I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keaksaraan saat ini menjadi hal penting bagi dunia, ini terbukti
dengan fokus laporan dari UNESCO pada tahun 2006, yaitu ”EFA
Global Monitoring Report, Literacy for Life”. Laporan tersebut
menekankan adanya keseriusan dari berbagai negara untuk
menjadikan keaksaraan sebagai pusat perhatian kebijakan di hampir
seluruh dunia. Keaksaraan adalah menjadi core programe, Education
for All, bahkan dalam dekade keaksaraan bangsa-bangsa di seluruh
dunia dinyatakan bahwa ”Keaksaraan merupakan jantung pendidikan
untuk semua dan melek aksara memberikan lingkungan yang
kondusif terhadap pencapaian tujuan-tujuan pengentasan
kemiskinan, pengurangan angka kematian bayi, menahan angka
pertumbuhan penduduk, pencapaian kesetaraan gender, menjamin
kelangsungan pembangunan, perdamaian dan demokrasi” (EFA
Global Monitoring Report, Unesco, 2006).
Menurut laporan Unesco tahun 2006 masalah buta aksara adalah
menjadi persoalan yang terjadi hampir di semua negara atau di 203
negara yang dilaporkan oleh Unesco. Kebutaaksaraan juga sangat
terkait dengan kemiskinan, keterbelakangan, kebodohan, dan
ketidakberdayaan masyarakat. Atas dasar itu, UNESCO, UNICEF,
WHO, World Bank, dan badan-badan internasional lain menjadi
sangat gencar mengkampanyekan dan mensosialisasikan akan
pentingnya pemberantasan buta aksara di seluruh dunia. Negara-
negara yang tergabung dalam forum Dakar-Senegal misalnya, pada
tahun 2000 telah menetapkan satu point penting akan masalah
kebutaaksaraan ini, bahkan sampai pada target kuantitatif, yakni
pengurangan sebesar 50% tingkat buta aksara orang dewasa pada
tahun 2015. Sementara tekad pemerintah sekarang, yakni
menetapkan kebijakan pengurangan penduduk buta aksara 15 tahun
Tabel 1.
Perbandingan HDI Indonesia dengan Negara lain
Tahun
Negara 1995 2000 2002 2003 2004 2006
Thailand 58 76 70 74 76 74
Malaysia 59 61 59 58 59 61
Philipina 100 77 77 85 83 84
Indonesi 104 109 110 112 111 108
Sumber: UNDP HDI Rank (1995, 2000, 2002, 2003, 2004, dan 2006)
Dari tabel di atas, dapat terlihat betapa posisi Indonesia tidak jauh
berubah sejak tahun 1995, bahkan antara tahun 2003,2004, dan
2006 tidak mengalami perubahan peringkat, bila di lihat dari jumlah
negara yang di survei. Indonesia berada diperingkat 112 dari 175
negara (2003) dan 111 dari 177 negara (2004) serta 108 dari 177
negara (2006)
PERSENTASE (%)
JUMLAH JUMLAH BUTA
DISPARITAS
TAHUN PENDUDUK AKSARA (DALAM
GENDER (%)
(DALAM JUTAAN) JUTAAN) L P L+P
NEGARA
BERKEMBANG
Biasanya PROSES
ditandai oleh PENGAMBILAN
income KEPUTUSAN SKALA HASIL
KECIL (DALAM Pendidikan
KELUARGA) tidak
Prioritas pilihan: memadai
Tidak semua anak Perempuan
diberikan tidak
kesempatan
KELUARGA pendidikan yang
MISKIN sama
Ditandai oleh Kepada siapa
income (dana) pendidikan akan
yang tidak DAMPAK
cukup untuk Perempuan
membiayai Menjadi
Buta
4. Jumlah buta aksara yang diberantas lebih kecil dari jumlah yang
ada dan Buta aksara baru.
5. Aspek Sosiologis
Ditinjau dari segi sosiologis, sebagian besar masyarakat kita
beranggapan bahwa harkat dan martabat seseorang akan meningkat
apabila memiliki “Ijazah” yang diperoleh melalui jalur persekolahan,
dengan orientasi ingin menjadi pegawai negeri atau bekerja di
perusahaan-perusahaan atau bekerja pada sektor-sektor formal. Pada
sisi lain, program pemberantasan buta aksara yang meskipun
diintegrasikan dengan berbagai pendidikan keterampilan tidak
memberikan “Ijazah” sebagai jawaban atas anggapan tersebut di
atas. Sehingga program pemberantasan buta aksara kurang diminati
oleh masyarakat yang tergolong miskin, dalam arti tidak mampu
menyekolahkan anak pada jalur pendidikan persekolahan. Hasil
penelitian juga memberi petunjuk bahwa sebagian besar masyarakat
kita lebih menginginkan pendidikan sekolah bagi anak-anaknya,
karena program pemberantasan buta aksara sendiri tidak
memberikan ijazah yang diperlukan oleh mereka untuk meningkatkan
status sosial ekonominya.
II
KEBIJAKAN GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PEMBERANTASAN
BUTA AKSARA (GNP-PBA)
11. Mengingat data yang ada saat ini berbeda-beda, maka setiap
daerah diwajibkan untuk melkukan pendataan dari rumah-
13.Metode Pembelajaran.
PERKIRAAN SASARAN
JUMLAH
TH BA 15 TH ANGKA SASARAN TAHUN
PENDUDU TARGET TK %
N KE ATAS KEMATIAN PBA BERIKUTNY
K PBA BERHASIL
A
2 152,755,1 15,414,8 15,273,96 10.2
140,913 133,610 93,527 15,180,438
004 11 78 5 1
2 157,169,7 15,180,4 15,043,83 152,36
136,606 217,667 14,891,465 9.55
005 70 38 2 7
2 160,290,4 14,891,4 14,759,80 2,348,40 1,878,7
131,662 12,881,080 8.07
006 71 65 3 4 23
2 161,411,1 12,881,0 12,759,19 2,047,05 1,637,6
121,881 11,121,557 6.89
007 72 80 9 3 42
2 162,531,8 11,121,5 11,013,28 1,802,51 1,442,0
108,275 9,571,270 5.89
008 74 57 2 5 12
2 163,652,5 9,571,27 2,539,79 2,031,8
93,839 9,477,431 7,717.624 4.55
009 75 0 8 38
Keterangan:
1. Tingkat keberhasilan 2007-2009 sekitar 80%
2. Warga belajar Pend. Keaksaraan yang gagal diperhitungkan kembali
dalam target tahun berikutnya
Tabel 4.
Rincian Target dan Perkiraan Anggaran PBA Berdasarkan Kontribusi
Pemerintah dan Pemerintah Daerah Tahun 2004-2009
Tabel 5.
Pencapaian Sasaran PBA 2005-2006 dan Target Sasaran Tahun 2007-
2009 Menurut Provinsi
Tabel 6.
Provinsi yang Telah Melakukan Kerjasama dengan Mendiknas
JANGKA PROPORSI
N WAKTU
PROVINSI (Pusat:Prov:Kab/
O PELAKSANAA
N Kota)
1 JAWA TIMUR 2006-2008 50:30:20
NUSA TENGGARA
2 BARAT 2006-2008 60:20:20
3 SUMATERA SELATAN 2006-2008 50:20:30
4 SULAWESI SELATAN 2007-2009 50:20:30
5 JAMBI 2006-2008 50:20:30
6 KALIMANTAN BARAT 2007-2009 80:10:10
KALIMANTAN
7 SELATAN 2006-2008 27:50:23
KALIMANTAN
8 TENGAH 2007-2009 60:20:20
9 BANGKA BELITUNG 2006-2008 50:25:25
10 JAWA BARAT 2006-2008 50:30:20
SULAWESI
11 TENGGARA 2007-2009 50:15:35
12 RIAU 2007-2008 50:30:20
13 KEPULAUAN RIAU 2007-2009 60:20:20
14 BALI 2006-2009 50:25:25
NUSA TENGGARA
15 TIMUR 2007-2009 60:20:20
16 GORONTALO 2007-2009 50:30:20
17 BANTEN 2006-2008 50:30:20
18 SUMATERA UTARA 2006-2008 50:30:20
19 SULAWESI UTARA 2006-2009 60:15:25
20 JAWA TENGAH 2007-2008 50:30:20
21 SUMATERA BARAT 2006-2009 60:20:20
22 KALIMANTAN TIMUR 2006-2009 50:30:20
23 MALUKU 2006-2009 60:20:20
24 SULAWESI TENGAH 2006-2008 60:20:20
25 PAPUA 2006-2009 50:20:30
26 LAMPUNG 2006-2008 50:30:20
Tabel 7.
REKAPITULASI JUMLAH SASARAN DAN ANGGARAN BUTA AKSARA
DARI APBN, APBD I DAN APBD II TAHUN 2007
KESIMPULAN
1. Kondisi Buta Aksara.
a. Buta aksara yang ada merupakan bagian yang tersulit untuk
diberantas.
I PENDAHULUAN 1
A Latar Belakang 1
B Hasil Pemberantasan Buta Aksara dan Disparitas Gender 2
C Masalah dalam Pemberantasan Buta Aksara 4
D Penyebab Terjadinya Buta Aksara 5
II KEBIJAKAN GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN 7
PEMBERANTASAN BUTA AKSARA (GNP-PBA)
III RENCANA DAN PELAKSANAAN PERCEPATAN PBA 8
A Strategi: Reaching The Unreached 8
B Rencana Sasaran dan Anggaran PBA 2004-2009 11
IV KOMITMEN DAERAH TERHADAP MoU PERCEPATAN 14
PEMBERANTASAN BUTA AKSARA
A Provinsi Yang Sudah Melaksanakn MoU 14
B Komitmen Pemerintah dan Pemerintah Daearah 15
C Pendidikan Keaksaraan Tahap Lanjutan dan Mandiri 16
KESIMPULAN 18