pendidikan
dan didukung dalam penggunaan pengetahuan dasar tentang
3. Pasal 4 UU Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan
Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan
yang optimal.
2
Hak atas kesehatan bukanlah berarti hak agar setiap orang untuk menjadi sehat,
atau pemerintah harus menyediakan sarana pelayanan kesehatan yang mahal di luar
kesanggupan pemerintah. Tetapi lebih menuntut agar pemerintah dan pejabat publik
dapat membuat berbagai kebijakan dan rencana kerja yang mengarah kepada tersedia
dan terjangkaunya sarana pelayanan kesehatan untuk semua dalam kemungkinan
waktu yang secepatnya. Dalam Pasal 12 ayat (1) International Covenant on
Economic, Social and Cultural Right (ICESCR) hak atas kesehatan dijelaskan sebagai
'hak setiap orang untuk menikmati standar tertinggi yang dapat dicapai atas
kesehatan Iisik dan mental tidak mencakup area pelayanan kesehatan. Sebaliknya,
dari sejarah perancangan dan makna gramatikal pasal 12 ayat (2) yang menyatakan
bahwa langkah-langkah yang akan diambil oleh negara pada kovenan ini guna
mencapai perwujudan hak ini sepenuhnya, harus meliputi hal-hal yang diperlukan
untuk mengupayakan
1,5
:
a. Ketentuan-ketentuan untuk pengurangan tingkat kelahiran-mati dan kematian
anak serta perkembangan anak yang sehat;
b. Perbaikan semua aspek kesehatan lingkungan dan industri;
c. Pencegahan, pengobatan dan pengendalian segala penyakit menular, endemik,
penyakit lainnya yang berhubungan dengan pekerjaan;
d. Penciptaan kondisi-kondisi yang akan menjamin semua pelayanan dan perhatian
medis dalam hal sakitnya seseorang.
Sehingga hak atas kesehatan mencakup wilayah yang luas dari Iaktor ekonomi
dan sosial yang berpengaruh pada penciptaan kondisi dimana masyarakat dapat
mencapai kehidupan yang sehat, juga mencakup Iaktor-Iaktor penentu kesehatan
seperti makanan dan nutrisi, tempat tinggal, akses terhadap air minum yang sehat dan
sanitasi yang memadai, kondisi kerja yang sehat dan aman serta lingkungan yang
sehat.
1,10
Antara Hak Asasi Manusia dan Kesehatan terdapat hubungan yang saling
mempengaruhi. Seringkali akibat dari pelanggaran HAM adalah gangguan terhadap
kesehatan demikian pula sebaliknya, pelanggaran terhadap hak atas kesehatan juga
merupakan pelanggaran terhadap HAM. Hubungan tersebut dapat dilihat pada
Gambar 1.
ambar 1. Hubungan antara Kesehatan dan Hak Asasi Manusia.
Lingkaran kanan bawah dari lingkaran hubungan antara HAM dan Kesehatan
merupakan akibat tidak terpenuhi atau gagalnya pemerintah dalam memenuhi
kewajibannya. Sementara itu, lingkaran atas erat kaitannya dengan hak atas kesehatan
yang terlanggar oleh praktik-praktik kekerasan, yang menjadi bagian dari
pelanggaran hak sipil dan politik. Untuk lingkaran kiri bawah menggambarkan
hubungan antara HAM dan Kesehatan yang terjadi akibat kondisi masyarakat yang
rentan.
Sementara itu juga terdapat beberapa aspek yang tidak dapat diarahkan secara
sendiri dalam hubungan antara negara dan individu. Secara khusus, kesehatan yang
baik tidaklah dapat dijamin oleh negara, dan tidak juga negara menyediakan
perlindungan terhadap setiap kemungkinan penyebab penyakit manusia. Oleh karena
itu, Iaktor genetik, kerentanan individu terhadap penyakit dan adopsi gaya hidup yang
tidak sehat atau beresiko, mempunyai peranan yang sangat penting terhadap
kesehatan seseorang. Sehingga, Hak Atas Kesehatan harus dipahami sebagai hak atas
pemenuhan berbagai Iasilitas, pelayanan dan kondisi-kondisi yang penting bagi
terealisasinya standar kesehatan yang memadai dan terjangkau.
1
2.2 Isu Pokok Hak Atas Kesehatan
Pengertian kesehatan sangat luas dan merupakan konsep yang subjektiI, serta
dipengaruhi oleh berbagai Iaktor, seperti Iaktor-Iaktor geograIis, budaya dan
sosioekonomi. Oleh karena itu sulit untuk menentukan tentang apa saja yang
termasuk ke dalam hak atas kesehatan. Untuk itu para ahli, aktivis dan badan-badan
PBB mencoba membuat rincian mengenai core content hak atas kesehatan. Core
content terdiri dari seperangkat unsur-unsur yang harus dijamin oleh negara dalam
keadaan apapun, tanpa mempertimbangkan ketersediaan sumber daya, yang terdiri
dari:
1
1. Perawatan kesehatan
a. Perawatan kesehatan ibu dan anak, termasuk keluarga berencana;
b. Imunisasi;
c. Tindakan yang layak untuk penyakit-penyakit biasa (common disease) dan
kecelakaan;
d. Penyediaan obat-obatan yang pokok (essential drugs).
2. Prakondisi dasar untuk kesehatan:
a. Pendidikan untuk menangani masalah kesehatan termasuk metode-metode
untuk mencegah dan mengedalikannya;
b. Promosi penyediaan makanan dan nutrisi yang tepat;
c. Penyediaan air bersih dan sanitasi dasar.
telah diadopsi dengan menetapkan 50 indikator kesehatan yang akan dicapai pada
tahun 2010.
1
2.3 Implementasi Hak Atas Kesehatan Dalam Konteks HAM
Dalam upaya untuk menghormati (to respect), melindungi (to protect) dan
memenuhi (to fulfil) sebagai kewajiban negara mengimplementasikan norma-norma
HAM pada hak atas kesehatan harus memenuhi prinsip-prinsip:
1
1. Ketersediaan pelayanan kesehatan, dimana negara diharuskan memiiki sejumlah
pelayanan kesehatan bagi seluruh penduduk;
2. Aksesibilitas. Fasilitas kesehatan, barang dan jasa, harus dapat diakses oleh tiap
orang tanpa diskriminasi dalam jurisdiksi negara. Aksesibilitas memiliki empat
dimensi yang saling terkait yaitu tidak diskriminatiI, terjangkau secara Iisik,
terjangkau secara ekonomi dan akses inIormasi untuk mencari, menerima dan
atau menyebarkan inIormasi dan ide mengenai masalah-masalah kesehatan.
3. Penerimaan. Segala Iasilitas kesehatan, barang dan pelayanan harus diterima oleh
etika medis dan sesuai secara budaya, misalnya menghormati kebudayaan
individu-individu, keariIan lokal, kaum minoritas, kelompok dan masyarakat,
sensitiI terhadap jender dan persyaratan siklus hidup. Juga dirancang untuk
penghormatan kerahasiaan status kesehatan dan peningkatan status kesehatan bagi
mereka yang memerlukan.
4. Kualitas. Selain secara budaya diterima, Iasilitas kesehatan, barang, dan jasa
harus secara ilmu dan secara medis sesuai serta dalam kualitas yang baik. Hal ini
mensyaratkan antara lain, personil yang secara medis berkemampuan, obat-obatan
dan perlengkapan rumah sakit yang secara ilmu diakui dan tidak kadaluarsa, air
minum aman dan dapat diminum, serta sanitasi memadai.
Sementara itu dalam kerangka 3 bentuk kewajiban negara untuk memenuhi hak
atas kesehatan dapat dijabarkan sebagai berikut:
1
1. Menghormati hak atas kesehatan
Dalam konteks ini hal yang menjadi perhatian utama bagi negara adalah
tindakan atau kebijakan 'apa yang tidak akan dilakukan atau 'apa yang akan
dihindari. Negara wajib untuk menahan diri serta tidak melakukan tindakan-
tindakan yang akan berdampak negatiI pada kesehatan, antara lain : menghindari
kebijakan limitasi akses pelayanan kesehatan, menghindari diskriminasi, tidak
menyembunyikan atau misrepresentasikan inIormasi kesehatan yang penting, tidak
menerima komitmen internasional tanpa mempertimbangkan dampaknya terhadap
hak atas kesehatan, tidak menghalangi praktek pengobatan tradisional yang aman,
tidak mendistribusikan obat yang tidak aman.
2. Melindungi hak atas kesehatan
Kewajiban utama negara adalah melakukan langkah-langkah di bidang
legislasi ataupun tindakan lainnya yang menjamin persamaan akses terhadap jasa
kesehatan yang disediakan pihak ketiga. Membuat legislasi, standar, peraturan
serta panduan untuk melindungi : tenaga kerja, masyarakat serta lingkungan.
Mengontrol dan mengatur pemasaran, pendistribusian substansi yang berbahaya
bagi kesehatan seperti tembakau, alkohol dan lain-lain, mengontrol praktek
pengobatan tradisional yang diketahui berbahaya bagi kesehatan.
3. Memenuhi hak atas kesehatan
Dalam hal ini adalah yang harus dilakukan oleh pemerintah seperti
menyediakan Iasilitas dan pelayanan kesehatan, makanan yang cukup, inIormasi
dan pendidikan yang berhubungan dengan kesehatan, pelayanan pra kondisi
kesehatan serta Iaktor sosial yang berpengaruh pada kesehatan seperti : kesetaraan
gender, kesetaraan akses untuk bekerja, hak anak untuk mendapatkan identitas,
pendidikan, bebas dari kekerasan, eksploitasi, kejahatan seksual yang berdampak
pada kesehatan.
Dalam rangka memenuhi hak atas kesehatan negara harus mengambil
langkah-langkah baik secara individual, bantuan dan kerja sama internasional,
khususnya di bidang ekonomi dan teknis sepanjang tersedia sumber dayanya,
untuk secara progresiI mencapai perwujudan penuh dari hak atas kesehatan
sebagaimana mandat dari pasal 2 ayat (1) International Covenant on Economic,
Social and Cultural Right (ICESCR).
2.4 Hak dan Kewajiban Dokter dan Pasien
Hak pasien sebenarnya merupakan hak yang asasi yang bersumber dari hak
dasar individu dalam bidang kesehatan, the right of self determination. Dalam
hubungan dokter pasien, secara relatiI pasien berada dalam posisi yang lemah.
Kekurang mampuan pasien untuk membela kepentingannya dalam situasi pelayanan
kesehatan, menyebabkan timbulnya hak-hak pasien dalam menghadapi para
proIesional kesehatan terabaikan. Hubungan antara dokter dengan pasien, sekarang
adalah partner dan kedudukan keduanya secara hukum adalah sama. Pasien
mempunyai hak dan kewajiban tertentu, demikian pula dokternya. Secara umum
pasien berhak atas pelanyanan yang manusiawi dan perawatan yang bermutu.
10
Undang-undang praktek kedokteran RI nomor 29 tahun 2004 mengatur hak dan
kewajiban dokter dan pasien:
12
Hak dokter
1. Memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai
dengan standar proIesi dan standar prosedur operasional.
2. Memberikan pelayanan medis menurut standar proIesi dan standar prosedur
operasional.
3. Memperoleh inIormasi yang lengkap dan jujur dari pasien dan keluarganya
4. Menerima imbalan.
Kewajiban dokter
1. Memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar proIesi dan standar
prosedur operasional.
2. Merujuk pasien ke dokter yang mempunyai keahlian atau kemampuan lebih
baik apabila tidak mampu melakukan pemeriksaan atau pengobatan.
12.Hak didampingi keluarga dan atau penasehatnya dalam beribadat dan atau
masalah lainya (dalam keadaan kritis atau menjelang kematian).
13.Hak beribadat menurut agama dan kepercayaannya selama tidak mengganggu
ketertiban & ketenangan umum / pasien lainnya.
14.Hak atas keamanan dan keselamatan selama dalam perawatan di rumah sakit.
15.Hak untuk mengajukan usul, saran, perbaikan atas pelayanan rumah sakit
terhadap dirinya.
16.Hak menerima atau menolak bimbingan moril maupun spiritual.
17.Hak transparansi biaya pengobatan / tindakan medis yang akan dilakukan
terhadap dirinya (memeriksa dan mendapatkan penjelasan pembayaran).
2.5 Peran Dokter dalam Penegakan HAM bidang Kesehatan
12
1.Terapi dan rehabilitasi
O Memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar proIesi dan standar
prosedur operasional serta kebutuhan medis pasien
Di dalam memberikan pelayanannya seorang dokter harus dapat
memberikan pelayanan kepada pasien sesuai dengan standar proIesi dan
standar prosedur operasional (sesuai dengan Undang Undang No. 29
Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran Pasal 50), adapun standar prosedur
operasional seorang dokter sebelum melakukan tindakan medis terhadap
pasien adalah:
a. Memberikan keterangan yang sebenar benarnya tentang hasil
diagnosa dan hasil setelah di lakukannya suatu tindakan medis kepada
pasien.
b. Melakukan tindakan medis terhadap pasien sesuai dengan kemampuan
yang telah di berikan selama pendidikan.
O InIormasi jelas dan lengkap
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hak atas kesehatan sebagai hak asasi manusia telah diakui dan diatur dalam
berbagai instrumen internasional maupun nasional. Dengan melihat dan
memperhatikan instrumen tersebut, maka sesungguhnya tiap gangguan, intervensi
atau ketidak-adilan, ketidak-acuhan, apapun bentuknya yang mengakibatkan ketidak-
sehatan tubuh manusia, kejiwaannya, lingkungan alam dan lingkungan sosialnya,
pengaturan dan hukumnya, serta ketidak-adilan dalam manajemen sosial yang mereka
terima, adalah merupakan pelanggaran hak mereka, hak-hak manusia
Dokter sebagai salah satu komponen utama pemberi layanan kesehatan kepada
masyarakat memiliki peran penting karena terkait langsung dengan mutu pelayanan
kesehatan sesuai dengan kompetensi dan pendidikan yang dimilikinya. Peranan yang
dilakukan oleh dokter dalam hal ini bisa berupa terapi, ikut mencegah pelanggaran
HAM, dan turut serta menegakkan hukum. Peran dokter dalam penegakan hukum
adalah dengan mendokumentasikan bukti medis pelanggaran HAM dan
melaporkannya kepada yang berwenang.
3.2 Saran
Dokter harus berperan serta secara aktiI dalam meningkatkan kepedulian,
monitoring serta menegakkan hak azasi manusia di bidang kesehatan yang
diharapkan dapat berdampak positiI dalam pembangunan masyarakat Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
1. AIandi, Dedi, 2008. Jurnal Ilmu Kedokteran, MARET 2008, JILID 2 Nomor
1. ISSN 1978-662X. Diakses dari : dediafandistaffunriacid//Hak-atas-
kesehatan-dalam-perspective Tanggal akses 12 Oktober 2011.
2. Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan.
3. Universal Declaration oI Human Right, 1948. Diakses dari:
www.unhchr.ch/udhr/index.htm. Tanggal akses 12 Oktober 2011. Undang-
4. International Covenant on Civil and Political Rights (ICCPR), 1966. Diakses
dari : www.ohchr.org/english/law/ccpr.htm. Tanggal akses 12 Oktober 2011.
5. International Covenant on Economic, Social and Cultural Right (ICESCR),
1966. Diakses dari : www.ohchr.org/english/law/ccpr.htm. Tanggal akses 12
Oktober 2011
6. International Convention on the Elimination oI All Forms oI Racial
Discrimination (ICERD), 1965.
Diakses dari : www.ohchr.org/english/law/cerd.htm. Tanggal akses 12
Oktober 2011.
7. Convention on the Elimination oI All Forms oI Discrimination against
Women, 1979. Diakses dari : www.ohchr.org/english/law/cedaw.htm.
Tanggal akses 12 Oktober 2011.
8. Convention against Torture and Other Cruel, Inhuman or Degrading
Treatment or Punishment (Torture Convention, or CAT), 1984. Diakses dari :
www.ohchr.org/english/law/cat.htm. Tanggal akses 12 Oktober 2011.
9. Convention on the Rights oI the Child (Children`s Convention, or CRC),
1989. Diakses dari : www.ohchr.org/english/law/crc.htm. Tanggal akses 12
Oktober 2011.
10.Sunarto, 2009. Ham dan Pelayanan Kesehatan. Diakses dari :
medicine.uii.ac.id/index.php/Download-document/33-HAM-dan-
Kesehatan.htm. Tanggal akses 13 Oktober 2011.
11.Undang-Undang No 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran.
12.Bahan kuliah yang berjudul 'Peranan Dokter Dalam Penegakan Hak Asasi
Manusia oleh Budi Sampurna.
13.Declaration OI Tokyo (1975). Diakses dari :
www.cirp.org/library/ethics/tokyo/ Tanggal akses : 14 Oktober 2011.