Anda di halaman 1dari 82

PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH KPH KENDAL

BAB V

V. HASIL PENILAIAN KBKT

Identifikasi keberadaan KBKT mencoba untuk mengikuti semaksimal mungkin metode HCV Indonesia Tollkit. Sub-tim yang terdiri dari staf TFT dan Perum Perhutani KPH Kendal melakukan investigasi aspek-aspek ekologi dan sosial KBKT. Secara spesifik sub-tim ekologi mengkaji nilai-nilai NKT 1 - 4 dan sub-tim sosial mengkaji nilai-nilai NKT 4 6. Kedua tim mengkaji NKT 4 karena NKT 4 ini mengandung nilai-nilai baik ekologi maupun sosial. Untuk mendapatkan persepsi masyarakat terhadap sumber daya alam penting bagi kehidupan mereka tim sosial melakukan PCP (Participatory Conservation Planning) terhadap beberapa desa contoh. Kedua tim akhirnya melakukan penilaian penuh semaksimal mungkin dengan menggunakan informasi yang tersedia. Hasil evaluasi awal keberadaan KBKT di kawasan hutan KPH Kendal berdasarkan metode ini disajikan dalam bentuk hasil analisis yang dipaparkan dalam bab ini. Berdasarkan substansinya ke enam sifat KBKT sebagaimana dideskripsikan oleh FSC dikelompokkan kedalam tiga bidang kajian nilai yaitu (1) nilai-nilai ekologis, (2) nilai-nilai jasa lingkungan dan (3) nilai-nilai sosial budaya. Kajian keberadaan Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi (KBKT) prinsip 9 FSC disini bukan merupakan kajian tentang perlindungan spesies langka, terancam dan hampir punah secara individu. Akan tetapi kajian ini berbicara tentang apakah suatu areal dapat dikategorikan sebagai KBKT atau tidak dengan melakukan evaluasi apakah areal tersebut memiliki satu atau lebih dari ke enam sifat NKT. Apabila suatu kawasan hutan memiliki satu atau lebih sifat-sifat NKT maka areal tersebut adalah KBKT. Perlindungan terhadap spesies langka, terancam, dan hampir punah beserta habitatnya secara individu dibahas dalam prinsip dan kriteria FSC yang lainnya

IDENTIFIKASI KAWASAN BERNILAI KONSERVASI TINGGI | HASIL PENILAIAN KBKT

42

PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH KPH KENDAL

BAB V

5.1. Ecological Values 5.1. Nilai-Nilai Ekologis 5.1.1. NKT1 Forest areas containing globally, regionally or nationally significant concentrations of biodiversity values (e.g. endemism, endangered species, refugia). Kawasan hutan secara global, regional atau nasional berisi konsentrasi yang signifikan nilai-nilai keanekaragaman hayati (contoh : spesies endemis, langka, refugia). 1.1 1.1 The FMU is within an actual or proposed protected area? Yes Unit manajemen berada dalam atau diusulkan sebagai hutan lindung? Ya Deliniasi dilakukan di 2 (dua) status kawasan yaitu yang berbatasan dengan hutan lindung dan cagar alam. Hutan lindung memiliki fungsi sesuai dengan UU nomor 41 tahun 1999, PP nomor 34 tahun 2002, Keppres nomor 32 tahun 1990 dan peraturan perundangan lain yang dikeluarkan dari Lembaga Pemerintah lainnya (Keputusan Menteri Pertanian Nomor 837/Kpts/Um/II/1980, Permenhut No P.3/Menhut-II/2008 dan SK Dirjen PHPA nomor 129 tahun 1996). Berdasarkan Undang-undang tersebut fungsi hutan lindung adalah : a. b. Perlindungan sistem penyangga kehidupan Pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya c. Pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.

Menurut UU RI no 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya, Cagar alam adalah kawasan suaka alam karena keadaan alamnya mempunyai kekhasan tunbuhan, satwa, dan ekosistemnya atau ekosistem tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alami.

IDENTIFIKASI KAWASAN BERNILAI KONSERVASI TINGGI | HASIL PENILAIAN KBKT

43

PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH KPH KENDAL

BAB V

Gambar 4. Peta Penunjukan Kawasan Hutan dan Perairan Lampiran SK Menteri Kehutanan dan Perkebunan RI no. 359/Menhut-II/2004, tanggal 1 Oktober 2004.

Dari peta di atas, terlihat bahwa kawasan hutan KPH kendal berada pada kawasan hutan dengan peruntukan sebagai kawasan hutan Produksi. Namun dalam Kawasan hutan KPH Kendal berbatasan langsung dengan beberapa kawasan konservasi yang teleh ditetapkan oleh pemerintah. Beberapa kawasan konservasi tersebut merupakan kawasan yang memiliki Nilai Konservasi Tinggi, diantaranya adalah : 1. Cagar Alam a. Cagar Alam Ulolanang Kecubung Kawasan Cagar Alam Ulo lanang Kecubung merupakaan kawasan hutan alam yang berbatasan dengan wilayah jati milik Perum Perhutani. Menurut pembagian administrasi pemerintahan, kawasan Cagar Alam Ulolanang

IDENTIFIKASI KAWASAN BERNILAI KONSERVASI TINGGI | HASIL PENILAIAN KBKT

44

PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH KPH KENDAL

BAB V

termasuk kedalam wilayah desa Gondang, Kecamatan Subah, Kabupaten Batang, Propinsi Jawa Tengah. Cagar Alam Ulo lanang Kecubung ini ditunjuk berdasarkan Besluit

Gubernur Jenderal Hndia Belanda No 25 Stbl 765 tanggal 8 Desember 1922. dan oleh Pemerintah ditetapkan sebagai kawasan cagar alam berdasarkan keputusan Meneteri Kehutanan dalam Surat Keputusan No. SK. 106/Menhut-II/2000 tanggal 14 April 2004 seluas 69,7 Ha. Cagar Alam Ulo lanang Kecubung berada pada topografi lereng bergelombang, serta memiliki jenis tanah latosol dari bahan induk batu bekuan basisi dan intermedier dengan sifat tanah agak asam sampai asam, warna kuning coklat atau merah dan peka terhadap erosi. Menurut klasifikasi Schmith dan Fergusson mempunyai tipe iklim B dengan curah hujan rata-rata 277,7 mm/th, kelembabab rata-rata 84% suhu terendah 24,4 C dan suhu tertinggi 29 C. Secara geografis kawasan Cagar Alam ini terletak pada koordinat 065752 LS dan1095330 BT. Ketinggian lokasi tersebut 165 m dpl

Gambar 5. Lokasi Cagar Alam Ulolanang Kecubung

IDENTIFIKASI KAWASAN BERNILAI KONSERVASI TINGGI | HASIL PENILAIAN KBKT

45

PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH KPH KENDAL

BAB V

Jenis Flora Cagar Alam Ulo lanang Kecubung mempunyai tipe ekosistem hutan lembab dataran rendah dengan flora penyusunnya anatar alain : Atap, Bayur (Pterospermum sp), Bendo (Artocarpus elastica), Beringin, Brosol, Flamboyan, Gondang, Jambu mete, Jati, Jengkol, Jrakah, Kayu manis, Kedawung, Kedoya, Kemadu, Kembang, Kemiri, Kemunig, Kenari, Kemloko, Kepel, Klampok, Kluwih, Pasang, Plalar. Berdasarkan hasil survey Biodiversity tahun 2009 diperoleh sebagai berikut : a. Tumbuhan Bawah (Tabel 11.)
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 Nama Lokal Adal - adal Alang - Alang Amisan Bayem Repak Cambaisan Cekakluk Gadel Girang Glagah Jampang pait Katu Lateng Lireh Mersah Otok Pamulan Putri Malu R. Lulang R. Teki Sepat Sirawan Suruhan Tembelekan Tempuyung Weduri Nama Latin Imperata Cilindrica Houttuynia cordata thunb

Derris heterophylla (Willd.) Back. Lea indica Saccharum spontaneum L. Sauropus androgynus (L) Merr.) Laportea microstigma GAUD.

Commelina nudiflora Mimosa pudica Duchass. Eleusine indica Kyllinga monocephala

Piper aduncum LINN. Lantana camara Sonchus arvensis Calotropis gigantea

IDENTIFIKASI KAWASAN BERNILAI KONSERVASI TINGGI | HASIL PENILAIAN KBKT

46

PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH KPH KENDAL

BAB V

b.

Pohon (Tabel 12)


No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Nama Lokal Jati Putat Gebang Pasang Plalar Aren Gondang Rengas Wungu Bendo Manggis Klayu Nama Latin Tectona grandis Barringtonia spicata Quercus gemellyflora Arenga pinnata Ficus variegata Gluta renghas Lagerstroemia indica Artocarpus elastica Garcinia masgostana Floribunda decaisne

Jenis Fauna Untuk keragaman faunanya antara lain Elang, raja udang, bangau hitam, landak, kancil, kucing hutan, kutilang, kadalan, cucak hijau, kutilang mas, burung hantu, emprit, walet, delimukan, monyet ekor panjang, cucak coklat, garangan, bajing, kelelawar, bunglon, hap-hap a. Mamalia (Tabel 13)

No 1 2 3

Nama Lokal Babi Hutan Monyet ekor panjang Tupai

Nama Latin
sus scropa
Macaca fascicularis

Tupaia sp

IDENTIFIKASI KAWASAN BERNILAI KONSERVASI TINGGI | HASIL PENILAIAN KBKT

47

PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH KPH KENDAL

BAB V

b.

Aves (Tabel 14)


No
1 2 3 4 6 7 8 9 10 11 13 15 16 18 19 20 22 23

Nama Lokal
Kutilang

Nama Latin
Pyicnonotus aurigaster

Orthotomus ruficeps Prenjak / Cinenem Kelabu Padda oryzivora Glatik Gallus gallus Ayam Hutan Elang Ular Bido Srigunting Hitam Tekukur Gelatik Kelabu Dederuk jawa/ Puter Perkutut Pijantung Betet Kelabu/plentet Serindit jawa Decu Cica kunyit Kacamata Cabak Zosterops palpebrosus Caprimul macrurus Spilornis cheela Dicrurus macrocercus Streptopelia chinensis Parus major Streptopelia bitorquata Geopelia striata Arachnothera longirostra Lanius cristatus Loriculus pusillus Saxicola caprata

Aegithina tiphia Cipoh Kocat/cito/citu/kuniran

c.

Herpetofauna (Tabel 15)


No 1 2 3 4 5 6 7 Nama Lokal Bencok Katak Hijau Katak Daun Ular Tikus Kadal Katak Bangkong Ular Hijau Nama Latin Rhacophorus reinwardtii Rana Sp Ptyas korros Sphenomorphus puncticentralis Limnonectes sp Dryophis prasinus

Cagar Alam Ulo lanang pengelolaannya dilakukan oleh Departemen Kehutanan dalam dalam hal ini oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Tengah. KPH Kendal berkewajiban menyediakan zona penyangga (buffer zone) untuk Cagar Alam Ulo lanang.

IDENTIFIKASI KAWASAN BERNILAI KONSERVASI TINGGI | HASIL PENILAIAN KBKT

48

PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH KPH KENDAL

BAB V

Cagar Alam Ulo lanang merupakan Kawasan hutan lindung yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Menurut atribut NKT kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan Hutan Lindung merupakan kawasan yang memiliki nilai NKT 1.1.

b. Cagar Alam Peson Subah I

Gambar 6. Lokasi Cagar Alam Peson Subah I

Cagar Alam Peson Subah I terletak di Kabupaten Batang Jawa Tengah seluas 30 Ha. Secara geografis terletak antara 6412 LS dan 10952 1095350 BT. Cagar Alam Peson Subah I ditunjuk berdasarkan Besluit Gubernur Jenderal Belanda No 83 Stbl no. 392 tanggal 7 Nopember 1919 dan oleh Pemerintah Indonesia ditetapkan sebgai Cagar Alam berdasarkan SK Menhut No.82/MENHUT-II/2004 tentang Penetapan Kawasan Hutan Peson Subah I seluas 104.000 mdi Kabupaten Batang, Propinsi Jawa Tengah sebagai Cagara Alam tanggal 10 Maret 2004. Jenis Flora yang terdapat di kawasan Cagar Alam Peson Subah I antara lain Johar, Ketapang, Kedoya, api-api. Sedangkan untuk jenis fauna terdapat babai hutan, garangan, lisang, kuntul, trinil, raja udang dll. Berdasrkan hasil survey biodiversity tahun 2009 diperoleh hasil sebagai berikut :

IDENTIFIKASI KAWASAN BERNILAI KONSERVASI TINGGI | HASIL PENILAIAN KBKT

49

PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH KPH KENDAL

BAB V

Jenis Flora 1. Tumbuhan bawah (Tabel 16)


No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Nama Lokal Otok Api - api Putri Malu Labi- labi Alang-alang Katu Amisan Lateng Suruhan R Teki Cambasian Tembelekan R. Lulang Weduri Sepat Sirawan Bayem repok Nama Latin

Mimosa pudica Imperata cilindrica Sauropus androgynus Houttuynia cordata Urtica grandidentata

Kyllinga monocephala Lantana camara


Eleusine indica Calotropis gigantea

2. Pohon (Tabel 17)


No 1 2 3 Nama Lokal Johar Ilat -ilatan Mahoni Nama Latin Cassia siamea Swietenia sp

Jenis Fauna 1. Aves (table 18)


No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Nama Lokal Nama Latin Pyicnonotus aurigaster Kutilang Orthotomus ruficeps Prenjak / Cinenem Kelabu Gallus gallus Ayam Hutan Spilornis cheela Elang Ular Bido Dicrurus macrocercus Srigunting Hitam Streptopelia chinensis Tekukur Dederuk jawa/ Puter Streptopelia bitorquata Geopelia striata Perkutut Arachnothera longirostra Pijantung
Betet Kelabu/plentet Lanius cristatus Loriculus pusillus Saxicola caprata Halcyon chloris Zosterops palpebrosus Otus angelinae Hypothymis azurea

Serindit jawa Decu Cica kunyit Cekakak Sungai Kacamata Burug hantu Cicuit

IDENTIFIKASI KAWASAN BERNILAI KONSERVASI TINGGI | HASIL PENILAIAN KBKT

50

PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH KPH KENDAL

BAB V

2. Mamalia (table 19)


No 1 Nama Lokal Babi Hutan Nama Latin
sus scropa

3. Herpetofauna (table 20)


No 1 2 Nama Lokal Katak Tanah Ular Tikus Nama Latin
Fejervarya limnocharis Ptyas korros

Cagar Alam Peson Subah I pengelolaannya dilakukan oleh Departemen Kehutanan dalam dalam hal oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Tengah. KPH Kendal berkewajiban menyediakan zona penyangga (buffer zone) untuk Cagar Alam Peson . Cagar Alam Peson Subah I merupakan Kawasan hutan lindung yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Menurut atribut NKT kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan Hutan Lindung merupakan kawasan yang memiliki nilai NKT 1.1. c. Cagar Alam Pagerwunung

Gambar 7. Lokasi Cagar Alam Pagerwunung

IDENTIFIKASI KAWASAN BERNILAI KONSERVASI TINGGI | HASIL PENILAIAN KBKT

51

PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH KPH KENDAL

BAB V

Cagar Alam Pagerwunung Darupono ditunjuk sebagai kawasan cagar alam Berdasarkan Besluit Gubernur Jenderal Hindia Belanda No.19 Staatblad No 37 tanggal 21 Januari 1933, seluas 30 Ha dan berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 435/Kpts-II/1999 tentang penunjukan Kawasan Hutan di wilayah Propinsi Daerah Tk.I Jawa Tengah seluas 761,560 Ha dan CA Pagerwunung Darupono termasuk di dalamnya sebagai Kawasan Suaka Alam. Pada bulan Pebruari 2000 dilakukan rekonstruksi Tata Batas Fungsi Kawasan Hutan Cagar Alam sepanjang 2,431 km yang kemudian diketahui luas cagar alam

Pagerwunung Darupono seluas 33, 2Ha Secara geografis, Cagar Alam Pagerwunung Darupono terletak antara 7230 LS dan 1101730 BT. Berdasarkan administrasi pemerintahan, Cagar Alam Pagerwunung Darupono termasuk dalam wilayah desa Darupono, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kendal. Cagar Alam Pagerwunung Darupono, terletak pada ketinggian 150-175 mdpl dengan jenis tanah latosol. Cagar Alam Pagerwunung Darupono terdiri dari 2 petak yaitu petak 56b dan 25b . Pada Petak 56 b topografinya datar sedangkan pada petak 25b topografinya begrelombang dan sedikit berbukit. Cagar alam Pagerwunung Darupono menurut Schmith dan Fergusson mempunyai tipe iklim C dengan rata-rata curah hujan 3092 mm/th. Berdasarkan hasil survey biodiversity tahun 2009 diperoleh hasil sebagai berikut :

IDENTIFIKASI KAWASAN BERNILAI KONSERVASI TINGGI | HASIL PENILAIAN KBKT

52

PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH KPH KENDAL

BAB V

Jenis Flora 1. Tumbuhan bawah (table 21)


No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Nama Lokal Adal - adal Awar-awar Cuplikan Kacang2an Kapasan Katu Kirinyuh Lawatan Pakis Pulutan Putri malu R Grinting R Laronan R Teki Suruh2an Tapak liman Nama Latin Ficus septica Blumea lacera Strobosia javanica Abelmoschus moschatus Sauropus androgynus

Eupatorium odoratum Ipmoea hispida


Cycas rumphii Urena lobata Mimosa pudica Cynodondactylon

Oplismenus burmanii Kyllinga monocephala


Piper aduncum LINN.

Elephantopus scaber

2. Pohon (table 22)


No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Nama Lokal Jati Bambu Kalak Kemlanding Kemloko Klayu Lanji Mahoni Ploso Sengon Serut Sonokeling Trengguli Wungu Nama Latin Tectona grandis Bambusa sp Poliantha lateriflora Leucaena leucocephala Phyllantus emblica Floribunda decaisna Swietenia sp

Butea monosperma (Lamk.) Taub


Paraseriantes falcataria Streblus asper

Dalbergia latifolia
Cassia fistula Graptophylum pictum

IDENTIFIKASI KAWASAN BERNILAI KONSERVASI TINGGI | HASIL PENILAIAN KBKT

53

PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH KPH KENDAL

BAB V

Jenis fauna 1. Aves (table 23)


No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 Nama Lokal Kutilang Prenjak / Cinenem Kelabu Glatik Ayam Hutan Elang Ular Bido Srigunting Hitam T ekukur Dederuk jawa/ Puter Kepodang Cipoh Koc at/c ito/c itu/kuniran Betet Kelabu/plentet Pipit Dec u Cekakak Sungai Burug hantu Kadalan brah Gagak hitam Bubut Kapasan Sarang madu Merbah Ceruc uk/T roc ok Jalak Hutan Kedali Punglor Kuntul Nama Latin Pyicnonotus aurigaster Orthotomus ruficeps Padda oryzivora Gallus gallus Spilornis c heela Dicrurus macrocercus Streptopelia chinensis Streptopelia bitorquata Oriolus c hinensis Aegithina tiphia Lanius c ristatus Lonchura leucogastra Saxicola caprata Halcyon chloris Otus angelinae Rhamphococ cyx c urvirostris Corvus enca Centropus bengalensis Lalage sueurii Cinnyris jugularis Pycnonotus goiavier Sturnus contra Pitta guajana Bubulcus ibis

1. Mamalia (table 24)


No 1 Nama Lokal Jelarang Nama Latin
Ratufa bicolor

2. Herpetofauna (table 25)


No 1 2 3 4 5 6 Nama Lokal Tokek Katak Hijau Katak Daun Ular Kobra Kadal Katak Brontok Nama Latin Cyrtodactylus auritus Fejervarya cancrivora Rana Sp Naja sputatrix Mabouya multifasciata Bufo Asper

IDENTIFIKASI KAWASAN BERNILAI KONSERVASI TINGGI | HASIL PENILAIAN KBKT

54

PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH KPH KENDAL

BAB V

Cagar Alam Pagerwunung pengelolaannya dilakukan oleh Departemen Kehutanan dalam dalam hal oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Tengah. KPH Kendal berkewajiban menyediakan zona penyangga (buffer zone) untuk Cagar Alam Pagerwunung . Cagar Alam Pagerwunung merupakan Kawasan hutan lindung yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Menurut atribut NKT kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan Hutan Lindung merupakan kawasan yang memiliki nilai NKT 1.1. 2. Hutan Alam Sekunder (HAS) a. HAS Subah

Gambar 8. Lokasi HAS Subah

Hutan Alam Sekunder (HAS) Subah seluas 362,9 ha dengan kondisi klas kemiringan lapangan pada klas I s/d III (15 25%), dengan type iklim B, curah hujan 430 mm tinggi tempat 150 m dpl s/d 200 m dpl. Mayoritas tegakan berupa tanaman jati (Tectona grandis), dengan sebaran kelas umur I s/d III, johar dan mahoni. HAS Subah dari luas total 362,9 seluas 238,1 ha ini merupakan kawasan penyangga dari zona inti cagar alam Ulolanang dengan type hutan campur, yang terdiri dari jati dan rimba lokal lainnya.

IDENTIFIKASI KAWASAN BERNILAI KONSERVASI TINGGI | HASIL PENILAIAN KBKT

55

PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH KPH KENDAL

BAB V

HAS Subah adalah Hutan Alam Sekunder (Semi Natural Forest Origin) yang yang merupakan buffer zone untuk kawasan Cagar Alam Ulo lanang. Menurut atribut NKT kawasan yang teridentifikasi sebagai buffer zone Cagar Alam mempunyai nilai sebagai NKT 1.1. Jenis vegetasi yang beragam mulai dari tumbuhan bawah dan pohon. Adapun jenis-jenisnya sebagai berikut : Jenis Flora 1. Tumbuhan Bawah (Tabel 26)
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Nama Lokal Putri malu Katu Pule pandak Girang Suruhan Amisan Oto Krotak R. Teki R. Lulang Pulutan Nama Latin Mimosa pudica Sauropus androgynus Rauvolfia serpentina Lea indica Piper aduncum LINN. Houttuynia cordata

Kyllinga monocephala
Eleusine indica Urena lobata

2. Pohon (Tabel 27)


No 1 2 3 4 5 Nama Lokal Acacia m Jati Jengkol Johar Mahoni Nama Latin Acacia mangium Tectona grandis Pithecollobium lobatum Cassia siamea Swietenia sp

IDENTIFIKASI KAWASAN BERNILAI KONSERVASI TINGGI | HASIL PENILAIAN KBKT

56

PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH KPH KENDAL

BAB V

Jenis Fauna 1. Aves (table 28)


No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Nama Lokal Kutilang Glatik Ayam Hutan Elang Ular Bido Srigunting Hitam Tekukur Perkutut Walet Linci Pelatuk besi Kuntul Gemak loreng Celepuk kalung Lutung Nama Latin
Pyicnonotus aurigaster Gallus gallus Spilornis cheela

Dicrurus macrocercus
Streptopelia chinensis Geopelia striata

Bubulcus ibis Turnix suscitator

Trachypithecus auratus

2. Herpetofauna (table 29)


No 1 Nama Lokal Katak Hijau Nama Latin
Dryophis prasinus

b. HAS Kaliwungu

Gambar 9. Lokasi HAS Kaliwungu

IDENTIFIKASI KAWASAN BERNILAI KONSERVASI TINGGI | HASIL PENILAIAN KBKT

57

PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH KPH KENDAL

BAB V

Hutan Alam Sekunder (HAS) Kaliwungu merupakan kawasan penyangga dari zona inti hutan cagar alam Pager Wunung dengan luas kawasan HAS Kaliwungu sebesar 254,4 Ha. Kawasan ini ditetapkan pada tahun 2008 sesuai penataan jangka 10 dari Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan KPH Kendal Jangka 2008 s/d 2017. Kondisi lapangan dari kawasan hutan alam sekunder Kaliwungu landai sedikit agak curam dengan klas kelerengan 1 (0 8 %) s/d 2 (8 -15%). Dengan type iklim B, curah hujan 430 mm tinggi tempat 150 m dpl s/d 200 m dpl. Mayoritas tegakan berupa tanaman jati (Tectona grandis), dengan sebaran kelas umur I s/d III. Starifikasi tajuk seragam tidak terdapat perbedaan yang nyata dari ketinggain tajuk tajuk pohon dalam kawasan hutan alam sekunder ini. HAS Kaliwungu adalah Hutan Alam Sekunder (Semi Natural Forest Origin) yang yang merupakan buffer zone untuk kawasan Cagar Alam Pagerwunung. Menurut atribut NKT kawasan yang teridentifikasi sebagai buffer zone Cagar Alam mempunyai nilai sebagai NKT 1.1. Jenis vegetasi yang beragam mulai dari tumbuhan bawah dan pohon. Adapun jenis-jenisnya sebagai berikut : Jenis Flora 1. Tumbuhan Bawah (Tabel 30)
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Nama Lokal Lawatan Kirinyuh Suruh2an Cuplikan Katu R Laronan Silium R Teki Putri malu Adal - adal Tapak liman Kapasan Pakis Kacang2an Pulutan R Grinting Awar-awar Nama Latin

Ipmoea hispida Eupatorium odoratum


Piper aduncum LINN. Blumea lacera Sauropus androgynus

Oplismenus burmanii Kyllinga monocephala


Mimosa pudica

Elephantopus scaber
Abelmoschus moschatus Cycas rumphii

Strobosia javanica
Urena lobata Cynodondactylon Ficus septica

IDENTIFIKASI KAWASAN BERNILAI KONSERVASI TINGGI | HASIL PENILAIAN KBKT

58

PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH KPH KENDAL

BAB V

2. Pohon (table 31)


No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Nama Lokal Jati Bambu Johar Kalak Kemlanding Kemloko Klayu Lanji Mahoni Ploso Sengon Serut Sonokeling Trengguli Wungu Nama Latin Tectona grandis Bambusa sp Cassia siamea Poliantha laterifora Leucaena leucocephala Phyllantus emblica Floribunda decaisna Swietenia sp Butea monosperma Paraseriantes falcataria Streblus asper

Dalbergia latifolia
Cassia fistula Graptophylum pictum

Jenis Fauna 1. Aves (table 32)


No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Nama Lokal Kutilang Srigunting Hitam Perkutut
Cipoh Kocat/cito/citu/kuniran

Nama Latin
Pyicnonotus aurigaster Dicrurus macrocercus Geopelia striata Aegithina tiphia Lonchura leucogastra Loriculus pusillus Zosterops palpebrosus Otus angelinae Hypothymis azurea Dendrocopos macei Turnix suscitator Microhierax fringillarius Nek tarinia sperata Sturnus contra Pitta guajana Bubulcus ibis Pavo muticus

Pipit Serindit jawa Kacamata Burug hantu Cicuit Caladi ulam Gemak loreng Alap-alap capung
Kolibri

Jalak Hutan Kedali Punglor Kuntul Merak

IDENTIFIKASI KAWASAN BERNILAI KONSERVASI TINGGI | HASIL PENILAIAN KBKT

59

PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH KPH KENDAL

BAB V

2. Mamalia (table 33)


No 1 2 Nama Lokal Jelarang Tupai Nama Latin
Ratufa bicolor Lariscus hosei

3. Herpetofauna (table 34)


No 1 2 3 4 Nama Lokal Katak Tanah Katak Daun Ular Kobra Kadal Nama Latin
Fejervarya limnocharis Rana Sp Naja sputatrix Mabouya multifasciata

Gambar 10. Peta NKT 1.1

1.2

The FMU contains (or is likely to contain) critically endangered species (IUCN)? (NO)

1.2

Unit managemen berada berisi (mungkin) species hampir punah (IUCN)? (TIDAK) Hasil survey biodiversity yang telah dilakukan pada tahun 2009, untuk flora ditemukan sekitar 48 jenis flora yang tergolong kelompok pohon dan 167 jenis

IDENTIFIKASI KAWASAN BERNILAI KONSERVASI TINGGI | HASIL PENILAIAN KBKT

60

PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH KPH KENDAL

BAB V

tumbuhan bawah. Sedangkan untuk fauna ditemukan 61 jenis burung/aves, 28 jenis mamalia dan 24 jenis herpetofauna. Dari sejumlah tersebut tidak ditemukan species yang masuk kategori hampir punah/critically endangered. Berdasarkan hasil Survey Biodiversity tersebut, kawasan hutan KPH Kendal tidak memiliki species yang masuk kriteria hampir punah/Critically Endangered sehingga berdasarkan atribuut NKT bukan merupakan NKT 1.2.

1.3. The FMU contains concentrations of endemic, rare, threatened and endangered species? ( YES ) 1.3 Unit Managemen Hutan berisi konsentrasi species endemis, langka, terancam dan hampir punah? (YA) A. Flora Vegetasi utama yang ada dalam wilayah KPH Kendal adalah jenis Jati (Tectona grandis), sebagai mayoritas tanaman komersial yang diusahakan. Tanaman Jati menyebar mulai dari yang berusia di bawah sepuluh tahun hingga delapan puluh tahun atau lebih. Disamping itu juga ditanam jenis kayu lain selain jati. Ditinjau dari sisi pengelolaan hutan tanaman jati yang begitu intensif serta usia pengelolaan yang hampir mendekati 2 daur (umur daur 60 tahun), maka dapat dipastikan tidak terdapat jenis vegetasi yang dilindungi. Jenis tumbuhan bawah yang ada di hutan tanaman jati juga tidak ditemukan jenis yang termasuk dilindungi, terlebih lagi setiap tahun dimusim kemarau tumbuhan bawah ini mengalami kebakaran. B. Fauna Satwa liar yang ditemukan di kawasan hutan KPH Kendal terdiri dari jenis aves, mamalia, primata dan reptil.

IDENTIFIKASI KAWASAN BERNILAI KONSERVASI TINGGI | HASIL PENILAIAN KBKT

61

PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH KPH KENDAL

BAB V

Berdasarkan hasil survey biodiversity KPH Kendal, Juli-Agustus 2007, ditemukan satwa-satwa yang masuk dalam kategori langka, terancam dan hampir punah (RTE). Untuk lebih lengkap dapat dilihat pada tabel di bawah. Tabel 35. Rekapitulasi Keberadaan Satwa RTE yang Terdapat di Kawasan Hutan KPH Kendal

NO

Nama Jenis AVES Alap-alap capung Bangau tong-tong Elang hitam Elang tikus Elang ular bido Kapasan Kepodang Merak Punglor Raja udang MAMALIA Macan tutul Lutung Rusa Trenggiling Kijang Landak raya Tupai tanah

Nama Latin

HABITAT CA CA CA KU III - KU V - KU VII - TJKLK>40% KPS KU I - II TJBK KLW SUBAH PESON I IV VI VIII TKL

TK

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Microhierax fringillarius Leptoptilos javanicus Ichtinaetus malayensis Elanus caerulleos Spilormis cheela Rhipidura phoenicura Oriolus chinensis Pavo muticus Pitta guajana Alcedo meninting

1 2 3 4 5 6 7

Panthera pardus Trachypithecus auratus Cervus timorensis Manis javanica Muntiacus muntjak Hystrix brachyura Tupaia tana

Sumber : Data Survey Biodiversity Tahun 2007

Dari tabel. diatas dapat dilihat bahwa dalam wilayah hutan KPH Kendal terdapat satwa yang masuk dalam kategori NKT 1 yaitu : MACAN TUTUL (Panthera pardus) a. Berdasarkan hasil survey biodiversity bulan Juli-Agustus 2007, macan tutul ditemukan pada habitat Kelerengan >40% (petak 9 BKPH Sojomerto).

IDENTIFIKASI KAWASAN BERNILAI KONSERVASI TINGGI | HASIL PENILAIAN KBKT

62

PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH KPH KENDAL

BAB V

b.

Status perlindungan : SK Mentan No. 421/KPTS/UM/8/1970; PP No. 7 Tahun 1999; CITES Apendix I; IUCN : LC

c. Diskripsi. Warna dasar bervariasi dari nila jada atau coklat tua sampai hitam ditaburi dengan totol hitam pirang, kuning jerami atau jingga kuning. Warna dasar
Gambar 11. Macan Tutul

lainnya kuning jerami dan abu-abu bungalan sampai gilap dragem, hartal,

kadru dengan bagian bawah keputihan. Warna dasar terutama dibagian bahu, lengan atas, punggung dan pantat ditaburi dengan warna totol gelap yang dikelilingi warna pirang.. selanjutnya kepala, dagu kerongkongan ditaburi dengan totol lebih kecil sebaliknya bagian perut totol besar. Panjang total tubuh jantan 215 cm, betina 185 cm dengan berat badan maksimum 68 kg jantan, 50 kg betina. d. Ekologi Biasanya soliter dan mampu memanjat. Pakan berupa binturong, kancil, napu, babi muda, hewan-hewan invertebrate. Di alam mampu berjalan 60km/hari. Betina polyestrus dengan interval menstruasi sekitar 3 minggu. Lama kebuntingan 87-99 hari. Jumlah anak perkelahiran 1-3 ekor dengan bobot 560 gr. Anak dilahirkan sudah berbulu rambut dengan mata tertutup. Anak menjadi dewasa pada umur 96 minggu. Mampu hidup sampai berumur 21 tahun. Pada wilayah dengan ketinggian sampai dengan 3.000 mdpl.

IDENTIFIKASI KAWASAN BERNILAI KONSERVASI TINGGI | HASIL PENILAIAN KBKT

63

PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH KPH KENDAL

BAB V

e. Nama Lokal Macan, macan tutul, meong tutul,meyong hideung, kerud, kerud anjing, rimau lalat, meong krud (Sunda), macan, simo, macan tutul, sruni, kombang, gogor (Jawa), macan totol (Madura), harimau tutul (Melayu). Petak 9 BKPH Besokor 70,3 Ha ditetapkan sebagai kawasan pengelolaan Macan tutul yang termasuk dalam NKT 1.3. Petak 9 BKPH Besokor merupakan Kawasan Perlindungan Plasma Nutfah (KPPN). KPPN adalah tempat dikemukannya macan tutul. Peta lokasi habitat Macan tutul dapat dilihat di bawah ini : Macan tutul merupakan top predator yang termasuk satwa CITES : Apendix I. Mengacu pada atribut-atribut KBKT maka macan tutul termasuk kedalam NKT 1.3. Lutung (Trachypithecus auratus)

Gambar 12. Lutung (Trachypithecus auratus)

a. Deskripsi Lutung Budeng atau dalam nama ilmiahnya Trachypithecus auratus adalah sejenis lutung berukuran sedang, dengan panjang sekitar 55cm. Lutung Budeng memiliki rambut tubuh berwarna hitam. Dan

IDENTIFIKASI KAWASAN BERNILAI KONSERVASI TINGGI | HASIL PENILAIAN KBKT

64

PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH KPH KENDAL

BAB V

seperti jenis lutung lainnya, lutung ini memiliki ekor yang panjang, sekitar 87cm. Jantan dan betina biasanya berwarna hitam, namun betina memiliki warna putih kekuningan di sekitar kelaminnya. Lutung muda memiliki rambut tubuh berwarna oranye. Ada dua subspesies dari Lutung Budeng, yang dibedakan dari daerah sebarannya. Subspesies utama, T. a. auratus memiliki ras yang langka, di mana lutung dewasa memiliki warna rambut seperti lutung muda yang berwarna oranye, namun warnanya lebih gelap sedikit dengan ujung kuning. b. Habitat Endemik Indonesia, Lutung Budeng tersebar dan ditemukan di dalam hutan hujan tropis pulau Jawa, Bali, Kalimantan dan Sumatra. Lutung Budeng adalah hewan diurnal, yang lebih aktif pada waktu siang hari di atas pepohonan. Makanan pokoknya terdiri dari tumbuhtumbuhan. Memakan dedaunan, buah-buahan dan bunga. Spesies ini juga memakan larva serangga. Lutung Budeng hidup berkelompok, yang dalam satu kelompoknya terdiri dari sekitar tujuh ekor lutung, termasuk satu atau dua ekor lutung jantan dewasa. Lutung betina biasanya hanya mempunyai satu anak setiap melahirkan dan saling bantu membesarkan anak-anak lutung. Namun lutung betina juga bersifat sangat agresif terhadap lutung betina dari kelompok lain. Berdasarkan dari hilangnya habitat hutan dan penangkapan liar yang terus berlanjut, serta populasi lutung yang terus menyusut, Lutung Budeng dievaluasikan sebagai terancam punah .

IDENTIFIKASI KAWASAN BERNILAI KONSERVASI TINGGI | HASIL PENILAIAN KBKT

65

PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH KPH KENDAL

BAB V

Cagar Alam Ulolanang seluas 69,4 Ha, HAS Subah seluas 362,9 Ha dan Petak 61 A BKPH Sojomerto (Curug Sewu) seluas 57,2 Ha ditetapkan sebagai kawasan pengelolaan Lutung yang termasuk dalam NKT 1.3. Karena petak-petak tersebut adalah tempat dikemukannya lutung. Lutung termasuk satwa CITES : Appendix II, dan IUCN EN. Mengacu pada atribut-atribut KBKT maka lutung termasuk kedalam NKT 1.3

Gambar 13. Peta lokasi NKT 1.3

1.4

The FMU contains critical habitats, migration routes or sites or seasonal concentrations of species? Yes

1.4

Unit manajemen Hutan berisi habitat kritis, jalur atau lokasi tujuan migrasi, atau konsentrasi spesies semusim. Ya Tujuan Identifikasi NKT 1.4 adalah mengidentifikasi habitat kunci dalam sebuah lansekap dimana terdapat kumpulan individu spesies atau sekelompk species

IDENTIFIKASI KAWASAN BERNILAI KONSERVASI TINGGI | HASIL PENILAIAN KBKT

66

PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH KPH KENDAL

BAB V

yang digunakan secara temporer. Beberapa contoh dari habitat kunci tersebut adalah

1.

tempat untuk berkembang biak atau bersarang bagi beberapa spesies burung dan kelelawar seperti gua atau habitat lahan basah

2. 3.

tempat yang ada di sepanjang jalur migrasi utama jalur pergerakan lokal satwa (koridor) dimana individu satwa dapat bergerak diantara ekosistem yang berbeda dalam upaya mencari makanan yang bersedia secara bermusiman

4.

sebuah tempat berlindung (refugium) bagi suatu spesies pada saat musim panas yang panjang, banjir ataupun kebakaran lahan

Seluruh habitat yang diidentifikasi dalam NKT 1.4 memiliki persamaan bahwa jika masing-masing habitat tersebut hilang maka dampak bagi populasi beberapa satwa tertentu yang tergantung kepadanya akan berkali-kali lipat besarnya dibandingkan dengan ukuran habitat itu sendiri. Jika terdapat NKT 1.4 dalam sebuah UP, tindakan pengelolaan yang dilakukan harus menjamin bahwa akses pada habitat kunci dan fungsinya dapat terpelihara atau ditingkatkan. Daerah Burung Endemik (DBE) Hutan di Jawa dan Bali meliputi hutan pegunungan dan hutan di kaki gunung di Pulau Jawa dan Bali, serta Kepulauan Kangean yang terletak di Timur Laut Pulau Jawa. Secara administratif pemerintahan daerah ini terletak di seluruh propinsi di Jawa (DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, DIY Yogyakarta, dan Jawa Timur) serta Propinsi Bali. DBE ini berdekatan dengan DBE Pesisir Pulau Jawa, namun burungburung di DBE Pesisir Pulau Jawa hanya hidup di daerah pesisir, sehingga tumpang tindih di antara keduanya sangat kecil.

IDENTIFIKASI KAWASAN BERNILAI KONSERVASI TINGGI | HASIL PENILAIAN KBKT

67

PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH KPH KENDAL

BAB V

Gambar 14. Peta kawasan IBA di Pulau Jawa, Madura dan Bali

Dari peta diatas diketahui bahwa kawasan hutan KPH Kendal tidak ada yang termasuk dalam kawasan IBA. Kawasan hutan KPH Kendal sebagian kecil ada yang berupa hamparan karst. Daerah yang merupakan hamparan karst pada KPH Kendal terdapat pada daerah Goa Kiskendo, petak 67 J RPH Trayu BKPH Boja seluas 6,5 Ha. Dalam kawasan karst tersebut terdapat beberapa goa yang merupahkan hbitat bagi beberapa jenis satwa khas goa. Goa-goa yang berada pada kawasan pergoaan Kiskendo merupakan tempat yang biasa digunakan sebagai tempat untuk bersarang dan melahirkan bagi beberapa jenis kelelawar goa.

Goa merupakan ekosistem alami sederhana yang sangat bermanfaat untuk memahami keterkaitan ekologis, untuk mengatur dan pemurnian air, untuk hasilhasilnya yang bernilai ekonimis seperti pupuk sarang burung yang dihasilkannya serta nilai intristiknya sendiri. Goa memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan ekosistem lain dalam hal potensinya untuk penelitian, baik teoritis maupun terapan. Goa dapat mempunyai jalan masuk yang sempit kemudian melebar ke ruangan yang luas atau jalan masuk yang luas (Ulum.S, 1999).

Sistem goa lazim berada pada kawasan karst. Karst berasal dari bahasa Jerman yang disebut karren di Inggris dan lapies di Prancis. Kartifikasi merupakan proses lapisan batuan gamping yang mengalami erosi sehingga terbentuk bertukan luar dan dalam (kemantapan dan ketebalan).

IDENTIFIKASI KAWASAN BERNILAI KONSERVASI TINGGI | HASIL PENILAIAN KBKT

68

PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH KPH KENDAL

BAB V

Goa adalah tempat yang gelap lembab dan sering menggemakan bunyi tetesan air yang jatuh tiada henti. Karena tidak terdapat sinar matahari, hanya sedikit tanaman yang bisa tumbuh yaitu beberapa jenis lumut dan paku-pakuan di dekat mulut goa. Meskipun tumbuhan sangat jarang, goa dapat menyokong kehidupan berbagai binatang diantaranya kelelawar dan burung walet dalam jumlah yang besar serta binatang yang memangsanya, parasit atau bagian rantai makanan yang membersihkan timbunan goano, kotoran serangga dan bangkai yang membusuk.

Pada daerah di dalam goa, flora yang dapat hidup merupakan mikroflora yang memiliki kemampuan hidup tanpa tergantung secara langsung dengan cahaya matahari. Biasanya termasuk ke dalam kelompok jamur. Spora yang sampai ke dalam goa dapat melalui perkolasi air tanah, terbawa oleh udara, terbawa air sehingga melewati goa atau melalui hewan yang masuk ke dalam goa.

Ketika spora ini sampai di suatu tempat yang sesuai untuk hidupnya, flora akan menempel dan membentuk koloni baru sehingga menjadi dewasa.

Fauna yang hidup di dalam goa merupakan satwa yang sangat unik bila dibandingkan dengan satwa yang berada diluar goa. Hal ini dikarenakan kondisi ekstrim yang berada di dalam goa tersebut. Secara garis besar fauna goa terbagi atas empat golongan :

Troglobita, merupakan fauna goa yang tidak mampu hidup di luar goa (termasuk jenis obligat).

Trogloksena, merupakan jenis fauna goa yang secara teratur mendiami goa untuk tempat berlindung dan berkembang biak, namun akan keluar goa untuk mencari makan.

IDENTIFIKASI KAWASAN BERNILAI KONSERVASI TINGGI | HASIL PENILAIAN KBKT

69

PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH KPH KENDAL

BAB V

Troglofila, merupakan jenis satwa goa yang hidup dan berkembang biak di dalam goa, namun dijumpai juga pada relung di luar goa yang lembab dan gelap (fakultatif).

Beberapa jenis lainnya yang berkeliaran di dalam goa secara tidak segaja tetapi biasanya dapat bertahan hidup di dalam goa.

Semua penghuni goa menggantungkan kebutuhan makanananya dari luar goa. Beberapa binatang memakan akar yang menempel pada atap goa, kayu atau bahan-bahan yang terbawa oleh banjir, atau bahan organik yang muncul ke permukaan. Pemasok makanan yang utama adalah kelelawar dan burung walet yang bersarang dan berkembang biak di dalam goa tetapi mencari makan di luar goa. Kelelawar dan burung walet memasok makanan dengan beberapa cara : Melalui tinjanya yang dikenal sebagai goano, yang dimakan oleh binatang pemakan tinja. Goano yang dikenal sebagai sumber hara bagi jamur dan bakteri;

Parasit internal maupun eksternal dan menyediakan makanan bagi produsen; Menggugurkan bulu dan rambut serta bagian kulitnya; Menghasilkan keturunan yang rentan terhadap berbagai predator dan parasit; Jika keturunan ini mati, tubuhnya membentuk sumber makanan bagi berbagai organisme pemakan bangkai.

Hampir semua binatang memasok makanan bagi binatang lain melalui lima cara tersebut, tetapi di dalam goa yang tidak terdapat tumbuhan hijau, goano merupakan sumber makanan pokok. Kelelawar sendiri bertengger pada langitlangit goa dan dinding dan membentuk dasar komunitas primer; tinja dan bangkainya jatuh di atas lantai goa dan membentuk dasar ekosistem lain. Dengan demikian terjadi perbedaan yang cukup mencolok antara komunitas atap dan komunitas lantai goa.

IDENTIFIKASI KAWASAN BERNILAI KONSERVASI TINGGI | HASIL PENILAIAN KBKT

70

PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH KPH KENDAL

BAB V

Gambar 15. Lorong salah satu goa di kompleks Pergoaan Kiskendo KPH Kendal yang merupakan hbitat berbagai macam satwa goa dan sumber mata air.

Hasil Inventarisasi goa di sekitar Goa Kiskendo KPH Kendal diketemukan 5 goa. Goa-goa tersebut merupakan goa aktif, selain aktif secara ekologi beberapa goa juga berfungsi sebagai situs budaya (tempat ritual budaya). Goa aktif adalah goa yang di dalamnya basah oleh air dan kadang-kadang terdapat air terjun bahkan sungai atau danau. Goa seperti ini biasanya disebut sebagai goa aktif karena masih melakukan kegiatan-kegiatan alami goa dan membentuk ekosistem tersendiri. Goa semacam ini biasanya merupakan satu kesatuan dari suatu proses hidrologi dan ekologi (Ulum.S, 1999). Goa Kiskendo yang terdapat pada KPH Kendal merupakan tempat berlindung dari beberapa jenis kelelawar. Kelelawar-kelawar tersebut berada di dalam goa sepanjang siang hari dan keluar goa pada malam hari untuk mencari makanan. Makanan kelelawar adalah serangga, jadi secara tidak langsung kelelawar juga merupakan isektisida alami yang membantu petani dalam pembasmian hama serangga yang menyerang tanamannya. Kelelawar penghuni goa (Vespertilionidae: Myotis, sp.), banyak kelelawar memasuki fasa lambat bila mereka sedang bersitirahat. Konsumsi oksigennya dapat turun menjadi 10 % dari nilai aktifnya. Dengan cara yang demikian, kelelawar dapat menghemat tenaganya. Tetapi ini juga merupakan reaksi

IDENTIFIKASI KAWASAN BERNILAI KONSERVASI TINGGI | HASIL PENILAIAN KBKT

71

PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH KPH KENDAL

BAB V

terhadap kurang baiknya pertukaran udara dalam beberapa goa yang mengakibatkan rendahnya oksigen. Jenis kelelawar yang tinggal di goa batu kapur cukup banyak , tetapi kebanyakan berupa pemakan serangga seperti jenis kelelawar dari suku Phyllostomatidae dan Rhinolophidae. Ada juga yang memakan kelelawar yang lebih kecil. Untuk mencari jalan dalam ruang yang gelap dan mencari mangsa di hutan pada waktu malam hari, Microptera (pemakan serangga) mempunyai sistem ekolokasi sonar yang berkembang secara baik, salah satu fenomena dunia binatang yang menabjubkan. Kelelawar memancarkan serangkaian bunyi bernada tinggi yang menerus. Gelombang suara ini akan mengenai obyek, kemudian memantul. Setelah gema tadi tertangkap oleh telingga kelelawar yang besar dan khas bentuknya, binatang ini segera menyesuaikan arah dan kecepatan terbangnya. Kelelawar (Microchiroptera), sebagian besar merupakan pemakan serangga. Mereka mengembangkan sistem ekolokasi yang lebih canggih. Mulut alam hidungnya memancarkan gelombang suara yang frekuensinya tinggi, sampai 100000 getaran per detik. Kelelawar mampu mengubah panjang gelombang serta frekuensi pancaran suara yang sesuai terhadap jarak sasaran. Bila kelelawar menghadapi rintangan, bisa mencapai 60 250 bunyi per detik.

Gambar 16. Kelelawar yang terbang dalam goa Kiskendo KPH Kendal

Keluarga kelelawar biasa (Vespertilonidae) termasuk species yang memiliki penyebaran paling luas, mulai dari ujung selatan Amerika selatan sampai Finlandia utara. Bunyi ultrasonik untuk ekolokasi dipancarkan lewat hidungnya.

IDENTIFIKASI KAWASAN BERNILAI KONSERVASI TINGGI | HASIL PENILAIAN KBKT

72

PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH KPH KENDAL

BAB V

Jenis ini beserta beberapa jenis lainnya beristirahat dalam goa-goa. Beberapa diantaranya hidup dalam koloni besar, lebih dari 10000 ekor. Dalam memburu serangga mangsanya, kelelawar memerlukan alat navigasi yang dapat beroperasi pada kecepatan tinggi. Untuk itu ia memancarkan gelombang suara yang panjangnya 1/10000 detik. Pantulan suara ini membantu marga Rhinolophus memancarkan gelombang suara dalam satu berkas suara dengan sudut sempit serta dengan gerakan kepala ke kiri dan ke kanan. Adapun kelelawar Rowsettus, seperti kebanyakan jenis lainnya mengeluarkan suara tersebut dalam bentuk berkas suara dengan sudut lebar dengan arah pemancaran yang tatap.

Selain Kelelawar, goa-goa di sekitar hutan rakyat Kostajasa juga merupakan hbitat bagi invertebrata, ikan dan undur-undur khas goa. Salah satunya yang terdapat di goa-goa Sekayu adalah Ekor pegas (Onychiurus, sp), merupakan bangsa Collembola. Diantara jenis-jenis serangga penghuni goa adalah ekor pegas, misalnya Onychiurus, sp., serangga ini tidak bermata, badan berwarna pucat. Antena enam ruas, kaki tiga pasang dan pada perut terdapat alat peloncat. Kawasan Goa di sekitar Kompleks pergoan Kiskendo KPH Kendal merupakan daerah migrasi dan tempat berlindung Kelelawar dan beberapa jenis satwa lainnya. Menurut atribut NKT kawasan yang merupakan tempat migrasi dan berlindung satwa merupakan kawasan yang memiliki nilai sebagai NKT 1.4.

IDENTIFIKASI KAWASAN BERNILAI KONSERVASI TINGGI | HASIL PENILAIAN KBKT

73

PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH KPH KENDAL

BAB V

Gambar 17. Peta lokasi NKT 1.4

Kawasan Goa di sekitar Goa Kiskendo merupakan daerah migrasi dan tempat berlindung Kelelawar dan beberapa jenis satwa lainnya. Menurut atribut NKT kawasan yang merupakan tempat migrasi dan berlindung satwa merupakan kawasan yang memiliki nilai sebagai NKT 1.4.

5.1.2. NKT2 Forest areas containing globally, regionally or nationally significant large landscape level forests, contained within, or containing the manajement unit, where viable populations of most if not all naturally occurring species exist in natural patterns of distribution and abundance. Kawasan hutan secara global, regional atau nasional berisi lanskap hutan yang luas, berada di dalam, atau unit manajemen berada di dalamnya, dimana populasi yang tumbuh didalamnya kebanyakan atau jika tidak semuanya merupakan spesies alami dengan penyebaran dan kelimpahan pola alami.

IDENTIFIKASI KAWASAN BERNILAI KONSERVASI TINGGI | HASIL PENILAIAN KBKT

74

PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH KPH KENDAL

BAB V

2.1 2.1

The FMU is or constitutes a large, landscape-level forest? No Unit manajemen hutan merupakan atau terdiri dari lanskap hutan yang luas? Tidak Sistem lahan mengidentifikasi kombinasi tipe batuan, hidroklimatologi, bentuk lahan, tanah dan organisme serta keterkaitan antara faktor-faktor ini. Suatu sistem lahan tidak unik untuk satu tempat tertentu tetapi dapat terulang di tempat lain jika terdapat kombinasi tertentu dari ciri-ciri tersebut. Sistem lahan yang serupa dapat dikelompokkan dengan berbagai cara untuk menghasilkan tipe fisiografis dan wilayah fisiografis. Jawa dan Bali dapat dibagi menjadi empat wilayah fisiografis utama, dimana sistem lahan tertentu dapat dijumpai di antara keempat wilayah itu. Bagian-bagian dari keempat wilayah tersebut dijumpai di tiga propinsi utama Jawa, tetapi hanya dua yang terdapat di Bali (Whitten T. Et all 1999). Keempat wilayah fisiografis Jawa dan Bali tersebut adalah : A. Dataran Aluvial Utara luas 21.219 km2 (A1. dataran aluvial Serang-JakartaCirebon; A2. dataran aluvial Brebes-Pekalongan; A3. dataran aluvial Semarang-Rembang; A4. dataran aluvial Solo; A5. dataran aluvial Brantas) B. Dataran dan Kaki Bukit Utara luas 22.226 km2 (B1. dataran gelombang Ujung Kulon-Banten; B2. kaki bukit Cipamingkis-Cimanuk; B3. Teluk LosariPemali; B4. Teluk cacaban-Layangan; B5. Teluk-Kali Bodri; B6. kaki bukit Kendeng; B7. dataran dan bukit karst Blora-Drajat; B8. teras dan bukit karst Madura) C. Pegunungan Berapi Tengah luas 60.139 km2 (C1. kompleks gunung berapi Karang; C2. kompleks gunung berapi Cangkrang; C3. kompleks gunung berapi Halimun-Gede; C4. kompleks gunung berapi Bandung Utara; C5. kompleks gunung berapi Bandung Selatan; C6. kompleks gunung berapiPembarisan; C7. kompleks gunung berapi Slamet; C8. kompleks gunung berapi Rajajembangan; C9. kompleks gunung berapi Dieng; C10. kompleks gunung berapi Merapi; C11. kompleks gunung berapi Lawu; C12. kompleks

IDENTIFIKASI KAWASAN BERNILAI KONSERVASI TINGGI | HASIL PENILAIAN KBKT

75

PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH KPH KENDAL

BAB V

gunung berapi Liman; C13. kompleks gunung berapi Arjuno; C14. kompleks gunung berapi Tengger; C15. kompleks gunung berapi Iyang; C16. kompleks gunung berapi Ijen; C17. kompleks gunung berapi Bali; C18. kompleks gunung berapi Muria. D. Torehan Dataran Tinggi dan Dataran Rendah Selatan luas 30.620 km2 (D1. torehan dataran tinggi Jampang-Pengandaran; D2. bukit dan dataran rendah Citanduy-Serayu-Progo; D3. dataran karst Sewu Lengkong; D4. perbukitan Betiri; D5. dataran dan teras Negara; D6. teras karst Blambangan-Nusa Dua-Nusa Penida. Dataran dan Kaki Bukit Utara luas 22.226 km2 terbentang dari Pulau Panaitan dan Semenjanung Ujung Kulon dan ujung paling Barat dari Jawa ke Madura dan area daerah dekat Pulau Kangean di sebelah Timur. Pulau Karimunjawa, Bawean, dan Kangean termasuk dalam wilayah ini. Batas di bagian Selatan adalah di Wilayah Gunung Berapi Tengah bertepatan dengan wilayah dimana perubahan dari bukit dan dataran yang terbelah melalui sedimentasi batuan menjadi lembah yang melingkar dan pola dari kerucut-kerucut vulkanis. Batuan hampir keseluruhannya bersedimentasi dengan menghasilkan derivasi dengan bahan-bahan sedimen laut dan bahan sediman vulkanik. Terdapat kecenderungan material vulkanik lebih dominan di sebelah Barat dan untuk sedimen laut menjadi meningkat di bagian Timur. Proporsi dasar dari batuan induk adalah perpaduan antara marls dengan batu lempung, terutama yang terletak di bagian Timur, sedangkan di sebelah Barat tersusun lapisan debu vulkanik muda yang dangkal. Hamparan tanah dari wilayah ini berkisar dari lipatan, bergelombang sampai dataran yang berbukit-bukit. Hamparan lansekap daerah aliran sungai yang rapat menyebabkan jaringan anak sungai yang pendek namun biasanya sisi sungai yang curam dengan arah timur-barat, sejajar dengan arah stuktur batuan utama. Mempunyai ketebalam solum tanah dalam, drainase sedang sampai baik. Dengan ketahanan terhadap erosi yang bervariasi tergantung pada besarnya

IDENTIFIKASI KAWASAN BERNILAI KONSERVASI TINGGI | HASIL PENILAIAN KBKT

76

PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH KPH KENDAL

BAB V

stabilitas kelerengan, dan mempunyai kandungan hara yang bervariasi bergantung pada kandungan bahan induknya. Di daerah Timur yang lebih kering dijumpai adanya tingkat kembang kerut tanah yang besar sebagai akibat perubahan musim. Sehingga hal ini menyulitkan untuk pengembangan pertanian dan menimbulkan masalah dalam konstruksi bangunan. Adapun pembagian wilayah fisiografis Jawa dan Bali seperti tersaji pada gambar 18 berikut ini. Gambar 18. Pembagian wilayah subdivisi fisiografis Jawa dan Bali

Sumber : Ecology of Java and Bali (Whitten T et al) Sebagian wilayah KPH-KPH Perum Perhutani yang termasuk ke dalam wilayah fisiografis Dataran Dan Kaki Bukit Utara disajikan dalam tabel di bawah ini : Tabel 36. No 1 1 Daftar Sebagian Wilayah KPH-KPH Perum Perhutani yang Termasuk Dalam Wilayah Fisiografi Dataran dan Kaki Bukit Utara KPH Perum Perhutani 3 KPH Banten KPH Bogor KPH Tasikmalaya 2 B2. Kaki Bukit Cipamingkis Cimanuk KPH Garut KPH Ciamis KPH Majalengka Kelas Perusahaan 4 Rimba Campuran Rimba Campuran Rimba campuran & Jati Mahoni dan Jati Jati dan Mahoni Rimba Campuran

Sub Wilayah Fisiografi 2 B1. Dataran Gelombang Ujung Kulon Banten

IDENTIFIKASI KAWASAN BERNILAI KONSERVASI TINGGI | HASIL PENILAIAN KBKT

77

PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH KPH KENDAL

BAB V

KPH Sumedang KPH Bandung Utara KPH Purwakarta KPH Cianjur 3 B3. Teluk Losari Pemali B4. Teluk Cacaban Layangan KPH Pekalongan Barat KPH Kuningan KPH Pemalang 4 KPH Kendal KPH Pekalongan Timur KPH Kendal 5 B5. Teluk Kali Bodri KPH Kedu Utara KPH Gundih KPH Randublatung KPH Padangan 6 B6. Kaki Bukit Kendeng KPH Ngawi KPH Bojonegoro KPH Mojokerto KPH Telawa KPH Mantingan 7 B7. Dataran dan bukit Karst Blora Drajat KPH Kebonharjo KPH Blora KPH Randublatung KPH Purwodadi KPH Kendal 7 B7. Dataran dan bukit Karst Blora Drajat KPH Jatirogo KPH Tuban 8 B8. Teras dan Bukit KPH Madura

Rimba Campuran & Jati Rimba Campuran & Jati Jati Rimba Campuran Rimba Campuran Jati & Rimba Campuran Jati Jati dan Mahoni Rimba Campuran Jati dan Mahoni Rimba Campuran Jati Jati Jati Jati Jati Jati Jati Jati Jati Jati Jati Jati Jati Jati Jati Jati

IDENTIFIKASI KAWASAN BERNILAI KONSERVASI TINGGI | HASIL PENILAIAN KBKT

78

PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH KPH KENDAL

BAB V

Kars Madura Sumber : Data Buku RPKH Perum Perhutani (2003) KPH-KPH Perum Perhutani yang sebagian arealnya berada di wilayah fisiografis dataran aluvial utara merupakan kelas perusahaan jati, kecuali KPH-KPH yang berada di wilayah Jawa Barat dimana tujuan pengelolaannya merupakan kelas perusahaan rimba campuran dan Jati. Secara umum wilayah KPH-KPH lainnya tidak mengalami gangguan ekologi hutan yang berarti dalam bentuk perubahan fungsi lahan. Gangguan terberat yang pernah muncul diwilayah KPH lainnya adalah penjarahan tetapi belum mengarah ke peralihan fungsi lahan pada tahun 1997 sampai dengan 1999. Akibat yang ditimbulkan adalah tanah kosong yang selanjutnya dari sisi pengelolaan hutan di Perum Perhutani tanah kosong yang demikian segera dilakukan reboisasi. Mempertimbangkan (1) proporsi luas KPH Kendal terhadap luas wilayah fisiografis dataran dan kaki bukit utara sangat kecil 0,91% dan (2) kawasan hutan KPH-KPH Perum Perhutani yang berada pada wilayah fisiografis sama yang dikelola dengan tujuan pengelolaan yang sama tidak mengalami gradasi hutan dalam bentuk alih fungsi lahan, maka kawasan KPH Kendal bukan merupakan NKT 2.1 ditinjau dari besarnya lanskap dan nilai-nilai keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya.

2.2. Kawasan Alam yang Berisi Dua atau Lebih Ekosistem dengan Garis Batas yang Tidak Terputus (berkesinambungan) Tujuan dari identifikasi NKT 2.2 adalah untuk memelihara konektivitas antar ekosistem dengan melindungi fungsi hutan didalam zona transisi yang disebut ecoton dan ecocline. Ecoton adalah zona transisi antara tipe-tipe hutan yang berbeda misalnya antara hutan dataran rendah dengan hutan lahan basah, hutan pantai dengan mangrove, hutan karst dengan hutan bukan karts dan lain sebagainya. Ecocline merupakan zona transisi antara beberapa tipe hutan yang

IDENTIFIKASI KAWASAN BERNILAI KONSERVASI TINGGI | HASIL PENILAIAN KBKT

79

PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH KPH KENDAL

BAB V

berbeda karena perubahan ketinggian dari dataran yang paling rendah sampai bukit dan gunung. Memelihara zona transisi sangat penting karena satwa biasanya bermigrasi bisa dari atas ke bawah atau sebaliknya, untuk mempertahankan daya tahan hidup fauna karena membutuhkan ketersediaaan pakan sepanjang tahun dan biasanya bisa di sediakan oleh tipe hutan yang berbeda. Perbedaan tipe hutan (ecotone) biasanya mengandung jenis keanekaragaman yang berbeda sehingga dengan memelihara zona ecoton berarti memelihara representasi dari Keanekaragaman setiap tipe hutan . KPH Kendal memiliki 4 tipe ekosistem yaitu mongrove, hutan pantai, karst dan hutan datara. Wilayah KPH kendal berada pada ketinggian 0 mdpl534 mdpl maka secara umum tipe tipe hutan yang dapat ditemui adalah hutan dataran rendah sampai ke pesisir . Hutan dataran rendah terdiri dari hutan karst dan non karst. Hutan pesisir terdiri dari hutan pantai, hutan mangrove . Sebagian besar hutan yang dikelola oleh KPH Kendal merupakan tipe hutan dataran rendah non karst dan sebagian kecil dengan tipe hutan dataran rendah diatas karts. Berdasarkan hasil kajian identifikasi flora, vegetasi hutan yang dikelola hampir seluruhnya merupakan hutan tanaman dan bukan hutan alami sehingga keanekaragaman disemua tipe hutan hampir seragam, tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Berdasarkan pengamatan visual dan informasi masyarakat, perbedaan antara hutan diatas karst dan non karts terletak pada tingkat pertumbuhan pohon. Di atas karst, tingkat pertumbuhan lebih lambat dibandingkan dengan hutan non karst. Hutan di dominasi oleh jenis-jenis introduksi yang telah beradaptasi selama ratusan tahun sehingga berfungsi seperti hutan alam. Jenis-jenis pohon yang

IDENTIFIKASI KAWASAN BERNILAI KONSERVASI TINGGI | HASIL PENILAIAN KBKT

80

PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH KPH KENDAL

BAB V

paling umum ditemukan di areal kerja KPH Kendal adalah seperti yang tertera pada tabel dibawah ini Tabel 37. Jenis pohon yang ditemukan di areal kerja KPH Kendal
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Jenis Johar Salam Jati Ploso Kepoh Kesambi Jambu klampok Mahoni Randu Asem Duwet Trengguli Winong
Nama Latin Cassia siamea

Syzygium polyanthum
Tectona grandis

Butea monosperma

Syzygium samarangense Swietenia sp Ceiba Petandra

Cassia fistula

Temuan Apakah Area KPH Kendal memiliki ecotone dan ecocline untuk memelihara konektifitas antara dua atau lebih tipe ekosistem utama? TIDAK 2.3. The FMU has naturally available population of species in a proper amount. Yes 2.3. Unit Manajemen Hutan mempunyai populasi spesies yang ada secara alami dalam jumlah yang layak. Ya

Berdasarkan survey biodiversity telah ditentukan 3 (tiga) species interest yaitu : a. MACAN TUTUL (Panthera pardus) Warna dasar bervariasi dari nila jada atau coklat tua sampai hitam ditaburi dengan totol hitam pirang, kuning jerami atau jingga kuning. Warna dasar lainnya kuning jerami

IDENTIFIKASI KAWASAN BERNILAI KONSERVASI TINGGI | HASIL PENILAIAN KBKT

81

PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH KPH KENDAL

BAB V

dan abu-abu bungalan sampai gilap dragem, hartal, kadru dengan bagian bawah keputihan. Warna dasar terutama di bagian bahu, lengan atas, punggung dan pantat ditaburi dengan warna totol gelap yang dikelilingi warna piirang.. selanjutnya kepala, dagu kerongkongan ditaburi dengan totol lebih kecil sebaliknya bagian perut totol besar. Panjang total tubuh jantan 215 cm, betina 185 cm dengan berat badan maksimum 68 kg jantan, 50 kg betina. Hasil survey biodiversity menetapkan macan tutul sebagai spesies interest KPH Kendal. Petak 9 Besokor (KPPN) seluas 70,9 Ha ditetapkan sebagai kawasan pengelolaan Macan Tutul yang termasuk dalam NKT 2.3. Peta lokasi habitat Macan tutul dapat dilihat di bawah ini : Macan tutul (Panthera pardus) merupakan satwa interest di KPH Kendal. Menurut atribut NKT habitat satwa interest merupakan kawasan yang mengandung populasi dari perwakilan spesies alami. Kawasan tersebut memiliki nilai NKT 2.3.

b. Kepodang

Gambar 19. Kepodang(Oriolus chinensis).

Burung Kepodang (Oriolus chinensis) merupakan burung berkicau yang mempunyai bulu yang indah. Burung Kepodang cukup dikenal dalam budaya Jawa, khususnya Jawa Tengah, selain hanya karena Burung Kepodang

IDENTIFIKASI KAWASAN BERNILAI KONSERVASI TINGGI | HASIL PENILAIAN KBKT

82

PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH KPH KENDAL

BAB V

merupakan fauna identitas provinsi Jawa Tengah, Burung Kepodang juga sering dipergunakan dalam tradisi mitoni (tradisi tujuh bulan kehamilan). Konon, ibu hamil yang memakan daging burung Kepodang akan mendapatkan anak yang ganteng atau cantik jelita. Burung Kepodang yang merupakan fauna identitas provinsi Jawa Tengah ini dikenal juga dengan sebutan manuk pitu wolu karena bunyinya yang nyaring mirip dengan ucapan pitu-wolu (tujuh delapan). Selain itu, burung ini juga terkenal sebagai burung pesolek yang selalu tampil cantik, rapi, dan bersih termasuk dalam membuat sarang. Masyarakat Sunda biasa menyebut burung Kepodang ini dengan sebutan Bincarung. Sedangkan beberapa daerah di Sumatera menyebutnya sebagai Gantialuh dan masyarakat di Sulawesi menyebutnya Gulalahe. Burung Kepodang ini dalam bahasa Inggris sering disebut dengan Black Naped Oriole. Di Malaysia disebut burung Kunyit Besar. Sedangkan dalam bahasa ilmiah (latin), Burung Kepodang disebut Oriolus chinensis. Burung Kepodang (Oriolus chinensis) berukuran relatif sedang, panjang mulai ujung ekor hingga paruh berkisar 25 cm. Bulunya indah berwarna kuning keemasan sedang bagian kepala,sayap dan ekor ada sebagian bulu yang berwarna hitam. Ciri khas burung Kepodang adalah terdapatnya garis hitam melewati mata dan tengkuk. Iris mata burung Kepodang berwarna merah sedangkan paruhnya berwarna merah jambu dan kedua kakinya berwarna hitam. Burung Kepodang yang ditetapkan sebagai maskot (fauna identitas) provinsi Jawa Tengah ini mempunyai siulan seperti bunyi alunan seruling dengan bunyi liiuw, klii-lii-tiiliiuw atau u-dli-u. Selain mempunyai ocehan yang sangat keras dan nyaring, Kepodang juga pandai menirukan suara burung Ciblek, Prenjak, Penthet bahkan suara burung Raja Udang.

IDENTIFIKASI KAWASAN BERNILAI KONSERVASI TINGGI | HASIL PENILAIAN KBKT

83

PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH KPH KENDAL

BAB V

Ketelitian burung Kepodang dalam membuat sarang yang indah dan tampilan burung yang selalu terlihat bersih dan rapi dengan bulu yang indah menawan membuat burung ini sering mendapat predikat sebagai burung pesolek. Hasil survey biodiversity menetapkan kepodang sebagai spesies interest KPH Kendal. CA Ulolanang, CA Pagerwunung, CA Peson, Kawasan dengan Kelerengan > 40%, KPS ditetapkan sebagai kawasan pengelolaan Kepodang yang termasuk dalam NKT 2.3. karena lokasi tersebut adalah tempat ditemukannya kepodang. Kepodang (Oriolus chinensis) merupakan satwa interest di KPH Kendal. Menurut atribut NKT habitat satwa interest merupakan kawasan yang mengandung populasi dari perwakilan spesies alami. Kawasan tersebut memiliki nilai NKT 2.3.

c. Rusa (Cervus timorensis)

Gambar 20. Rusa (Cervus timorensis)

Jenis Cervus timorensis, menurut Dradjat (2002a), memiliki bulu coklat dengan warna bagian bawah perut dan ekor berwarna putih. Hewan jantan relatif lebih besar dibandingkan dengan betinanya. Tinggi badannya antara 91-102 cm dengan berat badan 103-155 kg, lebih kecil bila dibandingkan dengan Sambar (Cervus unicolor). Rusa jantan mempunyai tanduk yang

IDENTIFIKASI KAWASAN BERNILAI KONSERVASI TINGGI | HASIL PENILAIAN KBKT

84

PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH KPH KENDAL

BAB V

bercabang. Tanduk akan tumbuh pertama kali pada anak jantan umur 8 bulan. Setelah dewasa, ranggah menjadi sempurna yang ditandai dengan terdapatnya 3 ujung runcing.

Hasil survey biodiversity menetapkan kepodang sebagai spesies interest KPH Kendal. CA Pagerwunung dan HAS Kaliwungu ditetapkan sebagai kawasan pengelolaan habitat rusa yang termasuk dalam NKT 2.3. karena lokasi tersebut adalah tempat ditemukannya Rusa Rusa (Cervus timorensis) merupakan satwa interest di KPH Kendal. Menurut atribut NKT habitat satwa interest merupakan kawasan yang mengandung populasi dari perwakilan spesies alami. Kawasan tersebut memiliki nilai NKT 2.3.

Gambar 21. Peta NKT 2.3 KPH Kendal

IDENTIFIKASI KAWASAN BERNILAI KONSERVASI TINGGI | HASIL PENILAIAN KBKT

85

PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH KPH KENDAL

BAB V

5.1.3. NKT3 Forest areas that are in or contain rare, threatened or endangered ecosystems. Kawasan hutan berada atau berisi ekosistem langka, terancam dan hampir punah. 3. 3. The FMU contains rare, threatened or endangered ecosystems? Yes Unit manajemen hutan berisi ekosistem langka, terancam, dan hampir punah? Ada Berdasarkan keadaan topografinya kawasan hutan di KPH Kendal tersebar dari dataran landai (bagian utara) hingga bergelombang (bagian selatan), pengaruh pegunungan Dieng. Elevasi kawasan berkisar antara 0 mdpl534 mdpl.

Berdasarkan dokumen hasil kajian lingkungan ekosistem kawasan hutan KPH Kendal dengan luas keseluruhan 20.413,9 Ha termasuk kedalam ekosistem hutan dataran rendah. Kawasan yang masuk NKT 3 seluas 189,3 Ha yang terdiri dari : Petak 44a BKPH Sojomerto seluas 49,5 Ha merupakan kawasan curam dengan komposisi
Gambar 22. Pt.44 Besokor

vegetasi

jenis

rimba

merupakan habitat trenggiling dan Pt 39f seluas 12 Ha sebagai habitat kepodang Curug Sewu (HAS Curam) petak 61A seluas 57,2 Ha BKPH Sojomerto

merupakan kawasan curam dan sebagai


Gambar 23. Curug Sewu Pt.61

habitat lutung dan kepodang

Kawasan Perlindungan Plasma Nutfah Petak 9b BKPH Sojomerto seluas 70,6 HA sebagai habitat Macan tutul
Gambar 24. KPPN Pt.9b Besokor

IDENTIFIKASI KAWASAN BERNILAI KONSERVASI TINGGI | HASIL PENILAIAN KBKT

86

PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH KPH KENDAL

BAB V

Berdasarkan RePProT (1989) dalam Whitten Et all (1996), disebutkan bahwa luas kawasan hutan alam di Pulau Jawa sebesar 12.450 km2 atau 1.245.000 ha. Sedangkan kawasan hutan alam KPH Kendal yang tergolong tipe ekosistem alami hutan dataran rendah seluas 189,3 ha, atau setara 0,015 %. Berdasarkan atribut NKT, apabila suatu ekosistem luasnya kurang dari 5% luas areal total hutan alam di Pulau Jawa maka ekosistem tersebut merupakan ekosistem langka, terancam dan hamper punah. Berdasarkan atribut NKT, kawasan hutan alam dataran rendah KPH Kendal (Hutan Alam Besokor, Hutan Alam Curug Sewu, dan Hutan Alam Goa Kukulan) termasuk ekosistem langka, terancam dan hamper punah sehingga mengandung nilai NKT 3 (Ekosistem RTE).

Gambar 25. Peta NKT 3 KPH Kendal

IDENTIFIKASI KAWASAN BERNILAI KONSERVASI TINGGI | HASIL PENILAIAN KBKT

87

PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH KPH KENDAL

BAB V

5.1.4. NKT4 Forest areas that provide basic services of nature in critical situations (e.g. watershed protection, erosion control). Kawasan hutan dapat memberikan jasa alam dasar dalam kondisi kritis (contoh : perlindungan tata air, kontrol erosi). 4.1.a Is the forest management unit have springs that have hydrological functions for the surrounding area? Yes 4.1.a. Apakah Unit Manajemen Hutan terdapat mata air yang memiliki fungsi hidrologis bagi kawasan sekitarnya? Ya Wilayah KPH Kendal melingkupi 21 Kecamatan dan 81 desa pemilik petak pangkuan, menyebar di 3 wilayah Kabupaten yaitu Kabupaten Batang, Kendal dan Kota Semarang Di dalam kawasan hutan KPH Kendal, banyak terdapat mata air yang mempunyai fungssi perlindungan ekologi (ketersediaan sumber air) yang digunakan oleh masyarakat sebagai sumber air minum, pengairan sawah dan untuk keperluan mandi-cuci. Sumber-sumber mata air tersebut adalah : - Kali Alang Mata air Kali alang berada di petak 21b seluas 0,4 Ha RPH Pucung Kerep BKPH Subah tepatnya di desa duren ombo Kecamatan Subah Kabupaten Batang. Sumber mata air ini dimanfaatkan oleh
Gambar 26. MA Kali alang

masyarakat desa Duren Ombo dan sekitarnya untuk irigasi dan MCK.

IDENTIFIKASI KAWASAN BERNILAI KONSERVASI TINGGI | HASIL PENILAIAN KBKT

88

PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH KPH KENDAL

BAB V

- Cokro Tulung Mata air berada di petak 1d RPH Pucung kerep BKPH Subah seluas 0,5 ha. Mata air dimanfaatkan oleh masyarakat desa manggis Kecamatan Tulis Kabupaten Batang sebagi sumber irigasi
Gambar 27. MA Cokro Tulung

- Kutung Muno Mata air Kutung Muno digunakan sebagai pemasok air bersih untuk wilayah Desa Pecalungan Kecamatan Sambong. Mata Air ini berada di petak 30c BKPH Subah
Gambar 28. MA Kutung Muno

selua 1,7 Ha

- Mata Air Tuk Cabe Sumber air Tuk Cabe berada di petak 53g seluas 0,1 Ha RPH Jatisari Utara BKPH Subah tepatnya di desa Pecalungan. Seperti halnya dengan mata air Kutung Muno, mata air ini juga dimanfaatkan
Gambar 29. MA Tuk Cabe

masyarakat desa pecalungan sebagai sumber irigasi dan MCK

IDENTIFIKASI KAWASAN BERNILAI KONSERVASI TINGGI | HASIL PENILAIAN KBKT

89

PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH KPH KENDAL

BAB V

- Mata air Tuk Pancuran Lokasi Sendang Tuk Pancuran di petak 93b RPH Karangjati BKPH Plelen

dimanfaatkan untuk irigasi sawah oleh dukuh Cethosari Desa Tegalombo Kec. Tersono Kabupaten Batang
Gambar 30. MA Tuk Kali Pancuran

- Mata air Tuk Kali Bathang Lokasi Mata air Tuk Kali BAthang berada di petak 92b seluas 0,6 Ha RPH Karangjati BKPH Plelen. Dimanfaatkan sebagai
Gambar 31. MA Tuk Kali BAthang

sumber

air

bersih

bagi

masyarakat dukuh Tedunan Krajan Desa Tedunan Kecamatan Gringsing

Kabupaten Batang

- Mata Air Si Rendeng Mata air Si Rendeng berada di Petak 49 RPH Palir BKPH MAngkang seluas 0,1 Ha. Sumber mata air ini dimanfaatkan untuk MCK dan irigasi sawah oleh penduduk Desa Wates.
Gambar 32. MA Sirendeng

IDENTIFIKASI KAWASAN BERNILAI KONSERVASI TINGGI | HASIL PENILAIAN KBKT

90

PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH KPH KENDAL

BAB V

- Mata Air Tuk Tumpang Mata Air Tuk Tumpang berada petak 13 RPH Mugas BKPH Mangkang seluas 0,3 Ha. Sumber air ini dimanfaatkan untuk air minum, MCK dan irigasi sawah oleh penduduk desa Darupono
Gambar 33. MA Tuk Tumpang

- Mata Air Ngasinan Mata air Ngasinan ini berada di Petak 7c RPH Besokor BKPH Sojomerto seluas 0,1 Ha. Mata air ini dimanfaatkan oleh masyarakat Dusun Kampung Baru Desa Sidomukti, Kecamatan Weleri Kabupaten
Gambar 34. MA Ngasinan

Kendal sebagai sumber air bersih

- Mata Air Sekenyes Mata air sekenyes berada di petak 71g luas 0,2 Ha RPH Ngareanak BKPH Boja. Mata air ini Desa dimanfaatkan Cacaban oleh

masyarakat

sebagai

sumber air bersih/mandi


Gambar 35. MA Sekenyes

IDENTIFIKASI KAWASAN BERNILAI KONSERVASI TINGGI | HASIL PENILAIAN KBKT

91

PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH KPH KENDAL

BAB V

- Mata Air Tuk Dandang Mata air tuk dandang ini berada di petak 72f RPH Ngareanak BKPH Boja seluas 0,5 ha. Mata air ini dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Singorojo untuk irigasi dan MCK
Gambar 36. MA Tuk Dandang

- Mata Air petak 27a Mata air di petak 27 a RPH Trayu BKPH Boja seluas 0,4 Ha dimanfaatkan sebagai sumber air bersih dan mandi oleh masyarakat Desa Darupono

Gambar 37. MA Pt.27a Boja

- Mata Air di petak 56a Mata air di petak 56a RPH Trayu BKPH Boja seluas 0,5 Ha dimanfaatkan oleh masyarakat desa DArupono sebagai sumber air minum dan MCK

Gambar 38. MA Pt 56a Boja

IDENTIFIKASI KAWASAN BERNILAI KONSERVASI TINGGI | HASIL PENILAIAN KBKT

92

PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH KPH KENDAL

BAB V

Tabel 38. Beberapa Lokasi Mata Air Pada Kawasan Hutan KPH Kendal
No
1

BH
2

Petak/Anak Petak
3

Luas (Ha)
4

RPH
5

BKPH
6

Nama MA
7

Penggunaan
8

1 SUBAH 2 3 4 5 6 7 BODRI 8 KALIWUNGU 9 10 11 12 13

1D 21B 30C 53G 92B 93B 7C 27A 56A 71G 72F 13N 49K

0,50 0,40 1,70 0,10 0,60 0,70 0,10 0,40 0,50 0,20 0,50 0,30 0,10

Pucungkerep Pucungkerep Subah Jatisari Utara Karangjati Karangjati Besokor Trayu Trayu Ngareanak Ngareanak Mugas Palir

Subah Subah Subah SUBAH Plelen Plelen Sojomerto Boja Boja Boja Boja Mangkang Mangkang

Cokro Tulung Kali Alang Kuthung Muno Tuk Cabe Tuk Kali Bathang Tuk Pancuran Ngasinan

Sekenyes Tuk Dandang Tuk Tumpang Si Rendeng

Irigasi Sumber Air Bersih Irigasi Irigasi Sumber Air Bersih Irigasi Sumber Air Bersih Air Minum, MCK Air Minum, MCK Air Minum, MCK Air Minum, MCK Sumber Air Bersih Sumber Air Bersih

Sumber : RPKH KPH Kendal periode Tahun 2008-2017 Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan diatas maka wilayah KPH Kendal memiliki wilayah kritis sebagai penyedia air baik musim hujan maupun kemarau untuk keperluan masyarakat sekitarnya dengan kata lain merupakan kategori NKT 4.1.

Gambar 39. Peta NKT 4.1. KPH Kendal

IDENTIFIKASI KAWASAN BERNILAI KONSERVASI TINGGI | HASIL PENILAIAN KBKT

93

PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH KPH KENDAL

BAB V

4.1.b. The FMU constitutes a significant part of a water catchment area? Yes 4.1.b. Unit Manajemen Hutan memiliki bagian yang sangat penting akan area tangkapan air? Ya KPH Kendal termasuk dalam 12 wilayah tangkapan DAS yaitu DAS Lampir 1.512,59 Ha (4,13%) ,DAS Blukar 3.063,5 ha (10,67%),DAS Bodri 4.871, 8 Ha (7,13%),DAS Blorong 5.005,7 Ha (19,24%),DAS Sambong 58,1 Ha (0,44%),DAS Boyo 1035,89 Ha (5,49%),DAS Urang 2.309,7 Ha (12,54%),DAS Mangkang barat 1664,9 Ha (3,39%),DAS Mangkang Timur 7,6 Ha (0,32%),DAS Kuripan 488,2 Ha (7,85%),DAS Kentrung 223,9 Ha (14,54%),DAS Garang 164,5 Ha (0,49%) Bila dilihat dari kondisi penutupan areal KPH Kendal oleh vegetasi hutan, dan besarnya luasan penebangan tahunan dapat dipastikan bahwa kawasan KPH Kendal tertutup oleh vegetasi hutan tanaman secara baik. Penutupan hutan ini membentuk mozaik hutan mulai dari KUI sampai dengan KU VII. 1. DAS Lampir DAS Lampir dengan luas 36.661 ha terdapat sungai di dalamnya Kali Kuto dengan anak sungai Kali Lampir dan Kali Petung yang secara langsung berada pada kawasan hutan. Kawasan hutan yang terdapat dalam DAS Lampir seluas 1.527,90 ha atau 4,17 % yang menyebar pada beberapa BKPH yaitu BKPH Plelen 1.433,4 ha (3,92 %) dan BKPH Sojomerto 92,5 ha (0,25 %). Pada DAS ini akan ditempatkan SPL 13 debit dan sedimen (petak 2 BKPH Sojomerto) , SPL 14 debit dan sedimentasi (petak 98 BKPH Plelen) dan SPL 15 debit dan sedimentasi (petak 88 BKPH Plelen) yang dilakukan pengukuran mulai tahun 2010 2. DAS Blukar

IDENTIFIKASI KAWASAN BERNILAI KONSERVASI TINGGI | HASIL PENILAIAN KBKT

94

PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH KPH KENDAL

BAB V

DAS Blukar dengan luas 28.698 ha terdapat sungai di dalamnya Kali Blukar dengan anak sungai Kali Seneng dan Kali Petung yang secara langsung berada pada kawasan hutan. Kawasan hutan yang terdapat dalam DAS Blukar seluas 3.056 ha atau 10,65 % yang menyebar pada beberapa BKPH yaitu BKPH Sojomerto 2.883,3 ha (10,05 %) dan BKPH Kalibodri 172,7 ha (0,60 %). Pada Kali Blukar dipasang SPL 4 debit dan sedimen (outlet) petak 35 BKPH Sojomerto. Dan SPL 9 debit dan sedimentasi (inlet) petak 32 BKPH Sojomerto 3. DAS Bodri DAS Bodri dengan luas 68.356 ha terdapat sungai di dalamnya Kali Bodri dengan anak sungai Kali Logung yang secara langsung berada pada kawasan hutan. Kawasan hutan yang terdapat dalam DAS Bodri seluas 4.857,2 ha (7,11 %) menyebar pada beberapa BKPH yaitu BKPH Sojomerto 727,4 ha (1,06 %), BKPH Kalibodri 3.290,1 ha (4,81 %), dan BKPH Boja 839,7 ha (1,23 %). Pada DAS ini ditempatkan akan ditempatkan SPL 11 debit dan sedimen (petak 78 BKPH Kalibodri) dan SPL 12 (petak 60 BKPH Kalibodri) yang akan dilakukan pengukuran pada tahun 2010. 4. DAS Blorong (Balong) DAS Blorong (Balong) dengan luas 26.021 ha terdapat sungai di dalamnya Kali Blorong dengan anak sungai Kali Glagah yang secara langsung berada pada kawasan hutan. Kawasan hutan yang terdapat dalam DAS Blorong seluas 5.129,7 ha atau 19,71 % yang menyebar pada beberapa BKPH yaitu BKPH Kalibodri 708 ha (2,72 %), BKPH Mangkang 1.741,30 (6,69 %) dan BKPH Boja 2.680,4 ha (10,30 %). Pada Kali Blorong dipasang SPL 2 debit dan sedimen (oulet) petak 2 BKPH Mangkang, serta SPL 8 debit dan sedimen (inlet) di petak 67 BKPH Boja. 5. DAS Sambong DAS Sambong dengan luas 13.314 ha terdapat sungai di dalamnya Kali Sambong yang secara langsung berada pada kawasan hutan. Kawasan hutan yang terdapat dalam DAS Sambong seluas 58,1 ha atau 0,44 % yang

IDENTIFIKASI KAWASAN BERNILAI KONSERVASI TINGGI | HASIL PENILAIAN KBKT

95

PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH KPH KENDAL

BAB V

berada di BKPH Subah. Sehingga di kawasan ini tidak dilakukan pemantauan hidrologi.

6.

DAS Boyo DAS Boyo dengan luas 18.855 ha terdapat sungai di dalamnya Kali Boyo dengan anak sungai Kali Kitiran yang secara langsung berada pada kawasan hutan. Kawasan hutan yang terdapat dalam DAS Boyo seluas 888,9 ha atau 4,71 % yang berada pada BKPH Subah.

7.

DAS Urang DAS Urang dengan luas 18.412 ha terdapat sungai di dalamnya Kali Urang dengan anak sungai Kali Prigi yang secara langsung berada pada kawasan hutan. Kawasan hutan yang terdapat dalam DAS Urang seluas 2.860 ha atau 15,53 % yang menyebar pada beberapa BKPH yaitu BKPH Subah 2.446,5 ha (13,29 %) dan BKPH Plelen 413,5 ha (2,25 %). Pada Kali Prigi dipasang SPL 6 debit dan sedimen (outlet) petak 53 BKPH Subah serta SPL 10 debit dan sedimen (inlet) di petak 62 Subah.

8.

DAS Mangkang Timur DAS Mangkang Timur dengan luas 7,6 ha. Kawasan hutan yang masuk kedalam Sub DAS ini hanya satu petak yaitu petak 51 seluas 7,6 di wilayah RPH Kedungpane BKPH Boja

9.

DAS Mangkang Barat Kawasan hutan yang terdapat dalam DAS Mangkang seluas 1. 664,9 ha yang menyebar pada beberapa BKPH yaitu BKPH Mangkang 1.208,1 ha dan BKPH Boja 456,8 Ha.

10. DAS Kentrung DAS Kentrung seluas 223,9 ha. Kawasan hutan yang masuk kedalam DAS Kentrung ini ada 4 petak di BKPH Besokor . 11. DAS Garang

IDENTIFIKASI KAWASAN BERNILAI KONSERVASI TINGGI | HASIL PENILAIAN KBKT

96

PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH KPH KENDAL

BAB V

DAS Garang seluas 164 5 ha. Kawasan hutan yang masuk kedalam DAS Kentrung ini hanya 2 petak yaitu petak 64 dan 65 RPH Kedungpane BKPH Boja.

12. DAS Kuripan Kawasan hutan yang terdapat dalam DAS Kuripan seluas 488,2 ha yang menyebar pada beberapa wilayah BKPH Plelen. Ada 5 petak yang masuk ke dalam DAS ini antara lain petak 3,52,107 RPH Jatisari Utara dan petak 74-75 RPH Banyuputih. DAS Kawasan KPH Kendal yang terdiri dari 12 DAS dalam hal ini termasuk KPS Sempadan Sungai memiliki peranan penting dalam menjaga stabilitas tanah terjal dan rawan longsor serta kontinuitas pasokan air untuk masyarakat yang hidup di disekitar kawasan hutan KPH Kendal. Kawasan Sempadan Sungai ke 12 DAS yang demikian memiliki nilai konservasi tinggi NKT 4.2.

Gambar 40. Kawasan Sempadan sungai Kali Blorong

IDENTIFIKASI KAWASAN BERNILAI KONSERVASI TINGGI | HASIL PENILAIAN KBKT

97

PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH KPH KENDAL

BAB V

Gambar 41. Peta NKT 4.2. KAwasan Sempadan Sungai KPH Kendal

4.2. 4.2.

A significant proportion of the FMU contains steep slopes or erodable soils? Yes Di dalam Unit Manajemen Hutan terdapat proporsi yang signifikan areal yang terjal atau rawan erosi? Ada Untuk mengetahui luasan KPH Kendal yang terjal dan rawan erosi bisa dilihat dari analisis topografi KPH Kendal berdasarkan kelas lerengnya. Dari data RPKH KPH Kendal Periode Tahun 2008-2017 diketahui bahwa wilayah KPH Kendal memiliki areal dengan kelerengan > 45 % seluas 320,7 Ha atau setara dengan 1,57 % dari luasan total KPH Kendal. Secara proporsional luasan kawasan yang memiliki kelerengan > 45 % cukup luas dalam wilayah KPH Kendal. Termasuk di dalam data tersebut diatas, KPH Kendal telah mengidentifikasi wilayah-wilayah yang memiliki kelerengan diatas 45 % dijadikan sebagai kawasan dengan tujuan pengelolaan untuk perlindungan. Dalam bagan pembagian kawasan hutan berdasarkan tujuan pengelolaan bab keadaan umum buku ini,

IDENTIFIKASI KAWASAN BERNILAI KONSERVASI TINGGI | HASIL PENILAIAN KBKT

98

PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH KPH KENDAL

BAB V

kawasan yang memiliki kelerengan diatas 45 % termasuk dalam wilayah pengelolaan kawasan curam dengan kelas perusahaan LDTI. Kawasan yang memiliki kelerengan > 45% (Kawasan Curam) di KPH Kendal peruntukannya dan pengelolaannya sudah pasti, tidak ada konversi lahan untuk peruntukan lainnya yang dapat menyebabkan erosi besar.

Gambar 42. Peta NKT 4.2 HAS Curam

4.3 4.3

FMU providing critical barriers to destructive fire? No Wilayah Unit Manajemen Hutan yang berfungsi untuk menghalangi kebakaran yang merusak? Tidak Secara umum pada musim kemarau di wilayah KPH Kendal selalu terjadi kebakaran hutan dalam jumlah kecil, itupun yang terbakar adalah bagian lantai hutan dan tidak mematikan tanaman jati yang ada. Serasah di atas tanah berupa daun lebar dan cabang-cabang yang jatuh membusuk perlahan-lahan dan menghambat kehidupan tumbuhan lain, tetapi dapat membentuk serasah yang mudah sekali terbakar. Jika ada api merambat, pohon-pohon jati tetap tidak

IDENTIFIKASI KAWASAN BERNILAI KONSERVASI TINGGI | HASIL PENILAIAN KBKT

99

PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH KPH KENDAL

BAB V

terbakar tetapi tumbuhan bawah terbakar (Whitten T. Et all 1999). Pada saat musim hujan tumbuan bawah yang terbakar akan tumbuh kembali.

5.2. Sosial Values 5.2. Nilai-Nilai Sosial 5.2.1. NKT5 Forest areas fundamental to meeting basic needs of local communities (e.g. subsistence, health). Kawasan Hutan secara fondamental memenuhi keperluan dasar masyarakat lokal (contoh : kehidupan, kesehatan). 5.1 Local communities use the FMU for their basic needs or livelihoods? Yes 5.1 Masyarakat lokal menggunakan Unit Managamen Hutan untuk pemenuhan kebutuhan dasar atau mata pencaharian? Ya Pengertian fundamental dan basic needs berdasarkan FSC yang dikeluarkan tahun 2001 adalah sebagai berikut : Fundamental is interpreted as a forest use which contributes in the range of 1520% to either the community monetary economy or the community diet and which can not be replaced by an easily implemented alternative, i.e., the use is not discretionary. It can also imply a symbolic or aesthetic use whose loss would seriously impact the cultural identity of the users (FSC, 2001). "Basic needs" are requirements for the economic or bio-psychological survival of an individual or group (FSC, 2001). Fundamental diinterpretasikan sebagai suatu aktivitas penggunaan hutan yang memiliki kontribusi 15 20 % terhadap ekonomi keuangan masyarakat atau kebutuhan pangan masyarakat yang tidak dapat digantikan secara mudah oleh

IDENTIFIKASI KAWASAN BERNILAI KONSERVASI TINGGI | HASIL PENILAIAN KBKT

100

PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH KPH KENDAL

BAB V

alternatif lainnya yang bisa dilakukan, contoh : tidak bebas dalam memilih aktivitas penggunaan hutan. Hal ini dapat berimplikasi pada suatu penggunaan yang simbolis atau estetis yang bila mereka kehilangan akan memiliki dampak serius terhadap identitas budaya pengguna (FSC, 2001). "Basic needs" adalah persyaratan-persyaratan untuk survival secara ekonomi atau bio-fisik bagi individu atau kelompok (FSC, 2001). Keberadaan masyarakat yang tinggal disekitar hutan KPH Kendal telah berlangsung sebelum pengelolaan hutan dilakukan. Ada ketergantungan masyarakat terhadap kawasan hutan KPH Kendal. Masyarakat

memanfaat/mendapat mafaat dari hutan dalam bentuk kegiatan-kegiatan sebagai berikut : A. Mata air Di dalam kawasan hutan KPH Kendal, banyak terdapat mata air yang dapat digunakan oleh masyarakat sebagai sumber air minum, pengairan sawah dan untuk keperluan mandi-cuci.
No
1

BH
2

Petak/Anak Petak
3

Luas (Ha)
4

RPH
5

BKPH
6

Nama MA
7

Penggunaan
8

1 SUBAH 2 3 4 5 6 7 BODRI 8 KALIWUNGU 9 10 11 12 13

1D 21B 30C 53G 92B 93B 7C 27A 56A 71G 72F 13N 49K

0,50 0,40 1,70 0,10 0,60 0,70 0,10 0,40 0,50 0,20 0,50 0,30 0,10

Pucungkerep Pucungkerep Subah Jatisari Utara Karangjati Karangjati Besokor Trayu Trayu Ngareanak Ngareanak Mugas Palir

Subah Subah Subah SUBAH Plelen Plelen Sojomerto Boja Boja Boja Boja Mangkang Mangkang

Cokro Tulung Kali Alang Kuthung Muno Tuk Cabe Tuk Kali Bathang Tuk Pancuran Ngasinan

Sekenyes Tuk Dandang Tuk Tumpang Si Rendeng

Irigasi Sumber Air Bersih Irigasi Irigasi Sumber Air Bersih Irigasi Sumber Air Bersih Air Minum, MCK Air Minum, MCK Air Minum, MCK Air Minum, MCK Sumber Air Bersih Sumber Air Bersih

B. Curug Linseng

IDENTIFIKASI KAWASAN BERNILAI KONSERVASI TINGGI | HASIL PENILAIAN KBKT

101

PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH KPH KENDAL

BAB V

Curug Linseng berada di Petak 71 g BKPH Boja. Curug ini selain dimanfaatkan sebagai lokasi kegiatan spiritual masyarakat desa setempat juga digunakan sebagai sumber air minum dan irigasi oleh Desa Cacaban.

C. SISTEM PENANAMAN Perum Perhutani secara umum

menerapkan program pengelolaan lahan paska tebang dengan (1) Sistem Banjar Harian dan (2) Tumpang Sari.
Gambar 43..sistem tumpangsari

Sistem Banjar Harian adalah sistem pengelolaan lahan paska tebang di

wilayah yang memiliki bonita (tingkat kesuburan) antara 2 sampai dengan 3. Rentang bonita ini baik untuk tanaman jati tetapi tidak baik untuk tanaman pertanian. Bila bonita di bawah 2, tanaman yang cocok adalah tanaman jenis lain selain jati. Dalam sistem Banjar Harian ini pengolahan lahan,

penanaman, dan pemeliharaan tanaman jati dikerjakan oleh tenaga borongan yang diambil dari masyarakat sekitar. Dari kegiatan tersebut, masyarakat mendapatkan pendapatan (upah) sesuai dengan standar yang berlaku. Sistem Tumpang Sari adalah sistem pengelolaan lahan paska tebang di wilayah yang memiliki bonita di atas 3. Rentang bonita di atas 3 memiliki kesuburan yang tinggi, baik untuk tanaman jati dan tanaman pertanian. Luas tumangsari di kawasan KPH Kendal tahun 2010 seluas 509 ha dengan jenis tanaman pertanian yang umumnya dibudidayakan oleh para petani sebagai tanaman sela di lahan tanaman utama (jati), antara lain; jagung, padi, kacang tanah, kentang, kacang panjang dan bengkoang Pesanggem yang terlibat dalam pengolahan lahan secara tumpangsari di lahan Perhutani, diatur

IDENTIFIKASI KAWASAN BERNILAI KONSERVASI TINGGI | HASIL PENILAIAN KBKT

102

PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH KPH KENDAL

BAB V

melalui kontrak lahan selama 2 tahun dan rata-rata mengolah lahan seluas 0,25 Ha/Org. Pengelolaan lahan pada wilayah bonita ini Perum Perhutani memberikan kontrak kerjasama dengan masyarakat untuk mengolah lahan, menanami tanaman pangan dan jati selama kurun waktu 2 tahun. Tenaga kerja untuk kegiatan ini juga diambil dari masyarakat sekitar hutan. Kegiatan ini penting terutama bagi pemenuhan kebutuhan pangan (karbohidrat) dan penguatan daya dukung pangan bagi kehidupan sekitar. Pemenuhan kebutuhan MDH masyarakat diperoleh dari hasil panenan tanaman pangan dari lokasi petak tanaman sistem tumpang sari. D. HIJAUAN MAKANAN TERNAK Kegiatan beternak merupakan pekerjaan utama MDH setelah kegiatan pertanian. Dengan lebih memprioritaskan lahan bagi kegiatan pertanian dibandingkan sebagai lokasi untuk penanaman tanaman jenis pakan ternak. Masyarakat biasanya mendapat Hijauan makanan ternak di kawasan hutan pada KU 3 up. Kawasan Produksi KPH Kendal dengan kelas Hutan KU 3 up seluas 4.306 ha Masyarakat desa hutan bisa mendapatkan hijauan pakan ternak dari dalam kawasan hutan KPH Kendal untuk memenuhi pakan ternaknya. Jenis ternak Masyarakat desa sekitar hutan KPH Kendal sebagian besar memelihara hewan ternak sapi dan kambing/domba. Jenis hijauan makan ternak yang biasanya dijadikan pakan ternak oleh masyarakat desa hutan antara lain: Kemlanding Wedusan Rumput blembem - Rumput gajah - Rumput lamuran - Daun alang-alang muda

E. PEMENUHAN BAHAN BAKAR

IDENTIFIKASI KAWASAN BERNILAI KONSERVASI TINGGI | HASIL PENILAIAN KBKT

103

PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH KPH KENDAL

BAB V

Kayu bakar merupakan bahan bakar utama dalam kegiatan rumah tangga bagi masyarakat desa sekitar hutan. Hal tersebut dikarenakan lokasi sumber kayu bakar relatif dekat dan murah. Masyarakat
Gambar 44. Kegiatan Perencekan

desa

hutan

dapat

memenuhi kebutuhan tersebut dari kawasan hutan kegiatan perencekan dengan syarat bukan pohon/batang yang ditebang, melainkan mengambil dahan dan atau ranting kering yang telah jatuh di tanah. Sebagaimana hasil kajian sosial yang sudah dituangkan dalam Bab II. Keadaan Umum KPH Kendal sub bab kondisi sosekbud masayarakat desa sekitar KPH Kendal, berdasarkan hasil analisis 6 desa diketahui bahwa komposisi penduduk desa sampling berdasarkan mata pencahariannya dapat dilihat dalam tabel 39 berikut ini : Tabel 39. Komposisi Penduduk Desa Sekitar Hutan Berdasarkan Mata Pencaharian

IDENTIFIKASI KAWASAN BERNILAI KONSERVASI TINGGI | HASIL PENILAIAN KBKT

104

PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH KPH KENDAL

BAB V

Mata Pencaharian No 1 2 3 4 5 Desa Wiraswa Pegawai TNI/ Swast sta/Peda PNS gang Polri a 25 4 4 20 14 4 11 238 25 2 377 157 23 2 150 25 14 3 5 11 10 2 20 70 65 695 28
89 2 9 4 8 21 6 97 19 15 24 11 8 13 2 4 3 5 2 10 17 9 39 9 1 2 18 33 890 14 112 3 4 2 11 230 93 30 165 146 213 90 712

Tani 57 478 674 700 355 284 489 144 1.080 1.000 340 1.414
890 83 199 806 270 1.122 200 120 265 167 990 1.661 924 125 390 210 170

Pertuk angan 10 247 149 107 35 32 21 35 150 109 16 21 16 116 232 240 190 310 551 23 75 22 17 30 196

Buruh Tani 100 585 521 1.106 120 698 392 150 2.522 2.105 299 848
1.078 78 104 206 231 29 224 700 214 471 30 2.001 924 510 240 237 196

Pensiun Nelay an an 1 1 10 53 5 3 17 20 18 32 11 -

Jasa -

Jumlah 221 1.582 2.018 2.214 553 1.055 932 538 5.025 4.260 4.309 2.493 2.088 298 364 1.056 658 1.424 852 1.403 1.209 1.329 1.808 4.662 1.908 797 721 474 569

Manggis Adinuso Gondang Kranggan Harjowinangun Timur 6 Kalibareng 7 Kalices 8 Kedungsari 9 Kertosari 10 Merbuh 11 Protomulyo 12 Tunggulsari 13 Banyuputih 14 Jolosekti 15 Penundan 16 Tedunan 17 Clapar 18 Madugowongjati 19 Satriyan 20 Tegalombo 21 Jatisari 22 Pecalungan 23 Sembung 24 Curug Sewu 25 Magelung 26 Surokonto Kln 27 Trisobo 28 Gebangan 29 Ngareanak 30 Surokonto Wtn 31 Jeruk Giling

4 19 -

84 48 5 9 3 371 200 2.650 7


7 6 2 11 8 30 3 8 9 2

35 12 10 67 8
16 1

6 82 700 660 20 48
29 4

19 19 55 100 93 206 129


15 118 2 9 25

IDENTIFIKASI KAWASAN BERNILAI KONSERVASI TINGGI | HASIL PENILAIAN KBKT

105

PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH KPH KENDAL

BAB V

No

Desa

32 Pagergunung 33 Trayu 34 Sidodadi 35 Singorojo 36 Ngaliyan 37 Gondorio 38 Podorejo 39 Wonosari


40 41 42 43 44 45 Plelen Kalimanggis Kutosari Sidokumpul Tambangan Wonoplumbon

Mata Pencaharian Pegawai Wiraswasta/ Pertuka Pensiuna Nelaya Tani Buruh Tani Jasa ngan n n PNS TNI/Polri Swasta Pedagang 3 23 496 23 879 2 16 4 186 481 36 219 9
150 94 407 30 47 60 7 16 15 40 26 6 50 3 3 7 447 602 308 2,757 14 495 75 86 80 12 76 35 1,186 141 500 35 4 815 227 538 290 2665 322 78 -

Jumlah 1,426 951 150 1,358 1,920


149 573 190 150 35 5

70 1,285 387 263 1097 553 275 -

1,975 54 268 35 67 350 20 -

14 1.545 47 48 Wonosari 49 635 19 49 Darupono 52 199 8 50 Sumberejo 1.19 850 105 0 0 0 Sumber : Data Monitoring Bulanan Kelola Sosial KPH Kendal

46 Bandung 47 Sojomerto

0 0 0 0

0 0 0 0

0 0 0 0

485

31

505 519 320 633 460

1 25 3 6 55

19 0 0 0 0

1043 378 984.545 1026 17 915 166 1637.19

Dari tabel tersebut di atas terlihat bahwa profesi sebagai petani dan buruh tani, merupakan mata pencaharian yang paling banyak digeluti oleh penduduk sekitar hutan KPH Kendal. Gambaran tersebut di atas memperlihatkan bahwa penduduk yang menggantungkan mata pencaharian di sektor pertanian tergolong tinggi. Masyarakat desa yang bermukim di sekitar hutan senantiasa berupaya untuk memanfaatkan dan mengoptimalkan sumberdaya yang ada disekitar mereka guna memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Diantara jenis mata pencaharian yang digeluti oleh masyarakat di desa-desa sekitar hutan tersebut adalah petani dan buruh tani merupakan profesi yang sangat terkait dengan hutan, sementara profesi lainnya seperti Karyawan

IDENTIFIKASI KAWASAN BERNILAI KONSERVASI TINGGI | HASIL PENILAIAN KBKT

106

PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH KPH KENDAL

BAB V

(PNS, TNI Polri, Swasta), Pedagang dan Jasa, tidak terlalu tinggi keterkaitannya dengan aktivitas di hutan. Berdasarkan sumber pendapatan MDH dapat digolongkan menjadi 2 golongan besar yaitu sumber pendapatan yang berasal dari hutan dan sumber pendapatan yang berasal dari non hutan, prosentase perbandingan sumber pendapatan MDH dapat dilihat pada tabel 44 di bawah ini : Tabel 40. Sumber Pendapatan Masyarakat Sekitar Hutan KPH Kendal
No 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 Lokasi 2 Adinusa Sengon Gondang Jatisari Pecalungan Jolosekti Clapar Durenombo Bandung Kemiri barat Kuripan Menjangan Kemiri timur Kalimanggis Manggis Sembung Kalibalik Banyuputih Kebumen Madugowong jati Satriyan Surodadi Plelen Tedunan Kranggan Harjowinangun T Tegalombo Sentul Penundan Timbang Banaran Kutosari Subah Sigayam Sidokumpul Sidodadi Curugsewu Kalices Kalibareng Kalirejo SUMBER PENDAPATAN (%) HUTAN NON HUTAN 3 4 29,59 70,41 18,51 81,49 22,79 77,21 63,61 36,39 37,22 61,88 8,42 91,58 13,40 86,60 25,59 74,41 29,04 70,96 21,77 78,23 27,52 72,48 31,75 68,25 32,01 67,99 33,33 66,67 35,50 64,50 13,95 86,05 9,22 90,78 40,18 59,82 27,36 72,64 9,80 90,20 4,77 95,23 19,00 80,16 16,90 83,10 23,67 76,33 9,46 90,54 40,74 59,26 61,69 36,11 24,10 75,90 26,00 74,00 36,76 73,25 17,54 82,46 71,88 28,12 61,46 38,54 17,54 82,46 18,50 81,50 33,68 66,32 10,88 89,12 24,82 75,18 20,12 79,88 55,22 44,78 24,19 75,81 58,22 41,78 59,65 40,35 6,79 93,21

Ngareanak
Cacaban Jerukgiling Merbuh

IDENTIFIKASI KAWASAN BERNILAI KONSERVASI TINGGI | HASIL PENILAIAN KBKT

107

PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH KPH KENDAL

BAB V

No 1 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81

Lokasi 2 Sidokumpul Sidodadi Curugsewu Kalices Kalibareng Kalirejo

Ngareanak
Cacaban Jerukgiling Merbuh Trayu Surokonto Wetan Surokonto kulon Pagergunung Gebangan Sidomukti Penyangkringan Sambongsari Manggungsari Kedungasri Ngerjo Sojomerto Triharjo Trisobo Kedungsuren Magelung

Kertosari
Kedungsari Singorojo

Darupono Protomulyo Sumberejo Tunggulsari


Jatirejo Wonosari

Pesantren
Wonolopo

SUMBER PENDAPATAN (%) HUTAN NON HUTAN 3 4 28,38 71,62 16,09 83,91 6,67 93,33 11,32 88,68 32,40 67,66 24,68 75,32 39,67 60,33 50,00 50,00 18,53 81,47 41,66 58,34 44,50 55,50 79,50 20,50 41,99 58,01 28,73 71,27 37,30 62,70 29,07 70,93 28,44 71,56 29,27 70,73 38,12 61,88 26,63 73,37 46,08 53,92 41,49 58,51 47,42 52,58 60,81 39,19 77,37 22,63 47,20 52,80 8,83 91,17 30,92 69,08 19,99 80,01 34,66 65,34 24,98 75,02 26,82 73,18 63,72 36,28 36,40 63,60 62,81 37,19 45,93 54,07 1,42 98,58

Sumber: Data Studi Dampak Sosial KPH Kendal (2008)

IDENTIFIKASI KAWASAN BERNILAI KONSERVASI TINGGI | HASIL PENILAIAN KBKT

108

PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH KPH KENDAL

BAB V

Hingga akhir tahun 2009 telah direalisasikan pola bagi hasil (product sharing) kepada beberapa kelompok LMDH yang mewakili masing-masing desa hutan yang telah menjalin kesepakatan kerjasama dengan KPH Kendal dalam program PHBM. Berikut perincian realisasi pola bagi hasil di KPH Kendal dapat dilihat pada tabel 81 realisasi product sharing 2006-2009 terhadap desa-desa di disekitar hutan KPH Kendal. Tabel 41. Realisasi Product Sharing di KPH Kendal 2006-2009
Produksi NO 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 LMDH 2 KAB. BATANG Wana Asri Suro Wono Wono Makmur Lestari Berkah Dadi Mulyo Wana Lestari Wono Lestari Duren Jati Lestari Wono Makmur Rukun Makmur Guyub Makmur Wana Mukti Rimba Lestari Sumber Barokah Poncowati Sari Maju Gombak Sari Makmur Timbang Makmur Langgeng Makmur Sido Makmur Mandala Rindang Subur Makmur Guyub Rukun Jati Indah Jati Manunggal Wonoharjo Sumber Rejeki Reksa Wana Jati Hutan Gunung Wayang Lestari Wono Mulyo KAB. KENDAL Wana Mukti Wono Mulyo Wono Harjo Jatisari Sumber Makmur Wana Makmur Jati Lestari Usaha Bersama Tri Wono Lestari Sari Rejo Setyo Jati Makmur Rimba Jaya Kiskendosari Sido Rukun Mugi Widodo Wana Lestari Jati Mulyo Singo Jati Lestari Dadi Makmur Sumber Rejeki DESA / KEL. 3 Adinusa Manggis Jatisari Gondang Sengon Pecalungan Menjangan Duren Ombo Bandung Subah Kemiri Timur Kemiri Barat Kalimanggis Sigayam Sentul Kutosari Penundan Timbang Plelen Surodadi Banyu Putih Sembung Kalibalik Tedunan Kebumen Harjowinangun Tmr Banaran Madugowong Jati Satrian Tegal Ombo Kranggan Kedungsuren Protomulyo Sumberejo Tunggulsari Magelung Darupono Kertosari Kalirejo Trisobo Merbuh Ngareanak Kedungsari Trayu Jeruk Giling Sidodadi Wonosari Jatirejo Singorojo Cacaban Sojomerto KEC. 4 Subah Tulis Subah Subah Subah Subah Subah Subah Subah Subah Subah Subah Subah Wono Tunggal Gringsing Gringsing Gringsing Gringsing Gringsing Gringsing Limpung Banyu Putih Banyu Putih Tersono Tersono Tersono Banyu Putih Gringsing Tersono Tersono Tersono Kaliwungu Slt Kaliwungu Slt Kaliwungu Brangsong Kaliwungu Slt Kaliwungu Slt Singorojo Singorojo Boja Singorojo Singorojo Singorojo Singorojo Kaliwungu Slt Patean Pegandon Ngampel Singorojo Singorojo Gemuh Kayu (Rp) 5 303,041,149 189,417,404 41,222,122 73,688,403 23,507,547 63,286,263 27,199,835 54,196,159 43,020,028 109,151,087 85,396,751 45,154,381 42,088,294 3,234,020 32,731,742 106,784,448 49,443,441 91,831,866 439,408 8,294,445 233,671,455 42,554,232 248,139,655 5,404,065 6,073,936 4,754,485 395,695 1,254,047 179,653 4,591,472 621,480 548,278,850 53,595,078 88,382,643 4,070,703 12,514,757 583,105,421 211,159,252 13,517,100 13,779,044 19,959,012 18,370,040 8,795,047 918 136,846 69,895,873 66,966,712 89,208,683 8,825,416 11,434,317 24,570,015 3,787,334,693 Pph 6% 6 18,182,469 11,365,044 2,473,327 4,421,304 1,410,453 3,797,176 1,631,990 3,251,770 2,581,202 6,549,065 5,123,805 2,709,263 2,525,298 194,041 1,963,905 6,407,067 2,966,606 5,509,912 26,364 497,667 14,020,287 2,553,254 14,888,379 324,244 364,436 285,269 23,742 75,243 10,779 275,488 37,289 32,896,731 3,215,705 5,302,959 244,242 750,885 34,986,325 12,669,555 811,026 826,743 1,197,541 1,102,202 527,703 55 8,211 4,193,752 4,018,003 5,352,521 529,525 686,059 1,474,201 227,240,082 Jumlah (Rp.) 7 284,858,680 178,052,360 38,748,795 69,267,099 22,097,094 59,489,087 25,567,845 50,944,389 40,438,826 102,602,022 80,272,946 42,445,118 39,562,996 3,039,979 30,767,837 100,377,381 46,476,835 86,321,954 413,044 7,796,778 219,651,168 40,000,978 233,251,276 5,079,821 5,709,500 4,469,216 371,953 1,178,804 168,874 4,315,984 584,191 515,382,119 50,379,374 83,079,684 3,826,461 11,763,872 548,119,095 198,489,697 12,706,074 12,952,301 18,761,471 17,267,837 8,267,344 863 128,635 65,702,121 62,948,709 83,856,162 8,295,891 10,748,258 23,095,814 3,560,094,612

IDENTIFIKASI KAWASAN BERNILAI KONSERVASI TINGGI | HASIL PENILAIAN KBKT

109

PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH KPH KENDAL

BAB V

Produksi NO 1 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 LMDH 2 KAB. KENDAL Mekarsari Wana Lestari Wana Saka Lestari Rimba Utama Tri Mulyo Kinteki Wana Mukti Bulu Wana Sapta Gunung Mas Angudi Wana Mulya Kinteki Rahayu Ngudi Wono Lestari Kembar Sari Restu Bumi Tani Subur Ngerjo Makmur KOTA SEMARANG Wono Makmur Wana Mulya Sumber Makmur Rimba Lestari Srendeng Indah Jati Lestari Usaha Manunggal Tambang Rimba Jati Mekar Jati Lestari Jati Manunggal Silayur Indah Jumlah DESA / KEL. 3 Kedungasri Gebangan Pagergunung Surokonto Wetan Tri Harjo Sidomukti Surokonto Kulon Sambongsari Penyangkringan Sidokumpul Manggungsari Kalibareng Kalices Curugsewu Ngerjo Wonosari Podorejo Gondoriyo Wonoplumbon Wates Mijen Ngadirgo Tambangan Wonolopo Jati Barang/ Kd Pane Ngaliyan KEC. 4 Ringin Arum Pageruyung Pageruyung Pageruyung Gemuh Weleri Pageruyung Weleri Weleri Patean Weleri Patean Patean Patean Ringin Arum Ngaliyan Ngaliyan Ngaliyan Mijen Ngaliyan Mijen Mijen Mijen Mijen Mijen Ngaliyan Kayu (Rp) 5 27,502,618 14,969,935 36,304,232 16,070,655 49,603,959 19,705,255 976,771 6,357,170 28,875,544 41,487,708 4,848,398 649,502 149,110 1,894,153 147,598 47,973,027 15,718,862 9,845,559 15,885,280 19,284,674 117,512,408 29,383,911 74,866,259 353,829 319,520 541,220 4,368,561,850 Pph 6% 6 1,650,157 898,196 2,178,254 964,239 2,976,238 1,182,315 58,606 381,430 1,732,533 2,489,262 290,904 38,970 8,947 113,649 8,856 2,878,382 943,132 590,734 953,117 1,157,080 7,050,744 1,763,035 4,491,976 21,230 19,171 32,473 262,113,711 Jumlah (Rp.) 7 25,852,461 14,071,739 34,125,978 15,106,416 46,627,721 18,522,940 918,165 5,975,740 27,143,011 38,998,446 4,557,494 610,532 140,163 1,780,504 138,742 45,094,646 14,775,730 9,254,825 14,932,163 18,127,594 110,461,663 27,620,877 70,374,283 332,599 300,349 508,747 4,106,448,139

Sumber : Studi Dampak Sosial KPH Kendal (2008)

Program Tumpangsari merupakan kegiatan yang juga membuka peluang bagi masyarakat desa hutan untuk meningkatkan pendapatan/penghasilan rumah tangga mereka. Berikut tabel 46 Realisasi Tumpangsari 2010 di KPH Kendal.

IDENTIFIKASI KAWASAN BERNILAI KONSERVASI TINGGI | HASIL PENILAIAN KBKT

110

PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH KPH KENDAL

BAB

Tabel 42. Realisasi PLDT dan Tumpangsari di KPH Kendal 2010 N o 1 1 Bula n 2 Jan 201 0 Tumpangs ari 3 Penggarap (org) Luas (Ha) Hasil (Jenis Tanaman Hasil (Rp) Penggarap (org) Luas (Ha) Hasil (Jenis Tanaman) Hasil (Rp) 3 Mar Penggarap (org)

Subah 4 24 93.6

Plelen 5 12 47.6

Sojomerto 6 17 65.5

Kalibodri 7 3 8.3 Jagung/Ketela 72.000.000 17 3 8.3

Mangkang 8 12 45.4

Boja 9 25 96.5 Padi/Jagung/kaca ng tanag/ketela 12.931.000 12 45.4

Jagung/Ketel Kacang pjg a 6.000.000 900.000 24 93.6 12 23,3

Feb 201 0

65.5

Padi/ Jagung/Kaca jagung/kaca Jagung ng panjang ng tnh/ketela 1.035.985.0 14.600.000 56.282.750 00 24 12 17 3

Kacang tnh/kacangpanjang/ Ketela/kunyit 31.975.000 12

Padi/jagung/kacan g tnh/kacang panjang/bengkoan g 26.028.500

IDENTIFIKASI KAWASAN BERNILAI KONSERVASI TINGGI | HASIL PENILAIAN KBKT

110

PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH KPH KENDAL

BAB

201 0

Luas (Ha) Hasil (Jenis Tanaman) Hasil (Rp) Penggarap (org) Luas (Ha) Hasil (Jenis Tanaman) Hasil (Rp) Penggarap (org) Luas (Ha) Hasil (Jenis Tanaman) Hasil (Rp) Penggarap (org) Ketela

93.6 Jagung

26,4

65.5 Padi / Jagung 2.747.429.300 17 65.5 Kacang tanah/ Kunyit/ bengkoang/ketela 37.600.000 3 8.3

8.3 Padi/Jagung/Kacang Tnh/ Ketela 1.011.050.000 3 8.3 Kacang tanah/ kacang pjg/ bengkoang/ketela 130.200.000 12 45.4 Kacang tnh/kacang pjg/bengkoang

45.4 Padi/Jagung/kaca ng tanah/kacang pjg/bengkoang 77.500.000 131.216.250 12 45.4 25 96.5 Padi /jagung/kacang tnh/kacang pjg/ ketela/bengkoang 8.016.500. 25 96.5 Kacang panjang /ketela 4.471.750 25

500.000 24 93.6

52.500.000 12 47.6

Apr 201 0

Ketela 500.000 24 93.6 Ketela

Kunyit 17.500 12 47.6 Kunyit

Jagung 235.979.350 17 65.5

Mei 201 0

2.000.000 17.500 24 12 17 8

Kacang tnh/kacang pjg/ketela/kunyit/bengk oang 130.725.000 12

Jun

IDENTIFIKASI KAWASAN BERNILAI KONSERVASI TINGGI | HASIL PENILAIAN KBKT

111

PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH KPH KENDAL

BAB

201 0

Luas (Ha)

93.6

47.6

65.5

8.3

45.4 Kacang th/kacang pjg/ketela/bengkoang/c abe 232.850.000

96.5 Kacang pjg/ketela/bengko ang/ padi/jagung/kacan g tnh 109.754.000

Hasil (Jenis Tanaman)

Ketela

Jagung

Lempuyang/jagu Jagung/ketela/bengko ng ang

Hasil (Rp)

2.000.000

433.440.00 0

200.908.250

31.000.000

IDENTIFIKASI KAWASAN BERNILAI KONSERVASI TINGGI | HASIL PENILAIAN KBKT

112

PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH KPH KENDAL

BAB V

Berdasarkan kajian data dalam Tabel-Tabel diatas diketahui bahwa masyarakat mendapatkan banyak manfaat dari sistem pengelolaan hutan yang diterapkan oleh KPH Kendal diantaranya : kesempatan mengolah lahan tumpang sari, PLDT, product sharing, PUKK, tenaga kerja dan bantuanbantuan lainnya. Dalam konteks NKT5, masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dasar memiliki banyak pilihan, hal ini tercermin dari banyaknya jenis profesi MDH. Pendapatan MDH terkait dengan hutan rata-rata sekitar 38,63 % dengan range 5%-60% angka-angka ini merupakan representasi manfaat yang didapat oleh masyarakat dari sistem pengelolaan hutan yang diterapkan oleh Perum perhutani KPH Kendal. Di sisi lain Perum Perhutani KPH Kendal dari aspek sosial dalam mengelola hutannya membagi arealnya kedalam petakpetak pangkuan desa hutan. Pada saat ini terdapat 6 desa model PHBM yang mengelola petak-petak pangkuan. Petak-petak pangkuan desa hutan wilayah KPH Kendal dapat dilihat dalam gambar 45.

Gambar 45. Peta Petak Pangkuan LMDH

Dari program-program yang diterapkan oleh Perum Perhutani KPH Kendal, masyarakat banyak mendapatkan manfaat dari sistem pengelolaan hutan

IDENTIFIKASI KAWASAN BERNILAI KONSERVASI TINGGI | HASIL PENILAIAN KBKT

113

PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH KPH KENDAL

BAB V

KPH Kendal termasuk memenuhi kebutuhan dasarnya. Berdasarkan dari kajian-kajian ini maka areal Perum Perhutani KPH Kendal merupakan KBKT terkait dengan atribut NKT 5.

Gambar 46. Peta NKT 5

5.2.2. NKT6 Forest areas critical to local communities traditional cultural identity (areas of cultural, ecological, economic or religious significance identified in cooperation with such local communities). Kawasan hutan memiliki identitas budaya tradisional (kawasan budaya, ekologi, ekonomi atau religi) diidentifikasi bersama masyarakat. 6.1 The local communities are isolated, indigenous or forest-dependant? No 6.1 Masyarakat setempat terisolasi, asli atau memiliki ketergantungan terhadap hutan? Tidak Wilayah KPH Kendal yang terdiri dari 21 Kecamatan dan 81 desa hutan. Desadesa hutan dalam wilayah KPH Kendal masing-masing tersebar di 3 Kabupaten,

IDENTIFIKASI KAWASAN BERNILAI KONSERVASI TINGGI | HASIL PENILAIAN KBKT

114

PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH KPH KENDAL

BAB V

yakni Batang, Kendal dan Kota Semarang. Perincian Desa-Desa hutan tersebut adalah : 34 Desa berada di 7 Kecamatan Kabupaten Batang; 35 Desa berada dalam 12 Kecamatan Kabupaten Kendal dan 12 desa di 2 Kecamatan Kota Semarang. Secara umum desa-desa tersebut bercorak budaya pedesaan. Penduduk yang bermukim di wilayah desa-desa hutan tersebut sebagian besar menggantungkan mata pencahariann mereka pada sektor pertanian yang ditandai oleh aktivitas mengolah lahan-lahan pertanian dan mengumpulkan serta meramu hasil-hasil hutan. Semua wilayah desa-desa tersebut seluruhnya bisa diakses oleh kendaraan bermotor. Akses jalan tersebut berupa alur yang dibangun oleh Perum Perhutani, disamping hal tersebut masyarakat masih dapat menggunakan jalan-jalan setapak yang biasanya digunakan untuk patroli. Masyarakat disini relatif maju bila dibandingkan dengan masyarakat terisolasi di wilayah pedalaman hutan alam di luar Pulau Jawa. Terdapat banyak pilihan profesi untuk bisa memenuhi tuntutan hidupnya. Dalam program kelola sosial yang dilakukan oleh KPH Kendal, masyarakat sekitar hutan mendapatkan manfaat yang besar dari pola yang dikembangkan oleh Perum Perhutani.

6.2 The local communities consider that the forest is of particular significance? Yes 6.2 Masyarakat setempat menganggap bahwa hutan merupakan bagian yang sangat penting? Ya Masyarakat sekitar hutan di wilayah KPH Kendal tidak memiliki hak adat terhadap wilayah hutan. Menurut sejarah pengelolaan Jati, Perum Perhutani memiliki legalitas kepemilikan lahan hutan sejak pemerintahan Belanda di Indonesia. Berikut ini disajikan beberapa situs yang berada di KPH Kendal, situs-situs ini sudah menjadi milik masyarakat umum dan bukan menjadi milik khusus masyarakat adat. Situs-situs ini termasuk dalam NKT 6 terkait dengan nilai

IDENTIFIKASI KAWASAN BERNILAI KONSERVASI TINGGI | HASIL PENILAIAN KBKT

115

PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH KPH KENDAL

BAB V

relegi dan budaya sebagaian masyarakat. Situs-situs ini dalam konteks perlindungan areal sudah diidentifikasi, diberi tata batas, dilindungi dan sudah diakomodasi oleh prinsip 9.3. Sebagai gambaran lokasi situs masyarakat dapat dilihat dalam gambar dibawah ini. Sedangkan daftar situs-situs ini disajikan dalam tabel 43. Tabel 43. Daftar Situs Budaya di Wilayah KPH Kendal

IDENTIFIKASI KAWASAN BERNILAI KONSERVASI TINGGI | HASIL PENILAIAN KBKT

116

PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH KPH KENDAL

BAB V

No 1 2

Nama Situs Makam Nyi Gluput Kuburan Nyi Demang

Lokasi 88F 105E

Bentuk Makam Makam

Peran/Fungsi Sosial Diyakini masih merupakan makam yang keramat, bahkan para peziarah yang datang dari berbagai daerah luar Kab. Batang saja. Makam Mbah Demang dikunjungi oleh pendatang dari tempat lain, antara lain; Kabupaten Batang, Jawa Timur dan lain-lain. Pengunjung yang datang berziarah ke makam Mbah Demang, biasanya adalah mereka yang ingin bersemedi, minta petunjuk dan reski, tahlil dan tadarus. Kegiatan rutin yang saat ini dilakukan oleh pengurus makam adalah Slapanan yang dilakukan setiap Kamis Kliwon (sekali dalam 36 hari) disekitar lokasi makam Sebagai obyek wisata religi oleh masyarakat sekitar desa jatisari Kecamatan Subah . Tempat ini masih dianggap keramat bahkan setiap malam jumat kliwon dan Selasa Kliwon digunakan masyarakat desa setempat dan luar kec Subah untuk melakukan tirakat atau nyadran (ngalap berkah) Masih dianggap sebagai tempat yang keramat dan masih tetap dijaga kelestariannya, setiap tahun juga dilakukan sadranan sebagai kegiatan rutin. Diyakini juga sadranan ini selain untuk mengenang para leluhur juga untuk mendapatkan berkah dari Allah Swt, agar penduduk setempat dan sekitarnya selalu diberikan rizki yang berlimpah, keselamatan, baik yang jadi petani supaya dapat panen yang melimpah, pengusaha supaya berhasil usahanya, yang jadi pejabat supaya di tingkatkan jabatannya Wilayah administratsinya ikut Kec. Gringsing, Kab. Batang. Situs ini juga sebagai obyek tujuan wisata religi.Makam ini ramai dikunjungi peziarah pada hari-hari tertentu yaitu pada hari Selasa Kliwon dan Jumat Kliwon, dengan tujuan ngalap berkah dan minta keselamatan. Banyak juga yang datang mohon supaya bertambah rizkinya lebih lebih pada saat ramai togel, dari berbagai daerah bahkan ada pengunjung dari Jakarta jauh jauh datang ke Makam Ki Tirta Maruto hanya ingin minta Nomor Togel Tempat ini menjadi tujuan wisata Religi / tempat berziarah/ Ngalap berkah masyarakat setempat dan sekitarnya Biasa dikunjungi penduduk disekitar wilayah Desa Triharjo dan sekitarnya, bahkan penduduk yang berasal dari luar desa serta dari luar wilayah Kabupaten Kendal. Warga desa setempat meyakini bahwa gua tersebut merupakan tempat pertapaan Sunan Abinowo Putra Raden Joko Tingkir dari Demak. Pada masa hidupnya, di tempat tersebutlah Pangeran Abinowo menerima petunjuk dari Allah tentang ajaran-ajaran Islam, kemudian turun ke Desa Kuncen untuk menyebarkan ajaranajaran tentang Syariat Islam yang telah ia dapatkan Bagi sebagian besar penduduk Desa Darupono, situs Petilasan Tulang Bawang dianggap sebagai tempat yang sakral dan bahkan dikeramatkan. Hingga saat ini tempat tersebut seringkali dikunjungi oleh penduduk desa sekitar, bahkan ada yang datang dari daerah lainnya, antara lain; Magelang, Brebes dan Tegal. Pada saat Selasa dan Jumat Kliwon, biasanya tempat ini ramai didatangi oleh pengunjung yang ingin meminta berkah dan petunjuk. Bagi warga setempat yang biasanya akan melangsungkan hajatan berupa sunatan atau pernikahan, biasanya akan melakukan syukuran dengan menyediakan sesajen di lokasi situs Tulang Bawang, bahkan ada Menjadi obyek wisata religi kota semarang , kendal dan sekitarnya Berdasarkan legenda masyarakat setempat, Gua Kiskendo dipercaya sebagai tempat yang memiliki keterkaitan sejarah dengan Raden Suryosengkono yang makamnya terletak di luar kawasan areal Perhutani. Oleh masyarakat setempat dan juga para pengunjung dari daerah lain, situs budaya ini biasanya dijadikan sebagai tempat untuk menyepi, nyadran pada bulan syawal setiap tahun, meminta berkah dan keselamatan

kyai merto

46f

Petilasan

kyai gering

87

Makam

Makam tirtomaruto

102

Makam

6 7

Nyai Santri gua kukulan

49a 39d

Makam Gua

Pesanggrahan Tulang Bawang

15F

Petilasan

9 10

Kuburan Ki Tunggul Sumekto gua kiskendo

38H 67h

Makam Gua

Sumber : Identifikasi Situs tahun 2008-2009

IDENTIFIKASI KAWASAN BERNILAI KONSERVASI TINGGI | HASIL PENILAIAN KBKT

117

PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH KPH KENDAL

BAB V

Gambar 47. Peta NKT 6

Dari penilaian penuh yang meliputi penilaian terhadap seluruh dokumen hasil kajian maupun dengan PCP (Participatory Conservation Planning), disimpulkan bahwa di wilayah KPH Kendal ditemukan wilayah yang merupakan KBKT 6.2.

IDENTIFIKASI KAWASAN BERNILAI KONSERVASI TINGGI | HASIL PENILAIAN KBKT

118

PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH KPH KENDAL

BAB V

Tabel 44. Distribusi Keberadaan NKT di Wilayah KPH Kendal Nilai NKT1 Definisi Distribusi di KPH Kendal Luas (Ha)

Kawasan hutan secara global, regional Ada atau nasional berisi konsentrasi yang signifikan nilai-nilai keanekaragaman 1.1 Cagar Alam Pagerwunung 1.1 Cagar Alam Peson I 1.1.Cagar Alam Ulolanang 1.1 HAS Subah 1.1. HAS Kaliwungu 1.2 Spesies endemik dan RTE (Macan Tutul, Lutung) 1.4 Goa Kiskendo 6,5 69,4 238,1 254,4 10,4 33,2

hayati (contoh : spesies endemis, langka, refugia).

IDENTIFIKASI KAWASAN BERNILAI KONSERVASI TINGGI | HASIL PENILAIAN KBKT

119

PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH KPH KENDAL

BAB V

NKT2

Kawasan hutan secara global, regional atau nasional berisi lanskap hutan yang luas, berada di dalam, atau unit manajemen berada di dalamnya, dimana populasi yang tumbuh di dalamnya kebanyakan atau jika tidak semuanya merupakan spesies alami dengan penyebaran dan kelimpahan pola alami.

Ada 2.1. Landscape 2.2. Dua/lebih ekosistem 2.3. Spesies Interest - Macan Tutul - Kepodang - Rusa

Habitat Pada CA Pagerwunung, CA Peson, HAS Kaliwungu, HAS Curam, (total luas 641 Ha)

NKT3

Kawasan hutan berada atau berisi ada ekosistem langka, terancam dan hampir punah.

Pt 44 RPH Besokor BKPH Sojomerto, Goa Kukulan Pt.39f BKPH Sojomerto,Pt 9 (KPPN) BKPH Sojomerto, Curug Sewu Pt 61A BKPH Sojomerto

NKT 4

Kawasan hutan dapat memberikan jasa Ada alami dasar dalam kondisi kritis (contoh : perlindungan tata air, control erosi)

Mata air (13 Lokasi) seluas 6,1 ha, KPS Sempadan sungai seluas 1443,4 ha dan HAS Curam seluas 405,4 ha

IDENTIFIKASI KAWASAN BERNILAI KONSERVASI TINGGI | HASIL PENILAIAN KBKT

120

PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH KPH KENDAL

BAB V

NKT5

Kawasan

Hutan

secara

fondamental Ada (Perencekan,

memenuhi keperluan dasar masyarakat HMT, lokal (contoh : kehidupan, kesehatan). Tumpangsari, empon-empon, mata air, Curug Linseng) NKT6 Kawasan hutan memiliki identitas budaya Ada tradisional (kawasan budaya, atau religi) diidentifikasi bersama masyarakat . Situs Budaya Terdapat 15 lokasi situs budaya

Gambar 48. Peta KBKT KPH Kendal

IDENTIFIKASI KAWASAN BERNILAI KONSERVASI TINGGI | HASIL PENILAIAN KBKT

121

PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH KPH KENDAL

BAB V

IDENTIFIKASI KAWASAN BERNILAI KONSERVASI TINGGI | HASIL PENILAIAN KBKT

122

Anda mungkin juga menyukai