Anda di halaman 1dari 2

Dermatitis Kontak Dermatitis kontak adalah dermatitis yang disebabkan oleh bahan/substansi yang menempel pada kulit.

Dikenal dua macam dermatitis kontak yaitu dermatitis kontak iritan (DKI) dan dermatitis kontak alergik (DKA); keduanya dapat bersifat akut ataupun kronik. Dermatitis iritan merupakan reaksi peradangan kulit nonimunologik, jadi kerusakan kulit langsung terjadi langsung tanpa didahului proses sensitisasi. Sebaliknya, DKA terjadi pada seseorang yang telah mengalami sensitisasi terhadap suatu antigen. Penderita DKI terutama yang berhubungan dengan pekerjaan yang sering terpapar dengan bahan iritan seperti bahan pelarut, bahan bangunan, detergen, minyak pelumas, asam, alkali, dan serbuk kayu. Kelainan kulit yang terjadi selain ditentukan oleh ukuran molekul, daya larut dan konsentrasi bahan tersebut juga dipengaruhi beberapa lama kontak dengan bahan tersebut dan kekerapan terpapar. Faktor individu juga berpengaruh, misalnya perbedaan ketebalan kulit diberbagai tempat, usia, ras (kulit orang kulit hitam lebih tebal dibanding kulit putih) dan jenis kelamin (kulit wanita lebih halus dan lebih tipis). Kelainan kulit pada DKI sangat beragam, berdasarkan penyebab dan pengaruh faktorfaktor DKI diklasifikasikan menjadi 10 macam yaitu: DKI akut, lambat akut, reaksi iritan, kumulatif, eksikasi ekzematik, pustular dan akneformis, noneritematos dan subjektif. Namun yang paling sering muncul adalah DKI kumulatif atau DKI kronis. Penyebabnya adalah kontak berulang dengan iritan lemah (faktor fisis, misalnya gesekan, trauma mikro, kelembaban rendah, panas dan dingin, bahan; detergen, sabun, pelarut, bahan bangunan, tanah, dll. Bisa jadi suatu bahan tidak menyebabkan dermatitis bila sendiri namun baru mampu jika bergabung dengan bahan lain. Kelainan baru muncul setelah kontak berminggu atau berbulan, bahkan dapat bertahun, sehingga waktu rentetan merupakan hal penting. Gejala klasik berupa kulit kering, eritema, skuama, lambat laun kulit menebal dan likenifikasi, difus. Bila kontak berlangsung akhirnya kulit dapat retak seperti luka iris (fisur). DKI kumulatif sering berhubungan dengan pekerjaan, seperti: tukang cuci, kuli bangunan, montir bengkel, juru masak, tukang kebun, dll. Sehingga untuk menegakkan diagnosis diperlukan anamnesis yang cermat dan pengamatan gambaran klinis. DKI akut lebih mudah diketahui karena munculnya lebih cepat dan sehingga pada umumnya penderita masih ingat apa yang menjadi penyebabnya. Sebaliknya, DKI kronis timbulnya lambat serta mempunyai

variasi gambaran klinis yang luas, sehingga sulit dibedakan dengan DKA. Untuk ini diperlukan uji tempel dengan bahan yang dicurigai. Upaya pengobatan DKI yang paling penting adalah menghindari pajanan iritan, baik yang bersifat mekanik, fisis maupun kimiawi, serta menyingkirkan faktor pemberatnya. Bila hal ini dapat dilaksanakan dengan baik, dan tidak terjadi komplikasi, maka DKI akan sembuh dengan sendirinya, atau mungkin hanya dengan pelembab kulit yang kering. Apabila diperlukan, untuk mengatasi peradangan dapat diberikan kortikosteroid topikal, seperti hidrokortison, atau untuk kelainan kronis dapat diawali dengan kortikosteroid yang lebih poten. Pemakaian alat pelindung diri yang adekuat diperlukan bagi mereka yang bekerja dengan bahan iritan, sebagai salah satu upaya pencegahan.

Anda mungkin juga menyukai