Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Nervus trigeminus merupakan nervus cranial terbesar, sensorik pada leher
dan kepala serta merupakan nervus motorik pada otot-otot pengunyahan. Nervus
ini terdiri atas tiga cabang, yaitu : n.othalmicus, n.maxillaris, dan n.mandibularis.
nervus ini sangat erat kaitannya dalam dunia kedokteran gigi.
Seperti halnya bagian tubuh manusia, saraI juga sering mengalami cedera
atau kelainan, begitu juga dengan saraI trigeminus. Adapun kelainan atau yang
sering terjadi pada nervus ini adalah trigeminal neuralgia dan cedera trigeminal.
Trigeminal neuralgia insidensi kejadiannya berkisar 70 dari 100.000
populasi
dan paling sering ditemukan pada orang berusia lebih dari 50 tahun atau lanjut usi
a.Insidensi ya akan meningkat sesuai dengan meningkatnya usia. Jarang
ditemukan padausia muda. Pada usia muda lebih banyak disebabkan oleh tumor
dan sklerosis multiple. Kasus Iamiliar ditemukan pada 4 kasus. Tidak terdapat
perbedaan ras & etnis sertainsidensi pada wanita 2 kali lebih besar dibanding
pria.
1

Cedera saraI sensoris pada daerah maksiloIasial biasanya terjadi akibat
Iraktur Iasialis, selama terapi neoplasma atau ketika tindakan rekonstruksi.
Untungnya sebagian besar dari cedera tersebut pulih dengan sendirinya. Namun
demiklian sebagian ada yang memerlukan terapi akibat gangguan yang persisten
pada saraI sensorisnya.
2

1.2.Rumusan Masalah
Dengan melihat latar belakang yang telah dikemukakan, maka timbullah
pertanyaan yang perlu dijawab dalam tulisan ini. Ada beberapa masalah yang
dapat dirumuskan dan akan dibahas dalam makalah ini, yaitu sebagai berikut.
i. agaimana anatomi dan Iisiologi nervus trigeminus?
ii. Apa saja kelainan yang biasa terjadi pada nervus trigeminus serta
penatalaksanaannya?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Anatomi Nervus Trigeminus

Nervus trigeminus merupakan nervus cranial terbesar, sensorik pada leher
dan kepala serta merupakan nervus motorik pada otot-otot pengunyahan.
3
















Nervus trigeminus muncul dari pons, dekat dengan batas sebelah atas
dengan radiks motorik kecil yang terletak di depan dan radiks sensorik besar yang
terletak di medial.
Nervus trigeminus dinamai saraI tiga serangkai sebab terdiri atas tiga
cabang (rami) utama yang menyatu pada ganglion Gasseri. Ketiga cabang tersebut
adalah:
1. Nervus ophtalmicus, yang mensaraIi dahi, mata, hidung, selaput otak, sinus
paranasalis dan sebagian dari selaput lendir hidung. SaraI ini memasuki rongga
tengkorak melalui Iissura orbitalis superior.
2. Nervus maxillaries, yang mensaraIi rahang atas serta gigi-gigi rahang atas, bibir
atas, pipi, palatum durum, sinus maxillaries dan selaput lendir hidung. SaraI ini
memasuki rongga tengkorak melalui Ioramen rotundum.
3. Nervus mandibularis, yang mensaraIi rahang bawah, bibir bawah, mukosa pipi,
lidah, sebagian dari meatus accusticus externus, meatus accusticus internus dan
selaput otak. SaraI ini memasuki rongga tengkorak melalui Ioramen ovale.
Ketiga nervi (rami) ini bertemu di ganglion semilunare Gasseri. Dalam
ganglion semilunar Gasseri terdapat sel-sel ganglion unipolar. Juluran aIeren
periIer dari sel-sel unipolar ini lewat pada ketiga cabang utama dari nervus
trigeminus itu. Juluran aIeren sentral dari sel-sel unipolar itu lewat di dalam porsio
mayor N V yang msuk ke pons. Setelah msuk ke dalam pons (di perbatasan 1/3
depan dengan 2/3 belakang pons), maka porsio mayor N V itu bercabang dua,
yaitu:
a. Rami ascendens (pendek), yang bersinaps di nukleus sensibilis prinseps nervi
trigemini. Serabut-serabut ini menghantarkan rasa peraba.
b. Rami desendens (panjang), yang menjulur ke distal dan membentuk tractus
spinalis nervi trigemini. Tractus ini menjulur ke caudal, sampai di bagian atas dari
medulla spinalis cervicalis. Dalam perjalanan ke caudal ini, serabut tractus
spinalis N V ini melepaskan kolateral-kolateral untuk bersinaps dalam nuklei
tracti spinalis nervi trigemini. Serabut-serabut ini menghantarkan rasa peraba,
nyeri dan suhu.
Sel-sel unipolar dari serabut-serabut yang menghantarkan peraba
propioseptik terletak dalam nukleus mesenIalikus nervi trigemini. Nukleus
mesenIalikus N V ini adalah suatu nukleus yang unik. Ia merupakan satu-satunya
nukleus di susunan saraI pusat yang mengandung sel-sel unipolar. Sel-sel unipolar
sebenarnya hanya terdapat di dalam ganglia di luar sistem saraI pusat, misalnya
dalam ganglia Gasseri. Sel-sel unipolar nuklei mesenIali N V memiliki juluran
periIer dan juluran sentral. Juluran periIernya menuju ke oto-otot intraIusal
muskulus mastikatorius. Juluran periIer sel-sel unipolar nukleus mesenIalikus N V
ini lewat di porsio minor nervi trigemini. Juluran sentralnya bersinaps di nukleus
motorius nervi trigemini.
Dengan demikian maka terbentuklah suatu busur reIleks, yaitu suatu
reIleks monosinaptik dengan sel unipolar dalam nukleus mesenIalikus sebagai
neuron aIeren dan motorneuron alIa di nukleus motorius N V sebagai neuron
eIeren.
Radiks motorik Serabut radiks motorik terdiri atas dua nuclei, yaitu
superior dan inIerior. Nucleus superior mengandung sehelai sel yang menempati
keseluruhan panjang bagian lateral substansi grisea pada saluran serebral. Nukleus
inIerior atau nucleus kepala terletak pada bagian atas pons, dekat dengan
permukaan dorsal, dan berdekatan dengan margin lateral garis Iossa rhomboid.
Serabut dari nucleus superior yang merupakan radiks mesenIalikus turun melalui
otak tangah dan memasuki pons bersatu dengan serabut dari nucleus yang lebih
bawah, dan radiks motorik terbentuk melewati pons menuju tempat
kemunculannya. Tidak terlalu diketahui apakah radiks mesenIalikus itu motorik
ataukah sensorik.
Radiks sensorik Serabut radiks sensorik terdiri atas sel-sel ganglion
semilunar yang terletak pada durameter dekat dengan apeks partis petrosa pada
tulang temporal. Setelah menuju ke belakang melewati sinus petrosa superior dan
tentorium cerebelli dan memasuki pons, radiks sensorik terbagi menjadi radiks
superior dan inIerior. Radiks superior berakhir sebagian sebagai nucleus yang
terletak pada pons bagian lateral dari akar inIerior dan sebagian lagi sebagai locus
cruleus, radiks inIerior menurun melewati pons dan medulla oblongata dan
berakhir di bagian bawah substansi gelatinosa Rolando. Radiks inIerior ini
kadang-kadang dinamai radiks spinal nervus. Medulasi dari serabut radiks
sensorik dimulai sekitar bulan kelima kehidupan Ietus tetapi keseluruhan serabut
tersebut tidak termedulasi sampai bulan ketiga kelahiran.
Ganglion semilunar (semilunar ganglion |gasseri|; gasserian ganglion)
menempati cavitas (cavum Meckelli) pada duramater melapisi impressio trigemini
dekat dengan apeks partis petrosa os temporal. entuknya crecsentic atau seperti
bulan sabit dengan kekonvekan mengarah ke depan atau medial berhubungan
dengan arteri carotis interna dan sinus cavernous bagian posterior. Radiks motorik
berjalan di depan dan di medial akar sensorik dan melewati di bawah ganglion.
Mereka keluar dari cranium melewati Ioramen ovale dan kemudian setelah keluar
dari Ioramen ini, bergabung dengan nervus mandibularis. Nervus petrosus
superIicial mayor juga terletak di bawah ganglion tersebut.
Ganglion pada bagian medial menerima serabut pleksus carotid simpatik. Dari
batasnya yang konveks yang berjalan ke depan dan lateral, tiga nervus besar
dipercabangkan yaitu nervus opthalmicus, maxillaris dan mandibularis. Nervus
opthalmicus dan maxillaris terdiri atas serabut-serabut sensorik dan nervus
mandibularis bersatu di luar cranium dengan akar motorik.
Ada empat ganglia kecil yang berhubungan dengan nervus trigeminus.
Ganglion ciliaris berhubungan dengan nervus opthalmicus, ganglion
sphenopalatina berhubungan dengan nervus maxillaris dan ganglion oticum dan
ganglion submaxillaris berhubungan dengan nervus mandibularis. Semua ganglia
tersebut menerima serabut sensorik dari nervus trigeminus dan serabut motorik
dan simpatik dari berbagai sumber, serabut ini disebut radiks ganglia.
NERVUS OPTHALMICUS
Nervus opthalmicus merupakan divisi pertama dari trigeminus dan merupakan
saraI sensorik. Cabgng-cabang n. opthalmicus menginervasi kornea, badan ciliaris
dan iris, glandula lacrimalis, conjunctiva, bagian membran mukosa cavum nasal,
kulit palpebra, alis, dahi dan hidung. Nervus opthalmicus adalah nervus terkecil
dari ketiga divisi trigeminus. Nervus opthalmicus muncul dari bagian atas
ganglion semilunar sebagai berkas yang pendek dan rata kira-kira sepanjang 2.5
cm yang melewati dinding lateral sinus cavernous, di bawah nervus occulomotor













(N III) dan nervus trochlear (N IV). Ketika memasuki cavum orbita melewati
Iissura orbitalis superior, nervus opthalmicus bercabang menjadi tiga cabang:
lacrimalis, Irontalis dan nasociliaris.





Nervus opthalmicus bergabung dengan serabut dari pleksus cavernous dan
berhubungan dengan nervus occulomotor, trochlear dan abdusen dan
mengeluarkan Iilamen recurrent yang melewati diantara lapisan tentorium.
Nervus Lacrimalis
Merupakan nervus terkecil dari cabang-cabang opthalmicus. Nervus
lacrimalis kadang-kadang menerima Iilamen dari nervus trochlearis, tapi ini
kemungkinan adalah turunan dari cabang yang keluar dari nervus opthalmicus
menuju nervus trochlearis. Nervus lacrimalis keluar menuju canalis terpisah
duramater dan memasuki cavum orbital lewat bagian terkecil Iissura orbitalis
superior. Di dalam cavum orbita, menelusuri batas atas musculus rectus lateralis,
bersama dengan arteri lacrimalis dan bergabung dengan cabang zygomaticus
nervus maxillaris. Nervus lacrimalis menginervasi glandula lacrimalis dan
conjunctiva. Akhirnya, nervus ini menembus septum orbital dan berakhir pada
palpebra superior bergabung dengan cabang-cabang nervus Iacialis. Nervus
lacrimal biasanya absen dan tempatnya digantikan dengan nervus
zygomaticotemporal nervus maxillaris.
Nervus Frontalis
Merupakan cabang terbesar dari opthalmicus dan dapat dianggap sebagai
lanjutan langsung (dilihat dari ukuran dan arahnya) dari nervus opthalmicus.
Enrvus ini memasuki cavum orbita melewati Iissura orbitalis superior dan masuk
diantara palpebra levator superioris dan periosteum. Di pertengahan perjalanan
diantara apeks dan basis orbita bercabang menjadi dua cabag yaitu nervus
supratrochlear dan supraorbital.
Nervus Nasociliaris
. Ganglion ciliaris radiks longi
. Nervus ciliaris longi
. Nervus ethmoidalis
NERVUS MAXILLARIS
Nervus maxillaris merupakan divisi dua dan merupakan nervus sensorik.
Ukuran dan posisinya berada di tengah-tengah nervus opthalmicus dan
mandibularis. N. maxillaris bermula dari pertengahan ganglion semilunar sebagai
berkas berbentuk pleksus dan datar dan berjalan horizontal ke depan keluar dari
cranium menuju Ioramen rotundum yang kemudian bentuknya menjadi lebih
silindris dan teksturnya menjadi lebih keras. N. maxillaris lalu melewati Iossa
pterygopalatina, menuruni dinding lateral maxilla dan memasuki cavum orbital
lewat Iissure orbitalis inIerior. Lalu melintasi Iissure dan canalis inIraorbitalis dan
muncul di Ioramen inIraorbital. Akhiran saraInya terletak di bawah musculus
quadratus labii superioris dan terbagi menjadi serabut yang lebih kecil yang
mengincervasi hidung, palpebra bagian bawah dan bibir superior bersatu dengan
serabut nervus Iacial.














Cabang-cabang cabang-cabang n. maxillaris terbagi menjadi empat
bagian yang dipercabangkan di cranium, Iossa pterygopalatina, canalis
inIraorbitalis dan pada wajah.
1. Nervus meningea medius
Mengeluarkan nervus maxillaris langsung setelah keluar dari ganglion
semilunar. erjalan bersama dengan arteri meningea media dan mensupai
duramater.
2. Nervus zygomaticus
Muncul di Iossa pterygopalatina, memasuki cavum orbita lewat Iissura
orbitalis onIerior dan terbagi menjadi nervus zygomaticotempolar dan
zygomaticoIacial.
3. Nervi sphenopalatina
Terdiri atas dua cabang, turun menjadi ganglion sphenopalatina
4. Nervus alveolaris superior posterior
Muncul dari cabang nervus tepat sebelum memasuki Iissura inIraorbitalis.
iasanya berjumlah dua, tetapi kadang-kadang muncul sebagai cabang tunggal.
Mereka masuk ke tuberositas maxilla dan mengeluarkan cabang yang lebih kecil
lagi menginervasi gingiva dan membran mukosa pipi. Lalau masuk ke canalis
alveolaris posterior pada permukaan inIratemporal maxilla dan melewati bagian
belakang tulang, berhubungan dengan nervus alveolaris superior medius danm
engeluarkan cabang untukm enginervasi membran yang melapisi sinus maxillaris
dan tiga cabang pada setiap gigi molar. Cabang-cabang ini memasuki Ioramina
apikal gigi.
5. Nervus alveolaris superior medius
Dipercabangkan dari nervus pada bagian posterior canalis inIraorbitalis
dan berjalan turun dan ke anterior pada canalis pada dinding lateral sinus
maxillaris untuk menginervasi dua gigi premolar. Nervus ini membentuk plexus
dentalis dengan cabang-cabang alveolaris posterior dan anterior.
6. Nervus alveolaris superior anterior
Dipercabangkan dari nervus maxillaris segera setelah keluar dari Ioramen
inIraorbitalis, berjalan menurun pada canalis pada dinding anterior sinus
maxillaris dan terbagi menjadi cabang yang menginervasi gigi-gigi caninus dan
incisivus. Nervus ini berhubungan dengan cabang alveolaris superior medius dan
mengeluarkan cabang nasal yang melewati canalis kecil pada dinding lateral
meatus nasalis inIerior dan dasar cavum nasi, berhubungan dengan cabang nasal
dari ganglion sphenopalatina.
7. Rami palpebra inIerior
8.Rami nasalis externus
9.Rami labii superior

NERVUS MANDIULARIS
Nervus mandibularis disebut juga nervus maxillaris inIerior,
mengincervasi gigi dan gingiva rahang bawah, kulit pada regio temporal,
auricular, bibir bagian bawah, bagian abwah wajah, musculus mastikasi, dan
membran mukosa lidah 2/3 anterior. Nervus mandibularis adalah nervus terbesar
dari ketiga divisi dan terdiri atas dua radiks: mayor, radiks sensorik keluar dari
sudut inIerior ganglion semilunar dan radiks motorik minor (bagian motorik dari
trigeminus) yang melewati di bawah ganglion dan bersatu dengan radiks sensorik,
langsung setelah keluar dari Ioramen ovale. Selanjutnya, di bawah basis cranium,
nervus tersebut mengeluarkan dari sisi medial cabang recurrent (nervus spinosus)
dan nervus yang mempersaraIi pterygoideus internus dan kemudian terbagi
menjadi dua cabang : anterior dan posterior.








1. Nervus spinosus (cabang meningeal atau recurrent)
Memasuki cranium lewat Ioramen spinosum bersama dengan arteri
meningea media. Terbagi menjadi dua cabang, anterior dan posterior yang
berjalan bersama dengan divisi utama arteri dan menginervasi duramater, cabang
posterior juga menginervasi lapisan mukosa yang ada pada cellula mastoideus,
divisi anterior berhubungan dengan cabang meningea nervus maxillaris.
2. Nervus pterygoideus internus
Nervus ini merupakan cabang yang langsing yang memasuki permukaan
dalam otot, mempercabangkan dua Iilamen menuju ganglion oticum.
Divisi anterior :
1. Nervus masseterica
erjalan lateral di atas nervus pterygoideus externus, di depan TMJ dan di
belakang tendon temporalis, kemudian melewati notch mandibularis
bersama dengan arteri masseterica menuju permukaan dalam musculus
masseter yang kemudian mengalami ramiIikasi pada border anteriornya.
Nervus ini juga menginervasi TMJ.
2. Nervus temporalis proIundal
erjumlah dua, anterior dan posterior. Mereka melewati bagian atas
nervus pterygoideus externus dan masuk ke permukaan dalam musculus
temporalis. Cabang posterior yang ukurannya lebih kecil terletak pada
bagian belakang Iossa temporalis dan kadang dipercabangkan dengan
nervus massterica. Cabang anterior kadang mempercabangkan nervus
buccinator.
3. Nervus buccinator
Menginervasi kulit pada buccinator, musculus buccinator dan membran
mukosa yang melapisi permukaan dalamnya.
4. Nervus pterygoideus externus
Menginervasi musculus pterygoideus externus
Divisi posterior :
1. Nervus auricotemporalis
iasanya mempercabangkan dua radiks diantara arteri meningea media
ascendens. Nervus in berjalan di bawah nervus pterygoideus externus
menuju bagian medial dari ramus mandibula. Kemudian berjalan
melingkar dengan artery temporalis superIicialis diantara auricula dan
condylus mandibula, di bawah glandula parotis, naik ke arcus zygomaticus
dan terbagi menjadi rami termporalis superIisialis.
2. Nervus lingualis
Menginervasi membran mukosa 2/3 anterior lidah. Awalnya nervus ini
terletak di bawah nervus pterygoideus internus lalu menuju medial dan
kemudian di bawah nervus alveolaris inIerior dan kadang bergabung
dengan nervus pterygoideus externus yang mungkin meng-cross arteri
maxillaris internus. Chorda tympani juga bergabung. Nervus ini kemudian
lewat diantara pterygoideus internus dan ramus mandibula dan lewat
secara oblik pada lidah pada musculus constrictor pharingis superior dan
styloglossus dan kemudian di anatara hyoglossus dan bagian dalam
glandula submaxillaris. Akhirnya bervus ini berjalan melewatu ductus
submaxillaris dan berakhir pada ujung lidah.
3. Nervus alveolaris inIerior
Merupakan cabang terbesar dari nervus mandibularis. Menurun bersama
dengan arteri alveolaris inIerior. Awalnya terletak di bawah pterygoideus
externus lalu kemudian berjalan diantara ligamen sphenomandibula dan
ramus mandibula menuju Ioramen mandibula. Nervus ini kemudian lewat
canalis mandibularis, di bawah gigi-gigi lalu akhirnya muncul di Ioramen
mental dimana disana dikeluarkan cabang incisivus dan mentalis.
Nervus mylohyoideus --~ inervasi musculus mylohyoideus dan musculus
digastricus venter anterior
Nervus dentalis --~ mensuplai gigi-gigi molar dan premolar
Nervus incisivus --~ menginervasi gigi caninus dan incisivus
Nervus mentalis --~ Inervasi kulit dagu dan membran mukosa pada bibir
bawah




Sumber :
1.ryce DD, 2004,%7igeminal Neu7algia. http:// Facial-neuralgia.org/ conditions
2.Peterson LJ, et all. 1998. Contempo7a7 O7al and Maxillofacial Su7ge7 3
7d
ed.
St Louis. Mosby. p. 696-709
3. http://yukiicettea.blogspot.com/2009/09/anaesthesiology-trigeminal-nerve.html



2.2. Fisiologi Nervus Trigeminus
N. TRIGEMINUS
N.Trigeminus merupakan syaraI cranial terbesar, meninggalkan aspek
anterior pons sebagai radix motorik yang kecil dan radix sensorik yang besar.
SaraI ini berjalan ke depan dari Iossa cranii posterior untuk mencapai apex pars
petrossa ossis temporalis di dalam Iossa cranii media. Di sini, radix sensoris
membesar membentuk ganglion trigeminus. Radix motorik n. Trigeminus terletak
di bawah ganglion sensorik dan tidak mempunyai hubungan satu dengan yang
lain. N. Opthalmicus, n. Maxillaris, n. mandibularis berasal dari pinggir anterior
ganglion.
1
A. N. Opthalmicus
ersiIat sensoris murni. SyaraI ini berjalan ke depan pada dinding lateral
sinus caveernosus didalam Iossa cranii media dan bercabang tiga, n. Lacrimalis, n.
Frontalis, n. Nasociliaris, yang masuk ke dalam rongga orbita melalui Iissura
orbitalis superior. SaraI-saraI ini didistribusikan ke kornea, kulit dahi dan kepala,
kelopak mata, mukosa sinus, paranasales dan kavitas nasi. SaraI ini mempersaraIi
juga sampai ke puncak hidung.
1
B. N. Maxillaris
ersiIat sensorik murni. SaraI ini meninggalkan tengkorak melalui Ioramen
rotundum kemudian didistribusikan ke kulit wajah di daerah maxilla, gigi rahang
atas, mucosa hidung, sinus maxillaris, dan palatum.
1
Terbagi atas cabang :
2
a. Gl. Pterigopalatina
Terletak di Iossa pterigopalatina
Mengeluarkan cabang :
O N. pterigoid
O N. pharyngeal
O N. palatinus mayor
Mensuplai mucoperiosteum palatal sampai gigi molar dan premolar atas.
O N. nasopalatinus
Mensuplai mucoperiosteum palatal sampai gigi anterior atas atau dari gigi
C atas kanan kiri.
O N. nasal superior
b. N. InIraorbitalis
1. N. Alveolaris superior posterior
Mensuplai gingival bagian bukal dan semua akar gigi M3, M2, akar
distobuka dan palatinal M1 atas
2. N. Alveolaris Superior media
Mensuplai gigi P1,P2, akar mesiobukal M1 atas, mukosa sinus
maksilaris
3. N. Alveolaris Superior anterior
Mensuplai gigi anterior atas, membran mukosa labial, periosteum dan
alveolaris
4. N. Labialis superior bibir atas
5. N. nasalis lateralis sisi hidung
6. N. palpebral inIerior kelopak mata bawah
c. N. Zygomatikum
erhubungan dengan the postganglionic pa7asmpathetics fibe7s dari gl
pterygopalatina ke glandula lacrimalis dan n. lacrimal
. N. Mandibularis
ersiIat motorik dan sensorik. Radix sensorik meninggalkan ganglion
trigeminus dan keluar dari tengkorak melalui Ioramen ovale. Radix motorik n.
Trigeminus juga keluar dari tengkorak melalui Ioramen yang sama dan bergabung
dengan radix sensorik untuk membentuk truncus n. Mandibularis. Serabut
sensorik n. Mandibularis mempersaraIi kulit pipi, kulit di atas mandibula, bibir
bawah, dan sisi kepala. SaraI ini juga mempersaraIi articulatio
temporomandibularis dan gigi geligi rahang bawah, mukosa pipi, dasar mulut dan
bagian depan lidah.
Serabut motorik n. Mandibularis mempersaraIi otot-otot pengunyah; m.
Mylohyodeus yang membentuk dasar mulut.; venter anterior m. Digastricus; m.
Tensor veli palatini palatum molle dan m. Tensor tympani telinga tengah.
Jadi, trigeminus merupakan syaraI sensorik utama kepala dan mempersaraIi
otot-otot pengunyah. SaraI ini juga menegangkan palatum molle dan membrana
tympani.

Fungsi ncrvus Trigcminus daai dinilai mclalui cmcrilsaan rasa suIu, nycri dan rala
ada dacraI incrvasi N. V (dacraI mula dan lagian vcniral calvaria}, cmcrilsaan
rcflcls lornca, dan cmcrilsaan fungsi oioi-oioi cngunyaI. Fungsi oioi cngunyaI
daai dicrilsa, misalnya dcngan mcnyuruI cndcriia mcnuiu lcdua raIangnya
dcngan raai, scIingga gigi-gigi ada raIang lawaI mcnclan ada gigi-gigi raIang aias,
scmcniara m. Masscicr dan m. Tcmoralis daai dialasi dcngan mudaI.
Pada lcrusalan unilaicral ncuron moior aias, mm. Masiicaiorcs iidal mngclami
gangguan fungsi, olcI larcna nuclcus moiorius N. V mcncrima filrac coriiconuclcarcs
dari lcdua lclaI coric ccrclri.
Sclagai iamlaIan icrIada fungsi cuiancus, calang maillaris dan mandilularis
cniing ada lcdolicran gigi. Ncrvus maillaris mcmlcrilan incrvasi scnsoril lc gigi
maillaris, alaium, dan gingiva. Calang mandilularis mcmlcrilan crsarafan scnsoril
lc gigi mandilularis, lidaI, dan gingiva. Variasi ncrvus yang mcmlcrilan crsarafan lc
gigi diicruslan lc alvcolaris, lc solci di mana gigi icrsclui lcrasal ncrvus alvcolaris
sucrior lc gigi maillaris lcrasal dari calang maillaris ncrvus irigcminus. Ncrvus
alvcolaris infcrior lc gigi mandilularis lcrasal dari calang mandilularis ncrvus
irigcminus.

2.3. Macammacam Kelainan Saraf Trigeminal
2.3.1. edera Nervus Trigeminus
1. Definisi dan Etiologi
Cedera saraI sensoris pada daerah maksiloIasial biasanya terjadi akibat
Iraktur Iasialis, selama terapi neoplasma atau ketika tindakan rekonstruksi.
Sebagian besar dari cedera tersebut dapat pulih dengan sendiri. Namun demiklian
sebagian ada yang memerlukan terapi akibat gangguan yang persisten pada saraI
sensorisnya.
4

Tiga cabang saraI trigeminus yang paling sering terkena cedera dan
mengalami perubahan sensasi yang cukup bermakna secara klinis adalah nervus
mentalis, nervus lingualis dan nervus inIraorbital. Khusus pada nervus mentalis,
bila mengalami cedera disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut
4
:
1. Fraktur mandibula
2. Tindakan bedah preporstetik
3. edah osteotomi sagittal split
4. Reseksi mandibula
5. Pengangkatan gigi impaksi
Kerusakan nervus lingualis biasanya disebabkan oleh pengangkatan massa
tumor atau pangangkatan gigi impaksi, sedangkan cedera pada nervus inIra orbital
paling sering terjadi akibat Iraktur kompleks zigomatikomaksila.
4


2. Klasifikasi edera
Pengalaman klinis dan riset menunjukkan bahwa intervensi bedah untuk
memperbaiki kerusakan nervus akan lebih berhasil bila dilakukan segera setelah
cedera terjadi. Untuk hal itu perlu mengetahui berbagai tipe kerusakan dan
prognosanya. eberapa klasiIikasi telah dikembangkan untuk bisa menilai secara
klinis tipe kerusakan dan prognosanya.
3


A. Klasifikasi Seddon
Cedera pada saraI tepi dapat diklasiIikasikan menurut tipe cedara pada
serabut saraI
4
:
1. Neuropraxia
Merupakan cedera paling ringan, dimana terjadi kontusio pada nervus
sedangkan kontinuitas dari lapisan epineural dan axon tetap terjaga. Secara
Iisiologi akan terjadi kehilangan konduksi saraI. Neuropraxia bisa
disebabkan oleh trauma tumpul atau peregangan saraI, inIlamasi disekitar
nervus atau iskemi local. Pemulihan Iungsi saraI bisa terjadi beberapa hari
sampai minggu.
2. Axonotmesis
Axonotmesis merupakan cedera yang lebih berat, di mana kontinuitas
akson hilang sedangkan lapisan epineural masih utuh. Karena lapisan
epinueral masih utuh, pemulihan tergantung akson. Pemulihan
berlangsung 2 6 bulan. Axonotmesis ini disebabkan trauma tumpul yang
berat atau peregangan yang kuat.
3. Neurotmesis
Merupakan cedera yang paling berat, dimana hilangnya kontinuitas
dari nervus. Prognosis untuk penyembuhan spontan adalah buruk.

B. Klasifikasi Sunderland
Sunderland membuat klasiIikasi berdasarkan struktur anatomi saraI, makin
tingginya g7ades makin menunjukkan kerusakan yang lebih berat
3

1. Grade 1
Kerusakan pada lapisan myelin yang di tandai dengan terhambatnya
konduksi.
2. Grade 2
Ditandai dengan hilangnya kontinuitas akson tapi semua jaringan ikat
yang menyelubungi utuh. endoneural, perineural dan epineural tetap
utuh.
3. Grade 3
Hilangnya kontinuitas axon disertai dengan hilangnya integritas
endoneural. Dalam keadaan ini scarr pada internal endoneural
mencegah reinervasi dari akson. Kerusakan lapisan endoneural akan
mengganggu reinevasi, karena regenerasi akson besal dari lapisan
endoneural yang sesuai.
4. Grade 4
Hilangnya kontinuitas periineural kemudian merusak bundle saraI.
Keadaan ini dihubungkan dengan terbentuknya scarr yang
menyebabkan kurang eIektiInya regenerasi saraI
5. Grade 5
Hilangnya kontinuitas epineural dan terpotongnya nervus

Tabel 1: Korelasi antara klasiIikasi Saddon dan Sunderland
5

Degree of
injury
Degree of
injury
Myelin Axon Endoneurium Perineurium Epineurium
Sunderland,
1978
Seddon,
1943

1
st
degree Neuropraxia +/
2
nd
Axonotmesis +
3
rd
Axonotmesis +
4
th
Axonotmesis +
5
th
Neurotmesis +

III. Penyembuhan Saraf perifer
Proses penyembuhan saraI ada 2 Iase yaitu degenerasi dan regenerasi. Dua
tipe regenerasi bisa terjadi. Pertama adalah demyelinisasi (demelination)
segmental dimana terjadi pemutusan lapisan myelin dalam segmen yang terisolasi
(Gambar 1). Demyelinisasi parsial ini menyebabkan menurunnya kecepatan
kinduksi dan mencegah transmisi beberapa impuls. Simptom yang dikeluhkan
pasien adalah parestesia, disestesia, hiperestesia hipestesia. Demyelinisasi
segmental ini bisa terjadi setelah cedera neuropraxia dengan kerusakan pada
jaringan ikat atau pembuluh darah.
4

Yang kedua adalah degenerasi Wallerian. Pada proses ini, akson dan lapisan
myelin dari bagian distal nervus (yang jauh dari susunan saraI pusat) sampai
tempat serabut saraI terputus akan mengalami disintegrasi secara keseluruhan
(Gambar 1). Sedangkan akson bagian proksimal samapai ke tempat cedera, juga
mengalami beberapa degenerasi, biasanya pada nodus Ranvier. Degenerasi jenis
ini menghentikan semua konduksi saraI distal menuju ke proksimal bagian yang
rusak.
4


Gambar 1: Degenerasi saraI tepi (periIer)
4

Regenerasi bisa dimulai setelah cedara nervus. Ujung proksimal nervus
memanjang membentuk serabut baru dan tumbuh menuju sisa-sisa tubulus sel
schwan (Gambar 2). Kecepatan pertumbuhannya 1 1,5 mm per hari dan
berlangsung terus sampai mencapai tempat inervasi atau ditahan oleh jaringan ikat
dan tulang. Ketika kontak Iungsional terjadi pasien akan merasakan perubahan
sensasi dari anesthesia menjadi parestesia atau disestesia.
3


Gambar 2: Regenerasi normal saraI tepi (periIer)
4

Masalah yang sering terjadi adalah jika kontinuitas sel schwan terganggu,
jaringan ikat bisa memasuki tubulus, sehingga ujung saraI mencapai jaringan ikat.
Ujung saraI mungkin mencari jalan lain atau memebentuk suatu serabut ditempat
tersebut yang disebut neuroma (Gambar 3) yang peka terhadap sentuhan.
3


Gambar 3: Penyembuhan abnormal saraI tepi (periIer)
4


IV. Diagnosis Nervus Trigeminus
Pemeriksaan cepat dilakukan pada pasien dengan trauma. Sentuhan lembut
light touch) dan pinp7ick nociception merupakan uji minimal menentukan
klasiIikasi dan derajat keparahan).
6

Pemerikaaan sentuhan lembut dilakukan dengan menggunakan cotton
tipped dengan cara mengoles pada permukaan kulit. Pasien ditanya (1) apakah
merasa ada gerakan, (2) bisakah mengidetiIikasi arah gerakan dan (3) persepsi
terhadap stimulus tersebut. Kemudian dilakukan penekanan dengan alat yang
sama, pasien ditanya (1) apakah sensasi terdeteksi, (2) dimana letak sensasi
tersebut dan (3) bagaimana persepsi terhadap stimulus tersebut.
6

Pemeriksaan nociception dilakukan dengan menggunakan ujung pinset
dental jarum atau peniti. Pasien ditanya (1) adakah merasakan stimulus, (2)
menentukan titik lokasi stimulus, (3) bagaiman persepsinya terhadap stimulus
tersebut dan (4) bagaimana perkiraannya tentang intensitas sensasi yang dirasa.
6


VI. Perawatan Bedah
SaraI periIer yang mengalami neuropraxia dan axonomatosis biasanya akan
pulih spontan. Ada tiga cedara saraI yang bisa ditangani oleh ahli bedah mulut
yang telah mendalami bedah mikro yaitu:
4

1. Kompresi saraI internal dan eksternal
2. terpotongnya serabut saraI secara insiden atau atau disengaja
3. Adanya neuroma traumatic atau sindroma nyeri pasca cedera
Kompresi saraI eksternal disebabkan karena adanya tekanan oleh tulang,
akar gigi, implant dental patahan instrument atau terbentuknya jaringan ikat yang
konstriktiI. Kompresi eksternal ini bisa terlihat dengan gambaran radiograIi.
Disamping itu diperlukan bedah eksplorasi untuk menegakkan diagnosa.
4

Kompresi internal disebabkan oleh pertumbuhan jaringan scar menuju
sarung saraI katika sedang terjadi regenerasi. edah dekompresi (pengangkatan
jaringan yang mengobstruksi dan materi asing) merupakan terapi pilihan bagi
kompresi internal dan eksternal.
4

Terputusnya nervus baik complete maupun incomplete bisa diketrahui saat
kejadian atau setelah timbulnya simtom dan dilakukan bedah eksplorasi. Nevus
yang telah jelas terpotong atau rusak hanya dalam jarak yang pendek dapat
dilakukan reanastomese secara bedah mikro oleh spesialis bedah mulut dan
maksiloIasial. Dengan pembesaran yang tinggi (12-20x) Iasikulus dan/atau
epineurium(Gambar 4) dijahit dengan nilon no 9-0 dan 10-0.
4


Gambar 4: Reanstomose dengan penjahitan epinueral
4

Neuman merekomendasikan penjahitan perineural, dimana setiap bundle
dipisahkan dan dilakukan penjahitan perineural (Gambar 5). Tiap-tiap bundle
dijahit dengan 2-3 jahitan.
1


Gambar 5: Reanstomose dengan penjahitan Perineural
5


Untuk menstabilkan reanastomose dilakukan splinting dengan menggunakan
tube yang direkatkan menggunakan perekat jaringan tissue glue) (Gambar 6)
1

ila serabut saraI yang hilang cukup panjang, diindikasikan untuk g7aft
saraI. Donor sering diambil dari nervus sural pada lengan bawah dan atau nervus
aurikularis mayor. Nervus donor dijahitkan pada area nervus yang terpotong.
1

eberapa Iactor yang mempengaruhi keberhasilan bedah mikro pada saraI
ini seperti, prognosis jelek pada pasien usia lanjut, terdapatnya cedera pada bagian
proksimal, keterlambatan dalam melakukan tindakan 7epai7) serta adanya
masalah inIeksi atau jaringan scar yang eksesiI.
4

Pada keadaan nervus yang mengalami trauma disertai adanya neuroma
traumatic, diperlukan Iarmakoterapi untuk mengurangi keluhan nyeri serta
eksplorasi nervus. Jika pada visualisasi nervus tidak ditemukan neuroma,
dilakukan reanastomose atau g7aft.
4


Gambar 6: Stabilisasi dengan menggunakan tube dan tissue glue
1




Daftar Pustaka
1. ailey J. 1993. Saliva7 gland %7aumaI In: Cumming CW. Editor.
Otola7ngologead and Neck Su7ge7 2
nd
ed. St Louis. Mosby Years
ook. p.1018-1028
2. Anderson DM, et al. 1988. Do7lands Illust7ated Medical Dictiona7 28
th

Ed. Philadelpia. W Saunders.
3. Smith DS, et al. 1996. asic Neu7oscience. In: O`Leary JP. Editor. %he
Phsiologic asis of Su7ge7. altimore. Williams & Wilkins. p. 522-560.
4. Peterson LJ, et all. 1998. Contempo7a7 O7al and Maxillofacial Su7ge7
3
7d
ed. St Louis. Mosby. p. 696-709
5. Terris DJ, et all. 2002. Ne7ve Wound ealing. Lecturer. University oI
StanIord, Scholl oI Medicine
6. Laanc JP. 1997. Maxillofacial Ne7ve Infu7 Evaluation Classification
and Management. In: Fonseca RJ, et al. Oral and MaxilloIacial Trauma,
2
nd
ed. Philadelpia. W Saunders Company. p. 913-923


2.3.2. Neuralgia Trigeminal
1. DeIenisi
Neuralgia trigeminal adalah nyeri episodic yang sangat menyiksa pada
daerah yang dipersaraIi oleh n. trigeminus. Disebut juga t7ifacial
neu7algia t7ifocal neu7algia dan tic doulou7eux.
1

2. Etiologi
W Penyebab pastinya belum diketahui, tetapi ada pendapat yang menyatakan
bahwa hal ini disebabkan oleh iritasi n. trigeminus
2
, diantaranya

cedera
perlfer n Lrlgemlnus karena Llndakan denLal
3. mpLom
Rasa sakit dapat terjadi secara spontan tetapi sering dipicu oleh sentuhan
pada tempat tertentu (disebut titik pemicu) di wajah, bibir, atau lidah atau
dengan suatu tindakan seperti menyikat gigi atau mengunyah. Rasa sakit
menusuk luar biasa dapat dirasakan di setiap bagian wajah, tetapi yang
paling sering dirasakan di pipi sebelah hidung atau di rahang.
iasanya, hanya satu sisi wajah terkena. Rasa sakit biasanya berlangsung
beberapa detik namun terjadi berulang-ulang dalam sehari. Karena sakit
sangat kuat, orang cenderung mengernyit, dan dengan demikian gangguan
ini kadang-kadang disebut tic. Kelainan ini umumnya sembuh dengan
sendirinya.
4. Diagnosis
Meskipun tidak ada pemeriksaan khusus untuk mengidentiIikasi neuralgia
trigeminal, tetapi nyeri yang khas memudahkan dokter untuk
mendiagnosa. Namun, dokter harus membedakan neuralgia trigeminal dari
kemungkinan penyebab lain dari nyeri wajah, seperti gangguan pada
rahang, gigi, atau sinus dan neuropati trigeminal (yang sering disebabkan
kompresi saraI trigeminal disebabkan oleh tumor, stroke, aneurisma, atau
multiple sclerosis). Trigeminal neuropati dapat dibedakan dengan
neuralgia trigeminal karena trigeminal neuropatidapat menyebabkan
hilangnya sensasi, sedangkan neuralgia trigeminal tidak.
5. Terapi
Karena serangan rasa sakit yang singkat dan berulang, pemberian
analgesik biasanya tidak membantu. Namun pemberian obat lain seperti
obat antikonvulsan (untuk menstabilkan membran saraI) dapat membantu.
eberapa obat-obatan anticonvulsant yang sering digunakan:
arbamazepine
Drug oI choice. Hasilnya mulai tampak setelah 4-24 jam setelah
pemberian.Dosis awal adalah 3 x (100-200 mg. ila toleransi pasien
terhadap obat ini baik, terapi dilanjutkan hingga beberapa minggu atau
bulan. Dosis maksimal adalah 1200 mg/hari.
Gabapentin

a Def|n|s|
1

-euralgla 1rlgemlnal merupakan suaLu keluhan serangan nerl
wa[ah saLu slsl ang berulang dlsebuL 1rlgemlnal neuralgla karena nerl
dl wa[ah lnl Ler[adl pada saLu aLau leblh saraf darl Llga cabang saraf
1rlgemlnal 8asa nerl dlsebabkan oleh Lergangguna fungsl saraf
1rlgemlnal sesual dengan daerah dlsLrlbusl persarafan salah saLu cabang
saraf 1rlgemlnal ang dlaklbaLkan oleh berbagal penebab

ambar 1 A Anatom| nervus tr|gem|nus 8 D|str|bus| persyarafan d|wa[ah
(kaufman 2001)

b t|o|og| (penyebab) Neura|g|a 1r|gem|na|
1

,ekanlsme paLoflslologls ang mendasarl -1 belum beglLu pasLl walau
sudah sangaL banak penellLlan dllakukan keslmpulan Wllklns semua
Leorl LenLang mekanlsme harus konslsLen dengan
1 lfaL nerl ang parokslsmal dengan lnLerval bebas nerl ang lama
2 umumna ada sLlmulus Lrlgger ang dlbawa melalul aferen
berdlameLer besar (bukan serabuL nerl) dan serlng melalul dlvlsl
saraf kellma dlluar dlvlsl unLuk nerl
3 kenaLaan bahwa suaLu lesl kecll aLau parslal pada gangllon gasserlan
dan/ aLau akarakar saraf serlng menghllangkan nerl
4 1er[adlna -1 pada paslen ang mempunal kelalnan demlellnasl
senLral (Ler[adl pada 1 paslen dengan sklerosls mulLlpel)
kenaLaan lnl Lampakna memasLlkan bahwa eLlologlna
adalah senLral dlbandlng saraf Lepl arokslsme nerl analog dengan
bangklLan dan ang menarlk adalah serlng dapaL dlkonLrol dengan
obaLobaLan anLl ke[ang (karbamazepln dan fenlLoln)
1ampakna sangaL mungkln bahwa serangan nerl mungkln
menun[ukkan suaLu ceLusan aberranL darl akLlvlLas neuronal ang
mungkln dlmulal dengan memasukkan lnpuL melalul saraf kellma
berasal darl sepan[ang LrakLus senLral saraf kellma aLau pada LlngkaL
slnaps senLralna
erbagal keadaan paLologls menun[ukkan penebab ang
mungkln pada kelalnan lnl ada kebanakan paslen ang dloperasl
unLuk -1 dlLemukan adana kompresl aLas 'nerve rooL enLr zone
saraf kellma pada baLang oLak oleh pembuluh darah (4393 paslen)
Pal lnl menlngkaL sesual usla karena sekunder Lerhadap elongasl
arLerla karena penuaan dan arLerlosklerosls dan mungkln sebagal
penebab pada kebanakan paslen
CLopsl menun[ukkan banak kasus dengan keadaan
penekanan vaskuler serupa Lldak menun[ukkan ge[ala saaL hldupna
kompresl nonvaskuler saraf kellma Ler[adl pada beberapa paslen 1
8 paslen menun[ukkan adana Lumor [lnak suduL serebeloponLln
(menlngloma slsLa epldermold neuroma akusLlk Av,) dan kompresl
oleh Lulang (mlsal sekunder Lerhadap penaklL ageL) 1ldak seperLl
kebanakan paslen dengan -1 paslen lnl serlng mempunal ge[ala
dan/aLau Landa deflslL saraf kranlal
enebab laln ang mungkln Lermasuk cedera perlfer saraf
kellma (mlsal karena Llndakan denLal) aLau sklerosls mulLlpel dan
beberapa Lanpa paLologl ang [elas

n e[a|a dan 1anda
2

O -erl daerah wa[ah blsa saLu aLau dua lsl
O -erl seperLl Lerbakar Lerllrls
O lsa dl provokasl oleh senLuhan rlngan angln dan makan
d D|agnos|s
akLor rlwaaL pallng penLlng adalah dlsLrlbusl nerl dan Ler[adlna
'serangan' nerl dengan lnLerval bebas nerl relaLlf lama
O Anamnes|s
okallsasl nerl unLuk menenLukan cabang nervus
Lrlgemlnus ang Lerkena
,enenLukan wakLu dlmulalna neuralgla 1rlgemlnal dan
mekanlsme pemlcuna
,enenLukan lnLerval bebas nerl
,enenLukan lama efek samplng dosls dan respons
Lerhadap
pengobaLan
,enanakan rlwaaL penaklL herpes
O 9emer|ksaan I|s|k
,enllal sensasl pada keLlga cabang nervus Lrlgemlnus
bllaLeral
(Lermasuk refleks kornea)
,enllal fungsl mengunah (masseLer) dan fungsl
pLergoldeus
(membuka muluL devlasl dagu)
,enllal LC,
emerlksaan penun[ang dlagnosLlk seperLl C1scan kepala
aLau ,8l dllakukan unLuk mencarl eLlologl prlmer dl
daerah posLerlor aLau suduL serebeloponLln

Gambar 2 : Pemeriksaan # A.Potongan horisontal B. Potongan sagital), terlihat tumor
menekannervus trigeminus Bryce, 2004)

e 9erawatan bedah atau terap|
1

O 9enata|aksanaan
engobaLan pada dasarna dlbagl aLas 3 baglan
1 enaLalaksanaan perLama dengan menggunakan obaL
2 embedahan dlperLlmbangkan blla obaL Lldak berhasll
secara memuaskan
3 enaLalaksanaan darl segl ke[lwaan
Terapi Medis obat)
Perlu diingatkan bahwa sebagian besar obat yang
digunakan pada penyakit ini mempunyai cukup banyak eIek
samping. Penyakit ini juga terutama menyerang mereka yang
sudah lanjut usia. Karena itu, pemilihan dan pemakaian obat harus
memperhatikan secara cermat kemungkinan timbulnya eIek
samping. Dasar penggunaan obat pada terapi neuralgia Trigeminal
dan neuralgi saraI lain adalah kemampuan obat untuk
menghentikan hantaran impulse aIIerent yang menimbulkan
serangan nyeri.
Obat untuk mengatasi Trigeminal neuralgia biasanya cukup
eIektiI. Obat ini akan memblokade sinyal nyeri yang dikirim ke
otak, sehingga nyeri berkurang. ila ada eIek samping, obat lain
bisa digunakan sesuai petunjuk dokter tentunya.
eberapa obat yang biasa diresepkan antara lain
Carbamazepine (Tegretol, Carbatrol), acloIen. Ada pula obat
Phenytoin (Dilantin, Phenytek), atau Oxcarbazepine (Trileptal).
Dokter mungkin akan memberi Lamotrignine (Lamictal) atau
Gabapentin (Neurontin). Pasien Trigeminal neuralgia yang tidak
cocok dengan obat-obatan bisa memilih tindakan operasi.
Terapi Non medis Bedah )
Pilihan terapi non-medis (bedah) dipikirkan bilamana
kombinasi lebih dari dua obat belum membawa hasil seperti yang
diharapkan. Dr. Stephen . Tatter menyebutkan bahwa
pembedahan disiapkan untuk mereka yang tidak dapat
mentoleransi eIek samping dari terapi medis atau ternyata terapi
medis tidak eIektiI. Terdapat beraneka ragam cara pembedahan,
dari yang paling kuno, yang dapat menimbulkan kecacatan
(biasanya pendengaran dan gerak otot wajah) cukup besar, sampai
cara yang lebih sophisticated, yang hanya sedikit atau hampir tidak
pernah dijumpai eIek samping. J. Keith Campbell menulis dalam
artikelnya "7e ll of the %7eatment Options eing Conside7ed?
bahwa penatalaksanaan medik sering gagal dalam menghilangkan
nyeri dalam periode yang panjang. Hal ini sering didapati pada
pasien usia lanjut. Untuk pasien-pasien muda, merujuk ke ahli
bedah untuk dekompresi mikrovaskular perlu dipertimbangkan
segera sesudah diagnosis ditegakkan.
3,4

Dua cara operasi kuno, yaitu ablatio total dari saraI periIer
dan reseksi bagian sensorik dari saraI Trigeminal, kini tidak
dikerjakan lagi karena ada metode yang lebih baik. Walaupun
demikian, Waldeman masih menganjurkan Trigeminal nerve block
dengan menggunakan anestesi lokal methylprednisolone. Yang
dipakai adalah bupivacaine tanpa pengawet yang diberi bersama
dengan methylprednisolone. Suntikan dilakukan tiap hari sampai
obat oral yang dimulai pada saat sama, mulai eIektiI.
4

a. RadioIrequency rhizotomy (Meglio and Cioni, 1989)
1

Hingga kini masih populer karena relatiI aman dan murah. Sayang,
cara ini mempunyai kemungkinan kekambuhan sebesar 25. EIek
samping lain yang kurang enak adalah terjadinya anestesi kornea,
rasa kesemutan, dan kelemahan rahang yang kadang-kadang bisa
mengganggu. ahkan, ada pasien yang merasa menyesal karena
rasa kesemutan yang terus-menerus ini lebih tidak nyaman
daripada nyeri yang masih ada masa bebasnya.
b. Percutaneous retrogasserian rhizolisis dengan gliserol
Cara ini adalah cara yang dianjurkan oleh Jho dan LunsIorI
(1997). Konon, hasilnya sangat baik dengan gangguan minimal
pada kepekaan muka. Hipotesis yang dikemukakan adalah bahwa
gliserol adalah neurotoksik dan bekerja pada serabut saraI yang
sudah mengalami demielinisasi, menghilangkan compound action
potential pada serabut Trigeminal yang terkait dengan rasa nyeri.
Cara ini cepat dan pasien bisa cepat dipulangkan. Kerugiannya
adalah masih tetap bisa terjadi gangguan sensorik yang mungkin
mengganggu atau kumat lagi sakitnya.
c. Mic7ovascula7 Decomp7ession
Dasar dari prosedur ini adalah anggapan bahwa adanya
penekanan vaskular merupakan penyebab semua keluhan ini.
Neuralgi adalah suatu compressive cranial mononeuropathy. Para
penganut cara pengobatan ini mengganggap bahwa penyembuhan
yang terjadi adalah yang paling sempurna dan permanen.
4

Kerugian cara ini adalah bahwa bagaimanapun juga ini suatu
kraniotomi dan pasien perlu tinggal sekitar 4-10 hari di rumah
sakit, dilanjutkan dengan masa rekonvalesensi yang juga perlu 1-2
minggu. Pertimbangan lain adalah bahwa walaupun jarang,
mikrovaskular dekompression bisa menyebabkan kematian atau
penyulit lain seperti stroke, kelemahan nervus Iacialis, dan tuli. Di
tangan ahli bedah yang berpengalaman, komplikasi ini tentunya
sangat kecil. Pada operasi yang berhasil, pengurangan atau bahkan
hilangnya nyeri sudah dapat dirasakan setelah 5-7 hari pasca
bedah. Dr. Fred arker dan timnya melaporkan dalam suatu
pertemuan ilmiah tentang pengalamannya dengan mikrovaskular
dekompression pada 1430 pasien yang dilakukan di Universitas
Pittsburgh. Sebagian besar dari pasien tersebut mendapatkan
pengurangan nyeri secara lengkap atau bermakna. Dua tahun
setelah operasi, insidens kekambuhan 1 per tahunnya.
Kekambuhan ini secara umum dikarenakan adanya pembuluh
darah baru yang muncul pada nervus trigeminus.
d. Ste7eotactic 7adiosu7ge7 dengan gamma knife
Merupakan perkembangan yang masih relatiI baru. Gamma
KniIe merupakan alat yang menggunakan stereotactic radiosurgery.
Tekniknya dengan cara memIokuskan sinar Gamma sehingga
berlaku seperti prosedur bedah, namun tanpa membuka kranium.
Gamma KniIe pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Lars Leksell
dari Stockholm, Swedia pada 1950. Cara ini hanya memerlukan
anestesi lokal dan hasilnya konon cukup baik. Sekitar 80-90 dari
pasien dapat mengharapkan kesembuhan setelah 3-6 bulan setelah
terapi.
Cara kerja terapi adalah lewat desentisisasi pada saraI
Trigeminal setelah radiasi yang ditujukan pada saraI ini dengan
bantuan komputer. Seorang ahli bedah saraI dari Seattle Dr. Ronald
Young mengatakan bahwa dengan Gamma KniIe hasilnya sangat
memuaskan juga dengan komplikasi yang minimal.
Meglio dan Cioni melaporkan cara dekompresi baru dengan
menggunakan suatu balon kecil yang dimasukkan secara perkutan
lewat Ioramen ovale. alon diisi sekitar 1 ml sehingga menekan
ganglion selama 1 hingga 10 menit. Konon cara ini membawa hasil
pada sekitar 90 dari kasus. elum ada laporan mengenai berapa
banyak yang mengalami residiI.
5


Penatalaksanaan dari Segi Kejiwaan
Hal lain yang penting untuk diperhatikan selain pemberian
obat dan pembedahan adalah segi mental serta emosi pasien. Selain
obat-obat anti depresan yang dapat memberikan eIek perubahan
kimiawi otak dan mempengaruhi neurotransmitter baik pada
depresi maupun sensasi nyeri, juga dapat dilakukan teknik
konsultasi bioIeedback (melatih otak untuk mengubah persepsinya
akan rasa nyeri) dan teknik relaksasi.
REFERENSI
1 WraLsongko,ado205 tesep peoceqoboo peoyemboboo peoyoklt
Jeoqoo qetokoo sbolot 2006!akarLa Agromedla usLaka
2 http//wwwpewortokoborindonesiob/oqspotcom/
3. Sukardi, Elias, 1984, Neuroanatomica Medica, Penerbit Universitas
Indonesia : Jakarta, hal. 176-179
4. Suhardi, D., 2007, Trigeminal Neuralgia, Rasa Nyeri di Wajah,
http://www.harian-global.com/ , Akses tanggal 16-09-2011.
5. Collins, Peter., 1999, Elect7onic Dictiona7 of Medicine, Peter Collins
Publishing : Teddington UK.

Anda mungkin juga menyukai