Anda di halaman 1dari 11

Involusi Uterus

Involusi Uterus atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus
kembali ke kondisi sebelum hamil dengan bobot hanya 60 gram. Proses involusio
uterus adalah sebagai berikut :
- Autolysis
Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam otot uterine.
Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang telah mengendur
hingga panjangnya 10 kali panjang sebelum hamil dan lebarnya 5 kali lebar
sebelum hamil yang terjadi selama kehamilan.
- Terdapat polymorph phagolitik dan macrophages di dalam system vascular dan
system limphatik
- EIek oksitosin (cara bekerjanya oksitosin)
Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterin sehingga
akan menekan pembuluh darah yang mengakibatkan berkurangnya suplai darah
ke uterus. Proses ini membantu untuk mengurangi situs atau tempat implantasi
plasenta serta mengurangi perdarahan.
Waktu Bobot Uterus Diameter Uterus Palpasi Serviks
Pada akhir persalinan 900 gram 12,5 cm Lembut/lunak
Akhir minggu ke-1 450 gram 7,5 cm 2 cm
Akhir minggu ke-2 200 gram 5,0 cm 1 cm
Akhir minggu ke-6 60 gram 2,5 cm Menyempit
b. Lokia
Dengan adanya involusi uterus, maka lapisan luar dari desidua yang mengelilingi
situs plasenta akan menjadi necrotic (layu/mati). Desidua yang mati akan keluar
bersama dengan sisa cairan. Campuran antara darah dan desidua tersebut
dinamakan lokia, yang biasanya berwarna merah muda atau putih pucat.
Lokia adalah ekskresi cairan rahim selama masa niIas dan mempunyai reaksi
basa/alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat dari pada
kondisi asam yang ada pada vagina normal. Lokia mempunyai bau yang amis
(anyir) meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya berbeda-beda pada
setiap wanita. Lokia mengalami perubahan karena proses involusi. Pengeluaran
lokia dapat dibagi berdasarkan waktu dan warnanya, seperti pada tabel berikut ini:
Lokia Waktu Warna Ciri-ciri
Rubra
1-3 hari Merah kehitaman Terdiri dari sel desidua, verniks caseosa, rambut
lanugo, sisa mekoneum dan sisa darah
Sanginolenta
3-7 hari Putih bercampur
merah
Sisa darah bercampur lendir
Serosa
7-14 hari Kekuningan/
kecoklatan
Lebih sedikit darah dan lebih banyak serum, juga
terdiri dari leukosit dan robekan laserasi plasenta
Alba
~14 hari Putih Mengandung leukosit, selaput lendir serviks dan
serabut jaringan yang mati.
c. Laktasi
Laktasi dapat diartikan dengan pembentukan dan pengeluaran air susu ibu (ASI),
yang merupakan makanan pokok terbaik bagi bayi yang bersiIat alamiah. Bagi
setiap ibu yang melahirkan akan tesedia makanan bagi bayinya, dan bagi si anak
akan merasa puas dalam pelukan ibunya, merasa aman, tenteram, hangat akan
kasih sayang ibunya. Hal ini merupakan Iaktor yang penting bagi perkembangan
anak selanjutnya.
Produksi ASI masih sangat dipengaruhi oleh Iaktor kejiwaan, ibu yang selalu
dalam keadaan tertekan, sedih, kurang percaya diri dan berbagai ketegangan
emosional akan menurunkan volume ASI bahkan tidak terjadi produksi ASI. Ibu
yang sedang menyusui juga jangan terlalu banyak dibebani urusan pekerjaan
rumah tangga, urusan kantor dan lainnya karena hal ini juga dapat mempengaruhi
produksi ASI. Untuk memproduksi ASI yang baik harus dalam keadaan tenang.
Ada 2 reIleks yang sangat dipengaruhi oleh keadaan jiwa ibu, yaitu :
1 ) ReIleks Prolaktin
Pada waktu bayi menghisap payudara ibu, ibu menerima rangsangan
neurohormonal pada putting dan areola, rangsangan ini melalui nervus vagus
diteruskan ke hypophysa lalu ke lobus anterior, lobus anterior akan
mengeluarkan hormon prolaktin yang masuk melalui peredaran darah sampai
pada kelenjar-kelenjar pembuat ASI dan merangsang untuk memproduksi
ASI.
2 ) ReIleks Let Down
ReIleks ini mengakibatkan memancarnya ASI keluar, isapan bayi akan
merangsang putting susu dan areola yang dikirim lobus posterior melalui
nervus vagus, dari glandula pituitary posterior dikeluarkan hormon oxytosin
ke dalam peredaran darah yang menyebabkan adanya kontraksi otot-otot
myoepitel dari saluran air susu, karena adanya kontraksi ini maka ASI akan
terperas ke arah ampula.
PERUBAHAN SISTEM PENCERNAAN
Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah persalinan. Hal ini disebabkan karena
pada waktu melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan yang menyebabkan kolon
menjadi kosong, pengeluaran cairan yang berlebihan pada waktu persalinan
(dehidrasi), kurang makan, haemoroid, laserasi jalan lahir. Supaya buang air besar
kembali teratur dapat diberikan diet/makanan yang mengandung serat dan pemberian
cairan yang cukup. Bila usaha ini tidak berhasil dalam waktu 2 atau 3 hari dapat
ditolong dengan pemberian huknah atau glyserin spuit atau diberikan obat yang lain.
PERUBAHAN SISTEM PERKEMIHAN
Dinding kandung kencing memperlihatkan oedem dan hyperemia. Kadang-kadang
oedema trigonum, menimbulkan abstraksi dari uretra sehingga terjadi retensio urine.
Kandung kencing dalam puerperium kurang sensitiI dan kapasitasnya bertambah,
sehingga kandung kencing penuh atau sesudah kencing masih tertinggal urine
residual (normal 15 cc). Sisa urine dan trauma pada kandung kencing waktu
persalinan memudahkan terjadinya inIeksi.
Dilatasi ureter dan pyolum normal dalam waktu 2 minggu. Urine biasanya
berlebihan (poliurie) antara hari kedua dan kelima, hal ini disebabkan karena
kelebihan cairan sebagai akibat retensi air dalam kehamilan dan sekarang
dikeluarkan. Kadang-kadang hematuri akibat proses katalitik involusi. Acetonurie
terutama setelah partus yang sulit dan lama yang disebabkan pemecahan karbohidrat
yang banyak, karena kegiatan otot-otot rahim dan karena kelaparan. Proteinurine
akibat dari autolisis sel-sel otot.
PERUBAHAN SISTEM MUSCULOSKELETAL
Ligamen, Iasia, dan diaIragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan, setelah
bayi lahir, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak
jarang uterus jatuh ke belakang dan menjadi retroIleksi, karena ligamen rotundum
menjadi kendor. Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah
persalinan.
Sebagai akibat putusnya serat-serat elastik kulit dan distensi yang berlangsung lama
akibat besarnya uterus pada saat hamil, dinding abdomen masih lunak dan kendur
untuk sementara waktu. Pemulihan dibantu dengan latihan.
PERUBAHAN SISTEM ENDOKRIN
a. Hormon plasenta
Hormon plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan. Human Chorionic
Gonadotropin (HCG) menurun dengan cepat dan menetap sampai 10 dalam 3
jam hingga hari ke-7 postpartum dan sebagai onset pemenuhan mamae pada hari
ke-3 postpartum
b. Hormon pituitary
Prolaktin darah meningkat dengan cepat, pada wanita tidak menyusui menurun
dalam waktu 2 minggu. FSH dan LH meningkat pada Iase konsentrasi Iolikuler
pada minggu ke-3, dan LH tetap rendah hingga ovulasi terjadi.
c. Hipotalamik Pituitary Ovarium
Untuk wanita yang menyusui dan tidak menyusui akan mempengaruhi lamanya ia
mendapatkan menstruasi. Seringkali menstruasi pertama itu bersiIat anovulasi
yang dikarenakan rendahnya kadar estrogen dan progesteron. Diantara wanita
laktasi sekitar 15 memperoleh menstruasi selama 6 minggu dan 45 setelah 12
minggu. Diantara wanita yang tidak laktasi 40 menstruasi setelah 6 minggu,
65 setelah 12 minggu dan 90 setelah 24 minggu. Untuk wanita laktasi 80
menstruasi pertama anovulasi dan untuk wanita yang tidak laktasi 50 siklus
pertama anovulasi.
PERUBAHAN TANDA-TANDA VITAL
a. Suhu Badan
Satu hari (24jam) postprtum suhu badan akan naik sedikit (37,5C 38C)
sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan.
Apabila keadaan normal suhu badan menjadi biasa. Biasanya pada hari ketiga
suhu badan naik lagi karena adanya pembentukan ASI, buah dada menjadi
bengkak, berwarna merah karena banyaknya ASI. Bila suhu tidak turun
kemungkinan adanya inIeksi pada endometrium, mastitis, tractus genitalis atau
sistem lain.
b. Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali permenit. Sehabis melahirkan
biasanya denyut nadi itu akan lebih cepat.
c. Tekanan darah
Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan rendah setelah ibu
melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada postpartum dapat
menandakan terjadinya preeklampsi postpartum.
d. PernaIasan
Keadaan pernaIasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi.
Bila suhu nadi tidak normal, pernaIasan juga akan mengikutinya, kecuali apabila
ada gangguan khusus pada saluran naIas.
PERUBAHAN SISTEM KARDIOVASKULER
Selama kehamilan volume darah normal digunakan untuk menampung aliran darah
yang meningkat, yang diperlukan oleh plasenta dan pembuluh darah uterin.
Penarikan kembali esterogen menyebabkan diuresis terjadi, yang secara cepat
mengurangi volume plasma kembali pada proporsi normal. Aliran ini terjadi dalam
2-4 jam pertama setelah kelahiran bayi. Selama masa ini ibu mengeluarkan banyak
sekali jumlah urin. Hilangnya progesteron membantu mengurangi retensi cairan
yang melekat dengan meningkatnya vaskuler pada jaringan tersebut selama
kehamilan bersama-sama dengan trauma selama persalinan.
Pada persalinan pervaginam kehilangan darah sekitar 300 400 cc. Bila kelahiran
melalui seksio sesarea, maka kehilangan darah dapat dua kali lipat. Perubahan terdiri
dari volume darah (blood volume) dan hematokrit (haemoconcentration). Bila
persalinan pervaginam, hematokrit akan naik dan pada seksio sesaria, hematokrit
cenderung stabil dan kembali normal setelah 4-6 minggu.
Setelah persalinan, shunt akan hilang dengan tiba-tiba. Volume darah ibu relatiI akan
bertambah. Keadaan ini akan menimbulkan beban pada jantung, dapat menimbulkan
decompensation cordia pada penderita vitum cordia. Keadaan ini dapat diatasi
dengan mekanisme kompensasi dengan timbulnya haemokonsentrasi sehingga
volume darah kembali seperti sediakala, umumnya hal ini terjadi pada hari 3-5
postpartum.
PERUBAHAN SISTEM HEMATOLOGI
Selama minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar Iibrinogen dan plasma serta
Iaktor-Iaktor pembekuan darah meningkat. Pada hari pertama postpartum, kadar
Iibrinogen dan plasma akan sedikit menurun tetapi darah lebih mengental dengan
peningkatan viskositas sehingga meningkatkan Iaktor pembekuan darah.
Leukositosis yang meningkat dimana jumlah sel darah putih dapat mencapai 15000
selama persalinan akan tetap tinggi dalam beberapa hari pertama dari masa
postpartum. Jumlah sel darah putih tersebut masih bisa naik lagi sampai 25000 atau
30000 tanpa adanya kondisi patologis jika wanita tersebut mengalami persalinan
lama. Jumlah hemoglobine, hematokrit dan erytrosyt akan sangat bervariasi pada
awal-awal masa postpartum sebagai akibat dari volume darah, volume plasenta dan
tingkat volume darah yang berubah-ubah. Semua tingkatan ini akan dipengaruhi oleh
status gizi dan hidrasi wanita tersebut. Kira-kira selama kelahiran dan masa
postpartum terjadi kehilangan darah sekitar 200-500 ml. Penurunan volume dan
peningkatan sel darah pada kehamilan diasosiasikan dengan peningkatan hematokrit
dan hemoglobine pada hari ke 3-7 postpartum dan akan kembali normal dalam 4-5
minggu postpartum.


KONSEP INVOLUSI UTERI

Pengertian involusi uteri
O Involusi uteri adalah pengecilan yang normal dari suatu organ setelah organ tersebut
memenuhi Iungsinya, misalnya pengecilan uterus setelah melahirkan. (HincliII, 1999)
O Involusi uteri adalah mengecilnya kembali rahim setelah persalinan kembali kebentuk
asal. (Ramali, 2003)

Proses Involusi Uterus

Ischemi pada miometrium disebut juga lokal ischemia
O aitu kekurangan darah pada uterus. Kekurangan darah ini bukan hanya karena
kontraksi dan retraksi yang cukup lama seperti tersebut diatas tetapi disebabkan oleh
pengurangan aliran darah yang pergi ke uterus di dalam masa hamil, karena uterus
harus membesar menyesuaikan diri dengan pertumbuhan janin.
O Untuk memenuhi kebutuhannya, darah banyak dialirkan ke uterus dapat mengadakan
hipertropi dan hiperplasi setelah bayi dilahirkan tidak diperlukan lagi, maka
pengaliran darah berkurang, kembali seperti biasa. Dan aliran darah dialirkan ke buah
dada sehingga peredaran darah ke buah dada menjadi lebih baik.
O Demikianlah dengan adanya hal-hal diatas, uterus akan mengalami kekurangan darah
sehingga jaringan otot-otot uterus mengalami otropi kembali kepada ukuran semula.

Autolisis
O Adalah penghancuran jaringan otot-otot uterus yang tumbuh karena adanya
hyperplasi, dan jaringan otot yang membesar menjadi lebih panjang 10 kali dan
menjadi 5 kali lebih tebal dari sewaktu masa hamil, akan susut kembali mencapai
keadaan semula.
O Faktor yang menyebabkan terjadinya autolisis apakah merupakan hormon atau enzim
sampai sekarang belum diketahui, tetapi telah diketahui adanya penghancuran
protoplasma dan jaringan yang diserap oleh darah kemudian di keluarkan oleh ginjal.
Inilah sebabnya beberapa hari setelah melahirkan ibu mengalami beser air kemih atau
sering buang air kemih.

AktiIitas otot-otot
O Adalah adanya retraksi dan kontrksi dari otot-otot setelah anak lahir, yang diperlukan
untuk menjepit pembulu darah yang pecah karena adanya kontraksi dan retraksi yang
terus-menerus ini menyebabkan terganggunya peredaran darah di dalam uterus yang
mengakibatkan jaringan-jaringan otot-otot tersebut menjadi lebih kecil.

Mekanisme terjadinya kontraksi pada uterus adalah melalui 2 cara yaitu :

(1) Kontraksi oleh ion kalsium
O Sebagai pengganti troponin, sel-sel otot polos mengandung sejumlah besar protein
pengaturan yang lain yang disebut kamodulin. Terjadinya kontraksi diawali dengan
ion kalsium berkaitan dengan kalmoduli. Kombinasi kalmodulin ion kalsium
kemudian bergabung dengan sekaligus mengaktiIkan myosin kinase yaitu enzim yang
melakukan IosIorilase sebagai respon terhadap myosin kinase.
O Bila rantai ini tidak mengalami IosIorilasi, siklus perlekatan-pelepasan kepala myosin
dengan Iilament aktin tidak akan terjadi. Tetapi bila rantai pengaturan mengalami
IosIorilasi, kepala memiliki kemampuan untuk berikatan secara berulang dengan
Iilament aktin dan bekerja melalui seluruh proses siklus tarikan berkala sehingga
mengghasilkan kontraksi otot uterus

(2) Kontraksi yang disebabkan oleh hormon
O Ada beberapa hormon yang mempengaruhi adalah epineIrin, norepineIrin,
angiotensin, endhothelin, vasoperin, oksitonin serotinin, dan histamine. Beberapa
reseptor hormon pada membran otot polos akan membuka kanal ion kalsium dan
natrium serta menimbulkan depolarisasi membran. Kadang timbul potensial aksi yang
telah terjadi. Pada keadaan lain, terjadi depolarisasi tanpa disertai dengan potensial
aksi dan depolarisasi ini membuat ion kalsium masuk kedalam sel sehingga terjadi
kontraksi pada otot uterus. (Guyton, 2007)

O Dengan Iaktor-Iaktor diatas dimana antara 3 Iaktor itu saling mempengaruhi satu
dengan yang lain, sehingga memberikan akibat besar terhadap jaringan otot-otot
uterus, yaitu hancurnya jaringan otot yang baru, dan mengecilnya jaringan otot yang
membesar. Dengan demikian proses involusi terjadi sehingga uterus kembali pada
ukuran dan tempat semula.

O Adapun kembalinya keadaan uterus tersebut secara gradual artinya, tidak sekaligus
tetapi setingkat. Sehari atau 24 jam setelah persalinan, Iundus uteri agak tinggi sedikit
disebabkan oleh adanya pelemasan uterus segmen atas dan uterus bagian bawah
terlalu lemah dalam meningkatkan tonusnya kembali. Tetapi setelah tonus otot-otot
kembali Iundus uterus akan turun sedikit demi sedikit. (Christian, 1996)

Williams menjelaskan involusi sebagai berikut :
O Involusi tidak dipengaruhi oleh absorbsi insitu, namun oleh suatu proses eksIoliasi
yang sebagian besar ditimbulkan oleh berkurangnya tempat implantasi plasenta
karena pertumbuhan jaringan endometrium. Hal ini sebagian dipengaruhi oleh
perluasan dan pertumbuhan kebawah endometrium dari tepi-tepi tempat plasenta dan
sebagian oleh perkembangan jaringan endometrium dari kelenjar dan stoma yang
tersisa di bagian dalam desidua basalis setelah pelepasan plasenta.

O Proses semacam itu akan dianggap sebagai konservatiI, dan sebagai suatu ketetapan
yang bijaksana sebagai bagian dari alam. Sebaiknya kesulitan besar akan dialami
dalam pembuangan arteri yang mengalami obliterasi dan trombin yang mengalami
organisasi, kalau mereka tetap insitu, akan segera mengubah banyak bagian dari
mukosa uterus dan endometrium dibawah menjadi suatu masa jaringan parut dengan
akibat bahwa setelah beberapa kehamilan tidak akan mungkin lagi untuk
melaksanakan siklus perubahan yang biasa, dan karier reproduksi berakhir.

(3) Involusi alat-alat kandungan

1. Uterus
O Setelah bayi dilahirkan, uterus yang selama persalinan mengalami kontraksi dan
retraksi akan menjadi keras sehingga dapat menutup pembuluh darah besar yang
bermuara pada bekas implantasi plasenta. (Sarwono, 2002). Pada hari pertama ibu
post partum tinggi Iundus uteri kira-kira satu jari bawah pusat (1 cm). Pada hari
kelima post partum uterus menjadi 1/3 jarak antara symphisis ke pusat. Dan hari ke 10
Iundus sukar diraba di atas symphisis. (Prawirohardjo, 2002). tinggi Iundus uteri
menurun 1 cm tiap hari. (Reader, 1997). Secara berangsur-angsur menjadi kecil
(involusi) hingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil.

Tabel Tinggi Iundus uterus dan berat uterus menurut masa involusi




2. Bekas implantasi uteri
O Plasenta mengecil karena kontraksi dan menonjol ke ovum uteri dengan diameter 7,5
cm. Sesudah 2 minggu menjadi 3,5 cm. Pada minggu ke 6 2,4 cm dan akhirnya pulih.
(Mochtar, 1998)

O Otot-otot uterus berkontraksi segera post partum. Pembuluh-pembuluh darah yang
berada diantara anyaman-anyaman otot uterus akan terjepit. Proses ini akan
menghentikan perdarahan setelah plasenta lahir. Bagian bekas plasenta merupakan
suatu luka yang kasar dan menonjol ke dalam kavum uteri segera setelah persalinan.
Penonjolan tersebut dengan diameter 7,5 sering disangka sebagai suatu bagian
plasenta yang tertinggal, setelah 2 minggu diameternya menjadi 3,5 cm dan pada 6
minggu 2,4 cm dan akhirnya pulih. (Sarwono, 2002)

3. Lokia
O Adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa niIas.
(Mochtar, 1998)
O Menurut Rustam Mochtar (1998) pengeluaran lochia dapat dibagi berdasarkan jumlah
dan warna sebagai berikut :
1. Lokia rubra berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks
kaseosa. Lanugo dan mekoneum selama 2 hari pasca persalinan.
2. Lokia sanguinolenta berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, hari ke 3-7 pasca
persalinan.
3. Lokia serosa berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14 pasca
persalinan.
4. Lokia alba cairan putih, setelah 2 minggu
5. Lokia purulenta terjadi inIeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.
6. Lokia astastis lokia tidak lancar keluarnya.

Tabel 2.3 pengeluaran lokia menurut masa involusi


4. Servik
O Setelah persalinan, bentuk servik agak menganga seperti corong. Bentuk ini
disebabkan oleh korpus uteri yang dapat mengandakan kontraksi, sedangkan servik
tidak berkontraksi, sehingga seolah-olah pada berbatasan antara korpus dan servik
uteri berbentuk, semacam cincin. Warna servik sendiri merah kehitam-hitaman karena
penuh pembuluh darah, konsistensinya lunak, segera setelah janin dilahirkan. Tangan
pemeriksa masih dapat dimasukkan 2-3 jari dan setelah 1 minggu hanya dapat
dimasukkan 1 jari ke dalam kavum uteri. (Sarwono, 2002)

5. Ligamen-ligamen
O Ligamen-ligamen dan diaIragma pelvis serta Iasia yang mereggang sewaktu
kehamilan dan persalinan setelah jalan lahir berangsur-angsur mengecil kembali
seperti sedia kala tidak jarang ligamentum rotundum menjadi kendor mengakibatkan
uterus jatuh kebelakang, untuk memulihkan kembali jaringan-jaringan penunjang alat
genetalia tersebut juga otot-otot dinding perut dan dasar panggul dianjurkan untuk
melakukan latihan-latihan tertentu. Pada hari ke 2 post partum sudah dapat diberikan
Iisioterapi. (Sarwono, 2002)

Faktor-Iaktor yang mempengaruhi Involusi
Proses involusi dapat terjadi secara cepat atau lambat, Iaktor yang mempengaruhi involusi
uterus antara lain :

1. Mobilisasi dini
O Aktivitas otot-otot ialah kontraksi dan retraksi dari otot-otot setelah anak lahir, yang
diperlukan untuk menjepit pembuluh darah yang pecah karena adanya pelepasan
plasenta dan berguna untuk mengeluarkan isi uterus yang tidak diperlukan, dengan
adanya kontraksi dan retraksi yang terus menerus ini menyebabkan terganggunya
peredaran darah dalam uterus yang mengakibatkan jaringan otot kekurangan zat-zat
yang diperlukan, sehingga ukuran jaringan otot-otot tersebut menjadi kecil.

2. Status gizi
O Status gizi adalah tingkat kecukupan gizi seseorang yang sesuai dengan jenis kelamin
dan usia. Status gizi yang kurang pada ibu post partum maka pertahanan pada dasar
ligamentum latum yang terdiri dari kelompok inIiltrasi sel-sel bulat yang disamping
mengadakan pertahanan terhadap penyembuhan kuman bermanIaat pula untuk
menghilangkan jaringan neIrotik, pada ibu post partum dengan status gizi yang baik
akan mampu menghindari serangan kuman sehingga tidak terjadi inIeksi dalam masa
niIas dan mempercepat proses involusi uterus.

3. Menyusui
O Pada proses menyusui ada reIlek let down dari isapan bayi merangsang hipoIise
posterior mengeluarkan hormon oxytosin yang oleh darah hormon ini diangkat
menuju uterus dan membantu uterus berkontraksi sehingga proses involusi uterus
terjadi.

4. Usia
O Pada ibu yang usianya lebih tua banyak dipengaruhi oleh proses penuaan, dimana
proses penuaan terjadi peningkatan jumlah lemak. Penurunan elastisitas otot dan
penurunan penyerapan lemak, protein, serta karbohidrat. Bila proses ini dihubungkan
dengan penurunan protein pada proses penuaan, maka hal ini akan menghambat
involusi uterus.

5. Parietas
O Parietas mempengaruhi involusi uterus, otot-otot yang terlalu sering tereggang
memerlukan waktu yang lama. (Sarwono, 2002)

Pengukuran involusi uterus
O Pengukuran involusi dapat dilakukan dengan mengukur tinggi Iundus uteri, kontraksi
uterus dan juga dengan pengeluaran lokia. (Manuaba, 1998)
O Involusi uterus melibatkan reorganisasi dan penanggalan desidua dan pengelupasan
kulit pada situs plasenta sebagai tanda penurunan ukuran dan berat, perubahan lokasi
uterus, warna dan jumlah lochea. (Varney, 2004: 594)

Anda mungkin juga menyukai