Anda di halaman 1dari 73

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) BUDIDAYA AYAM RAS PEDAGING BANK INDONESIA Direktorat Kredit, BPR dan

UMKM Telepon : (021) 3818043 Fax : (021) 3518951, Email : tbtlkm@bi.go.id

DAFTAR ISI SI 1. Pendahuluan................................ ................................ ............... 2 a. Prospek ..................................................................... .............................................. 2 b. Permasalahan................................................................. ....................................... 2 c. Upaya Pemecahan.............................................................. .................................. 4 2. Kemitraan Terpadu ................................ .......................... ...... ..... 6 a. Organisasi .................................................................. ............................................ 6 b. Pola Kerjasama............................................................... ...................................... 8 c. Penyiapan Proyek ............................................................ ..................................... 9 d. Mekanisme Proyek............................................................. ................................ 10 e. Perjanjian Kerjasama ........................................................ ................................ 11 3. Aspek Pemasaran................................ ............................. ... .......13 a. Bentuk Pasar ................................................................ ....................................... 13 b. Mekanisme Pasar.............................................................. .................................. 13 c. Kesinambungan Pasar.......................................................... ............................. 14 4. Aspek Produksi ..............................................................

............16 a. Gambaran Produk ............................................................. ................................. 16 b. Teknologi.................................................................... .......................................... 16 c. Prasarana dan Saran yang Diperlukan untuk Model 1 ........................... ... 17 d. Prasarana dan Saran yang Diperlukan untuk Model 2............................ .. 18 e. Pendampingan................................................................. .................................... 19 f. Titik-Titik Kritis dalam Aspek Produksi/Tenknologi........................... .......... 20 5. Aspek Keuangan ................................ ............................. ... ........22 a. Rincian Biaya Investasi dan Modal Kerja...................................... ................ 22 b. Penjualan.................................................................... .......................................... 23 c. Arus Kas dan Kelayakan Proyek................................................ ...................... 23 d. Analisa Rugi/Laba............................................................ ................................... 24 6. Penutup...................................................................... ...............26 a. PKT Unggulan................................................................. ..................................... 26 b. Implikasi terhadap Titik-Titik Kritis........................................ ........................ 28 LAMPIRAN ................................ ................................ .....

................ 29 Bank Indonesia Budidaya Ayam Ras Pedaging

1. Pendahuluan a. Prospek Beberapa faktor pendukung bisnis usaha kecil budidaya ayam ras pedaging sebenarnya masih dapat terus dikembangkan, antara lain karena permintaan domestik terhadap ayam ras pedaging masih sangat besar. Kecenderungan ini dapat dihubungkan dengan pertumbuhan permintaan terhadap daging ayam ras yang rata-rata besarnya mencapai 7% per tahun. Angka kebutuhan nasional terhadap daging ayam ras sebesar 3,3 kg per kapita per tahun. Sementara itu permintaan terhadap total daging unggas hanya sebesar 4.6 Kg per tahun. Dengan demikian protein hewani asal daging unggas, yang berasal dari daging ayam ras mencapai 71,7%. Permintaan di DKI Jaya saja, didekati dari jumlah pemotongan ayam ras peda-ging, mencapai 500,000 ekor per hari. Dari besaran tersebut dapat diturunkan angka konsumsi ayam ras di DKI yang besarnya 20 kg per kapita per tahun. Ini merupakan besaran konsumsi per kapita tertinggi secara nasional. Untuk memenuhi permintaan tersebut, DKI Jaya saat ini masih selalu di pasok dari Jawa Barat. Pasokan tersebut berasal dari usaha berskala besar, menengah maupun dari peternak-peternak kecil perorangan. Permintaan terhadap ayam ras pedaging secara nsaional diharapkan akan terus meningkat, terutama permintaan yang berasal dari para konsumen di kota-kota besar (ibu kota propinsi). Pertambahan permintaan di kota-kota besar tersebut terjadi karena kenaikan pendapatan perkapita, pertambahan penduduk dan peningkatan kesadaran gizi sebagai akibat berhasilnya program penyuluhan gizi. Peningkatan permintaan juga terjadi sewaktuwaktu disebabkan karena lonjakan permintaan terhadap gading ayam ras pada hari-hari besar (lebaran, natal, tahun baru) maupun pada akhir-akhir bulan. Tingkat harga eceran daging ayam ras yang relatif masih jauh lebih murah (Rp 3.800 per Kg) daripada harga daging sapi (Rp 15.000 per Kg), juga merupakan faktor dominan yang menentukan tingginya permintaan terhadap protein yang berasal dari hewan. Faktor lain yang menyebabkan sektor budidaya ayam ras pedaging masih dapat merupakan bisnis unggulan bagi usaha kecil adalah karena sektor ini memiliki kaitan usaha yang cukup luas baik yang berada di hulu maupun yang berada di hilir. b. Permasalahan Sekalipun ayam ras pedaging mempunyai prospek permintaan yang baik, tetapi sektor budidayanya dalam skala usaha kecil masih menghadapi berbagai masalah. Permasalahan utama yang dapat menyebabkan bisnis Bank Indonesia Budidaya Ayam Ras Pedaging

usaha kecil budidaya ayam ras pedaging masih sering menghadapi risiko kegagalan, adalah sebagai berikut : kegagalan, adalah sebagai berikut : a. Kelemahan Manajemen Bahwa pada umumnya volume pekerjaan dan jumlah uang yang dikelola usaha kecil budidaya ayam ras pedaging relatif besar. Sementara itu margin yang menjadi hak dari peternak tersebut umumnya relatif kecil. Sehingga sedikit saja terjadi kesalahan manajemen usaha akan mengakibatkan kegagalan dalam pengelolaan. b. Tidak Adanya Kepastian Jual Bisnis usaha kecil perorangan budidaya ayam ras pedaging pada saatsaat tertentu mendapatkan kesulitan dalam kepastian jual ayamnya (mencari pasar), karena volume dagangan yang dikuasai masih relatif kecil dan secara ekonomis menjadi mahal bila dikirim ke pasar yang lebih jauh. c. Harga Yang Berfluktuasi Adanya fluktuasi harga yang terjadi di pasar eceran ayam ras pedaging, juga seringkali dapat mengakibatkan kepada rendahnya atau ketidakpastian keuntungan yang diterima oleh para peternak kecil. d. Rendahnya Margin Usaha Dampak dari tidak menentunya margin usaha tersebut seringkali menyebabkan kelangkaan dana untuk memenuhi kebutuhan terhadap faktor-faktor produksi. Pada gilirannya mengakibatkan siklus produksi berikut-berikutnya tidak selalu dapat dilaksanakan secara berkesinambungan. Situasi yang berlarut-larut dan berkepanjangan ini dapat menyebabkan ketidaksinambungan tingkat produksi. e. Lemahnya Akses Pasar Lemahnya tingkat produktivitas dan akses pasar yang tidak menentu tersebut pada gilirannya menyebabkan semakin langkanya ketersediaan dana produktif. Hal ini pada akhirnya merupakan faktor penyebab kegagalan usaha. f. Ketidakmampuan Untuk Memenuhi Persyaratan Teknis Bank Faktor lain yang dapat menambah bobot permasalahan yang dihadapi oleh usaha kecil budidaya ayam ras pedaging yaitu bahwa pada umumnya mereka tidak mampu memenuhi persyaratan teknis bank. Bank Indonesia Budidaya Ayam Ras Pedaging

Sehingga mereka selalu menghadapi kesulitan untuk mendapatkan dukungan kredit guna pengembangan usahanya. dukungan kredit guna pengembangan us ahanya. c. Upaya Pemecahan Upaya yang ditempuh untuk membantu Usaha Kecil (UK) dalam bidang budidaya ayam ras pedaging agar mereka mampu memanfaatkan peluang dan sekaligus untuk memecahkan masalah yang dihadapi, dilaksanakan melalui pengembangan kebijakan disektor-sektor pemerintah, moneter dan di sektor riil. a. Kebijakan di Sektor Pemerintah Kebijakan di sektor pemerintah yang erat kaitannya dengan tujuan untuk mendorong dan mendukung pengembangan usaha kecil budidaya ayam ras pedaging, mengacu kepada : o UU Tentang Usaha Kecil No. 9 Tahun 1995. o UU Tentang Koperasi No. 25 Tahun 1992. o Keppres No. 22 Tahun 1990, SK Menteri Pertanian No. 362/Kpts/TN.120/1990 dan No.472/Kpts/TN.330/6/1996 serta SK Direktur Bina Pembibitan No. TN.270/346/C/III-0296, yang kesemuanya dapat dikaitkan dengan pengaturan pengembangan budidaya ayam ras pedaging. b. Kebijakan di Sektor Moneter Sedangkan kebijakan pemerintah di sektor moneter yang erat kaitannya dengan upaya-upaya pengembangan usaha kecil pada umumnya, khususnya yang berkaitan pula dengan pengembangan usaha kecil dibidang budidaya ayam ras pedaging, salah satu diantaranya adalah berupa kebijakan yang dikembangkan secara berkesinambungan dalam bidang perkreditan yang sesuai dan cocok dengan kebutuhan masyarakat usaha kecil. c. Kebijakan di Sektor Riil Sedangkan kebijakan pemerintah di sektor riil salah satu diantaranya ada-lah berupa pelaksanaan Program Kemitraan Terpadu (PKT). Melalui bentuk hubungan kemitraan antara Usaha Kecil dengan Usaha Besar ini, maka bilamana ditinjau dari sisi perbankan, tingkat kelayakan bisnis usaha kecil budidaya ayam ras pedaging dapat ditingkatkan. Dengan demikian untuk mendapatkan bantuan kredit semakin terjamin. Bank Indonesia Budidaya Ayam Ras Pedaging

Sedangkan dari sisi Usaha Besar (UB), dengan mengalihkan sebagian dari kegiatan produksi ayam ras pedaging kepada Usaha Kecil melalui PKT justru menyebabkan Usaha Besar cenderung dapat lebih mengkon-sentrasikan kepada penyediaan pasokan dan juga dalam hal pembelian, pengolahan dan penjualan produk. kegiatan produksi ayam ras pedaging kepada Usaha Kecil melalui PKT justru menyebabkan Usaha Besar cenderung dapat lebih mengkon-sentrasikan kepada penyediaan pasokan dan juga dalam hal pembelian, pengolahan dan penjualan produk. Bilamana UB yang telah berpengalaman kuat dalam usaha peternakan ayam ras pedaging bermitra secara vertikal dengan UK, maka kemitraan usaha ini juga akan berdampak positif kepada kedua belah pihak. Khususnya bagi UB, dalam kondisi bermitra dengan para UK, pada gilirannya UB mampu menekan biaya-biaya. Dengan dikembangkannya dasar-dasar keunggulan bisnis melalui PKT, maka keseluruhan industri peternakan ayam ras pedaging akan memiliki kemampuan untuk bersaing dengan ayam ras pedaging beku yang pada tahun 2005 ada kemungkinan akan masuk dari luar negeri. Faktor keunggulan bisnis budidaya ayam ras pedaging yang dilaksanakan melalui PKT, dapat diukur dari berhasilnya upaya tersebut dalam meningkatkan produktivitas. Karena produktivitas tenaga kerja dan lahan yang merupakan modal utama dari para peternak kecil dapat ditingkatkan melalui pelaksanaan program pendampingan yang dilaksanakan dalam PKT. Melalui pelaksanaan Model Kelayakan PKT ini, kesinambungan pasokan input produksi dapat meningkatkan intensitas produksi dan menurunkan tingkat kematian serta meningkatkan efisiensi pemakaian input. Dengan demikian skala usaha dan produktivitas peternakan ayam ras pedaging dapat ditingkatkan pula. Peningkatan skala usaha cenderung dapat menekan biaya. Karena melalui pengelompokan maka beberapa biaya produksi (untuk listrik, air sanitasi, gudang, pagar pengamanan, biaya transportasi), dapat ditanggung secara bersama-sama. Disamping itu Model Kelayakan PKT ini juga dapat menjamin ketersedian dan pengamanan KKPA atau KUK yang disalurkan bank. Karena melalui PKT bank merasa adanya kepastian pengembalian kredit dan pembayaran bunganya. Dengan keunggulan-keunggulan PKT seperti di atas, maka bisnis usaha kecil budidaya ayam ras pedaging yang dilaksanakan dengan Model Kelayakan PKT ini, akan memiliki potensi yang sangat besar untuk direplikasi hampir di seluruh propinsi. Bank Indonesia Budidaya Ayam Ras Pedaging

2. Kemitraan Terpadu a. Organisasi Proyek Kemitraan Terpadu (PKT) adalah suatu program kemitraan terpadu yang melibatkan usaha besar (inti), usaha kecil (plasma) dengan melibatkan bank sebagai pemberi kredit dalam suatu ikatan kerja sama yang dituangkan dalam nota kesepakatan. Tujuan PKT antara lain adalah untuk meningkatkan kelayakan plasma, meningkatkan keterkaitan dan kerjasama yang saling menguntungkan antara inti dan plasma, serta membantu bank dalam meningkatkan kredit usaha kecil secara lebih aman dan efisien. Dalam melakukan kemitraan hubunga kemitraan, perusahaan inti (Industri Pengolahan atau Eksportir) dan petani plasma/usaha kecil mempunyai kedudukan hukum yang setara. Kemitraan dilaksanakan dengan disertai pembinaan oleh perusahaan inti, dimulai dari penyediaan sarana produksi, bimbingan teknis dan pemasaran hasil produksi. Proyek Kemitraan Terpadu ini merupakan kerjasama kemitraan dalam bidang usaha melibatkan tiga unsur, yaitu (1) Petani/Kelompok Tani atau usaha kecil, (2) Pengusaha Besar atau eksportir, dan (3) Bank pemberi KKPA. Masing-masing pihak memiliki peranan di dalam PKT yang sesuai dengan bidang usahanya. Hubungan kerjasama antara kelompok petani/usaha kecil dengan Pengusaha Pengolahan atau eksportir dalam PKT, dibuat seperti halnya hubungan antara Plasma dengan Inti di dalam Pola Perusahaan Inti Rakyat (PIR). Petani/usaha kecil merupakan plasma dan Perusahaan Pengelolaan/Eksportir sebagai Inti. Kerjasama kemitraan ini kemudian menjadi terpadu dengan keikut sertaan pihak bank yang memberi bantuan pinjaman bagi pembiayaan usaha petani plasma. Proyek ini kemudian dikenal sebagai PKT yang disiapkan dengan mendasarkan pada adanya saling berkepentingan diantara semua pihak yang bermitra. 1. Petani Plasma Sesuai keperluan, petani yang dapat ikut dalam proyek ini bisa terdiri atas (a) Petani yang akan menggunakan lahan usaha pertaniannya untuk penanaman dan perkebunan atau usaha kecil lain, (b) Petani /usaha kecil yang telah memiliki usaha tetapi dalam keadaan yang perlu ditingkatkan dalam untuk itu memerlukan bantuan modal. Untuk kelompok (a), kegiatan proyek dimulai dari penyiapan lahan dan penanaman atau penyiapan usaha, sedangkan untuk kelompok (b), kegiatan dimulai dari telah adanya kebun atau usaha yang berjalan, dalam batas masih bisa ditingkatkan produktivitasnya dengan perbaikan pada aspek usaha. Bank Indonesia Budidaya Ayam Ras Pedaging

Luas lahan atau skala usaha bisa bervariasi sesuai luasan atau skala yang dimiliki oleh masing-masing petani/usaha kecil. Pada setiap kelompok tani/kelompok usaha, ditunjuk seorang Ketua dan Sekretaris merangkap Bendahara. Tugas Ketua dan Sekretaris Kelompok adalah mengadakan koordinasi untuk pelaksanaan kegiatan yang harus dilakukan oleh para petani anggotanya, didalam mengadakan hubungan dengan pihak Koperasi dan instansi lainnya yang perlu, sesuai hasil kesepakatan anggota. Ketua kelompok wajib menyelenggarakan pertemuan kelompok secara rutin yang waktunya ditentukan berdasarkan kesepakatan kelompok. dimiliki oleh masing-masing petani/usaha kecil. Pada setiap kelompok tani/kelompok usaha, ditunjuk seorang Ketua dan Sekretaris merangkap Bendahara. Tugas Ketua dan Sekretaris Kelompok adalah mengadakan koordinasi untuk pelaksanaan kegiatan yang harus dilakukan oleh para petani anggotanya, didalam mengadakan hubungan dengan pihak Koperasi dan instansi lainnya yang perlu, sesuai hasil kesepakatan anggota. Ketua kelompok wajib menyelenggarakan pertemuan kelompok secara rutin yang waktunya ditentukan berdasarkan kesepakatan kelompok. 2. Koperasi Parapetani/usaha kecil plasma sebagai peserta suatu PKT, sebaiknya menjadi anggota suata koperasi primer di tempatnya. Koperasi bisa melakukan kegiatan-kegiatan untuk membantu plasma di dalam pembangunan kebun/usaha sesuai keperluannya. Fasilitas KKPA hanya bisa diperoleh melalui keanggotaan koperasi. Koperasi yang mengusahakan KKPA harus sudah berbadan hukum dan memiliki kemampuan serta fasilitas yang cukup baik untuk keperluan pengelolaan administrasi pinjaman KKPA para anggotanya. Jika menggunakan skim Kredit Usaha Kecil (KUK), kehadiran koperasi primer tidak merupakan keharusan 3. Perusahaan Besar dan Pengelola/Eksportir Suatu Perusahaan dan Pengelola/Eksportir yang bersedia menjalin kerjasama sebagai inti dalam Proyek Kemitraan terpadu ini, harus memiliki kemampuan dan fasilitas pengolahan untuk bisa menlakukan ekspor, serta bersedia membeli seluruh produksi dari plasma untuk selanjutnya diolah di pabrik dan atau diekspor. Disamping ini, perusahaan inti perlu memberikan bimbingan teknis usaha dan membantu dalam pengadaan sarana produksi untuk keperluan petani plasma/usaha kecil. Apabila Perusahaan Mitra tidak memiliki kemampuan cukup untuk mengadakan pembinaan teknis usaha, PKT tetap akan bisa dikembangkan dengan sekurang-kurangnya pihak Inti memiliki fasilitas pengolahan untuk diekspor, hal ini penting untuk memastikan adanya pemasaran bagi produksi petani atau plasma. Meskipun demikian petani plasma/usaha kecil dimungkinkan untuk mengolah hasil panennya, yang kemudian harus dijual kepada Perusahaan Inti. Dalam hal perusahaan inti tidak bisa melakukan pembinaan teknis, kegiatan pembibingan harus dapat diadakan oleh Koperasi dengan memanfaatkan bantuan tenaga pihak Dinas Perkebunan atau lainnya yang dikoordinasikan oleh Koperasi. Apabila koperasi menggunakan tenaga Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL), perlu mendapatkan persetujuan Dinas Perkebunan setempat dan koperasi memberikan bantuan biaya yang diperlukan. Bank Indonesia Budidaya Ayam Ras Pedaging

Koperasi juga bisa memperkerjakan langsung tenaga-tenaga teknis yang memiliki keterampilan dibidang perkebunan/usaha untuk membimbing petani/usaha kecil dengan dibiayai sendiri oleh Koperasi. Tenaga-tenaga ini bisa diberi honorarium oleh Koperasi yang bisa kemudian dibebankan kepada petani, dari hasil penjualan secara proposional menurut besarnya produksi. Sehingga makin tinggi produksi kebun petani/usaha kecil, akan semakin besar pula honor yang diterimanya. -tenaga teknis yang memiliki keterampilan dibidang perkebunan/usaha untuk membimbing petani/usaha kecil dengan dibiayai sendiri oleh Koperasi. Tenaga-tenaga ini bisa diberi honorarium oleh Koperasi yang bisa kemudian dibebankan kepada petani, dari hasil penjualan secara proposional menurut besarnya produksi. Sehingga makin tinggi produksi kebun petani/usaha kecil, akan semakin besar pula honor yang diterimanya. 4. Bank Bank berdasarkan adanya kelayakan usaha dalam kemitraan antara pihak Petani Plasma dengan Perusahaan Perkebunan dan Pengolahan/Eksportir sebagai inti, dapat kemudian melibatkan diri untuk biaya investasi dan modal kerja pembangunan atau perbaikan kebun. Disamping mengadakan pengamatan terhadap kelayakan aspek-aspek budidaya/produksi yang diperlukan, termasuk kelayakan keuangan. Pihak bank di dalam mengadakan evaluasi, juga harus memastikan bagaimana pengelolaan kredit dan persyaratan lainnya yang diperlukan sehingga dapat menunjang keberhasilan proyek. Skim kredit yang akan digunakan untuk pembiayaan ini, bisa dipilih berdasarkan besarnya tingkat bunga yang sesuai dengan bentuk usaha tani ini, sehingga mengarah pada perolehannya pendapatan bersih petani yang paling besar. Dalam pelaksanaanya, Bank harus dapat mengatur cara petani plasma akan mencairkan kredit dan mempergunakannya untuk keperluan operasional lapangan, dan bagaimana petani akan membayar angsuran pengembalian pokok pinjaman beserta bunganya. Untuk ini, bank agar membuat perjanjian kerjasama dengan pihak perusahaan inti, berdasarkan kesepakatan pihak petani/kelompok tani/koperasi. Perusahaan inti akan memotong uang hasil penjualan petani plasma/usaha kecil sejumlah yang disepakati bersama untuk dibayarkan langsung kepada bank. Besarnya potongan disesuaikan dengan rencana angsuran yang telah dibuat pada waktu perjanjian kredit dibuat oleh pihak petani/Kelompok tani/koperasi. Perusahaan inti akan memotong uang hasil penjualan petani plasma/usaha kecil sejumlah yang disepakati bersama untuk dibayarkan langsung kepada Bank. Besarnya potongan disesuaikan dengan rencana angsuran yang telah dibuat pada waktu perjanjian kredit dibuat oleh pihak petani plasma dengan bank. b. Pola Kerjasama Kemitraan antara petani/kelompok tani/koperasi dengan perusahaan mitra, dapat dibuat menurut dua pola yaitu : a. Petani yang tergabung dalam kelompok-kelompok tani mengadakan perjanjian kerjasama langsung kepada Perusahaan Perkebunan/ Pengolahan Eksportir. Bank Indonesia Budidaya Ayam Ras Pedaging

Dengan bentuk kerja sama seperti ini, pemberian kredit yang berupa KKPA kepada petani plasma dilakukan dengan kedudukan Koperasi sebagai Channeling Agent, dan pengelolaannya langsung ditangani oleh Kelompok tani. Sedangkan masalah pembinaan harus bisa diberikan oleh Perusahaan Mitra. a. Petani yang tergabung dalam kelompok-kelompok tani, melalui koperasinya mengadakan perjanjian yang dibuat antara Koperasi (mewakili anggotanya) dengan perusahaan perkebunan/ pengolahan/eksportir. Dalam bentuk kerjasama seperti ini, pemberian KKPA kepada petani plasma dilakukan dengan kedudukan koperasi sebagai Executing Agent. Masalah pembinaan teknis budidaya tanaman/pengelolaan usaha, apabila tidak dapat dilaksanakan oleh pihak Perusahaan Mitra, akan menjadi tanggung jawab koperasi. c. Penyiapan Proyek Untuk melihat bahwa PKT ini dikembangkan dengan sebaiknya dan dalam proses kegiatannya nanti memperoleh kelancaran dan keberhasilan, minimal dapat dilihat dari bagaimana PKT ini disiapkan. Kalau PKT ini akan mempergunakan KKPA untuk modal usaha plasma, perintisannya dimulai dari : a. Adanya petani/pengusaha kecil yang telah menjadi anggota koperasi dan lahan pemilikannya akan dijadikan kebun/tempat usaha atau Bank Indonesia Budidaya Ayam Ras Pedaging 9

lahan kebun/usahanya sudah ada tetapi akan ditingkatkan produktivitasnya. Petani/usaha kecil tersebut harus menghimpun diri dalam kelompok dengan anggota sekitar 25 petani/kelompok usaha. Berdasarkan persetujuan bersama, yang didapatkan melalui pertemuan anggota kelompok, mereka bersedia atau berkeinginan untuk bekerja sama dengan perusahaan perkebunan/ pengolahan/eksportir dan bersedia mengajukan permohonan kredit (KKPA) untuk keperluan peningkatan usaha; produktivitasnya. Petani/usaha kecil tersebut harus menghimpun diri dalam kelompok dengan anggota sekitar 25 petani/kelompok usaha. Berdasarkan persetujuan bersama, yang didapatkan melalui pertemuan anggota kelompok, mereka bersedia atau berkeinginan untuk bekerja sama dengan perusahaan perkebunan/ pengolahan/eksportir dan bersedia mengajukan permohonan kredit (KKPA) untuk keperluan peningkatan usaha; b. Adanya perusahaan perkebunan/pengolahan dan eksportir, yang bersedia menjadi mitra petani/usaha kecil, dan dapat membantu memberikan pembinaan teknik budidaya/produksi serta proses pemasarannya; c. Dipertemukannya kelompok tani/usaha kecil dan pengusaha perkebunan/pengolahan dan eksportir tersebut, untuk memperoleh kesepakatan di antara keduanya untuk bermitra. Prakarsa bisa dimulai dari salah satu pihak untuk mengadakan pendekatan, atau ada pihak yang akan membantu sebagai mediator, peran konsultan bisa dimanfaatkan untuk mengadakan identifikasi dan menghubungkan pihak kelompok tani/usaha kecil yang potensial dengan perusahaan yang dipilih memiliki kemampuan tinggi memberikan fasilitas yang diperlukan oleh pihak petani/usaha kecil; d. Diperoleh dukungan untuk kemitraan yang melibatkan para anggotanya oleh pihak koperasi. Koperasi harus memiliki kemampuan di dalam mengorganisasikan dan mengelola administrasi yang berkaitan dengan PKT ini. Apabila keterampilan koperasi kurang, untuk peningkatannya dapat diharapkan nantinya mendapat pembinaan dari perusahaan mitra. Koperasi kemudian mengadakan langkah-langkah yang berkaitan dengan formalitas PKT sesuai fungsinya. Dalam kaitannya dengan penggunaan KKPA, Koperasi harus mendapatkan persetujuan dari para anggotanya, apakah akan beritndak sebagai badan pelaksana (executing agent) atau badan penyalur (channeling agent); e. Diperolehnya rekomendasi tentang pengembangan PKT ini oleh pihak instansi pemerintah setempat yang berkaitan (Dinas Perkebunan, Dinas Koperasi, Kantor Badan Pertanahan, dan Pemda); f. Lahan yang akan digunakan untuk perkebunan/usaha dalam PKT ini, harus jelas statusnya kepemilikannya bahwa sudah/atau akan bisa diberikan sertifikat dan buka merupakan lahan yang masih belum jelas statusnya yang benar ditanami/tempat usaha. Untuk itu perlu adanya kejelasan dari pihak Kantor Badan Pertanahan dan pihak Departemen Kehutanan dan Perkebunan. d. Mekanisme Proyek Mekanisme Proyek Kemitraan Terpadu dapat dilihat pada skema berikut ini : Bank Indonesia Budidaya Ayam Ras Pedaging

Bank pelaksana akan menilai kelayakan usaha sesuai dengan prinsip-prinsip bank teknis. Jika proyek layak untuk dikembangkan, perlu dibuat suatu nota kesepakatan (Memorandum of Understanding = MoU) yang mengikat hak dan kewajiban masing-masing pihak yang bermitra (inti, Plasma/Koperasi dan Bank). Sesuai dengan nota kesepakatan, atas kuasa koperasi atau plasma, kredit perbankan dapat dialihkan dari rekening koperasi/plasma ke rekening inti untuk selanjutnya disalurkan ke plasma dalam bentuk sarana produksi, dana pekerjaan fisik, dan lain-lain. Dengan demikian plasma tidak akan menerima uang tunai dari perbankan, tetapi yang diterima adalah sarana produksi pertanian yang penyalurannya dapat melalui inti atau koperasi. Petani plasma melaksanakan proses produksi. Hasil tanaman plasma dijual ke inti dengan harga yang telah disepakati dalam MoU. Perusahaan inti akan memotong sebagian hasil penjualan plasma untuk diserahkan kepada bank sebagai angsuran pinjaman dan sisanya dikembalikan ke petani sebagai pendapatan bersih. e. Perjanjian Kerjasama Untuk meresmikan kerja sama kemitraan ini, perlu dikukuhkan dalam suatu surat perjanjian kerjasama yang dibuat dan ditandatangani oleh pihak-pihak yang bekerjasama berdasarkan kesepakatan mereka. Dalam perjanjian kerjasama itu dicantumkan kesepakatan apa yang akan menjadi kewajiban dan hak dari masing-masing pihak yang menjalin kerja sama kemitraan itu. Perjanjian tersebut memuat ketentuan yang menyangkut kewajiban pihak Mitra Perusahaan (Inti) dan petani/usaha kecil (plasma) antara lain sebagai berikut : Bank Indonesia Budidaya Ayam Ras Pedaging

1. Kewajiban Perusahaan Perkebunan/Pengolahan/Eksportir sebagai mitra (inti) a. Memberikan bantuan pembinaan budidaya/produksi dan penaganan hasil; b. Membantu petani di dalam menyiapkan kebun, pengadaan sarana produksi (bibit, pupuk dan obat-obatan), penanaman serta pemeliharaan kebun/usaha; c. Melakukan pengawasan terhadap cara panen dan pengelolaan pasca panen untuk mencapai mutu yang tinggi; d. Melakukan pembelian produksi petani plasma; dan e. Membantu petani plasma dan bank di dalam masalah pelunasan kredit bank (KKPA) dan bunganya, serta bertindak sebagai avalis dalam rangka pemberian kredit bank untuk petani plasma. 2. Kewajiban petani peserta sebagai plasma a. Menyediakan lahan pemilikannya untuk budidaya;; b. Menghimpun diri secara berkelompok dengan petani tetangganya yang lahan usahanya berdekatan dan sama-sama ditanami; c. Melakukan pengawasan terhadap cara panen dan pengelolaan pascapanen untuk mencapai mutu hasil yang diharapkan; d. Menggunakan sarana produksi dengan sepenuhnya seperti yang disediakan dalam rencana pada waktu mengajukan permintaan kredit; e. Menyediakan sarana produksi lainnya, sesuai rekomendasi budidaya oleh pihak Dinas Perkebunan/instansi terkait setempat yang tidak termasuk di dalam rencana waktu mengajukan permintaan kredit; f. Melaksanakan pemungutan hasil (panen) dan mengadakan perawatan sesuai petunjuk Perusahaan Mitra untuk kemudian seluruh hasil panen dijual kepada Perusahaan Mitra ; dan g. Pada saat pernjualan hasil petani akan menerima pembayaran harga produk sesuai kesepakatan dalam perjanjian dengan terlebih dahulu dipotong sejumlah kewajiban petani melunasi angsuran kredit bank dan pembayaran bunganya. Bank Indonesia Budidaya Ayam Ras Pedaging

3. Aspek Pemasaran a. Bentuk Pasar Captiva market Dalam bentuk pasar ditingkat UK seperti ini, UB merupakan pembeli tunggal bagi produk ayam ras pedaging yang dihasilkan oleh para UK. Kesinambungan Proyek Dalam bentuk pasar seperti tersebut diatas UB sebagai INTI mempunyai kewajiban mutlak untuk tetap menjadi pembeli tunggal dan berkewajiban menyerap seluruh hasil ayam ras pedaging hasil produksi para UK yang menjadi plasmanya. Dengan posisi UB sebagai pembeli tunggal diharapkan kesinambungan pasar akan selalu terjamin. b. Mekanisme Pasar Bilamana situasi harga pasar eceran ternyata lebih rendah daripada harga per unit produksi terjadi secara berkepanjangan, dan pada gilirannya terdapat adanya kecenderungan bahwa situasi yang berlarut-larut tersebut dapat merupakan salah satu faktor penyebab yang mengarah kepada kegagalan proyek, maka justru sudah menjadi kewajiban UB untuk kemudian mengambil alih seluruh proyek yang gagal tersebut ("buy-back system"). Dengan operasi pasar dan posisi sebagai pembeli tunggal seperti tersebut di atas, dan adanya tanggungjawab Usaha Besar untuk Menangani proyek sampai dengan kondisi yang paling berat sekalipun, akan merupakan jaminan kesinambungan pasar ras pedaging yang dihasilkan UK, maupun kesinambungan pengamanan proyeknya. a. Harga Penjualan Harga ayam ras pedaging yang dijual UK kepada UB, dalam rangka pelaksanaan PKT merupakan salah satu produk kesepakatan yang paling penting antara UK dan UB . Karena harga penjualan ditingkat UK ini akan digunakan sebagai harga dalam analisa kelayakan proyeknya. b. Penentuan Kesepakatan Harga Harga kesepakatan tersebut merupakan produk hasil analisis yangbesarnya diturunkan dari rataan harga pasar eceran ayam ras pedaging pada periode tertentu. Bank Indonesia Budidaya Ayam Ras Pedaging

Disamping itu diperhitungkan pula harga unit biaya per Kg ayam ras pedaging saat para UK panen s/d siap menjual ayamnya. pedaging saat para UK pane n s/d siap menjual ayamnya. Dengan membandingkan hasil penurunan harga yang berlaku dipasar, dengan biaya per Kg ayam yang dijual, akan ditetapkan harga jual UK saat itu. c. Tujuan Kesepakatan Harga Penetapan kesepakatan harga jual ayam ras pedaging di tingkat pasar UK bertujuan agar penjabarannya dapat menguntungkan : o UK. Karena dari harga ini UK masih mendapat keuntungan yang wajar, diatas potongan-potongan untuk biaya produksi/operasi berikutnya, penggantian investasi (depresiasi), untuk membayar angsuran pokok dan bunga kredit, membayar pinjaman UK kepada UB (kalau ada) serta pajak. Mekanisme, prosedur dan tujuan pembentukan harga seperti ini harus benar-benar dapat dipahami oleh para UK. Oleh karena itu, proses penetapan harga ini juga harus merupakan bagian dari program pelatihan yang dilaksanakan UB pada awal-awal proyek. o Sebagian dari selisih harga beli UB terhadap ayam ras pedaging yang dihasilkan UK dengan harga jual ayam ras pedaging di pasar eceran setelah dipotong ongkos-ongkos UB, akan merupakan margin keuntungan UB untuk bisa tetap berperan aktif sebagai INTI secara berkesinambungan. o Diharapkan dengan pendekatan penetapan harga seperti yang telah dikemukakan di atas, sementara dengan mengacu kepada kisaran harga terndah dan tertinggi masing-masing sebesar Rp. 2.600 dan Rp 3.050 per Kg berat hidup untuk ayam berukuran lebih sedikit dari 1,5 Kg (1,6 Kg), maka harga yang akan digunakan dalam analisa keuangan yaitu harga jual ayam ras pedaging ditingkat UK sebesar Rp. 2.600 per Kg hidup (Sementara rata-rata harga Rp 2.825). c. Kesinambungan Pasar a. Penentuan Harga o Untuk menjamin kesinambungan pasar bagi kedua model pengembangan tersebut di atas (Tabel 1), UK dan UB harus menyepakati tentang harga jual, harga beli ayam ras pedaging ditingkat pasar plasma yang diturunkan berdasarkan perkembangan harga dipasar eceran. o Harga kesepakatan tersebut minimal dapat berlaku selama 6 bulanan atau setahunan. Dengan menyepakati harga kesepakatan tersebut maka jaminan atas kelancaran penjualan ayam ras pedaging akan dapat dilaksanakan secara Bank Indonesia Budidaya Ayam Ras Pedaging

berkesinambungan dan sekaligus dapat tetap menjaga keuntungan yng wajar bagi UK dan UB, serta kelancaran bagi pengembalian kredit ke bank. keuntungan yng wajar bagi UK dan UB, serta kelancaran bagi pengembalian kredit ke bank. b. Titik Kritis Kesinambungan Pasar dan PKT o Sekalipun telah ditetapkan dalam suatu kesepakatan harga yang dise-suaikan dalam periode 6 bulanan atau tahuan, beberapa kelemahan mungkin masih dapat terjadi yang dapat mengakibatkan mekanisme kesepakatan tersebut dapat terlanggar. o Kelemahan-kelemahan tersebut antara lain karena UK tidak melaksanakan proses budidaya ayam ras pedaging dengan baik sehingga total panen setiap periode produksi tidak sesuai dengan jumlah dan mutu sesuai dengan kesepakatan. Oleh karena itu, kesepakatan harga ini perlu dijabarkan lebih rinci kedalam nota kesepakatan yang memuat kesepaktan terhadap jumlah, mutu, waktu, lokasi penyampaian, serta ketepatan terhadap jumlah dan waktu pembayaran dan kesinambungannya. Dengan demikian untuk menghindarkan masalah-masalah yang mungkin timbul, maka diperlukan transparansi dan pemahaman oleh semua peserta PKT terhadap batasan-batasan yang menyangkut persyaratan jual beli ayam ras pedaging yang dihasilkan UK. o Hal lain yang mungkin dapat menyebabkan kesinambungan pasar tersebut tidak berjalan sesuai dengan kesepakatan. Ketidakmampuan UB ini disebabkan karena ternyata UB menghadapi dilema akibat fluktuasi harga yang mungkin dapat menyebabkan UB mengalami kerugian yang berkepanjangan. Atau oleh sebab lain karena UB menghadapi kekurangan modal kerja. Atau karena terjadi manipulasi terhadap jumlah, mutu dan harga beli UB kepada para UK yang menjadi plasmanya. Ketidaktransparanan mengenai proses jual beli dan mekanisme pembayaran tersebut di atas memungkinkan terjadinya ketidaksinambungan dari proses pemasaran, yang pada gilirannya berdampak pula kepada kegagalan dalam mengangsur kredit. Kerancuan pengadministrasian arus pembayaran ditingkat PKT dan bank juga memungkinkan menurunnya kinerja PKT. Sehubungan dengan itu, semua aspek yang berkaitan dengan lalulintas pembayaran baik yang menyangkut operasional PKT maupun yang erat terkait dengan administrasi kredit perlu diatur secara jelas bagi kepentingan semua peserta PKT (UK, UB dan Bank) dan dituangkan dalam suatu nota kesepakatan. Bank Indonesia Budidaya Ayam Ras Pedaging

4. Aspek Produksi a. Gambaran Produk Kedua model ini akan mengkhususkan kepada produksi ayam ras pedaging dengan jenis yang berbulu putih yang telah lazim diproduksikan oleh para peternak ayam ras pedaging di Indonesia. Dalam setahun terdapat maksimum sebanyak 6 siklus produksi. Secara rinci tentang produktivitas kedua model PKT ini disajikan sebagai berikut : Tabel 1. Produktivitas Ayam Ras Pedaging No Uraian Model 1 Model 2 1 Jumlah ayam yang diternakan 6.000 ekor 3.000 ekor 2 Mortalitas 5 % 5 % 3 Jumlah yang dipanen 5.700 ekor 2.850 ekor 4 Rata-rata berat hidup waktu panen 1,6 Kg 1,6 Kg 5 Total berat waktu panen 9.120 Kg 4.560 Kg 6 Jumlah panen dalam setahun 6 x panen 6 x panen 7 Total panen per tahun 54.720 27.360 Kg b. Teknologi Teknologi yang diterapkan untuk kedua budidaya ayam ras pedaging yang digunakan dalam penyajian Model PKT ini, bertujuan agar target produksi dapat dicapai dan dilaksanakan secara optimal sesuai dengan persyaratan dari kedua model yang bersangkutan. Gambaran singkat teknologi yang dimaksud dapat disajikan dalam Tabel 2 berikut : Tabel 2. Teknologi yang Diterapkan No Uraian Model 1 Model 2 1 Lokasi Kawasan industri peternakan Tidak harus dalam satu kawasan industri peternakan 2 Luas lahan yang digunakan per petak model analisa 2.250 m2 1.000 m2 3 Kepemilikan lahan Pengadaan/ pembelian baru Sudah ada, dan milik sendiri 4 Bentuk bangunan kandang Kandang tertutup Kandang terbuka s/d tertutup 5 Pengaturan arus udara, suhu dan kelembaban Dapat diatur secara mekanis Diatur secara manual dengan Bank Indonesia Budidaya Ayam Ras Pedaging

No Uraian Model 1 Model 2 dengan menggunakan kipas angin (kipas ventilasi) menggunakan cara buka-tutup tirai plastik disisi-sisi kandang 6 Penyediaan makanan dan air untuk minum ayam Dilaksanakan secara mekanis dan diatur secara otomatis Dilaksanakan dengan secara manual 7 Siklus produksi full in full ou) 6 x dalam setahun 6 x dalam setahun 8 Jumlah tenaga kerja yang digunakan Untuk jumlah 6.000 ekor, cukup 1 orang Untuk jumlah 3.000 ekor cukup 1 orang 9 Panen Dilaksanakan dengan secara serentak Dilaksanakan dengan secara serentak 10 Kebutuhan kelengkapan fasilitas infrastruktur, bangunan lain selain kandang, instalasi listrik dan peralatan Harus lengkap,sesuai dengan pengopera-sian teknologi tertu-tup dan pengamanan lokasi kawasan proyek Disesuaikan dengan kebutuhan 11 Penyediaan tenaga ahli Disediakan oleh UB dan menetap di kawasan proyek Disediakan oleh UB dan tidak harus mene-tap dalam lokasi proyek c. Prasarana dan Saran yang Diperlukan untuk Model 1 a. Infrastruktur

Untuk menunjang pelaksanaan kegiatan PKT Model 1 diperlukan infrastruktur yang berupa : o Badan jalan dan saluran. o Gorong-gorong, kaki jalan. o Pagar seng keliling. o Land scapping/taman. o Sumur dalam dan instalasi pompa air. o Instalasi pipa air jaringan utama. o Bak penampung air. o Gardu/trafo gantung PLN. Bank Indonesia Budidaya Ayam Ras Pedaging

o Bangunan pembagi listrik PLN, Tiang dan jaringan luar. o Penerangan jalan. o Generator Diesel (Cap 156 HP/125 Kw). o Bangunan listrik, sanitasi, dll. b. Bangunan-bangunan Beberapa bangunan yang diperlukan antara lain : o Kandang tunnel. o Mess plasma. o Kantor. o Pos Jaga. o Gudang terbuka. o Bangunan lainnya. c. Instalasi Listrik o Instalasi mess plasma. o Instalasi kantor. o Instalasi pos jaga. o Instalasi gudang. o Instalasi mess karyawan. d. Peralatan o Tempat makan tabung. o Niple untuk minum. o Tempat minum gallon. o Tempat pakan. o Kawat untuk gantungan. o Layar kandang. o Peralatan layar penutup. o Kipas Ventilasi. o Panel-panel kontrol otomatis peralatan. o Tabung gas. o Regulator. o Selang LPG.

o Kompor batubara. o Kompor minyak tanah. o Alat pemanas. o Mesin sprayer untuk cuci kandang. o Seng pelindung anak ayam. d. Prasarana dan Saran yang Diperlukan untuk Model 2 a. Paralatan o Tempat makan tabung. o Tempat minum gallon. Bank Indonesia Budidaya Ayam Ras Pedaging

o Tempat pakan ayam. o Kawat Untuk gantungan. o Layar kandang. o Mesin sprayer untuk mencuci kandang. b. Infrastruktur o Sumur dan reservoir. o Bangunan listrik, instalasi dan genset. o Sanitasi. c. Bangunan-bangunan Berupa kandang, sementara rumah jaga diasumsikan telah dimiliki peternak bersangkutan. Besaran kebutuhan biaya untuk infrastruktur, bangunan, instalasi listrik dan peralatan dapat dilihat pada Tabel Struktur Biaya (Model 2). e. Pendampingan 1. Penyediaan Bahan Baku Dan Sarana Produksi Terdiri dari sapronak yang berupa DOC untuk budidaya ayam ras pedaging, dan sarana produksi berupa pakan ayam, vitamin dan obat-obatan yang diperlukan peserta plasma dan yang disediakan oleh INTI. 2. Penyediaan Peralatan Peternakan Khususnya dalam pelaksanaan PKT Model 1, peralatan yang diperlukan peserta plasma adalah dengan konstruksi yang berteknologi modern. Sehingga pengadaan dan pemasangannya merupakan tanggung jawab dari pihak UB atau INTI. Sedangkan pada sistem kandang terbuka atau semi tertutup, penyediaan peralatannya dapat dilakukan oleh peserta plasma dengan pengawasan dari pihak INTI. 3. Pembangunan Fisik Seperti halnya dengan peralatan, maka fasilitas fisik kandang dan bangunan yang diperlukan peserta plasma pada model Kinak, sepenuhnya dilaksanakan oleh INTI. Sementara untuk sistem kandang terbuka atau semi tertutup, karena bangunan yang diperlukan yang diperlukan relatif sederhana, maka hal tersebut dapat dilakukan oleh peserta plasma dengan pengawasan dari INTI. 4. Penyediaan Tenaga Ahli Sistem Kinak dengan kandang tipe tertutup yang dilengkapi dengan peralatan yang semi otomatis, memerlukan tenaga ahli profesional yang Bank Indonesia Budidaya Ayam Ras Pedaging

dapat melakukan evaluasi dan pengawasan serta memadu UK dalam menggunakan semua fasilitas proyek. Penyedian tenaga ahli dilakukan oleh pihak INTI. menggunakan semua fasilitas proyek. Penyedian tenaga ahli dilakukan oleh pihak INTI. 5. Proses Produksi s/d Produk Siap Jual Seperti telah diuraikan sebelumnya, dalam pola kemitraan ini semua peserta plasma menitikberatkan peranannya pada budidata, sementara pihak UB (INTI) berperan dalam pembangunan fisik (khususnya untuk Model 1), penyediaan sapronak secara tepat jumlah/mutu, tepat waktu, tepat lokasi penyediaannya, memberikan bimbingan teknis sampai dengan penjualan hasil. Oleh karena itu, pihak INTI mempunyai peran yang sangat besar dalam keseluruhan proses penyediaan dan pemanfaatan fasilitas, serta pelaksanaan proses produksi s/d tahapan rpduksi memasuki tahapan siap jual. Hal ini dimaksudkan agar produk yang dihasilkan plasma dapat memenuhi mutu yang dihendaki di pasaran. f. Titik-Titik Kritis dalam Aspek Produksi/Tenknologi a. Hasil Pembangunan Fisik Penolakan UK untuk menerima hasil pembangunan fisik prasarana dan penyediaan sarana produksi yang telah dilaksanakan UB karena dianggapnya tidak memadai dan sesuai dengan spesifikasi teknis yang disepakati sebelumnya. Kericuhan berlarut-larut yang berawal dari ketidaksepahaman dalam hal mutu realisasi pekerjaan pembangunan fisik proyek akan berdampak kepada tertundanya jadual produksi. b. Harga dan Kesinambungan Pasokan Titik kritis dalam tahapan produksi dan operasional proyek dapat diawalidengan ketidaksepahaman antara UK dengan UB nya mengenai jumlah, mutu,harga, lokasi penyedian, kesinambungan penyediaan dari seluruh sarana produksi. Mungkin UK tetap akan melaksanakan budidaya, tetapi karena diawali dengan ketidaksepahaman dalam jumlah, mutu, harga dan lain-lain yang ternyata tidak sesuai dengan kesepakatan semula, dapat menyebabkan UK tidak melaksanakan proses produksi sesuai dengan persya-ratan teknis poduksi yang diharapkan. c. Pelaksanaan Budidaya Dalam hal-hal tertentu terdapat kemungkinan UK tidak mampu atau tidak melaksanakan teknik budidaya yang dipersyaratkan oleh Model PKT yang bersangkutan. Kegagalan penerapan teknis produksi Bank Indonesia Budidaya Ayam Ras Pedaging

menyebabkan penggu-naan sarana produksi secara efisien. Pada gilirannya tingkat produktivitas ternak ayam ras pedaging yang telah direncanakan, tidak akan tercapai. -naan sarana produksi secara efisien. Pada gilirannya tingkat produktivitas ternak ayam ras pedaging yang telah direncanakan, tidak akan tercapai. d. Panen Dan Penanganan Hasil Panen Bilamana misalnya semua tahapan produksi dapat dilaksanakan dengan baik dan sesuai dengan kesepakatan semula, kemungkinan masih bisa tejadinya masalah adalah karena menyangkut kegagalan proses panen dan penanganan hasil panen ayam ras pedaging yang kurang baik. Umumnya permasalahan yang timbul disebabkan karena : o Ternyata UK berusaha untuk memanen lebih awal. o UK tidak melakukan panen sesuai dengan cara-cara yang sesuai dengan petunjuk teknis sehingga menyebabkan ayam ras menjadi stress, dan dapat mengakibatkan kematian awal pasca panen yang relatif cepat dan dapat merupakan UB. o Cara-cara menetapkan berat hidup ayam ras pedaging yang mungkin saja dapat merugikan para UK. Semua hal yang dapat memperkecil permasalahan dalam aspek teknis diatas, perlu dimasukkan dalam naskah Nota Kesepakatan. Bank Indonesia Budidaya Ayam Ras Pedaging

5. Aspek Keuangan a. Rincian Biaya Investasi dan Modal Kerja -Biaya Investasi Biaya investasi yang diperlukan setiap peserta plasma pada ke dua model analisa di atas, dapat dilihat dalam Tabel berikut. Tabel 3. Biaya Investasi dan Modal Kerja No Uraian Model 1 Model 2 1 Jumlah ternak ayam yang dipelihara 6.000 ekor 3.000 ekor 2 Biaya Investasi 67.500.000 13.517.500 3 Biaya Modal Kerja 18.832.200 9.416.100 4 TOTAL BIAYA INVESTASI (belum termasuk asuransi)86.332.200 22.933.600 Secara lebih rinci dapat diikuti dalam Tabel Struktur Biaya (Model 1 dan Model 2). -Biaya Produksi Dan Biaya Operasi Produksi dan biaya operasional dalam budidaya ayam ras pedaging terdiri dari beberapa komponen antara lain untuk: . Pembelian DOC . Pembelian pakan ayam . Obat-obatan . Biaya Umum . Biaya lain-lain. Besarnya biaya produksi dan biaya operasi dapat dilihat pada Tabel berikut. Tabel 4. Biaya Produksi Dan Biaya Operasional No Uraian Model 1 Model 2 1 Jumlah ternak ayam yang dipelihara 6.000 ekor 3.000 ekor 2 Biaya produksi dan biaya operasional persiklus produksi 110.972.160 60.465.600 Secara lebih rinci dapat diikuti dalam Tabel Struktur Biaya (Model 1 dan Model 2). Bank Indonesia Budidaya Ayam Ras Pedaging

-Rincian Penyusutan / Biaya Investasi Rincian Penyusutan / Biaya Investasi Dalam investasi ke dua model analisa kelayakan kemitraan di atas, terdapat perbedaan kualitas barang modal dan peralatan yang digunakan, sehingga penyusutan dari kedua investasi berbeda untuk Model 1 dan Model 2. Biaya-biaya atas barang investasi pada Model 1 (Pola KINAK) mempunyai umur ekonomis selama 15 tahun, sedangkan pada Model 2 (Pola pengelola/gendong) mempunyai umur ekonomis 5 tahun. Besarnya biaya penyusutan pada kedua pola adalah seperti pada Tabel berikut Tabel 5. Penyusutan Biaya Investasi No Uraian Model 1 Model 2 1 Jumlah biaya investasi 65.383.090 13.517.500 2 Umur ekonomis 15 Tahun 5 Tahun 3 Biaya penyusutan per tahun 4.358.873 2.703.500 Secara lebih rinci dapat diikuti dalam Tabel Penyusutan (Model 1 dan Model 2). b. Penjualan Dengan asumsi bahwa tingkat mortalitas ayam pada kedua pola adalah sebesar 5% pada setiap siklus produksi, maka total penjualan dari usaha ini konstan pada setiap tahun proyek.. Besarnya total penjualan pada kedua pola dapat dilihat seperti pada Tabel berikut. Tabel 6. Total Penjualan per Tahun No Uraian Model 1 Model 2 1 Jumlah ternak yang dipelihara 6.000 ekor 3.000 ekor 2 Total berat penjualan per siklus 9.120 Kg 4.560 Kg 3 Jumlah siklus produksi per tahun6 kali 6 kali 4 Harga Jual per Kg (Rp) 2.600 2.600 5 Total penjualan per tahun (Rp) 142.272.000 71.136.000 Secara lebih rinci dapat diikuti dalam Tabel Penjualan (Model 1 dan Model 2). c. Arus Kas dan Kelayakan Proyek Arus kas masuk dan keluar untuk usaha ternak ayam ras potong dimulai dari awal tahun sampai dengan akhir tahun umur ekonomis dari barang investasi Bank Indonesia Budidaya Ayam Ras Pedaging

dominan yang ditanamkan dalam proyek. Karena umur proyek pada kedua pola berbeda maka jangkauan waktu / tahun arus kas juga berbeda. Untuk Model 1 (PIR-Plasma), jangkauan waktu cash flownya selama 10 tahun, sementara Model 2 (Pengelola/ Gendong) selama 5 tahun. pola berbeda maka jangkauan waktu / tahun arus kas juga berbeda. Untuk Model 1 (PIR-Plasma), jangkauan waktu cash flownya selama 10 tahun, sementara Model 2 (Pengelola/ Gendong) selama 5 tahun. Arus kas masuk terdiri dari komponen dana kredit bank, dan hasil penjualan setiap tahun dari usaha peternakan Arus kas keluar terdiri dari biaya investasi, biaya produksi, biaya operasional, pembayaran kredit (pokok dan bunga), dan pajak. Kas akhir merupakan nisbahantara kas masuk dan kas keluar. Dari arus kas kedua model analisa kelayakan keuangan PKT ini dapat dilihat bahwa pada tahun ke 1, net cash flow dari model analisa kelayakan kemitraan tersebut sudah positip. Untuk Model 1 (PIR-Plasma), pada akhir tahun ke 10 cummulative cash balance telah mencapai Rp. 98.388.596. Sementara itu untuk Model 2 (pola Pengelola/Gendong) pada akhir tahun ke 5 telah mencapai cummulative cash balance sebesar Rp 31.954.566. Beberapa parameter yang digunakan sebagai ukuran kriteria kelayakan finansial dari usaha ternak ayam ras potong ini antara lain adalah FRR, PBP dari proyek tersebut. Hasil analisa terhadap parameter tersebut adalah seperti pada Tabel berikut. Tabel 7. Parameter Kelayakan Finansial No Uraian Model 1 Model 2 1 Financial rate of Return (FRR) 29 % 49 % 2 Payback Period 3 tahun 1 bulan 1 tahun 9 bulan Secara lebih rinci dapat diikuti dalam Tabel Arus Kas (Model 1 dan Model 2). d. Analisa Rugi/Laba Gambaran tentang hasil analisa laba-rugi untuk kedua model PKT ini dapat diikuti dalam Tabel Rugi Laba (Model 1 dan Model 2). Secara ringkas dapat disajikan sebagai berikut : Tabel 8. Laba Selama Tahun Analisa Proyek No Uraian Model 1 Model 2 1 Laba setelah pajak ratarata per tahun 13.701.455 (Terjadi antara Tahun ke 5 6) 8.274.133 (Terjadi pada Tahun ke 3) 2 BEP Penjualan (Rp) rata-rata per tahun 75.693.676 30.930.203

Bank Indonesia

Budidaya Ayam Ras Pedaging

Berat jual ayam (Kg) rata-rata per tahun 29.113 11.896 Dari laba bersih usaha setelah pajak kedua model analisa PKT ini, dalam perkembangannya dapat digunakan sebagai dasar untuk menggiatkan kegiatan kelompok simpan pinjam. Sebagian dari hasil akumulasi kegiatan simpan secara potensial, dapat digunakan sebagai salah satu alat untuk menumbuhkan aspirasi tangung renteng diantara anggota kelompok. Dana simpanan ini dapat dikaitkan dengan upaya untuk meningkatkan eligibilitas UK dari segi perbankan. Oleh karena itu, tabel cash flow dan laba rugi harus dapat difungsikan oleh PKT sedini mungkin sebagai alat kendali mutu proses penjaminan kredit, agar bank semakin tertarik untuk membiayai proyek. Aspirasi tabungan dikaitkan dengan kredit harus merupakan bagian yang penting dalam nota kesepakatan. Bank Indonesia Budidaya Ayam Ras Pedaging

6.. Penutup a. PKT Unggulan Sebagai produk yang diharapkan dapat membantu perbankan dalam meningkatkan KUK, maka PKT Peternakan Ayam Ras Pedaging ini layak untuk dilaksana-kan bank karena memiliki unsur-unsur keunggulan sebagai berikut : 1. Bisnis Yang on line Model Kelayakan PKT Budidaya Ayam Ras Pedaging merupakan kemitraan usaha antara UK dan UB pada bisnis yang on line. Dalam model ini kebutuhan terhadap faktor produksi dan pemasaran produk ayam ras pedaging yang dihasilkan UK dijamin sepenuhnya oleh UB (INTI). 2. Menghadirkan Kegiatan Pendampingan Untuk menunjang keberhasilan Model Kelayakan PKT ini, UB menyediakan bantuan teknis yang profesional (bermutu) secara berkesinambungan. Bantuan pendampingan ini dimulai semenjak pelaksanaan pelatihan UK saat rekrutmen calon UK, dalam tahapan pembangunan fisik, tahapan proses produksi dan penjualan, serta dalam tahapan pengelolaan dana hasil penjualan. Bantuan pendampingan tersebut ditujukan untuk kepentingan UK, UB sendiri maupun untuk pengamanan kredit Bank. 3. Adanya Jaminan Kesinambungan Pasar Kelancaran pemasaran hasil produksi kedua Model Kelayakan PKT ayam Ras Pedaging ini dijamin sepenuhnya oleh UB. Jaminan pemasaran tersebut dilaksanakan UB dengan cara membeli dan memasarkan lebih lanjut produk ayam ras pedaging yang dihasilkan oleh UK binaannya. 4. Adanya Kemampuan Untuk Memanfaatkan Kredit Berbunga Pasar Financial Rate of Return (FRR) yang relatif lebih besar dari bunga kredit bank (masing-masing untuk Model 1 dan Model 2 sebesar 29 % dan 29 %), menyebabkan Model Kelayakan PKT ini layak dilaksanakan dan dikembangkan dengan menggunakan kredit bunga pasar (KUK). 5. Adanya Potensi Penjaminan Kredit Yang relatif Lengkap Bank Indonesia Budidaya Ayam Ras Pedaging

Untuk penjaminan pengamanan kredit yang digunakan dalam pelaksanaan Model Kelayakan PKT ini, dapat dihadirkan berperannya : o Lembaga penjaminan kredit. Halaman 20. o Kegiatan kelompok guna mengembangkan tabungan dan pemupukan modal yang dikaitkan dengan kredit, dapat dikaitkan dengan besarnya potensi hasil analisa net cash flow maupun laba-rugi. 6. Proses Pemanfaatan Dan Penggunaan Kredit Yang Aman Model Kalayakan PKT ini merumuskan mekanisme pencairan dan peng-gunaan dana kredit yang disesuaikan dengan jadwal dan kebutuhan proyek (Gambar 1). 7. Cash Flow Sebagai Alat Pengontrol Pengembalian Kredit Pengembalian kredit dapat didasarkan, disesuaikan dan mengacu kepa-da perkembangan dan kekuatan cash flow. 8. Adanya Potensi Kegiatan Kelompok Yang Berkaitan Dengan Kredit Untuk kedua model analisa (Model 1 dan Model 2) memungkinkan pem-bentukan kelompok sedini mungkin, yaitu ketika UB merekrut UK, dan ketika UK sebagai calon debitur sedang mengikuti pelatihan (sebelum mereka menjadi calon nominatif). Pembentukan dan mengaktifkan kegiatan kelompok tersebut ditujukan untuk kegiatan simpan pinjam. Dari sebagian dana simpanan tersebut, secara potensial dapat digunakan sebagai dana untuk membantu proses pengembalian angsuran pokok dan bunga (bilamana diperlukan), atau jenis kegiatan produktif lainnya. 9. Transparansi Pada Setiap Tahapan Pelaksanaan Proyek Dengan mengikutisertakan UK sejak sedini mungkin dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek, akan terbentuk dan tercipta pula aspek transparansi yang sangat diperlukan bagi kelancaran penyelenggaraan proyek dan proses perkreditannya. 10.Daya Replikasi Yang Tinggi Proyek ini mempunyai potensi untuk dikembangkan hampir di seluruh propinsi, karena sumberdaya alam (lahan, air), tenaga kerja, dan modal serta program pendampingan relatif dapat disediakan. 11.Nota Kesepakatan Bank Indonesia Budidaya Ayam Ras Pedaging

Semua hal yang menggambarkan keunggulan Model Kelayakan PKT Budidaya Ayam Ras Pedaging ini dapat dituangkan dalam bentuk Nota Kesepakatan. Budidaya Ayam Ras Pedaging ini dapat dituangkan dalam bentuk Nota Kesepakatan. b. Implikasi terhadap Titik-Titik Kritis 1. Program Pendampingan Yang Jelas Sehubungan dengan masih ada kemungkinan munculnya permasalahan terutama pada saat proyek dan kredit masuk dalam tahapan pelaksanaan dan tahapan mengangsur, maka perlu diusahakan agar UK yang telah direkrut dan merupakan calon nominatif semaksimal mungkin dapat diikutisertakan dalam perencanaan (ide dan pengembangannya) sedini mungkin. Maksud dan tujuan mengikutsertakan mereka sedini mungkin yaitu agar mulai dari proses peren-canaan para UK benar-benar dapat memahami perlunya kesungguhan dalam melaksanakan kemitraan. Dengan memahami tentang perlunya kesungguhan dalam melaksanakan proyek sesuai dengan yang diminta oleh persyaratan pasar, teknis dan finansial maka kemitraan akan berjalan secara berkesi-nambungan. 2. Pemahaman Titik-Titik Rawan Dan Transparansi Proses pemahaman terhadap titik-titik rawan baik yang terdapat dalam pelaksanaan proses pemasaran ayam ras pedaging, penerapan teknologi produksi dan penanganan produksi serta aspek keuangan, perlu didasarkan atas suatu dokumen kesepahaman umum dan atau nota kesepakatan yang rinci dan diuraikan dalam bentuk yang sangat mudah dipahami oleh para UK (anggota plasma). Bank Indonesia Budidaya Ayam Ras Pedaging

LAMPIRAN Bank Indonesia Budidaya Ayam Ras Pedaging

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) BUDIDAYA AYAM RAS PEDAGING BANK INDONESIA Direktorat Kredit, BPR dan UMKM Telepon : (021) 3818043 Fax : (021) 3518951, Email : tbtlkm@bi.go.id

DAFTAR ISI SI 1. Pendahuluan................................ ................................ ............... 2 a. Prospek ..................................................................... .............................................. 2 b. Permasalahan................................................................. ....................................... 2 c. Upaya Pemecahan.............................................................. .................................. 4 2. Kemitraan Terpadu ................................ .......................... ...... ..... 6 a. Organisasi .................................................................. ............................................ 6 b. Pola Kerjasama............................................................... ...................................... 8 c. Penyiapan Proyek ............................................................ ..................................... 9 d. Mekanisme Proyek............................................................. ................................ 10 e. Perjanjian Kerjasama ........................................................ ................................ 11 3. Aspek Pemasaran................................ ............................. ... .......13 a. Bentuk Pasar ................................................................ ....................................... 13 b. Mekanisme Pasar.............................................................. .................................. 13 c. Kesinambungan Pasar.......................................................... ............................. 14 4. Aspek Produksi ..............................................................

............16 a. Gambaran Produk ............................................................. ................................. 16 b. Teknologi.................................................................... .......................................... 16 c. Prasarana dan Saran yang Diperlukan untuk Model 1 ........................... ... 17 d. Prasarana dan Saran yang Diperlukan untuk Model 2............................ .. 18 e. Pendampingan................................................................. .................................... 19 f. Titik-Titik Kritis dalam Aspek Produksi/Tenknologi........................... .......... 20 5. Aspek Keuangan ................................ ............................. ... ........22 a. Rincian Biaya Investasi dan Modal Kerja...................................... ................ 22 b. Penjualan.................................................................... .......................................... 23 c. Arus Kas dan Kelayakan Proyek................................................ ...................... 23 d. Analisa Rugi/Laba............................................................ ................................... 24 6. Penutup...................................................................... ...............26 a. PKT Unggulan................................................................. ..................................... 26 b. Implikasi terhadap Titik-Titik Kritis........................................ ........................ 28 LAMPIRAN ................................ ................................ .....

................ 29 Bank Indonesia Budidaya Ayam Ras Pedaging

1. Pendahuluan a. Prospek Beberapa faktor pendukung bisnis usaha kecil budidaya ayam ras pedaging sebenarnya masih dapat terus dikembangkan, antara lain karena permintaan domestik terhadap ayam ras pedaging masih sangat besar. Kecenderungan ini dapat dihubungkan dengan pertumbuhan permintaan terhadap daging ayam ras yang rata-rata besarnya mencapai 7% per tahun. Angka kebutuhan nasional terhadap daging ayam ras sebesar 3,3 kg per kapita per tahun. Sementara itu permintaan terhadap total daging unggas hanya sebesar 4.6 Kg per tahun. Dengan demikian protein hewani asal daging unggas, yang berasal dari daging ayam ras mencapai 71,7%. Permintaan di DKI Jaya saja, didekati dari jumlah pemotongan ayam ras peda-ging, mencapai 500,000 ekor per hari. Dari besaran tersebut dapat diturunkan angka konsumsi ayam ras di DKI yang besarnya 20 kg per kapita per tahun. Ini merupakan besaran konsumsi per kapita tertinggi secara nasional. Untuk memenuhi permintaan tersebut, DKI Jaya saat ini masih selalu di pasok dari Jawa Barat. Pasokan tersebut berasal dari usaha berskala besar, menengah maupun dari peternak-peternak kecil perorangan. Permintaan terhadap ayam ras pedaging secara nsaional diharapkan akan terus meningkat, terutama permintaan yang berasal dari para konsumen di kota-kota besar (ibu kota propinsi). Pertambahan permintaan di kota-kota besar tersebut terjadi karena kenaikan pendapatan perkapita, pertambahan penduduk dan peningkatan kesadaran gizi sebagai akibat berhasilnya program penyuluhan gizi. Peningkatan permintaan juga terjadi sewaktuwaktu disebabkan karena lonjakan permintaan terhadap gading ayam ras pada hari-hari besar (lebaran, natal, tahun baru) maupun pada akhir-akhir bulan. Tingkat harga eceran daging ayam ras yang relatif masih jauh lebih murah (Rp 3.800 per Kg) daripada harga daging sapi (Rp 15.000 per Kg), juga merupakan faktor dominan yang menentukan tingginya permintaan terhadap protein yang berasal dari hewan. Faktor lain yang menyebabkan sektor budidaya ayam ras pedaging masih dapat merupakan bisnis unggulan bagi usaha kecil adalah karena sektor ini memiliki kaitan usaha yang cukup luas baik yang berada di hulu maupun yang berada di hilir. b. Permasalahan Sekalipun ayam ras pedaging mempunyai prospek permintaan yang baik, tetapi sektor budidayanya dalam skala usaha kecil masih menghadapi berbagai masalah. Permasalahan utama yang dapat menyebabkan bisnis Bank Indonesia Budidaya Ayam Ras Pedaging

usaha kecil budidaya ayam ras pedaging masih sering menghadapi risiko kegagalan, adalah sebagai berikut : kegagalan, adalah sebagai berikut : a. Kelemahan Manajemen Bahwa pada umumnya volume pekerjaan dan jumlah uang yang dikelola usaha kecil budidaya ayam ras pedaging relatif besar. Sementara itu margin yang menjadi hak dari peternak tersebut umumnya relatif kecil. Sehingga sedikit saja terjadi kesalahan manajemen usaha akan mengakibatkan kegagalan dalam pengelolaan. b. Tidak Adanya Kepastian Jual Bisnis usaha kecil perorangan budidaya ayam ras pedaging pada saatsaat tertentu mendapatkan kesulitan dalam kepastian jual ayamnya (mencari pasar), karena volume dagangan yang dikuasai masih relatif kecil dan secara ekonomis menjadi mahal bila dikirim ke pasar yang lebih jauh. c. Harga Yang Berfluktuasi Adanya fluktuasi harga yang terjadi di pasar eceran ayam ras pedaging, juga seringkali dapat mengakibatkan kepada rendahnya atau ketidakpastian keuntungan yang diterima oleh para peternak kecil. d. Rendahnya Margin Usaha Dampak dari tidak menentunya margin usaha tersebut seringkali menyebabkan kelangkaan dana untuk memenuhi kebutuhan terhadap faktor-faktor produksi. Pada gilirannya mengakibatkan siklus produksi berikut-berikutnya tidak selalu dapat dilaksanakan secara berkesinambungan. Situasi yang berlarut-larut dan berkepanjangan ini dapat menyebabkan ketidaksinambungan tingkat produksi. e. Lemahnya Akses Pasar Lemahnya tingkat produktivitas dan akses pasar yang tidak menentu tersebut pada gilirannya menyebabkan semakin langkanya ketersediaan dana produktif. Hal ini pada akhirnya merupakan faktor penyebab kegagalan usaha. f. Ketidakmampuan Untuk Memenuhi Persyaratan Teknis Bank Faktor lain yang dapat menambah bobot permasalahan yang dihadapi oleh usaha kecil budidaya ayam ras pedaging yaitu bahwa pada umumnya mereka tidak mampu memenuhi persyaratan teknis bank. Bank Indonesia Budidaya Ayam Ras Pedaging

Sehingga mereka selalu menghadapi kesulitan untuk mendapatkan dukungan kredit guna pengembangan usahanya. dukungan kredit guna pengembangan us ahanya. c. Upaya Pemecahan Upaya yang ditempuh untuk membantu Usaha Kecil (UK) dalam bidang budidaya ayam ras pedaging agar mereka mampu memanfaatkan peluang dan sekaligus untuk memecahkan masalah yang dihadapi, dilaksanakan melalui pengembangan kebijakan disektor-sektor pemerintah, moneter dan di sektor riil. a. Kebijakan di Sektor Pemerintah Kebijakan di sektor pemerintah yang erat kaitannya dengan tujuan untuk mendorong dan mendukung pengembangan usaha kecil budidaya ayam ras pedaging, mengacu kepada : o UU Tentang Usaha Kecil No. 9 Tahun 1995. o UU Tentang Koperasi No. 25 Tahun 1992. o Keppres No. 22 Tahun 1990, SK Menteri Pertanian No. 362/Kpts/TN.120/1990 dan No.472/Kpts/TN.330/6/1996 serta SK Direktur Bina Pembibitan No. TN.270/346/C/III-0296, yang kesemuanya dapat dikaitkan dengan pengaturan pengembangan budidaya ayam ras pedaging. b. Kebijakan di Sektor Moneter Sedangkan kebijakan pemerintah di sektor moneter yang erat kaitannya dengan upaya-upaya pengembangan usaha kecil pada umumnya, khususnya yang berkaitan pula dengan pengembangan usaha kecil dibidang budidaya ayam ras pedaging, salah satu diantaranya adalah berupa kebijakan yang dikembangkan secara berkesinambungan dalam bidang perkreditan yang sesuai dan cocok dengan kebutuhan masyarakat usaha kecil. c. Kebijakan di Sektor Riil Sedangkan kebijakan pemerintah di sektor riil salah satu diantaranya ada-lah berupa pelaksanaan Program Kemitraan Terpadu (PKT). Melalui bentuk hubungan kemitraan antara Usaha Kecil dengan Usaha Besar ini, maka bilamana ditinjau dari sisi perbankan, tingkat kelayakan bisnis usaha kecil budidaya ayam ras pedaging dapat ditingkatkan. Dengan demikian untuk mendapatkan bantuan kredit semakin terjamin. Bank Indonesia Budidaya Ayam Ras Pedaging

Sedangkan dari sisi Usaha Besar (UB), dengan mengalihkan sebagian dari kegiatan produksi ayam ras pedaging kepada Usaha Kecil melalui PKT justru menyebabkan Usaha Besar cenderung dapat lebih mengkon-sentrasikan kepada penyediaan pasokan dan juga dalam hal pembelian, pengolahan dan penjualan produk. kegiatan produksi ayam ras pedaging kepada Usaha Kecil melalui PKT justru menyebabkan Usaha Besar cenderung dapat lebih mengkon-sentrasikan kepada penyediaan pasokan dan juga dalam hal pembelian, pengolahan dan penjualan produk. Bilamana UB yang telah berpengalaman kuat dalam usaha peternakan ayam ras pedaging bermitra secara vertikal dengan UK, maka kemitraan usaha ini juga akan berdampak positif kepada kedua belah pihak. Khususnya bagi UB, dalam kondisi bermitra dengan para UK, pada gilirannya UB mampu menekan biaya-biaya. Dengan dikembangkannya dasar-dasar keunggulan bisnis melalui PKT, maka keseluruhan industri peternakan ayam ras pedaging akan memiliki kemampuan untuk bersaing dengan ayam ras pedaging beku yang pada tahun 2005 ada kemungkinan akan masuk dari luar negeri. Faktor keunggulan bisnis budidaya ayam ras pedaging yang dilaksanakan melalui PKT, dapat diukur dari berhasilnya upaya tersebut dalam meningkatkan produktivitas. Karena produktivitas tenaga kerja dan lahan yang merupakan modal utama dari para peternak kecil dapat ditingkatkan melalui pelaksanaan program pendampingan yang dilaksanakan dalam PKT. Melalui pelaksanaan Model Kelayakan PKT ini, kesinambungan pasokan input produksi dapat meningkatkan intensitas produksi dan menurunkan tingkat kematian serta meningkatkan efisiensi pemakaian input. Dengan demikian skala usaha dan produktivitas peternakan ayam ras pedaging dapat ditingkatkan pula. Peningkatan skala usaha cenderung dapat menekan biaya. Karena melalui pengelompokan maka beberapa biaya produksi (untuk listrik, air sanitasi, gudang, pagar pengamanan, biaya transportasi), dapat ditanggung secara bersama-sama. Disamping itu Model Kelayakan PKT ini juga dapat menjamin ketersedian dan pengamanan KKPA atau KUK yang disalurkan bank. Karena melalui PKT bank merasa adanya kepastian pengembalian kredit dan pembayaran bunganya. Dengan keunggulan-keunggulan PKT seperti di atas, maka bisnis usaha kecil budidaya ayam ras pedaging yang dilaksanakan dengan Model Kelayakan PKT ini, akan memiliki potensi yang sangat besar untuk direplikasi hampir di seluruh propinsi. Bank Indonesia Budidaya Ayam Ras Pedaging

2. Kemitraan Terpadu a. Organisasi Proyek Kemitraan Terpadu (PKT) adalah suatu program kemitraan terpadu yang melibatkan usaha besar (inti), usaha kecil (plasma) dengan melibatkan bank sebagai pemberi kredit dalam suatu ikatan kerja sama yang dituangkan dalam nota kesepakatan. Tujuan PKT antara lain adalah untuk meningkatkan kelayakan plasma, meningkatkan keterkaitan dan kerjasama yang saling menguntungkan antara inti dan plasma, serta membantu bank dalam meningkatkan kredit usaha kecil secara lebih aman dan efisien. Dalam melakukan kemitraan hubunga kemitraan, perusahaan inti (Industri Pengolahan atau Eksportir) dan petani plasma/usaha kecil mempunyai kedudukan hukum yang setara. Kemitraan dilaksanakan dengan disertai pembinaan oleh perusahaan inti, dimulai dari penyediaan sarana produksi, bimbingan teknis dan pemasaran hasil produksi. Proyek Kemitraan Terpadu ini merupakan kerjasama kemitraan dalam bidang usaha melibatkan tiga unsur, yaitu (1) Petani/Kelompok Tani atau usaha kecil, (2) Pengusaha Besar atau eksportir, dan (3) Bank pemberi KKPA. Masing-masing pihak memiliki peranan di dalam PKT yang sesuai dengan bidang usahanya. Hubungan kerjasama antara kelompok petani/usaha kecil dengan Pengusaha Pengolahan atau eksportir dalam PKT, dibuat seperti halnya hubungan antara Plasma dengan Inti di dalam Pola Perusahaan Inti Rakyat (PIR). Petani/usaha kecil merupakan plasma dan Perusahaan Pengelolaan/Eksportir sebagai Inti. Kerjasama kemitraan ini kemudian menjadi terpadu dengan keikut sertaan pihak bank yang memberi bantuan pinjaman bagi pembiayaan usaha petani plasma. Proyek ini kemudian dikenal sebagai PKT yang disiapkan dengan mendasarkan pada adanya saling berkepentingan diantara semua pihak yang bermitra. 1. Petani Plasma Sesuai keperluan, petani yang dapat ikut dalam proyek ini bisa terdiri atas (a) Petani yang akan menggunakan lahan usaha pertaniannya untuk penanaman dan perkebunan atau usaha kecil lain, (b) Petani /usaha kecil yang telah memiliki usaha tetapi dalam keadaan yang perlu ditingkatkan dalam untuk itu memerlukan bantuan modal. Untuk kelompok (a), kegiatan proyek dimulai dari penyiapan lahan dan penanaman atau penyiapan usaha, sedangkan untuk kelompok (b), kegiatan dimulai dari telah adanya kebun atau usaha yang berjalan, dalam batas masih bisa ditingkatkan produktivitasnya dengan perbaikan pada aspek usaha. Bank Indonesia Budidaya Ayam Ras Pedaging

Luas lahan atau skala usaha bisa bervariasi sesuai luasan atau skala yang dimiliki oleh masing-masing petani/usaha kecil. Pada setiap kelompok tani/kelompok usaha, ditunjuk seorang Ketua dan Sekretaris merangkap Bendahara. Tugas Ketua dan Sekretaris Kelompok adalah mengadakan koordinasi untuk pelaksanaan kegiatan yang harus dilakukan oleh para petani anggotanya, didalam mengadakan hubungan dengan pihak Koperasi dan instansi lainnya yang perlu, sesuai hasil kesepakatan anggota. Ketua kelompok wajib menyelenggarakan pertemuan kelompok secara rutin yang waktunya ditentukan berdasarkan kesepakatan kelompok. dimiliki oleh masing-masing petani/usaha kecil. Pada setiap kelompok tani/kelompok usaha, ditunjuk seorang Ketua dan Sekretaris merangkap Bendahara. Tugas Ketua dan Sekretaris Kelompok adalah mengadakan koordinasi untuk pelaksanaan kegiatan yang harus dilakukan oleh para petani anggotanya, didalam mengadakan hubungan dengan pihak Koperasi dan instansi lainnya yang perlu, sesuai hasil kesepakatan anggota. Ketua kelompok wajib menyelenggarakan pertemuan kelompok secara rutin yang waktunya ditentukan berdasarkan kesepakatan kelompok. 2. Koperasi Parapetani/usaha kecil plasma sebagai peserta suatu PKT, sebaiknya menjadi anggota suata koperasi primer di tempatnya. Koperasi bisa melakukan kegiatan-kegiatan untuk membantu plasma di dalam pembangunan kebun/usaha sesuai keperluannya. Fasilitas KKPA hanya bisa diperoleh melalui keanggotaan koperasi. Koperasi yang mengusahakan KKPA harus sudah berbadan hukum dan memiliki kemampuan serta fasilitas yang cukup baik untuk keperluan pengelolaan administrasi pinjaman KKPA para anggotanya. Jika menggunakan skim Kredit Usaha Kecil (KUK), kehadiran koperasi primer tidak merupakan keharusan 3. Perusahaan Besar dan Pengelola/Eksportir Suatu Perusahaan dan Pengelola/Eksportir yang bersedia menjalin kerjasama sebagai inti dalam Proyek Kemitraan terpadu ini, harus memiliki kemampuan dan fasilitas pengolahan untuk bisa menlakukan ekspor, serta bersedia membeli seluruh produksi dari plasma untuk selanjutnya diolah di pabrik dan atau diekspor. Disamping ini, perusahaan inti perlu memberikan bimbingan teknis usaha dan membantu dalam pengadaan sarana produksi untuk keperluan petani plasma/usaha kecil. Apabila Perusahaan Mitra tidak memiliki kemampuan cukup untuk mengadakan pembinaan teknis usaha, PKT tetap akan bisa dikembangkan dengan sekurang-kurangnya pihak Inti memiliki fasilitas pengolahan untuk diekspor, hal ini penting untuk memastikan adanya pemasaran bagi produksi petani atau plasma. Meskipun demikian petani plasma/usaha kecil dimungkinkan untuk mengolah hasil panennya, yang kemudian harus dijual kepada Perusahaan Inti. Dalam hal perusahaan inti tidak bisa melakukan pembinaan teknis, kegiatan pembibingan harus dapat diadakan oleh Koperasi dengan memanfaatkan bantuan tenaga pihak Dinas Perkebunan atau lainnya yang dikoordinasikan oleh Koperasi. Apabila koperasi menggunakan tenaga Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL), perlu mendapatkan persetujuan Dinas Perkebunan setempat dan koperasi memberikan bantuan biaya yang diperlukan. Bank Indonesia Budidaya Ayam Ras Pedaging

Koperasi juga bisa memperkerjakan langsung tenaga-tenaga teknis yang memiliki keterampilan dibidang perkebunan/usaha untuk membimbing petani/usaha kecil dengan dibiayai sendiri oleh Koperasi. Tenaga-tenaga ini bisa diberi honorarium oleh Koperasi yang bisa kemudian dibebankan kepada petani, dari hasil penjualan secara proposional menurut besarnya produksi. Sehingga makin tinggi produksi kebun petani/usaha kecil, akan semakin besar pula honor yang diterimanya. -tenaga teknis yang memiliki keterampilan dibidang perkebunan/usaha untuk membimbing petani/usaha kecil dengan dibiayai sendiri oleh Koperasi. Tenaga-tenaga ini bisa diberi honorarium oleh Koperasi yang bisa kemudian dibebankan kepada petani, dari hasil penjualan secara proposional menurut besarnya produksi. Sehingga makin tinggi produksi kebun petani/usaha kecil, akan semakin besar pula honor yang diterimanya. 4. Bank Bank berdasarkan adanya kelayakan usaha dalam kemitraan antara pihak Petani Plasma dengan Perusahaan Perkebunan dan Pengolahan/Eksportir sebagai inti, dapat kemudian melibatkan diri untuk biaya investasi dan modal kerja pembangunan atau perbaikan kebun. Disamping mengadakan pengamatan terhadap kelayakan aspek-aspek budidaya/produksi yang diperlukan, termasuk kelayakan keuangan. Pihak bank di dalam mengadakan evaluasi, juga harus memastikan bagaimana pengelolaan kredit dan persyaratan lainnya yang diperlukan sehingga dapat menunjang keberhasilan proyek. Skim kredit yang akan digunakan untuk pembiayaan ini, bisa dipilih berdasarkan besarnya tingkat bunga yang sesuai dengan bentuk usaha tani ini, sehingga mengarah pada perolehannya pendapatan bersih petani yang paling besar. Dalam pelaksanaanya, Bank harus dapat mengatur cara petani plasma akan mencairkan kredit dan mempergunakannya untuk keperluan operasional lapangan, dan bagaimana petani akan membayar angsuran pengembalian pokok pinjaman beserta bunganya. Untuk ini, bank agar membuat perjanjian kerjasama dengan pihak perusahaan inti, berdasarkan kesepakatan pihak petani/kelompok tani/koperasi. Perusahaan inti akan memotong uang hasil penjualan petani plasma/usaha kecil sejumlah yang disepakati bersama untuk dibayarkan langsung kepada bank. Besarnya potongan disesuaikan dengan rencana angsuran yang telah dibuat pada waktu perjanjian kredit dibuat oleh pihak petani/Kelompok tani/koperasi. Perusahaan inti akan memotong uang hasil penjualan petani plasma/usaha kecil sejumlah yang disepakati bersama untuk dibayarkan langsung kepada Bank. Besarnya potongan disesuaikan dengan rencana angsuran yang telah dibuat pada waktu perjanjian kredit dibuat oleh pihak petani plasma dengan bank. b. Pola Kerjasama Kemitraan antara petani/kelompok tani/koperasi dengan perusahaan mitra, dapat dibuat menurut dua pola yaitu : a. Petani yang tergabung dalam kelompok-kelompok tani mengadakan perjanjian kerjasama langsung kepada Perusahaan Perkebunan/ Pengolahan Eksportir. Bank Indonesia Budidaya Ayam Ras Pedaging

Dengan bentuk kerja sama seperti ini, pemberian kredit yang berupa KKPA kepada petani plasma dilakukan dengan kedudukan Koperasi sebagai Channeling Agent, dan pengelolaannya langsung ditangani oleh Kelompok tani. Sedangkan masalah pembinaan harus bisa diberikan oleh Perusahaan Mitra. a. Petani yang tergabung dalam kelompok-kelompok tani, melalui koperasinya mengadakan perjanjian yang dibuat antara Koperasi (mewakili anggotanya) dengan perusahaan perkebunan/ pengolahan/eksportir. Dalam bentuk kerjasama seperti ini, pemberian KKPA kepada petani plasma dilakukan dengan kedudukan koperasi sebagai Executing Agent. Masalah pembinaan teknis budidaya tanaman/pengelolaan usaha, apabila tidak dapat dilaksanakan oleh pihak Perusahaan Mitra, akan menjadi tanggung jawab koperasi. c. Penyiapan Proyek Untuk melihat bahwa PKT ini dikembangkan dengan sebaiknya dan dalam proses kegiatannya nanti memperoleh kelancaran dan keberhasilan, minimal dapat dilihat dari bagaimana PKT ini disiapkan. Kalau PKT ini akan mempergunakan KKPA untuk modal usaha plasma, perintisannya dimulai dari : a. Adanya petani/pengusaha kecil yang telah menjadi anggota koperasi dan lahan pemilikannya akan dijadikan kebun/tempat usaha atau Bank Indonesia Budidaya Ayam Ras Pedaging 9

lahan kebun/usahanya sudah ada tetapi akan ditingkatkan produktivitasnya. Petani/usaha kecil tersebut harus menghimpun diri dalam kelompok dengan anggota sekitar 25 petani/kelompok usaha. Berdasarkan persetujuan bersama, yang didapatkan melalui pertemuan anggota kelompok, mereka bersedia atau berkeinginan untuk bekerja sama dengan perusahaan perkebunan/ pengolahan/eksportir dan bersedia mengajukan permohonan kredit (KKPA) untuk keperluan peningkatan usaha; produktivitasnya. Petani/usaha kecil tersebut harus menghimpun diri dalam kelompok dengan anggota sekitar 25 petani/kelompok usaha. Berdasarkan persetujuan bersama, yang didapatkan melalui pertemuan anggota kelompok, mereka bersedia atau berkeinginan untuk bekerja sama dengan perusahaan perkebunan/ pengolahan/eksportir dan bersedia mengajukan permohonan kredit (KKPA) untuk keperluan peningkatan usaha; b. Adanya perusahaan perkebunan/pengolahan dan eksportir, yang bersedia menjadi mitra petani/usaha kecil, dan dapat membantu memberikan pembinaan teknik budidaya/produksi serta proses pemasarannya; c. Dipertemukannya kelompok tani/usaha kecil dan pengusaha perkebunan/pengolahan dan eksportir tersebut, untuk memperoleh kesepakatan di antara keduanya untuk bermitra. Prakarsa bisa dimulai dari salah satu pihak untuk mengadakan pendekatan, atau ada pihak yang akan membantu sebagai mediator, peran konsultan bisa dimanfaatkan untuk mengadakan identifikasi dan menghubungkan pihak kelompok tani/usaha kecil yang potensial dengan perusahaan yang dipilih memiliki kemampuan tinggi memberikan fasilitas yang diperlukan oleh pihak petani/usaha kecil; d. Diperoleh dukungan untuk kemitraan yang melibatkan para anggotanya oleh pihak koperasi. Koperasi harus memiliki kemampuan di dalam mengorganisasikan dan mengelola administrasi yang berkaitan dengan PKT ini. Apabila keterampilan koperasi kurang, untuk peningkatannya dapat diharapkan nantinya mendapat pembinaan dari perusahaan mitra. Koperasi kemudian mengadakan langkah-langkah yang berkaitan dengan formalitas PKT sesuai fungsinya. Dalam kaitannya dengan penggunaan KKPA, Koperasi harus mendapatkan persetujuan dari para anggotanya, apakah akan beritndak sebagai badan pelaksana (executing agent) atau badan penyalur (channeling agent); e. Diperolehnya rekomendasi tentang pengembangan PKT ini oleh pihak instansi pemerintah setempat yang berkaitan (Dinas Perkebunan, Dinas Koperasi, Kantor Badan Pertanahan, dan Pemda); f. Lahan yang akan digunakan untuk perkebunan/usaha dalam PKT ini, harus jelas statusnya kepemilikannya bahwa sudah/atau akan bisa diberikan sertifikat dan buka merupakan lahan yang masih belum jelas statusnya yang benar ditanami/tempat usaha. Untuk itu perlu adanya kejelasan dari pihak Kantor Badan Pertanahan dan pihak Departemen Kehutanan dan Perkebunan. d. Mekanisme Proyek Mekanisme Proyek Kemitraan Terpadu dapat dilihat pada skema berikut ini : Bank Indonesia Budidaya Ayam Ras Pedaging

Bank pelaksana akan menilai kelayakan usaha sesuai dengan prinsip-prinsip bank teknis. Jika proyek layak untuk dikembangkan, perlu dibuat suatu nota kesepakatan (Memorandum of Understanding = MoU) yang mengikat hak dan kewajiban masing-masing pihak yang bermitra (inti, Plasma/Koperasi dan Bank). Sesuai dengan nota kesepakatan, atas kuasa koperasi atau plasma, kredit perbankan dapat dialihkan dari rekening koperasi/plasma ke rekening inti untuk selanjutnya disalurkan ke plasma dalam bentuk sarana produksi, dana pekerjaan fisik, dan lain-lain. Dengan demikian plasma tidak akan menerima uang tunai dari perbankan, tetapi yang diterima adalah sarana produksi pertanian yang penyalurannya dapat melalui inti atau koperasi. Petani plasma melaksanakan proses produksi. Hasil tanaman plasma dijual ke inti dengan harga yang telah disepakati dalam MoU. Perusahaan inti akan memotong sebagian hasil penjualan plasma untuk diserahkan kepada bank sebagai angsuran pinjaman dan sisanya dikembalikan ke petani sebagai pendapatan bersih. e. Perjanjian Kerjasama Untuk meresmikan kerja sama kemitraan ini, perlu dikukuhkan dalam suatu surat perjanjian kerjasama yang dibuat dan ditandatangani oleh pihak-pihak yang bekerjasama berdasarkan kesepakatan mereka. Dalam perjanjian kerjasama itu dicantumkan kesepakatan apa yang akan menjadi kewajiban dan hak dari masing-masing pihak yang menjalin kerja sama kemitraan itu. Perjanjian tersebut memuat ketentuan yang menyangkut kewajiban pihak Mitra Perusahaan (Inti) dan petani/usaha kecil (plasma) antara lain sebagai berikut : Bank Indonesia Budidaya Ayam Ras Pedaging

1. Kewajiban Perusahaan Perkebunan/Pengolahan/Eksportir sebagai mitra (inti) a. Memberikan bantuan pembinaan budidaya/produksi dan penaganan hasil; b. Membantu petani di dalam menyiapkan kebun, pengadaan sarana produksi (bibit, pupuk dan obat-obatan), penanaman serta pemeliharaan kebun/usaha; c. Melakukan pengawasan terhadap cara panen dan pengelolaan pasca panen untuk mencapai mutu yang tinggi; d. Melakukan pembelian produksi petani plasma; dan e. Membantu petani plasma dan bank di dalam masalah pelunasan kredit bank (KKPA) dan bunganya, serta bertindak sebagai avalis dalam rangka pemberian kredit bank untuk petani plasma. 2. Kewajiban petani peserta sebagai plasma a. Menyediakan lahan pemilikannya untuk budidaya;; b. Menghimpun diri secara berkelompok dengan petani tetangganya yang lahan usahanya berdekatan dan sama-sama ditanami; c. Melakukan pengawasan terhadap cara panen dan pengelolaan pascapanen untuk mencapai mutu hasil yang diharapkan; d. Menggunakan sarana produksi dengan sepenuhnya seperti yang disediakan dalam rencana pada waktu mengajukan permintaan kredit; e. Menyediakan sarana produksi lainnya, sesuai rekomendasi budidaya oleh pihak Dinas Perkebunan/instansi terkait setempat yang tidak termasuk di dalam rencana waktu mengajukan permintaan kredit; f. Melaksanakan pemungutan hasil (panen) dan mengadakan perawatan sesuai petunjuk Perusahaan Mitra untuk kemudian seluruh hasil panen dijual kepada Perusahaan Mitra ; dan g. Pada saat pernjualan hasil petani akan menerima pembayaran harga produk sesuai kesepakatan dalam perjanjian dengan terlebih dahulu dipotong sejumlah kewajiban petani melunasi angsuran kredit bank dan pembayaran bunganya. Bank Indonesia Budidaya Ayam Ras Pedaging

3. Aspek Pemasaran a. Bentuk Pasar Captiva market Dalam bentuk pasar ditingkat UK seperti ini, UB merupakan pembeli tunggal bagi produk ayam ras pedaging yang dihasilkan oleh para UK. Kesinambungan Proyek Dalam bentuk pasar seperti tersebut diatas UB sebagai INTI mempunyai kewajiban mutlak untuk tetap menjadi pembeli tunggal dan berkewajiban menyerap seluruh hasil ayam ras pedaging hasil produksi para UK yang menjadi plasmanya. Dengan posisi UB sebagai pembeli tunggal diharapkan kesinambungan pasar akan selalu terjamin. b. Mekanisme Pasar Bilamana situasi harga pasar eceran ternyata lebih rendah daripada harga per unit produksi terjadi secara berkepanjangan, dan pada gilirannya terdapat adanya kecenderungan bahwa situasi yang berlarut-larut tersebut dapat merupakan salah satu faktor penyebab yang mengarah kepada kegagalan proyek, maka justru sudah menjadi kewajiban UB untuk kemudian mengambil alih seluruh proyek yang gagal tersebut ("buy-back system"). Dengan operasi pasar dan posisi sebagai pembeli tunggal seperti tersebut di atas, dan adanya tanggungjawab Usaha Besar untuk Menangani proyek sampai dengan kondisi yang paling berat sekalipun, akan merupakan jaminan kesinambungan pasar ras pedaging yang dihasilkan UK, maupun kesinambungan pengamanan proyeknya. a. Harga Penjualan Harga ayam ras pedaging yang dijual UK kepada UB, dalam rangka pelaksanaan PKT merupakan salah satu produk kesepakatan yang paling penting antara UK dan UB . Karena harga penjualan ditingkat UK ini akan digunakan sebagai harga dalam analisa kelayakan proyeknya. b. Penentuan Kesepakatan Harga Harga kesepakatan tersebut merupakan produk hasil analisis yangbesarnya diturunkan dari rataan harga pasar eceran ayam ras pedaging pada periode tertentu. Bank Indonesia Budidaya Ayam Ras Pedaging

Disamping itu diperhitungkan pula harga unit biaya per Kg ayam ras pedaging saat para UK panen s/d siap menjual ayamnya. pedaging saat para UK pane n s/d siap menjual ayamnya. Dengan membandingkan hasil penurunan harga yang berlaku dipasar, dengan biaya per Kg ayam yang dijual, akan ditetapkan harga jual UK saat itu. c. Tujuan Kesepakatan Harga Penetapan kesepakatan harga jual ayam ras pedaging di tingkat pasar UK bertujuan agar penjabarannya dapat menguntungkan : o UK. Karena dari harga ini UK masih mendapat keuntungan yang wajar, diatas potongan-potongan untuk biaya produksi/operasi berikutnya, penggantian investasi (depresiasi), untuk membayar angsuran pokok dan bunga kredit, membayar pinjaman UK kepada UB (kalau ada) serta pajak. Mekanisme, prosedur dan tujuan pembentukan harga seperti ini harus benar-benar dapat dipahami oleh para UK. Oleh karena itu, proses penetapan harga ini juga harus merupakan bagian dari program pelatihan yang dilaksanakan UB pada awal-awal proyek. o Sebagian dari selisih harga beli UB terhadap ayam ras pedaging yang dihasilkan UK dengan harga jual ayam ras pedaging di pasar eceran setelah dipotong ongkos-ongkos UB, akan merupakan margin keuntungan UB untuk bisa tetap berperan aktif sebagai INTI secara berkesinambungan. o Diharapkan dengan pendekatan penetapan harga seperti yang telah dikemukakan di atas, sementara dengan mengacu kepada kisaran harga terndah dan tertinggi masing-masing sebesar Rp. 2.600 dan Rp 3.050 per Kg berat hidup untuk ayam berukuran lebih sedikit dari 1,5 Kg (1,6 Kg), maka harga yang akan digunakan dalam analisa keuangan yaitu harga jual ayam ras pedaging ditingkat UK sebesar Rp. 2.600 per Kg hidup (Sementara rata-rata harga Rp 2.825). c. Kesinambungan Pasar a. Penentuan Harga o Untuk menjamin kesinambungan pasar bagi kedua model pengembangan tersebut di atas (Tabel 1), UK dan UB harus menyepakati tentang harga jual, harga beli ayam ras pedaging ditingkat pasar plasma yang diturunkan berdasarkan perkembangan harga dipasar eceran. o Harga kesepakatan tersebut minimal dapat berlaku selama 6 bulanan atau setahunan. Dengan menyepakati harga kesepakatan tersebut maka jaminan atas kelancaran penjualan ayam ras pedaging akan dapat dilaksanakan secara Bank Indonesia Budidaya Ayam Ras Pedaging

berkesinambungan dan sekaligus dapat tetap menjaga keuntungan yng wajar bagi UK dan UB, serta kelancaran bagi pengembalian kredit ke bank. keuntungan yng wajar bagi UK dan UB, serta kelancaran bagi pengembalian kredit ke bank. b. Titik Kritis Kesinambungan Pasar dan PKT o Sekalipun telah ditetapkan dalam suatu kesepakatan harga yang dise-suaikan dalam periode 6 bulanan atau tahuan, beberapa kelemahan mungkin masih dapat terjadi yang dapat mengakibatkan mekanisme kesepakatan tersebut dapat terlanggar. o Kelemahan-kelemahan tersebut antara lain karena UK tidak melaksanakan proses budidaya ayam ras pedaging dengan baik sehingga total panen setiap periode produksi tidak sesuai dengan jumlah dan mutu sesuai dengan kesepakatan. Oleh karena itu, kesepakatan harga ini perlu dijabarkan lebih rinci kedalam nota kesepakatan yang memuat kesepaktan terhadap jumlah, mutu, waktu, lokasi penyampaian, serta ketepatan terhadap jumlah dan waktu pembayaran dan kesinambungannya. Dengan demikian untuk menghindarkan masalah-masalah yang mungkin timbul, maka diperlukan transparansi dan pemahaman oleh semua peserta PKT terhadap batasan-batasan yang menyangkut persyaratan jual beli ayam ras pedaging yang dihasilkan UK. o Hal lain yang mungkin dapat menyebabkan kesinambungan pasar tersebut tidak berjalan sesuai dengan kesepakatan. Ketidakmampuan UB ini disebabkan karena ternyata UB menghadapi dilema akibat fluktuasi harga yang mungkin dapat menyebabkan UB mengalami kerugian yang berkepanjangan. Atau oleh sebab lain karena UB menghadapi kekurangan modal kerja. Atau karena terjadi manipulasi terhadap jumlah, mutu dan harga beli UB kepada para UK yang menjadi plasmanya. Ketidaktransparanan mengenai proses jual beli dan mekanisme pembayaran tersebut di atas memungkinkan terjadinya ketidaksinambungan dari proses pemasaran, yang pada gilirannya berdampak pula kepada kegagalan dalam mengangsur kredit. Kerancuan pengadministrasian arus pembayaran ditingkat PKT dan bank juga memungkinkan menurunnya kinerja PKT. Sehubungan dengan itu, semua aspek yang berkaitan dengan lalulintas pembayaran baik yang menyangkut operasional PKT maupun yang erat terkait dengan administrasi kredit perlu diatur secara jelas bagi kepentingan semua peserta PKT (UK, UB dan Bank) dan dituangkan dalam suatu nota kesepakatan. Bank Indonesia Budidaya Ayam Ras Pedaging

4. Aspek Produksi a. Gambaran Produk Kedua model ini akan mengkhususkan kepada produksi ayam ras pedaging dengan jenis yang berbulu putih yang telah lazim diproduksikan oleh para peternak ayam ras pedaging di Indonesia. Dalam setahun terdapat maksimum sebanyak 6 siklus produksi. Secara rinci tentang produktivitas kedua model PKT ini disajikan sebagai berikut : Tabel 1. Produktivitas Ayam Ras Pedaging No Uraian Model 1 Model 2 1 Jumlah ayam yang diternakan 6.000 ekor 3.000 ekor 2 Mortalitas 5 % 5 % 3 Jumlah yang dipanen 5.700 ekor 2.850 ekor 4 Rata-rata berat hidup waktu panen 1,6 Kg 1,6 Kg 5 Total berat waktu panen 9.120 Kg 4.560 Kg 6 Jumlah panen dalam setahun 6 x panen 6 x panen 7 Total panen per tahun 54.720 27.360 Kg b. Teknologi Teknologi yang diterapkan untuk kedua budidaya ayam ras pedaging yang digunakan dalam penyajian Model PKT ini, bertujuan agar target produksi dapat dicapai dan dilaksanakan secara optimal sesuai dengan persyaratan dari kedua model yang bersangkutan. Gambaran singkat teknologi yang dimaksud dapat disajikan dalam Tabel 2 berikut : Tabel 2. Teknologi yang Diterapkan No Uraian Model 1 Model 2 1 Lokasi Kawasan industri peternakan Tidak harus dalam satu kawasan industri peternakan 2 Luas lahan yang digunakan per petak model analisa 2.250 m2 1.000 m2 3 Kepemilikan lahan Pengadaan/ pembelian baru Sudah ada, dan milik sendiri 4 Bentuk bangunan kandang Kandang tertutup Kandang terbuka s/d tertutup 5 Pengaturan arus udara, suhu dan kelembaban Dapat diatur secara mekanis Diatur secara manual dengan Bank Indonesia Budidaya Ayam Ras Pedaging

No Uraian Model 1 Model 2 dengan menggunakan kipas angin (kipas ventilasi) menggunakan cara buka-tutup tirai plastik disisi-sisi kandang 6 Penyediaan makanan dan air untuk minum ayam Dilaksanakan secara mekanis dan diatur secara otomatis Dilaksanakan dengan secara manual 7 Siklus produksi full in full ou) 6 x dalam setahun 6 x dalam setahun 8 Jumlah tenaga kerja yang digunakan Untuk jumlah 6.000 ekor, cukup 1 orang Untuk jumlah 3.000 ekor cukup 1 orang 9 Panen Dilaksanakan dengan secara serentak Dilaksanakan dengan secara serentak 10 Kebutuhan kelengkapan fasilitas infrastruktur, bangunan lain selain kandang, instalasi listrik dan peralatan Harus lengkap,sesuai dengan pengopera-sian teknologi tertu-tup dan pengamanan lokasi kawasan proyek Disesuaikan dengan kebutuhan 11 Penyediaan tenaga ahli Disediakan oleh UB dan menetap di kawasan proyek Disediakan oleh UB dan tidak harus mene-tap dalam lokasi proyek c. Prasarana dan Saran yang Diperlukan untuk Model 1 a. Infrastruktur

Untuk menunjang pelaksanaan kegiatan PKT Model 1 diperlukan infrastruktur yang berupa : o Badan jalan dan saluran. o Gorong-gorong, kaki jalan. o Pagar seng keliling. o Land scapping/taman. o Sumur dalam dan instalasi pompa air. o Instalasi pipa air jaringan utama. o Bak penampung air. o Gardu/trafo gantung PLN. Bank Indonesia Budidaya Ayam Ras Pedaging

o Bangunan pembagi listrik PLN, Tiang dan jaringan luar. o Penerangan jalan. o Generator Diesel (Cap 156 HP/125 Kw). o Bangunan listrik, sanitasi, dll. b. Bangunan-bangunan Beberapa bangunan yang diperlukan antara lain : o Kandang tunnel. o Mess plasma. o Kantor. o Pos Jaga. o Gudang terbuka. o Bangunan lainnya. c. Instalasi Listrik o Instalasi mess plasma. o Instalasi kantor. o Instalasi pos jaga. o Instalasi gudang. o Instalasi mess karyawan. d. Peralatan o Tempat makan tabung. o Niple untuk minum. o Tempat minum gallon. o Tempat pakan. o Kawat untuk gantungan. o Layar kandang. o Peralatan layar penutup. o Kipas Ventilasi. o Panel-panel kontrol otomatis peralatan. o Tabung gas. o Regulator. o Selang LPG.

o Kompor batubara. o Kompor minyak tanah. o Alat pemanas. o Mesin sprayer untuk cuci kandang. o Seng pelindung anak ayam. d. Prasarana dan Saran yang Diperlukan untuk Model 2 a. Paralatan o Tempat makan tabung. o Tempat minum gallon. Bank Indonesia Budidaya Ayam Ras Pedaging

o Tempat pakan ayam. o Kawat Untuk gantungan. o Layar kandang. o Mesin sprayer untuk mencuci kandang. b. Infrastruktur o Sumur dan reservoir. o Bangunan listrik, instalasi dan genset. o Sanitasi. c. Bangunan-bangunan Berupa kandang, sementara rumah jaga diasumsikan telah dimiliki peternak bersangkutan. Besaran kebutuhan biaya untuk infrastruktur, bangunan, instalasi listrik dan peralatan dapat dilihat pada Tabel Struktur Biaya (Model 2). e. Pendampingan 1. Penyediaan Bahan Baku Dan Sarana Produksi Terdiri dari sapronak yang berupa DOC untuk budidaya ayam ras pedaging, dan sarana produksi berupa pakan ayam, vitamin dan obat-obatan yang diperlukan peserta plasma dan yang disediakan oleh INTI. 2. Penyediaan Peralatan Peternakan Khususnya dalam pelaksanaan PKT Model 1, peralatan yang diperlukan peserta plasma adalah dengan konstruksi yang berteknologi modern. Sehingga pengadaan dan pemasangannya merupakan tanggung jawab dari pihak UB atau INTI. Sedangkan pada sistem kandang terbuka atau semi tertutup, penyediaan peralatannya dapat dilakukan oleh peserta plasma dengan pengawasan dari pihak INTI. 3. Pembangunan Fisik Seperti halnya dengan peralatan, maka fasilitas fisik kandang dan bangunan yang diperlukan peserta plasma pada model Kinak, sepenuhnya dilaksanakan oleh INTI. Sementara untuk sistem kandang terbuka atau semi tertutup, karena bangunan yang diperlukan yang diperlukan relatif sederhana, maka hal tersebut dapat dilakukan oleh peserta plasma dengan pengawasan dari INTI. 4. Penyediaan Tenaga Ahli Sistem Kinak dengan kandang tipe tertutup yang dilengkapi dengan peralatan yang semi otomatis, memerlukan tenaga ahli profesional yang Bank Indonesia Budidaya Ayam Ras Pedaging

dapat melakukan evaluasi dan pengawasan serta memadu UK dalam menggunakan semua fasilitas proyek. Penyedian tenaga ahli dilakukan oleh pihak INTI. menggunakan semua fasilitas proyek. Penyedian tenaga ahli dilakukan oleh pihak INTI. 5. Proses Produksi s/d Produk Siap Jual Seperti telah diuraikan sebelumnya, dalam pola kemitraan ini semua peserta plasma menitikberatkan peranannya pada budidata, sementara pihak UB (INTI) berperan dalam pembangunan fisik (khususnya untuk Model 1), penyediaan sapronak secara tepat jumlah/mutu, tepat waktu, tepat lokasi penyediaannya, memberikan bimbingan teknis sampai dengan penjualan hasil. Oleh karena itu, pihak INTI mempunyai peran yang sangat besar dalam keseluruhan proses penyediaan dan pemanfaatan fasilitas, serta pelaksanaan proses produksi s/d tahapan rpduksi memasuki tahapan siap jual. Hal ini dimaksudkan agar produk yang dihasilkan plasma dapat memenuhi mutu yang dihendaki di pasaran. f. Titik-Titik Kritis dalam Aspek Produksi/Tenknologi a. Hasil Pembangunan Fisik Penolakan UK untuk menerima hasil pembangunan fisik prasarana dan penyediaan sarana produksi yang telah dilaksanakan UB karena dianggapnya tidak memadai dan sesuai dengan spesifikasi teknis yang disepakati sebelumnya. Kericuhan berlarut-larut yang berawal dari ketidaksepahaman dalam hal mutu realisasi pekerjaan pembangunan fisik proyek akan berdampak kepada tertundanya jadual produksi. b. Harga dan Kesinambungan Pasokan Titik kritis dalam tahapan produksi dan operasional proyek dapat diawalidengan ketidaksepahaman antara UK dengan UB nya mengenai jumlah, mutu,harga, lokasi penyedian, kesinambungan penyediaan dari seluruh sarana produksi. Mungkin UK tetap akan melaksanakan budidaya, tetapi karena diawali dengan ketidaksepahaman dalam jumlah, mutu, harga dan lain-lain yang ternyata tidak sesuai dengan kesepakatan semula, dapat menyebabkan UK tidak melaksanakan proses produksi sesuai dengan persya-ratan teknis poduksi yang diharapkan. c. Pelaksanaan Budidaya Dalam hal-hal tertentu terdapat kemungkinan UK tidak mampu atau tidak melaksanakan teknik budidaya yang dipersyaratkan oleh Model PKT yang bersangkutan. Kegagalan penerapan teknis produksi Bank Indonesia Budidaya Ayam Ras Pedaging

menyebabkan penggu-naan sarana produksi secara efisien. Pada gilirannya tingkat produktivitas ternak ayam ras pedaging yang telah direncanakan, tidak akan tercapai. -naan sarana produksi secara efisien. Pada gilirannya tingkat produktivitas ternak ayam ras pedaging yang telah direncanakan, tidak akan tercapai. d. Panen Dan Penanganan Hasil Panen Bilamana misalnya semua tahapan produksi dapat dilaksanakan dengan baik dan sesuai dengan kesepakatan semula, kemungkinan masih bisa tejadinya masalah adalah karena menyangkut kegagalan proses panen dan penanganan hasil panen ayam ras pedaging yang kurang baik. Umumnya permasalahan yang timbul disebabkan karena : o Ternyata UK berusaha untuk memanen lebih awal. o UK tidak melakukan panen sesuai dengan cara-cara yang sesuai dengan petunjuk teknis sehingga menyebabkan ayam ras menjadi stress, dan dapat mengakibatkan kematian awal pasca panen yang relatif cepat dan dapat merupakan UB. o Cara-cara menetapkan berat hidup ayam ras pedaging yang mungkin saja dapat merugikan para UK. Semua hal yang dapat memperkecil permasalahan dalam aspek teknis diatas, perlu dimasukkan dalam naskah Nota Kesepakatan. Bank Indonesia Budidaya Ayam Ras Pedaging

5. Aspek Keuangan a. Rincian Biaya Investasi dan Modal Kerja -Biaya Investasi Biaya investasi yang diperlukan setiap peserta plasma pada ke dua model analisa di atas, dapat dilihat dalam Tabel berikut. Tabel 3. Biaya Investasi dan Modal Kerja No Uraian Model 1 Model 2 1 Jumlah ternak ayam yang dipelihara 6.000 ekor 3.000 ekor 2 Biaya Investasi 67.500.000 13.517.500 3 Biaya Modal Kerja 18.832.200 9.416.100 4 TOTAL BIAYA INVESTASI (belum termasuk asuransi)86.332.200 22.933.600 Secara lebih rinci dapat diikuti dalam Tabel Struktur Biaya (Model 1 dan Model 2). -Biaya Produksi Dan Biaya Operasi Produksi dan biaya operasional dalam budidaya ayam ras pedaging terdiri dari beberapa komponen antara lain untuk: . Pembelian DOC . Pembelian pakan ayam . Obat-obatan . Biaya Umum . Biaya lain-lain. Besarnya biaya produksi dan biaya operasi dapat dilihat pada Tabel berikut. Tabel 4. Biaya Produksi Dan Biaya Operasional No Uraian Model 1 Model 2 1 Jumlah ternak ayam yang dipelihara 6.000 ekor 3.000 ekor 2 Biaya produksi dan biaya operasional persiklus produksi 110.972.160 60.465.600 Secara lebih rinci dapat diikuti dalam Tabel Struktur Biaya (Model 1 dan Model 2). Bank Indonesia Budidaya Ayam Ras Pedaging

-Rincian Penyusutan / Biaya Investasi Rincian Penyusutan / Biaya Investasi Dalam investasi ke dua model analisa kelayakan kemitraan di atas, terdapat perbedaan kualitas barang modal dan peralatan yang digunakan, sehingga penyusutan dari kedua investasi berbeda untuk Model 1 dan Model 2. Biaya-biaya atas barang investasi pada Model 1 (Pola KINAK) mempunyai umur ekonomis selama 15 tahun, sedangkan pada Model 2 (Pola pengelola/gendong) mempunyai umur ekonomis 5 tahun. Besarnya biaya penyusutan pada kedua pola adalah seperti pada Tabel berikut Tabel 5. Penyusutan Biaya Investasi No Uraian Model 1 Model 2 1 Jumlah biaya investasi 65.383.090 13.517.500 2 Umur ekonomis 15 Tahun 5 Tahun 3 Biaya penyusutan per tahun 4.358.873 2.703.500 Secara lebih rinci dapat diikuti dalam Tabel Penyusutan (Model 1 dan Model 2). b. Penjualan Dengan asumsi bahwa tingkat mortalitas ayam pada kedua pola adalah sebesar 5% pada setiap siklus produksi, maka total penjualan dari usaha ini konstan pada setiap tahun proyek.. Besarnya total penjualan pada kedua pola dapat dilihat seperti pada Tabel berikut. Tabel 6. Total Penjualan per Tahun No Uraian Model 1 Model 2 1 Jumlah ternak yang dipelihara 6.000 ekor 3.000 ekor 2 Total berat penjualan per siklus 9.120 Kg 4.560 Kg 3 Jumlah siklus produksi per tahun6 kali 6 kali 4 Harga Jual per Kg (Rp) 2.600 2.600 5 Total penjualan per tahun (Rp) 142.272.000 71.136.000 Secara lebih rinci dapat diikuti dalam Tabel Penjualan (Model 1 dan Model 2). c. Arus Kas dan Kelayakan Proyek Arus kas masuk dan keluar untuk usaha ternak ayam ras potong dimulai dari awal tahun sampai dengan akhir tahun umur ekonomis dari barang investasi Bank Indonesia Budidaya Ayam Ras Pedaging

dominan yang ditanamkan dalam proyek. Karena umur proyek pada kedua pola berbeda maka jangkauan waktu / tahun arus kas juga berbeda. Untuk Model 1 (PIR-Plasma), jangkauan waktu cash flownya selama 10 tahun, sementara Model 2 (Pengelola/ Gendong) selama 5 tahun. pola berbeda maka jangkauan waktu / tahun arus kas juga berbeda. Untuk Model 1 (PIR-Plasma), jangkauan waktu cash flownya selama 10 tahun, sementara Model 2 (Pengelola/ Gendong) selama 5 tahun. Arus kas masuk terdiri dari komponen dana kredit bank, dan hasil penjualan setiap tahun dari usaha peternakan Arus kas keluar terdiri dari biaya investasi, biaya produksi, biaya operasional, pembayaran kredit (pokok dan bunga), dan pajak. Kas akhir merupakan nisbahantara kas masuk dan kas keluar. Dari arus kas kedua model analisa kelayakan keuangan PKT ini dapat dilihat bahwa pada tahun ke 1, net cash flow dari model analisa kelayakan kemitraan tersebut sudah positip. Untuk Model 1 (PIR-Plasma), pada akhir tahun ke 10 cummulative cash balance telah mencapai Rp. 98.388.596. Sementara itu untuk Model 2 (pola Pengelola/Gendong) pada akhir tahun ke 5 telah mencapai cummulative cash balance sebesar Rp 31.954.566. Beberapa parameter yang digunakan sebagai ukuran kriteria kelayakan finansial dari usaha ternak ayam ras potong ini antara lain adalah FRR, PBP dari proyek tersebut. Hasil analisa terhadap parameter tersebut adalah seperti pada Tabel berikut. Tabel 7. Parameter Kelayakan Finansial No Uraian Model 1 Model 2 1 Financial rate of Return (FRR) 29 % 49 % 2 Payback Period 3 tahun 1 bulan 1 tahun 9 bulan Secara lebih rinci dapat diikuti dalam Tabel Arus Kas (Model 1 dan Model 2). d. Analisa Rugi/Laba Gambaran tentang hasil analisa laba-rugi untuk kedua model PKT ini dapat diikuti dalam Tabel Rugi Laba (Model 1 dan Model 2). Secara ringkas dapat disajikan sebagai berikut : Tabel 8. Laba Selama Tahun Analisa Proyek No Uraian Model 1 Model 2 1 Laba setelah pajak ratarata per tahun 13.701.455 (Terjadi antara Tahun ke 5 6) 8.274.133 (Terjadi pada Tahun ke 3) 2 BEP Penjualan (Rp) rata-rata per tahun 75.693.676 30.930.203

Bank Indonesia

Budidaya Ayam Ras Pedaging

Berat jual ayam (Kg) rata-rata per tahun 29.113 11.896 Dari laba bersih usaha setelah pajak kedua model analisa PKT ini, dalam perkembangannya dapat digunakan sebagai dasar untuk menggiatkan kegiatan kelompok simpan pinjam. Sebagian dari hasil akumulasi kegiatan simpan secara potensial, dapat digunakan sebagai salah satu alat untuk menumbuhkan aspirasi tangung renteng diantara anggota kelompok. Dana simpanan ini dapat dikaitkan dengan upaya untuk meningkatkan eligibilitas UK dari segi perbankan. Oleh karena itu, tabel cash flow dan laba rugi harus dapat difungsikan oleh PKT sedini mungkin sebagai alat kendali mutu proses penjaminan kredit, agar bank semakin tertarik untuk membiayai proyek. Aspirasi tabungan dikaitkan dengan kredit harus merupakan bagian yang penting dalam nota kesepakatan. Bank Indonesia Budidaya Ayam Ras Pedaging

6.. Penutup a. PKT Unggulan Sebagai produk yang diharapkan dapat membantu perbankan dalam meningkatkan KUK, maka PKT Peternakan Ayam Ras Pedaging ini layak untuk dilaksana-kan bank karena memiliki unsur-unsur keunggulan sebagai berikut : 1. Bisnis Yang on line Model Kelayakan PKT Budidaya Ayam Ras Pedaging merupakan kemitraan usaha antara UK dan UB pada bisnis yang on line. Dalam model ini kebutuhan terhadap faktor produksi dan pemasaran produk ayam ras pedaging yang dihasilkan UK dijamin sepenuhnya oleh UB (INTI). 2. Menghadirkan Kegiatan Pendampingan Untuk menunjang keberhasilan Model Kelayakan PKT ini, UB menyediakan bantuan teknis yang profesional (bermutu) secara berkesinambungan. Bantuan pendampingan ini dimulai semenjak pelaksanaan pelatihan UK saat rekrutmen calon UK, dalam tahapan pembangunan fisik, tahapan proses produksi dan penjualan, serta dalam tahapan pengelolaan dana hasil penjualan. Bantuan pendampingan tersebut ditujukan untuk kepentingan UK, UB sendiri maupun untuk pengamanan kredit Bank. 3. Adanya Jaminan Kesinambungan Pasar Kelancaran pemasaran hasil produksi kedua Model Kelayakan PKT ayam Ras Pedaging ini dijamin sepenuhnya oleh UB. Jaminan pemasaran tersebut dilaksanakan UB dengan cara membeli dan memasarkan lebih lanjut produk ayam ras pedaging yang dihasilkan oleh UK binaannya. 4. Adanya Kemampuan Untuk Memanfaatkan Kredit Berbunga Pasar Financial Rate of Return (FRR) yang relatif lebih besar dari bunga kredit bank (masing-masing untuk Model 1 dan Model 2 sebesar 29 % dan 29 %), menyebabkan Model Kelayakan PKT ini layak dilaksanakan dan dikembangkan dengan menggunakan kredit bunga pasar (KUK). 5. Adanya Potensi Penjaminan Kredit Yang relatif Lengkap Bank Indonesia Budidaya Ayam Ras Pedaging

Untuk penjaminan pengamanan kredit yang digunakan dalam pelaksanaan Model Kelayakan PKT ini, dapat dihadirkan berperannya : o Lembaga penjaminan kredit. Halaman 20. o Kegiatan kelompok guna mengembangkan tabungan dan pemupukan modal yang dikaitkan dengan kredit, dapat dikaitkan dengan besarnya potensi hasil analisa net cash flow maupun laba-rugi. 6. Proses Pemanfaatan Dan Penggunaan Kredit Yang Aman Model Kalayakan PKT ini merumuskan mekanisme pencairan dan peng-gunaan dana kredit yang disesuaikan dengan jadwal dan kebutuhan proyek (Gambar 1). 7. Cash Flow Sebagai Alat Pengontrol Pengembalian Kredit Pengembalian kredit dapat didasarkan, disesuaikan dan mengacu kepa-da perkembangan dan kekuatan cash flow. 8. Adanya Potensi Kegiatan Kelompok Yang Berkaitan Dengan Kredit Untuk kedua model analisa (Model 1 dan Model 2) memungkinkan pem-bentukan kelompok sedini mungkin, yaitu ketika UB merekrut UK, dan ketika UK sebagai calon debitur sedang mengikuti pelatihan (sebelum mereka menjadi calon nominatif). Pembentukan dan mengaktifkan kegiatan kelompok tersebut ditujukan untuk kegiatan simpan pinjam. Dari sebagian dana simpanan tersebut, secara potensial dapat digunakan sebagai dana untuk membantu proses pengembalian angsuran pokok dan bunga (bilamana diperlukan), atau jenis kegiatan produktif lainnya. 9. Transparansi Pada Setiap Tahapan Pelaksanaan Proyek Dengan mengikutisertakan UK sejak sedini mungkin dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek, akan terbentuk dan tercipta pula aspek transparansi yang sangat diperlukan bagi kelancaran penyelenggaraan proyek dan proses perkreditannya. 10.Daya Replikasi Yang Tinggi Proyek ini mempunyai potensi untuk dikembangkan hampir di seluruh propinsi, karena sumberdaya alam (lahan, air), tenaga kerja, dan modal serta program pendampingan relatif dapat disediakan. 11.Nota Kesepakatan Bank Indonesia Budidaya Ayam Ras Pedaging

Semua hal yang menggambarkan keunggulan Model Kelayakan PKT Budidaya Ayam Ras Pedaging ini dapat dituangkan dalam bentuk Nota Kesepakatan. Budidaya Ayam Ras Pedaging ini dapat dituangkan dalam bentuk Nota Kesepakatan. b. Implikasi terhadap Titik-Titik Kritis 1. Program Pendampingan Yang Jelas Sehubungan dengan masih ada kemungkinan munculnya permasalahan terutama pada saat proyek dan kredit masuk dalam tahapan pelaksanaan dan tahapan mengangsur, maka perlu diusahakan agar UK yang telah direkrut dan merupakan calon nominatif semaksimal mungkin dapat diikutisertakan dalam perencanaan (ide dan pengembangannya) sedini mungkin. Maksud dan tujuan mengikutsertakan mereka sedini mungkin yaitu agar mulai dari proses peren-canaan para UK benar-benar dapat memahami perlunya kesungguhan dalam melaksanakan kemitraan. Dengan memahami tentang perlunya kesungguhan dalam melaksanakan proyek sesuai dengan yang diminta oleh persyaratan pasar, teknis dan finansial maka kemitraan akan berjalan secara berkesi-nambungan. 2. Pemahaman Titik-Titik Rawan Dan Transparansi Proses pemahaman terhadap titik-titik rawan baik yang terdapat dalam pelaksanaan proses pemasaran ayam ras pedaging, penerapan teknologi produksi dan penanganan produksi serta aspek keuangan, perlu didasarkan atas suatu dokumen kesepahaman umum dan atau nota kesepakatan yang rinci dan diuraikan dalam bentuk yang sangat mudah dipahami oleh para UK (anggota plasma). Bank Indonesia Budidaya Ayam Ras Pedaging

LAMPIRAN Bank Indonesia Budidaya Ayam Ras Pedaging

Anda mungkin juga menyukai