Anda di halaman 1dari 12

Satuan Acara Pengajaran

Mata Kuliah Pokok Bahasan Sasaran Tempat Hari / Tanggal Alokasi Waktu Pertemuan ke Pengajar : Sistem Kardiovaskular : Hipertensi : Bapak- Bapak dan Ibu-Ibu : Balai desa : Kamis, 21 April 2011 :30 menit :1

:Mahasiswa PSIK FKUB 2009

A. Tujuan Instruktural Tujuan Umum Setelah mengikuti diskusi, bapak-bapak dan ibu-ibu mampu mencegah hipertensi Tujuan Kusus -Bapak-bapak dan ibu-ibu mampu menjelaskan pengertian hipertensi -Bapak-bapak dan ibu-ibu mampu menjelaskan penyebab hipertensi -Bapak-bapak dan ibu-ibu mampu menjelaskan gejala hipertensi -Bapak-bapak dan ibu-ibu mampu menjelaskan pencegahan hipertensi -Bapak-bapak dan ibu-ibu mampu menjelaskan prosedur terapi penanganan hipertensi B. Sub Pokok Bahasan Pengertian hipertensi

Penyebab hipertensi Gejala hipertensi Pencegahan hipertensi Terapi hipertensi

C. Kegiatan Belajar Mengajar Tujuan Waktu Kegiatan pengajar Pendahulu an 1x5 menit -mengucapkan salam memperkenaLka n diri -kontrak waktu -menggali pengetahuan Penyajian 1x20 menit peserta -menjelaskan materi penyuluhan -menyimak dan mendengarkan materi yang disampaikan -bertanya jika ada yang tidak Penutup 1x5 menit -mengucapkan salam -evaluasi pemahaman peserta dimengerti -menjawab salam -menjawab pertanyaan dari pengajar Tanya jawab poster Tutorial dan diskusi poster Kegiatan Peserta penyuluhan -menjawab salam - menyimak dan mendengarkan Tutorial poster Metode Media

D. Evaluasi Mengevaluasi pemahaman peserta penyuluhan melalui hasil tanya jawab Mengevaluasi antusias peserta penyuluhan selama proses penyuluhan berlangsung E. Materi 1. Pengertian -Hipertensi adalah peningkatan abnormal pada tekanan sistolik 140 mm Hg atau lebih dan tekanan diastolic 120 mmHg (Sharon, L.Rogen, 1996). Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolic lebih dari 90 mmHG (Luckman Sorensen,1996). Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih dan tekanan darah diastolic 90 mmHg atau lebih. (Barbara Hearrison 1997) Dari ketiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa hipertensi adalah peningkatan tekanan darah yang abnormal dengan sistolik lebih dari 140 mmHg dan diastolic lebih dari 90 mmHg. Secara teoritis hipertensi didefinisikan sebagai suatu tingkat tekanan darah, dimana komplikasi yang mungkin timbul menjadi nyata. Batasan hipertensi menurut WHO, tanpa memandang usia dan jenis kelamin adalah : Tekanan darah < 140/90 mmHg, disebut Normotensi. Tekanan darah > 160/95 mmHg, dinyatakan Hipertensi pasti. Tekanan darah 140/90 mmHg sampai 160/95 mmHg disebut Hipertensi perbatasan. Batasan dengan mempertimbangkan usia dan jenis kelamin diajukan oleh Kaplan, sbb : Pria usia < 45 tahun, dikatakan hipertensi apabila tekanan darah pada waktu berbaring diatas atau sama dengan 130/90 mmHg. Pria usia > 45 tahun, dikatakan hipertensi apabila tekanan darah pada waktu berbaring diatas 145/95 mmHg.

Pada wanita, tekanan darah di atas atau sama dengan dinyatakan kepentingan pengobatan.

160/95 mmHg,

Hipertensi atau Darah Tinggi adalah keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal atau kronis (dalam waktu yang lama). Hipertensi merupakan kelainan yang sulit diketahui oleh tubuh kita sendiri. Satu-satunya cara untuk mengetahui hipertensi adalah dengan mengukur tekanan darah kita secara teratur. Diketahui 9 dari 10 orang yang menderita hipertensi tidak dapat diidentifikasi penyebab penyakitnya. Itulah sebabnya hipertensi dijuluki pembunuh diamdiam atau silent killer. Seseorang baru merasakan dampak gawatnya hipertensi ketika telah terjadi komplikasi. Jadi baru disadari ketika telah menyebabkan gangguan organ seperti gangguan fungsi jantung, koroner, fungsi ginjal, gangguan fungsi kognitif atau stroke .Hipertensi pada dasarnya mengurangi harapan hidup para penderitanya. Hipertensi selain mengakibatkan angka kematian yang tinggi (high case fatality rate) juga berdampak kepada mahalnya pengobatan dan perawatan yang harus ditanggung para penderita. Perlu pula diingat hipertensi berdampak pula bagi penurunan kualitas hidup. Hipertensi sebenarnya dapat diturunkan dari orang tua kepada anaknya. Jika salah satu orang tua terkena Hipertensi, maka kecenderungan anak untuk menderita Hipertensi adalah lebih besar dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki orang tua penderita. Secara umum seseorang dikatakan menderita hipertensi jika tekanan darah sistolik/diastoliknya melebihi 140/90 mmHg (normalnya 120/80 mmHg). Sistolik adalah tekanan darah pada saat jantung memompa darah ke dalam pembuluh nadi (saat jantung mengkerut). Diastolik adalah tekanan darah pada saat jantung mengembang dan menyedot darah kembali (pembuluh nadi mengempis kosong). 2. Penyebab Berdasarkan etiologinya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu: a. Hipertensi primer atau esensial adalah suatu kondisi dimana terjadinya tekanan darah tinggi sebagai akibat dampak dari gaya hidup seseorang dan faktor lingkungan. Seseorang yang pola makannya tidak terkontrol dan mengakibatkan kelebihan berat badan atau bahkan obesitas,

merupakan pencetus awal untuk terkena penyakit tekanan darah tinggi. Begitu pula sesorang yang berada dalam lingkungan atau kondisi stressor tinggi sangat mungkin terkena penyakit tekanan darah tinggi, termasuk orang-orang yang kurang olahraga pun bisa mengalami tekanan darah tinggi. b. Hipertensi sekunder adalah suatu kondisi dimana terjadinya peningkatan tekanan darah tinggi sebagai akibat seseorang mengalami/menderita penyakit lainnya seperti gagal jantung, gagal ginjal, atau kerusakan sistem hormontubuh. Sedangkan pada Ibu hamil, tekanan darah secara umum meningkat saat kehamilan berusia 20 minggu. Terutama pada wanita yang berat badannya di atas normal. Klasifikasi hipertensi menurut WHO berdasarkan tekanan diastolik, yaitu:
a. Hipertensi derajat I, yaitu jika tekanan diastoliknya 95-109 mmHg. b. Hipertensi derajat II, yaitu jika tekanan diastoliknya 110-119 mmHg. c. Hipertensi derajat III, yaitu jika tekanan diastoliknya lebih dari 120 mmHg.

FAKTOR RESIKO Faktor resiko hipertensi meliputi 1. Usia ; Insiden hipertensi makin meningkat dengan meningkatnya usia. Ini sering disebabkan oleh perubahan alamiah di dalam tubuh yang mempengaruhi jantung, pembuluh darah dan hormon. Hipertensi pada yang berusia kurang dari 35 tahun akan menaikkan insiden penyakit arteri koroner dan kematian prematur (Tambayong, 2000). 2. Jenis kelamin ; Pada umumnya insiden pada pria lebih tinggi daripada wanita, namun pada usia pertengahan dan lebih tua, insiden pada wanita akan meningkat, sehingga pada usia diatas 65 tahun, insiden pada wanita lebih tinggi (Tambayong, 2000) 3. Obesitas ; adalah ketidak seimbangan antara konsumsi kalori dengan kebutuhan energi yang disimpan dalam bentuk lemak (jaringan sub kutan tirai usus, organ vital jantung, paru dan hati) yang menyebabkan jaringan lemak in aktif sehingga beban kerja jantung meningkat. Obesitas juga didefinisikan sebagai kelebihan berat badan sebesar 20% atau lebih dari berat badan ideal. Obesitas adalah penumpukan jaringan lemak tubuh yang berlebihan dengan perhitungan IMT > 27.0. pada orang yang menderita obesitas ini organ-organ tubuhnya dipaksa untuk bekerja lebih

berat, oleh sebab itu pada waktunya lebih cepat gerah dan capai. Akibat dari obesitas, para penderita cenderung menderita penyakit kardiovaskuler, hipertensi dan diabetes mellitus (Notoatmodjo: 2003). 4. Riwayat keluarga ; yang menunjukkan adanya tekanan darah yang meninggi merupakan faktor risiko yang paling kuat bagi seseorang untuk mengidap hipertensi dimasa yang akan datang. Tekanan darah kerabat dewasa tingkat pertama (orang tua saudara kandung) yang dikoreksi terhadap umur dan jenis kelamin tampak ada pada semua tingkat tekanan darah (Padmawinata, 2001). 5. Merokok ; Departemen of Healt and Human Services, USA (1989) menyatakan bahwa setiap batang rokok terdapat kurang lebih 4000 unsur kimia, diantaranya tar, nikotin, gas CO, N2, amonia dan asetaldehida serta unsur-unsur karsinogen. Nikotin, penyebab ketagihan merokok akan merangsang jantung, saraf, otak dan bagian tubuh lainnya bekerja tidak normal. Nikotin juga merangsang pelepasan adrenalin sehingga meningkatkan tekanan darah, denyut nadi, dan tekanan kontraksi otot jantung. Selain itu, meningkatkan kebutuhan oksigen jantung dan dapat menyababkan gangguan irama jantung (aritmia) serta berbagai kerusakan lainnya (Wijayakusuma, 2003). 6. Olah raga ; lebih banyak dihubungkan dengan pengelolaan hipertensi karena olah raga isotonik dengan teratur akan menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah. Olah raga juga dikaitkan dengan peran obesitas pada hipertensi kurang melakukan olah raga akan menaikan kemungkinan timbulnya obesitas dan jika asupan garam juga bertambah akan memudahkan timbulnya hipertensi (Tjokronegoro, 2001). 3. Gejala hipertensi Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat, edema pupil (edema pada diskus optikus). Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakan gejala sampai bertahun-tahun. Gejala bila ada menunjukan adanya kerusakan vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai sistem organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan. Perubahan patologis pada ginjal dapat

bermanifestasi sebagai nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) dan azetoma [peningkatan nitrogen urea darah (BUN) dan kreatinin]. Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau serangan iskemik transien yang bermanifestasi sebagai paralisis sementara pada satu sisi (hemiplegia) atau gangguan tajam penglihatan (Smeltzer, Bore, 2002). Crowin (2000: 359) menyebutkan bahwa sebagian besar gejala klinis timbul setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun berupa : Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi, Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan akibat peningkatan tekanan darah intrakranial,

pusat

kapiler Gejala lain yang umumnya terjadi pada penderita hipertensi yaitu pusing, muka merah, sakit kepala, keluaran darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal dan lain-lain (Novianti, 2006). sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebutensefalopati hipertensif, yang memerlukan penanganan segera. 4. Pencegahan 1. Pencegahan agar tidak terjadi komplikasi dari hipertensi 1. Kontrol teratur 2. Minum obat teratur 3. Diit rendah garam dan lemak 2. Makanan yang dianjurkan untuk penderita hipertensi antara lain: 1. Sayur-sayuran hijau kecuali daun singkong, daun melinjo dan melinjonya 2. Buah-buahan keculi buah durian

3. Ikan laut tidak asin terutama ikan laut air dalam seperti kakap dan tuna 4. Telur boleh dikonsumsi maksimal 2 butir dalam 1 minggu dan diutamakan putih telurnya saja 5. Daging ayam (kecuali kulit, jerohan dan otak karena banyak mengandung lemak) 3. Makanan yang perlu dihindari 1. Makanan yang di awetkan seperti makanan kaleng, mie instant, minuman kaleng 2. Daging merah segar seperti hati ayam, sosis sapi, daging kambing 3. Makanan berlemak dan bersantan tinggi serta makanan yang terlalu asin. 5. Terapi Hal lain yang perlu ditanyakan kepada penderita guna kepentingan terapi adalah: Bila sebelumnya telah diketahui menderita hipertensi : informasi pengobatan sebelumnya meliputi jenis obat, dosis, efektifitas, dan efek samping yang mungkin timbul. Penyakit yang sedang atau pernah diderita seperti diabetes militus, penyakit ginjal, dan penyakit jantung serta penyakit kelenjar tiroid. Kemungkinan penderita sedang mengkonsumsi obat karena penyakit lain, yang mungkin menimbulkan efek samping kenaikan tekanan darah, seperti golongan steroid, golongan penghambat monoamin oksidase dan golongan simpatomimetik. Kebiasaan makan penderita (terutama asupan garam), minuman alkohol dan konsumsi rokok. Faktor stres psikis. Pada wanita perlu ditanyakan tentang riwayat kehamilan dan persalinan (pre-eklamsi dan eklamsi), serta pemakaian alat kontrasepsi. Pengobatan non obat (non farmakologis)

Pengobatan non farmakologis kadang-kadang dapat mengontrol tekanan darah sehingga pengobatan farmakologis menjadi tidak diperlukan atau sekurang-kurangnya ditunda. Sedangkan pada keadaan dimana obat anti hipertensi diperlukan, pengobatan non farmakologis dapat dipakai sebagai pelengkap untuk mendapatkan efek pengobatan yang lebih baik. Pengobatan non farmakologis diantaranya adalah : 1. Diet rendah garam/kolesterol/lemak jenuh 2. Mengurangi asupan garam ke dalam tubuh. Nasehat pengurangan garam, harus memperhatikan kebiasaan makan penderita. Pengurangan Cara asupan garam ini secara drastis akan sulit dilaksanakan. pengobatan hendaknya tidak dipakai sebagai

pengobatan tunggal, tetapi lebih baik digunakan sebagai pelengkap pada pengobatan farmakologis. 3. Ciptakan keadaan rileks Berbagai cara relaksasi seperti meditasi, yoga atau hipnosis dapat

mengontrol sistem saraf yang akhirnya dapat menurunkan tekanan darah. 4. Melakukan olah raga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama 30-45 menit sebanyak 3-4 kali seminggu. 5. Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alcohol

F. Daftar Pustaka Smeltzer, Suzanne. 2002. Keperawatan Medical Bedah. Jakarta : EGC Taufik. 2009. Tekanan Darah dan Pengaturan Darah Rata-rata.

http://file.upi.edu/Direktori/F%20-%20FPOK/JUR.%20PEND.%20KESEHATAN %20&%20REKREASI/197610152008011%20-%20IKBAL%20GENTAR %20ALAM/Tekanan%20Darah%20dan%20Pengaturan%20Darah%20RataRata.pdf. Diakses tanggal 11 April 2011 jam 18.12

Purwaningsih,

Diah

Titis.

2010.

Sistem

Sirkulasi

Darah.

http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/anatomi_tubuh_manusia/bab4_sis temsirkulasidarah.pdf. Diakses tanggal 11 April 2011 jam 18. 23

SATUAN ACARA PENGAJARAN HIPERTENSI

(Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Sistem Kardiovaskuler)

Kelompok IA JITA OLISA (0910720049) (0910720047)

IVO FEORENTINA JAJANG

(0910720048)

INDAH PUSPITA SARI (0910721005)

JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

2011

Anda mungkin juga menyukai