Anda di halaman 1dari 15

TUGAS PERTAMA PERANCANGAN ALAT DAN MESIN PERTANIAN KONSEP PERANCANGAN DAN PENERAPAN MESIN PEMIPIH BIJI MELINJO

KAB. KUNINGAN JAWA BARAT

Rendy Okto Rachmadi 240110080076

JURUSAN TEKNIK DAN MANAJEMEN INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR 2011

1.1.

PENDEKATAN MASALAH

1.1.1. Latar Belakang

Tanaman melinjo (Gnetum gnemon L.) merupakan salah satu tanaman pangan yang banyak digemari masyarakat. Bagian yang dimakan adalah daun muda, bunga, dan buah muda, buah yang sudah tua dimanfaatkan untuk makanan kecil berupa rebusan, keripik atau emping melinjo. Emping melinjo sebagai olahan biji tuanya merupakan komoditi ekspor non migas yang potensial. Negara pengimpor melinjo antara lain Singapura, Amerika Serikat, Australia, Hongkong, Brunei, Saudi Arabia, Malaysia, dan Belanda. Melinjo berperawakan pohon yang ramping, berkelamin dua dan selalu hijau, dengan batang yang lurus sekali, tingginya 5-10 m; kulit batangnya berwarna kelabu, ditandai oleh gelang-gelang menonjol secara nyata; cabang-cabangnya berbagai ukuran dan letaknya melingkari batang, terus sampai di pangkal bacang. Cabang itu menebal di pangkalnya. Daundaunnya berhadapan, berbencuk jorong, berukuran (7,5-20) cm x (2,5-10) cm; tulang daun sekunder melengkung dan bersatu di ujungnya. Perbungaannya menyendiri dan keluar dari ketiak daun, juga dari batang yang celah tua, panjangnya 3-6 cm, dengan bunga-bunganya tersusun dalam bentuk lingkaran di buku-bukunya. Bunga betina sebanyak 5-8 kuntum pada setiap buku perbungaan, bentuknya bundar dan melancip ke ujungnya. Buahnya mirip buah geluk, berbentuk jorong, panjangnya 1-3>5 cm, berembang (apiculate) pendek, berbulu halus, mula-mula berwarna kuning, kemudian berubah

menjadi merah sampai lembayung jika macang. Bijinya satu butir per buah, berukuran besar dan berkulit tanduk. Proses embriogenesisnya mungkin belum tuntas sewaktu biji itu jatuh dari pohon, perkembangan selanjutnya terjadi sewaktu biji sudah tergeletak di tanah. Biji itu memerlukan waktu beberapa bulan sampai 1 tahun untuk mulai berkecambah. Fase yuwananya berlangsung 5-8 tahun. Munculnya ranting secara serempak dan

pembungaannya berlangsung terus-menerus sepanjang tahun, tetapi keadaan iklim di sentra-sentra utamanya menyebabkan adanya tingkatan kesinkronan, yang seringkali menjurus ke cerjadinya 2 kali masa panen per tahunnya. Melinjo memiliki banyak manfaat, daun muda, perbungaan, buah muda, dan buah tua melinjo dimasak sebagai sayur (terutama sayur asem). Bijinya merupakan bagian yang terpenting; buahnya tidak lain dari biji yang terbungkus oleh kulit dalam yang kaku (kulit biji) dan kulit luar yang tipis dan dapat dimakan. Biji melinjo dapat dimakan mentah, tetapi umumnya direbus atau dijadikan emping dan digoreng. Emping ini merupakan industri rumah tangga yang penting di Jawa. Setelah kulit biji dibuang, biji disangrai secara hati-hati, kulit bijinya dipecahkan dan bijinya selagi panas ditumbuk, dijadikan emping. Emping basah kemudian dikeringkan, dipilahpilah dan dikemas untuk dijual di pasar. Emping goreng (sebagai makanan kecil) diolah dengan cara menggorengnya dalam minyak yang mendidih. Suatu macam serat yang berkualitas tinggi dihasilkan dari kulit batang bagian dalam; kulit ini dimanfaatkan sebagai tali panah yang terkenal di pulau Sumba, juga untuk tali pancing atau jaring, berkat ketahanannya terhadap air laut. Kayu melinjo tak ada manfaatnya yang khusus, mungkin alasannya ialah karena kambium sekundernya membentuk struktur batang yang tidak normal. Tanaman ini mempunyai syarat tumbuh Pohon melinjo tumbuh liar di hutan-hutan hujan, pada ketinggian sampai 1200 m dpl.; umum dijumpai di pinggiran sungai di Niugini 1.1.2.Tahap Pengembangan dan Penerapan Teknologi Pengupas Biji Melinjo

Sektor pertanian beberapa dekade ini sedang mengalami berbagai macam gejolak. Apalagi setelah pemerintah menaikan harga jual bahan bakar minyak hampir 35 %, yang otomatis menyebabkan semua sektor tidak hanya pertanian mengalami peningkatan secara signifikan. Dengan meilhat fenomena yang terjadi dapat kita lihat mempengaruhi para pelaku di masingmasing bidang yang bergerak di Indonesia ini terutama di bidang pertanian. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sedang mengalami sebuah perpindahan yang dahulunya merupakan sebuah sektor penting yang berpengaruh pada sektor-sektor lain menjadi sebuah sektor yang

dikesampingkan oleh pemerintah. Namun seiring dengan perkembangan dunia sekarang ini, maka pertanian kembali menjadi satu sektor yang memang sangat perlu untuk dikembangkan dan memilki kesempatan besar untuk menghasilkan income yang sangat menjanjikan sehingga berguna unutk menghidupi semua aparatur pemerintahan dan masyarakat Indonesia. Dengan adanya rincian pembangunan nasional yang menitikberatkan kepada sektor pertanian, maka kami mencoba untuk memodifikasi sebuah mesin pengupas biji melinjo. Proses penanganan biji belinjo biasanya dilakukan secara tradisional, dengan bantuan mesin maka dapat memudahkan para petani melinjo sehingga dapat memperpendek waktu dalam penanganan pasca panen.

Observasi kebutuhan

Produksi melinjo pada tahun 2006 khusus pada wilayah Jawa Barat mencapai 374.205 Kw dengan luas areal 10.909,09 Ha pada perkebunan rakyat. Dapat dilihat jumlah produksi melinjo yang ada di daerah-daerah di Jawa Barat adalah sebagai berikut : Produksi Melinjo di Jawa Barat

2006 (Kw)
Kabupaten / Kota No. Kab/Reg. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. Bogor Sukabumi Cianjur Bandung Garut Tasikmalaya Ciamis Kuningan Cirebon Majalengka Sumedang Indramayu Subang Purwakarta Karawang Bekasi 8.804 1.918 10.631 24.473 24.911 4.988 8.183 130.069 15.684 76.868 15.256 12.144 8.187 5.999 1.229 7.850 Regency/City Melinjo Melinjo

Kota/City 17. 18. 19. 20. 21. 22. Bogor Sukabumi Bandung Cirebon Bekasi Depok 229 324 334 15.539 141

23. 24 25.

Cimahi Tasikmalaya Banjar Jawa Barat

11 104 149 374.025

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat

Dari data statistik yang ada, dapat dilihat bahwa Kabupaten Kuningan memiliki jumlah produksi melinjo yang paling tinggi. Dengan produksi yang besar pada Kabupaten Kuningan itu, maka sangat disayangakan bahwa dalam proses pengolahan pasca panen khususnya mendapat penanganan yang kurang tepat. Para petani melinjo kadang kala tidak menghitung betapa pentingnya pengolahan pasca panen yang di lakukan pada pengupasan kulit luar biji melinjo. Penggambaran Masalah Proses pengolahan biji melinjo menjadi emping pada saat ini masih dilakukan secara tradisional dan tradisional terdiri dari beberapa tahap. Tahap pertama adalah dengan proses pemanasan dengan melakukan penyangraian pada biji melinjo, pengupasan kulit biji, pemipihan biji melinjo dan penjemuran. Pada proses pemipihan biasanya dilakukan dengan cara mekanis yaitu dengan cara di tumbuk dengan batu atau sebagainya.. Demikian spesifikasi alat pemecah tersebut Landasan prees terbuat dari paralon 1 unit insultan pemipih emping melinjo 1 unit exentrik Motor listrik HP Speed reducer type 50 1 unit scrapper Body terbuat dari plat stainless steel Kerangka besi siku 40x40x4 mm Kapasitas mencapai 1100 sampai 120 emping

Kapasitas Produksi Perkebunan Rakyat


No. Komoditas Muda 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 Kelapa Cengkeh Kopi Lada Pala Melinjo Jambu Mete Kemiri Panili Kapuk Aren Kenanga Tembakau Nilam Jahe Kencur Kunir Laja Kapolaga Pandan Tebu Karet Teh Pinang Jarak Jumlah 2.084,650 736,329 435,272 25,176 94,220 977,890 104,149 5,170 305,101 165,282 4,620 3,000 26,710 3,700 3,840 12,680 38,480 42,650 8,300 5.077,219 Luas Tanaman (Ha) Produktif Rusak 5.027,730 1.246,698 1.130.224 75,982 73,270 1.363,131 2,504 100,367 2,965 374,237 275,254 24,330 23,390 78,890 27,600 4,050 16,270 16,270 84,316 52,140 587,586 2,031 15,800 10.604,865 134,000 165,440 68,500 10,200 82,050 97,132 1,930 12,990 3,800 84,383 67,190 56,079 6,610 8,840 2,780 4,860 4,675 19,125 9,422 16,419 3,900 1,500 861,825 Produksi Jumlah Wujud (ton) 3.617,642 Kopra 219,166 Biji Kering 637,486 Biji Kering 45,957 Biji Kering 32,535 Biji Kering 593,133 Biji Kering 0,916 Biji Kering 53,062 Biji Kering 1,280 Buah Kering 126,769 Buah Kering 119,317 Gula Merah 6,938 Minyak 41,715 Daun Kering 216,750 Daun Kering 79,362 7,232 29,790 28,563 41,658 Buah Kering 139,878 Daun Kering 3.681,565 Gula Hablur 0,053 Daun Kering 3,340 9.724,105 -

Jumlah 7.246,380 2.148,467 1.633,996 111,358 249,540 2.438,153 4,434 217,506 11,935 763,721 507,726 85,029 23,390 88,500 63,150 10,530 24,800 33,625 141,921 104,212 587,586 18,450 28,000 1,500 16.543,909

Daging biji melinjo segar mengandung 4,7% protein, 23,4% karbohidrat, 70% air dan kurang lebih 1% lemak. Setelah menjadi emping melinjo kering terjadi perubahan komposisi protein menjadi 11,8% , karbohidrat 78,1% , air 55 dan lemak 2,4%. Komposisi inipun akan berubah lagi apabila emping melinjo digoreng.

Proses Pembuatan Emping Melinjo


a. Biji mlinjo segar dikupas kulit luarnya, sehingga didapat klatak (biji

mlinjo dengan kulit terluar berupa kulit tanduk/keras) b. Menyangrai klatak dengan media pasir pada suhu 160oC selama 3 menit untuk mendapatkan daging melinjo yang disebut kernel. c. Merendam Kernel dalam larutan selama 10 menit. d. Mengeringkan kernel selama 12 jam pada suhu 60 oC. e. Menyimpan kernel kering dalam kantong plastik yang tertutup dan menyimpannya selama 8 minggu. f. Melakukan perendaman kernel dengan air (suhu kamar) sesuai dengan perlakuan : 10 jam., 15 Jam, atau 20 jam g. Mengukus kernel dengan lama waktu sesuai dengan perlakuan: 3 menit, 6 menit, atau 9 menit). h. Memipihkan kernel dengan alat pemipih dan mengeringkannya selama 8 jam pada suhu 45 oC. i. Menggoreng emping melinjo selama 10 detik pada suhu 165oC j. Sebagai pembanding adalah emping yang dibuat dari biji melinjo besar. Natrium Metabisulfit 500 ppm

Biji Melinjo (100 Kg) Pengupasan I Kulit luar (10 Kg) 10 % Pengemasan II 90 %

Kulit dalam 28 %
Penipisan dan Penjemuran 72 % Air (25 Kg) 42 % Emping melinjo (58 %) 38 Kg
Gambar 1. Neraca Bahan Melinjo Menjadi Emping Melinjo (Masyrofie dkk., 1993)

Dari proses pembuatan emping dari biji melinjo diatas, dapat dilihat bahwa dalam proses pembuatan emping biji melinjo ini dibutuhkan waktu yang lama

1.1.2. TAHAP PENERAPAN MESIN PEMIPIH MELINJO DISESUAIKAN DENGAN LINGKUNGAN BIOFISIK, SOSIAL, EKONOMI BUDAYA Langkah berikutnya dalam konsep penerapan mesin pemipih biji melinjo disesuaikan dengan lingkungan biofisik, sosial, ekonomi budaya. Tahapannya adalah sebagai berikut : a. Pemilihan Lokasi Dimuka telah disebutkan bahwa yang menjadi sasaran penerapan dari alat ini adalah Kabupaten Kuningan yang diharapkan menjadi salah satu

sentra produksi melinjo, proses pengolahan pasca panen terutama pemipih melinjo dilakukan dengan cara manual dengan tangan, sehingga petani merasa kesulitan dan kelelahan. b. Deskripsi Wilayah Daerah yang akan dijadikan sebagai objek lokasi penerapan mesin pemipih biji melinjo ini harus dilihat deskripsinya yang meliputi : Topograpi, dipilih yang memungkinkan budidaya melinjo Iklim yang menentukan peluang melinjo pertahunnya c. Alternatif Teknologi yang Memungkinkan Dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang ada, memungkinkan dikembangkan alternatif teknologi baru yaitu mesin pemipih biji melinjo di daerah yang telah dipilih. Pertimbangan yang diambil dalam pengembangan mesin ini adalah : Memberikan sebuah inovasi yang lebih baik dari mesin sebelumnya. Mempercepat waktu proses produksi emping melinjo. Mengurangi biaya proses produksi. Mengurangi proses pembusukan melinjo diakibatkan waktu penyimpanan hasil penen yang terlalu lama.

d. Alternatif ekonomi Aspek ini dimaksudkan untuk melihat prospek kedepan yang dapat dihasilkan dari penerapan mesin pengupas ini di daerah Kuningan, Jawa Barat. Apakah secara ekonomi teknologi penerapan mesin ini

menguntungkan atau tidak. Dilihat dari penerapan mesin pemipih ini di daerah Kuningan relatif menguntungkan karena didukung terbatasnya tenaga kerja yang ada dan waktu produksi dari melinjo sendiri menjadi lebih efektif dan efisien. e. Alternatif Sosial Tujuan dari langkah ini adalah untuk melihat apakah akan ada dampak sosial yang terjadi di masyarakat seperti apakah alat ini menggeser tenaga kerja yang ada di daerah tersebut. Untuk mengatasi hal seperti ini maka kondisi sosial budaya masyarakat setempat harus lebih diperhatikan. Setelah melihat survey yang terjadi di Kuningan ternyata disana terjadi kekurangan tenaga kerja dan lama waktu yang dibutuhkan dalam proses pemipihan melinjo tersebut dapat mengurangi produktifitas pembuatan emping itu sendiri sehingga penerapan alat ini di daerah tersebut mendapatkan tanggapan positif dari masyarakat setempat. f. Pengujian laboratorium Setelah tahap penerapan mesin pemipih ini selesai maka tahap selanjutnya adalah uji laboratorium. Pengujiian ini bertujuan untuk dapat mengetahui apakah bagian dari komponen mesin ini sudah sesuai dan berfungsi sebagaimana yang diharapkan. g. Uji vertifikasi Uji verifikasi dilakukan dengan bertujuan untuk kepentingan: 1. Kerja dari mesin yang meliputi kapasitas kerja mesin 2. Kelanjutan uji adapasi

h. Uji adaptasi Merupakan tahap sosialisasi kepada masyarakat dengan melakukan demonstrasi mesin pemipih biji melinjo tersebut. Tahapan ini dilakukan setelah dilakukannya evaluasi terhadap mesin 1.14. Penyaluran terhadap calon pemakai Apabila pengujian adaptasi dapat berhasil dengan baik, maka dilanjutkan dengan penyuluhan terhadap calon pemakai mesin pemipih biji melinjo. a. Perencanaan Perencanaan untuk merancang mesin pemipih biji melinjo harus didasarkan pada pokok masalah yang ada dan keuntungan yang potensial bagi petani melinjo yang meliputi : Melihat dari permasalahan yang ada pada para petani dan melihat potensi melinjo yang memilki nilai jual. Masalah yang ada dilihat secara eknomis dengan dinilai berdasarkan satuan uang.

b. Formulasi Paket Formulasi paket dengan melihat dari minat petani terhadap mesin tersebut dan menawarkan terhadap petani terhadap produk yang ditawarkan apakah perlu diperbanyak atau tidak serta cara formulasi paket yang dikehendaki petani.

c. Kelembagaan yang Membantu Dalam hal ini diperlukan keterkaitan terhadap pihak yang ada di desa tersebut seperti organisasi pemerintahan, badan pertanian desa, dan lain-lain.

d. Pengadaan Material Pengadaan material yang meliputi sarana dan penyediaan alat serta bahan untuk uji adaptasi dan penyuluhan e. Pelaksanaan Pelaksanan progam ini adalah dimulai dari penyelidikan terhadap data-data hasil produksi melinjo, kondisi masyarakat (social, ekonomi, budaya), kelembagaan social dan pemerintahan. Pelaksanaan program ini dilakukan melalui penyuluhan dan demonstrasi dari mesin pemipih biji melinjo

f. Evaluasi Evaluasi dilakukan terhadap pelaksanaan program penyuluhan dan demonstrasi pada mesin pemipih biji melinjo

1.2. KESIMPULAN DAN SARAN Dalam penentuan penerapan teknologi pada suatu daerah di Indonesia, diperlukan beberapa macam pendekatan yang dapat dilakukan. Hal ini dapat berfungsi untuk mempelajari karakteristik dari daerah yang akan diberikan sebuah penerapan teknologi baru yang nantinya dapat membantu para petani melinjo di daerah tersebut dalam menangani salah satu proses dalam pengolahan biji melinjo menjadi makanan jenis lain seperti emping melijo. Penerapan sebuah teknologi pada suatu daerah harus memenuhi berbagai aspek yang ada dalam daerah tersebut. Aspek tersebut meliputi berbagai macam hal yang sangat berpengaruh dalam kehidupan masyarakat di daerah tersebut. Selain itu dalam penerapan teknologi itu sendiri harus diketahui apakah mesin tersebut layak serta mampu mengatasi permasalahan yang ada di daerah tersebut terutama dalam permasalahan yang ada mengenai proses pembuatan emping. Dalam penerapan mesin pengupas ini kami mengharapkan beberapa bantuan dari intansi terkait sehingga dalam pelaksanaan penerapan teknologi ini dapat berjalan dengan baik dan dapat diterima oleh masyarakat daerah tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous. 2008. http://www.kuningankab.go.id/perkebunan Brown, Jr., Thomas H. 2005. Marks calculation for machine design.McGraw-Hill Book Company. Herwanto, Totok, IR., M. ENG,. 2000. Modul Rancang Bangun Mesin dan Peralatan Paska Panen Kacang Tanah. LPM Universitas Padjadjaran. Bandung. Muhaemin, Mimin dan Asep Yusuf. 2007. Modul Kuliah Perancangan Elemen Mesin. Unpad: Jatinangor. Robberts, Theunis C. 2000. Food plant engineering systems CRC Press LLC: Florida. Sunanto, H. 1993. Budidaya Melinjo dan Usaha Produksi Emping. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Tim Penulis Penebar Swadaya. 2002. Budidaya dan Pengolahan Melinjo. Penebar Swadaya. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai