Anda di halaman 1dari 2

Self efficacy Self efficacy- belifs ones capability to organize and execute the courses of action required to manage

prospective situations. Self efficacy adalah keyakinan akan kemampuan yang dimiliki seseorang untuk mengatur dan menjalankan bagian dari tindakan yang diperlukan untuk mengendalikan situasi-situasi yang diharapkan. Intinya, self efficacy adalah kepercayaan diri seseorang bahwa ia memiliki kemampuan untuk mengerjakan sesuatu dimana ia mencoba untuk melakukannya (http://www.emory.edu/education/mfp/efftalk.html) Apa yang diketahui individu tentang kemampuan yang dimiliki atau keunggulan saat sebelum menyelesaikan pekerjaan (sesuatu) serimng kali kurang memprediksi mengenai hasil yang akan dicapai, karena keyakinan akan kemampuan seseorang dan tentang hasil yang diupayakan sekuatnya mempengaruhi cara individu dalam berprilaku. Konsekuensinya, bagaimana orang berprilaku sering dapat dipredisi secara lebih baik dengan keyakinan-keyakinan yang mereka miliki tentang kesenggupan mereka dari pada dengan apa yang sebenarnya sanggup dikerjakan. Ini bukan berarti bahwa individu dapat menyelesaikan tugas diluar kemampuan yang dengan sederhana merasa yakin bahwa ia dapat menyelesaikannya, untuk fungsi kompetensi diperlukan keseimbangan antara keyakinan dan kepandaian/keahlian (skills) dan pengetahuan. Selanjutnya, ini berarti bahwa self perception (persepsi diri) tentang kemampuannya menentukan apa yang dapat dilakukan oleh individu dengan pengetahuan dan keahlian yang dimiliki. Yang lebih penting lagi, self efficacy belifs aadalah penentu utama, sebaiknya apa pengetahuan dan keahlian yang diperoleh untuk menyelesaikan masalah yang pertama.

Sumber-sumber self efficacy Self efficacy yang diperoleh apakah itu meningkat atau menurun dipengaruhi oleh satu atau komponen dari 4 sumber yaitu: 1. Performance accomplishment / mastery experience Ini adalah salah satu factor yang paling besar pengaruhnya terhadap self efficacy. Prestasi yang sukses meningkatkan efficacy expectancies (harapan untuk berhasil), sedangkan kegagalan akan menghasilkan self efficacy yang rendah. 2. Vicarious experience Dengan menngobservasi dan melihat hasil dari perilaku orang lain, individu membuat hipotesis tentang hubungan antara perilaku mereka dengan hasilnya. Dengan mnegobservasi konsekuensi dari perilaku model yang bermanfaat akan menikan self efficacy,mengobservasi perilaku orang yang memiliki kompetensi yang sama yang ternyata gagal dalam menyelesaikan tugas, maka hal ini akan menurunkan self efficacy.

3. Social persuation Tehnik ini hanya berlaku bila individu yakin dengan orang yang memberikan bujukan (pembujuk). Bila harapan untuk berhasil tidak mendapat penguatan yang positif lewat pengalaman yang teratur, self efficacy dimasa mendatang tidak akan meningkat. Untuk alasan ini, maka ini bukan sumber yang sangat kuat yang dapat mempenngaruhi self efficacy. 4. Emotional arousal Emosi yang kuat biasanya menurunkan tampilan perilaku ketika individu memutuskan bahwa kemampuan mereka berdasarkan pada penggunaan keterbangkitan emosi. Individu berharap gagal ketika mengalami perasaan takut atau kecemasan yang akut secara intens. Reduksi dari anxiety atau peningkatan relakasi dapat meningkatkan self efficacy.

Tinggi rendahnya self efficacy Individu yang memiliki self efficacy expectation ynag tinggi dalam situasi tertentu merasa percaya diri akan keunggulan yang ia miliki. Sedangkan pada individu yang merasa ragu-ragu bahwa ia dapat melakukan perilaku yang diperlukan, dikatakan memiliki self efficacy expectation yang rendah. Seseorang yang takut akan panggung yang yakin bahwa pada giliran pertama akan berbicara dengan suara yang nyaring melengking, memiliki self efficacy yang rendah. Self efficacy yang tinggi ditunjukkan dengan bekerja keras dan ketekunan dalam mengerjakan tugas, dimana self efficacy yang rendah menghasilkan keputusasaan, kehilangan semangat dan mudah menyerah (bandura,1989). Individu yang merasa kuat akan kompetensi dirinya, mendekati tugas-tugas yang sulit sebagai suatu tantangan untuk dikuasainya daripada melihatnya sebagai ancaman untuk dihindari. Mereka punya rasa tertari dari dalam diri dan sangat mengasyikan dalam suatu kegiatan, menetapkan tujuan meteka sendirisebagai tantangan dan menegakkan apa yang menjadi komitmennya yang kuat, dan mempertinggi serta meneruskan usahanya dalammenghadapi kegagalan. Selanjutnya, mereka cepat memperoleh sense of efficacy kembali setelah mendapatkan kegagalan atau mengalami kemerosotan karena kurangnya usaha atau keahlian yang diperoleh, serta atribut dari apa yang membuatnya gagal. Sebaliknya, individu dengan self efficacy yang rendah yakin bahwa semua dirasakan sulit dari fakta yang sebenarnya, keyakinan bahwa itu akan memicu stress, depresi, dan visi yang sempit dalam memecahkan suatu masalah. Tingginya self efficacy disuatu sisi dapat menolong individu untuk menciptakan perasaan tenang dalam mendekati tugas dan segala kegiatan.

Anda mungkin juga menyukai