Disusun Oleh : Nama : Drajat Dwi H NIM : 08/270265/KT/06374
FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS GAD1AH MADA YOGYAKARTA 2010 Pemanfaatan Sengon sebagai Kayu Rakitan
~Pemanfaatan Sengon sebagai Kayu Rakitan
Selama tiga dekade terakhir, sumberdaya hutan telah menjadi modal utama pembangunan ekonomi nasional, yang memberi dampak positiI antara lain terhadap peningkatan devisa, penyerapan tenaga kerja dan mendorong pengembangan wilayah dan pertumbuhan ekonomi. Namun demikian dinamika pembanguna masa lalu telah menyebabkan pemanIaatan hasil hutan kayu secara berlebihan yang ditunjukkan dengan kapasitas industri nasional yang melebihi kemampuan pasok kayu lestari sesuai sistem pengelolaan hutan saat ini. Kekhawatiran yang terjadi saat ini terhadap kondisi hutan kita adalah penyediaan bahan baku bagi industri-industri kayu baik industri besar maupun industri kecil. Disisi lain, pemerintah telah mengeluarkan kebijakan untuk melarang ekspor kayu bulat. Hal tersebut diharapkan mampu memberi peluang untuk menyerap tenaga kerja di dalam negeri dengan mendorong munculnya lapangan kerja baru baik berupa industri pengolahan kayu rakyat maupun oleh kalangan pengusaha kecil. Kebijakan tersebut telah terealisasi dengan munculnya industri-industri kecil pengolahan kayu di Jawa. Industri tersebut sebagian besar memperoleh supply bahan baku berasal dari hutan rakyat, sehingga kebutuhan kayu di Jawa dapat terbantu pemenuhannya oleh hutan rakyat. Hutan Rakyat di pulau Jawa di dominasi oleh jenis Sengon (Paraserianthes falcataria). Jenis ini lebih disukai oleh masyarakat untuk dikembangkan di hutan rakyat karena selain daur tanam yang relatiI singkat kayu sengon juga dapat digunakan untuk kayu pertukangan, pulp, maupun berbagai macam kayu rakitan yaitu kayu lapis, papan blok, venir lamina, kayu lamina, papan partikel dan papan gipsum. SiIat Iisis dan mekanis kayu rekonstitusi pada umumnya memenuhi persyaratan standar Indonesia dan Jepang. Kayu sengon termasuk kelas awet IV/V dan kelas IV-V dengan berat jenis 0,33 (0,24-0,49). Kayunya lunak dan mempunyai nilai penyusutan dalam arah radial dan tangensial berturut-turut 2,5 persen dan 5,2 persen (basah sampai kering tanur). Kayunya mudah digergaji, tetapi tidak semudah kayu meranti merah dan dapat dikeringkan dengan cepat tanpa cacat yang berarti. Cacat pengeringan yang lazim adalah kayunya melengkung atau memilin.
Pemanfaatan Sengon sebagai Kayu Rakitan
I. Kayu Lapis erdasarkan hasil penelitian pembuatan kayu lapis dari kayu sengon dikemukankan bahwa, dari dolok kayu sengon sebanyak 10 m3 dapat dihasilkan venir basah sebanyak 3,63 m3 dan 2,96 m3 kayu lapis sengon. Dengan demikian rendemen venir kayu sengon adalah 36,60 dan rendemen kayu lapis 29,60. Venir kayu sengon setelah dikeringkan cenderung mengkerut dan bergelombang sehingga mengakibatkan produk kayu lapisnya melengkung (tidak rata sehingga menurunkan mutu kayu lapis). Keteguhan rekat kayu lapis sengon memenuhi syarat Standar Jepang (JAS), karena keteguhan rekatnya lebih besar daripada 7 kg/cm2. II. Papan Blok Merupakan kayu lapis yang intinya berupa bilah kayu gergajian. Keteguhan rekat papan blok berkisar antara 9,14 kg/cm2 hingga 13,50 kg/cm dengan rata-rata 11,23 kg/cm2. Jika dibandingkan dengan Standar Indonesia maka keteguhan rekat papan blok dengan berbagai perlakuan memenuhi syarat standar tersebut karena nilainya tidak kurang dari 7 kg/cm2, keteguhan rekat papan blok sengon dipengaruhi oleh lebar bilah inti, tidak dipengaruhi oleh tebal bilah inti tetapi dipengaruhi oleh interaksi kedua Iaktor tersebut. Keteguhan rekat papan blok sengon tidak menunjukkan pola yang teratur. III. Venir Lamina Merupakan suatu produk yang diperoleh dengan cara menyusun sejajar serat lembaran venir yang diikat dengan perekat. Venir lamina dapat dibuat dari sisa potongan venir atau venir yang sempit, produknya bisa digunakan antara lain untuk bingkai laci sebagai pengganti papan. eberapa pabrik pengerjaan kayu dan mebel membuat venir lamina lengkung antara lain untuk kaki meja dan tangkai payung. IV. Kayu Lamina Kayu lamina atau disebut juga balok majemuk adalah suatu balok yang diperoleh dari perekatan kayu, dapat berbentuk lurus, melengkung atau gabungan dari keduanya, dengan arah sejajar satu sama lain. Perbedaan jumlah kadar bahan pengisi akan memberikan pengaruh terhadap nilai keteguhan rekat kayu lamina sengon untuk uji basah maupun uji kering.
Pemanfaatan Sengon sebagai Kayu Rakitan
V. Papan Partikel Papan partikel adalah papan yang dibuat dari partikel kayu atau bahan berlignoselulosa lainnya yang diikat dengan perekat organik dan dengan bantuan satu atau lebih unsur panas, tekanan, kelembaban, katalis dan lain-lain. telah meneliti pengaruh kayu sengon, pinus dan campurannya serta komposisi perekat terhadap siIat papan partikel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kerapatan papan partikel sengon rata-rata 0,70 g/cm3 (berkerapatan sedang), kadar air 8,5, penyerapan air setelah direbus di dalam air panas (100 C) 27, pengembangan tebal setelah direndam selama 3 jam (100 C) dan dikeringkan pada 100 C rata-rata 19, keteguhan geser 190 kg/cm2, keteguhan lentur sampai batas proporsi (MOE) 7.500 kg/cm2. Dari data tersebut pada umumnya siIat Iisis dan mekanis papan partikel yang dibuat memenuhi Standar Indonesia. VI. Papan Gipsum Papan gipsum adalah papan mineral perekatnya berupa gipsum. Papan gipsum bersiIat tahan api, awet dan tidak menimbulkan emisi gas Iormaldehida. Salah satu penggunaan papan gipsum cocok untuk pemakaian di bawah atap dan tidak selalu berhubungan dengan kelembaban tinggi. Seiring kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut diharapkan semakin berkembang pula teknik-teknik pemanIaatan hasil hutan berupa kayu seeIektiI dan seeIisien mungkin sehingga seluruh bagian dari kayu dapat dimanIaatkan dan mampu meminimalisasi residu atau limbah dari pengolahan kayu.