Anda di halaman 1dari 61

SIKLUS AKUNTANSI KEUANGAN SEKTOR PUBLIK

MAKALAH

Diafukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok Mata Kuliah
Akuntansi Sektor Publik






Disusun oleh:
BONITA S (0807031)
IRAWATI A. S (0807033)
LISGIARTI (0800245)
ESTI ISTIYANI (0705578)
TETI (0704617)
IWAN (0705480)


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI
FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2010

l


KATA PENGANTAR

Segala puji hanya dan untuk Allah SWT, karena atas berkah, rahmah,
ridho, dan hidayah-Nya akhirnya kami dapat menyelesaikan penyusunan Tugas
Makalah Akuntansi Sektor Publik.
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah pada guru yang
mengajarkan kebaikan kepada manusia, penutup para Nabi-Mu, makhluk pilihan-
Mu yaitu Nabi Muhammad bin Abdullah, kepada keluarganya, sahabatnya,
tabi`in, tabiut tabi`in, dan besar harapan kepada kita selaku umatnya yang insya
Allah senantiasa menjalankan sunnahnya sampai akhir zaman. Aamiin.
Tugas ini ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata
kuliah Akuntansi Sektor Publik dengan judul 'silkus akuntansi keuangan sektor
publik.
Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari makalah ini masih sangat
jauh untuk dikatakan sempurna. Oleh karena itu kami mengharapkan masukan-
masukan serta ide kreatiI dan konstruktiI dari para pembaca untuk perbaikan di
masa yang akan datang.

Bandung, Desember 2010

Penyusun



ll

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 atar Belakang Masalah ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................. 2
1.3 Tujuan ............................................................................................................... 2
1.4 Metode Penulisan ............................................................................................... 3
1.5 ManIaat Penulisan .............................................................................................. 3
BAB II ISI
2.1.Pengertian Siklus Akuntansi Keuangan Sektor Publik ................................... 5
2.2.Alur Proses Siklus Akuntansi Keuangan Sektor Publik ..................................... 6
2.2.1. hart OI Account ........................................................................ 9
2.2.2. Sistem Pemberian Kode ............................................................... 9
2.2.3. Buku Jurnal .................................................................................. 19
2.2.4. Buku Besar ................................................................................ 20
2.2.5. Penutup buku besar ...................................................................... 33
2.2.6. kertas kerja ................................................................................ 33
2.2.7. aporan Keuangan Konsolidasi ........................................... 36
2.3 ANASS APORAN KEUANGAN ...................................................... 39
2.3.1 Konsep Analisis aporan Keuangan ........................................... 39
2.3.2 Analisis aporan Keuangan Pemerintah .......................................... 43
2.3.3 Analisis aporan Keuangan Pemerintah Daerah .............................. 47
BAB III
3.1 SIMPULAN ..................................................................................................... 54
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 56
lll

























lv



1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Era globalisasi saat ini merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari oleh
seluruh masyarakat dunia. Bangsa ndonesia sebagai bagian dari masyarakat dunia
memiliki kewajiban secara terus-menerus untuk berpartisipasi dalam mewujudkan
kepemerintahan yang baik good governance). World Bank dalam Mardiasmo
(2004:18) mendeIenisikan Good governance sebagai suatu penyelenggaraan
manajemen pembangunan yang sejalan dengan prisip demokrasi, penghindaran
salah alokasi dana investasi, pencegahan korupsi baik secara politik dan
administratiI. Kepemerintahan yang baik setidaknya ditandai dengan tiga elemen
yaitu transparansi, partisipasi dan akuntabilitas. Transparansi dibangun atas dasar
kebebasan memperoleh inIormasi. Partisipasi maksudnya mengikutsertakan
keterlibatan masyarakat dalam pembuatan keputusan baik secara langsung
maupun tidak langsung melalui lembaga perwakilan yang dapat menyalurkan
aspirasinya. Sedangkan akuntabilitas adalah pertanggungjawaban kepada publik
atas setiap aktivitas yang dilakukan.
Untuk melihat sejauh mana transaparasi, partisipasi dan akuntabilitas
pemerintah dalam rangka mengukur kinerja pemerintah itu sendiri dapat dilihat
dari laporan keuangan yang disajikan. Dalam akuntansi sektor publik, pemerintah
diharuskan untuk melaporkan pertanggungjawaban keuangannnya kepada publik
agar tercipta kepercayaan dari masyrakat terhadap pemerintah. Oleh karena itu,
selain perusahaan komersil, dalam pengelolaan keuangan pemerintah pun
dilakukan yang namanya siklus akuntansi keuangan pemerintah mulai dari
pencatatan transaksi ke dalam jurnal, posting ke buku besar, penyajian laporan
keuangan sampai pada analisis laporan keuangan pemerintah.
Penyusunan laporan keuangan berpedoman pada standar akuntansi
pemerintah (SAP) dalam rangka peningkatan kualitas laporan keuangan, sehingga
laporan keuangan yang disajikan dapat meningkatkan kredibilitasnya dan pada

2

gilirannya akan dapat mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan
keuangan pemerintah daerah. Sehingga, good governance dapat tercapai.
Selain menyajikan laporan keuangan, hal terpenting bagi pemerintah
adalah melakukan analisis terhadap laporan keuangan yang telah dibuat. Dimulai
dengan melakukan analisis kemandirian untuk menilai sejauh mana kemampuan
pemerintah dalam membiayai penyelenggaraan kegiatan pemerintahannya,
mengukur eIisiensi dan eIektiIitas dalam merealisasikan pendapatannya,
mengukur sejauh mana pemerintah membelanjakan pendapatannya, mengukur
kontribusi masing-masing sumber pendapatan pemerintah, melihat pertumbuhan
dan perkemangan perolehan pendapatan dan pengeluaran yang dilakukan
pemerintah selama periode tertentu.
Permasalahan yang dihadapi sekarang untuk mewujudkan good
governance tersebut adalah karena adanya keterbatasan dalam penyajian laporan
keuangan pemerintah yang berbeda dengan komersil, penyusunan anggaran
pemerintah sendiri masih berdasarkan incremental budget dan penilaian kinerja
pemerintah sendiri lebih ditekankan pada pencapaian target, bukan pada output
yang yang dihasilkan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas,maka dapat dirumuskan
sebagai berikut:
1. Bagaimana siklus akutansi keuangan yang diterapkan disektor publik
2. Bagaimana pelaporan keuangan disektor publik yang membedakan dengan
laporan keuangan di sektor swasta
3. Bagaimana cara pemerintah mengukur kinerja berdasarkan analisis laporan
keuangan sektor publik
1.3 Tujuan
Secara umum penulisan makalah ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui siklus akuntansi keuangan sektor publik
2. Mengetahui pelaporan keuangan pemerintah di sektor publik

3

3. Mengetahui cara pengukuran kinerja pemerintah melalui analisis laporan
keuangan pemerintah sektor publik
1.4 Metode Penulisan
Makalah ini dibuat dengan menggunakan metode studi literatur karena
materi yang dikaji diambil dari sumber-sumber ilmiah, buku-buku reIerensi yang
berhubungan dengan akuntansi sektor publik. Selain itu juga media internet
banyak digunakan untuk mencari reIerensi.
1.5 Manfaat Penulisan
Dengan adanya penulisan makalah ini, pembaca diharapkan dapat
mengenal, mengetahui dan memahami lebih dalam mengenai akuntansi sektor
publik berkaitan dengan siklus akuntansi keuangan sektor publik mulai dari
pencatatan transaksi sampai kepada penyajian laporan keuangan dan analisis
laporan keuangan agar menghasilkan laporan keuangan yang transparan dan
memiliki akuntabilitas publik.
1.6 Sistematika Penulisan
Sistem penulisan makalah ini tersusun dalam langkah-langkah berikut.

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.6 atar Belakang Masalah
1.7 Rumusan Masalah
1.8 Tujuan
1.9 Metode Penulisan
1.10ManIaat Penulisan
BAB II ISI
2.3.Pengertian Siklus Akuntansi Keuangan Sektor Publik

4

2.4.Alur Proses Siklus Akuntansi Keuangan Sektor Publik
2.4.1. hart OI Account
2.4.2. Sistem Pemberian Kode
2.4.3. Buku Jurnal
2.4.4. Buku Besar
2.4.5. Penutup buku besar
2.4.6. kertas kerja
2.4.7. aporan Keuangan Konsolidasi
2.3 ANASS APORAN KEUANGAN
2.3.1 Konsep Analisis aporan Keuangan
2.3.2 Analisis aporan Keuangan Pemerintah
2.3.3 Analisis aporan Keuangan Pemerintah Daerah
BAB III
3.1 SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA













3

BAB II
ISI

2.1 Pengertian Siklus Akuntansi Keuangan Sektor Publik

'.... Siklus akuntansi merupakan sistematka pencatatan transaksi
keuangan, peringkasannya, dan pelaporan keuangan....

Siklus akuntansi merupakan suatu proses penyediaan laporan keuangan
organisasi selama satu periode tertentu. Siklus akuntansi dapat dibagi menjadi
pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan selama periode tersebut, yaitu :

a. Pencatatan Data ke dalam dokumen sumber/bukti transaksi.
b. Penjurnalan, yaitu menganalisis dan mencatat transaksi dalam jurnal (buku
harian).
c. Melakukan posting ke Buku Besar yaitu memindahkan debet dan kredit
dari jurnal ke akun Buku Besar.
d. Penyusunan Neraca Saldo yaitu menyiapkan Neraca Saldo unttuk
mengecek keseimbangan Buku Besar.
e. Membuat ayat jurnal penyesuaian dan memasukkan jumlahya pada Neraca
Saldo.
I. Membuat ayat-ayat penutup yaitu menjurnal dan memindahbukukan ayat-
ayat penutup
g. Penyusunan aporan Keuangan yaitu aporan Rugi aba, aporaan
Perubahan Modal dan Neraca.

Pekerjaan yang dilakukan pada akhir periode juga mempersiapkan akun
untuk mencatat transaksi-transaksi pada periode selanjutnya. Banyaknya langkah
yang harus dilakukan pada akhir periode secara tidak langsung menunjukkan

6

bahwa sebahagian besar pekerjaan dilakukan pada bagian akhir. Walaupun
demikian, pencatatan dan pemindahbukuan selama periode tersebut membutuhkan
waktu lebih lama dibandingkan dengan pekerjaan di akhir periode.

2.2 Alur Proses Siklus Akuntansi Keuangan Sektor Publik

Alur proses siklus akuntansi dapat dikelompokkan ke dalam tiga tahap,
yaitu :

1. Tahap Pencatatan dan Penggolongan
Kegiatannya, Bukti-bukti pembukuan dicatat dalam buku jurnal.
Transaksi-transaksi yang sama yang sering terjadi dicatat dalam buku jurnal
khusus.
Tahap-tahapannya meliputi :
O Kegiatan pengidentiIikasian dan pengukuran dalam bentuk bukti
transaksi dan bukti pencatatan.
O Kegiatan pencatataan bukti transaksi ke dalam buku harian atau jurnal.
O Memindahbukukan ( posting ) dari jurnal berdasarkan kelompok atau
jenisnya ke dalam akun buku besar

2. Tahap pengikhtisaran atau Peringkasan
Kegiaannya, Transaksi-transaksi yang sudah dicatat dan digolongkan
dalam buku jurnal, setiap bulan atau periode tertentu diringkas dan dibukukan
dalam rekening-rekening buku besar. Tahap-tahapannya meliputi :
O Penyusunan neraca saldo ( trial balance ) berdasarkan akun-akun buku
besar
O Pembuatan ayat jurnal penyesuaian
O Penyusunan kertas kerja ( worksheet ) atau neraca lajur
O Pembuatan ayat jurnal penutup ( closing entries )

7

O Pembuatan neraca saldo setelah penutupan
O Pembuaan ayat jurnal pembalik

3. Tahap Pelaporan atau Penyajian
Data akuntansi yang tercatat dalam rekening-rekening buku besar akan
disajikan dalam bentuk laporan keuangan yaitu neraca, laporan surplus deIisit,
laporan arus kas dan laporan perubahan ekuitas. Penyederhanaan pekerjaan
penyusunan laporan biasanya dilakukan melalui neraca lajur ( kertas kerja).
Tahap-tahapannya meliputi :
O aporan kinerja / surplus deIisit
O aporan arus kas
O aporan perubahan ekuitas
O Neraca
O atatan atas laporan keuangan

Proses akuntansi

Bukti2 pembukuan Buku 1urnal Buku Besar laporan
keuangan

Buku Pembantu

Keterangan :
Buktibukti pembukuan merupakan catatan pertama dari setiap
transaksi dan digunakan sebagai dasar prncatatan dalam buku
jurnal

8

Buku-buku jurnal merupakan buku yang digunakan untuk
mencatat transaksi-transaksi sesuai tanggal terjadinya ( kronologis
), dan sumber pencatataan berasal dari bukti-bukti pembukuan.
Buku besar, rekening-rekening buku besar ini diklasiIikasikan
menjadi kelompok rekening riel, nominal, dan campuran.
Rekening riel adalah rekening-rekening aktiva, kewajiban dan
ekuitas yang merupakan pos-pos neraca yang merupakan pos-pos
neraca. Rekening normal adalah rekening-rekening pendapatan,
biaya, dan surplus atau deIisit. Sedangkan rekening campuran
adalah rekening-rekening yang saldonya mengandung unsur-unsur
rekening riel dan nominal.
Proses Siklus Akuntansi














1Menganallsls Lransaksl
keuangan usaha dan memerlksa
dokumen yang ada
2 men[ual 1ransaksl
3 memposLlng ke rekenlng
buku besar
4 menylapkan neraca saldo
3 Men[ual" dan
MemposLlng" penyesualan
9 Menylapkan neraca saldo
seLelah penuLupan
8" Men[ual " dan
MemposLlng penuLupan
7 Menylapkan Laporan
keuangan
6 Menylapkan nS seLelah
penuLupan
10 Anallsls laporan keuangan

9

2.2.1. Chart Of Account
Adalah satu daItar rangkaian daItar kode-kode perkiraan akun yang sudah
dibuat atau disusun secara sistematis dan teratur dengan menggunakan simbol-
simbol huruI, angka, atau panduan antara keduanya yang bermanIaat untuk
membantu pemrosesan data, baik secara manual maupun terkomputerisasi, agar
lebih mudah diproses, dikontrol, dan dilaporkan
hart oI account meliputi pihak internal (manajemen pemerintah) maupun
pihak internal (masyarakat) yang berhubungan dengan inIormasi keuangan yang
dihasilkan. Aturan umumnya yaitu jumlah akun jumlah akun lebih besar dari
jumlah baris yang ada dalam laporan keuanngan.

2.2.2. Sistem Pemberian Kode
Sistem pemberian kode berguna untuk membentuk kerangka yang luas
dalam suatu chart oI account dalam bentuk blok.
Alasan kita menggunakannya dalam perencanaan chart oI account adalah :
1. Membutuhkan waktu yang lama untuk mencatat setiap transaksi.
2. Dengan banyaknya nama debitor atau kreditor dalam proses posting
akan menimbulkan banyak kesalahan dalam pemrosesan akuntansi.
3. Analisis yang didasarkan pada data transaksi akan lebih sulit
ditampilkan.

Nomor Kode Rekening hart Of Account) untuk Pelaporan Keuangan
Daerah
O Pendapatan
Kode Nama Rekening atau Uraian
1.1. BAGIAN SISA LEBIH PERHITUNGAN

10

ANGGAN TAHUN YANG LALU
1.1.1. Pos Sisa Lebih Anggatan Tahun Yang Lalu
1.1.1.0000 Sisa ebih Anggatan Tahun Yang alu
1.2. BAGIAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SENDIRI
1.2.1. Pos Pajak daerah
1.2.1.0001. Pajak Kendaraan Bermotor
1.2.1.0002. Bea Naik Nama Kendaraan Bermotor
1.2.1.0003. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBB-KB)
Dst adangan
1.2.2. Pos Retribusi Daerah
1.2.2.0001 Retribusi Pelayanan Kesehatan
1.2.2.0008 Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor
1.2.2.0012 Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah
1.2.2.0017 Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa
1.2.2.0021 Retribusi Tempat Rekreasi Dan Olah Raga
1.2.2.0024 Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah
1.2.2.0029 Retribusi jin Trayek
1.2.2.0031
Dst
Retribusi Tempat Pelelangan Hasil Hutan
adangan
1.2.3. Pos Bagian Laba Usaha Daerah
1.2.3.0001. Bank Pembangunan Daerah
1.2.3.0002. PD XYZ
1.2.3.0003. PD AB
1.2.3.0004. Badan Usaha Kredit Pedesaan (BUKP)
1.2.3.0050. Penyertaan Modal Pada Pihak Ketiga
Dst adangan
1.2.4. Pos Lain-Lain Pendapatan
1.2.4.0001. Hasil Penjualan Barang Milik Daerah
1.2.4.0002. Jasa Giro
1.2.4.0003. Sumbangan Pihak Ketiga

11

1.2.4.0004. Penerimaan Gaji Rugi Atas Kekayaan Daerah (TP/TGR)
1.2.4.0005. Setoran Kelebihan Pembayaran Kepada Pihak Ketiga
1.2.4.0006. Denda Kelambatan Pelaksanaan Pekerjaan
1.2.4.0007. Angsuran Dan Atau icilan Kendaraan
1.2.4.0008. Angsuran / icilan Rumah Dinas
1.2.4.0009. Pendapatan ain-ain
Dst adangan
1.3. BAGIAN DANA PERIMBANGAN
1.3.1. Pos Bagi Hasil Pajak
1.3.1.0001. Pajak Bumi Dan Bangunan (PBB)
1.3.1.0002. Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan
1.3.1.0003. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
1.3.2. Pos Bagi Hasil Bukan Pajak SDA
1.3.2.0001. uran Hasil Hutang (HH)
1.3.2.0003. Pemberian Hak Atas Tanah Negara
1.3.2.0006. Sumbangan DeversiIikasi anaman engkeh
Dst adangan
1.3.3 Pos Dana Alokasi Umum
1.3.3.0001. Subsidi Belanja Pegawai
1.3.3.0002. Subsidi Belanja Non-Pegawai
1.3.3.0003. Sumbangan ainnya dari Pemerintah
1.3.4. Pos Dana Alokasi Khusus
1.3.4.0001. Dana Reboisasi
1.3.4.0002. Bantuan Pembangunan Daerah
Dst adangan
1.3.5. Pos dana Darurat
1.3.5.0001 Bencana Alam
Dst adangan
1.4. BAGIAN PIN1AMAN PEMERINTAH DAERAH
1.4.1. Pos Pinjaman Dalam Negri

12

1.4.1.0001. Pinjaman Dari Pemerintah Pusat
1.4.1.0002. Pinjaman Dari bank
Dst adangan
1.4.2 Pos Pinjaman uar Negri

1UMLAH PENDAPATAN MURNI
1.5. BAGIAN LAIN-LAIN PENERIMAAN YANG SAH
1.5.1. Pos Penerimaan Dari Profinsi
1.5.1.0001. Bagian Kab/Kota dari PBB-KB
1.5.2 Pos Penerimaan Dari Kabupaten/Kota lainnya
1.5.3 Pos Penerimaan Lain-Lainnya
1.5.4.

O Belanja Aparat
Kode Nama Rekening
Bagian 2.1 Pos 2.1.1
1000 Sisa Kurang Perhitungan Anggaran Tahun Yang alu
Bagian 2.2 Urusan Umum Pemerintah
Pos Uraian
2.2.1 DPRD Dan SETWAN
2.2.2 Kepala Daerah Dan Wakil Kepala Daerah
2.2.3 Sekretariat daerah
s/d
2.2.10 BAPEDADA
Bagian 2.3 Pekerjaan Umum
2.3.1 Dinas Bina Marga
Dst Disesuaikan Dengan Urutan Dinas Dan Jumlah Dinas Atau
Jumlah Perangkat/Unit Kerja Daerah
Bagian 2.4 Perhubungan

13

2.4.1 Perhubungan Darat/ Sungai Atau Ferry
Dst Disesuaikan dengan urutan dinas dan jumlah dinas atau jumlah
perangkat/ unit kerja daerah
Bagian 2.5 s/d bagian 2.15
Bagian Kesehatan s/d bagian Pengeluaran Tidak Tersangka
Pemecahan ebih anjut Ke Dalam Penomoran Belanja
Operasional
Di Bawah ini, mengikuti Nomor Bagian, Pos Kemudian
Baru Nomor Belanja Operasionalnya, Misal Gaji dan
Tunjangan untuk Dinas Bina Margga 2.3.1.1001
Belanja Operasional
1001 Gaji dan Tunjangan ainnya
1002 Tunjangan Beras
1003 Honorarium
1005 Uang Pegawai Harian Tetap
1006 Biaya Perawatan dan Pengobatan
1010 Tunjangan Tetap Pegawai
Belanja Barang
1011 Ongkos Kantor
1012 Pembelian nventaris Kantor
1013 Biaya Pendidikan
1014 Biaya Perpustakaan
1015 Biaya Hansip
1016 Biaya Pakaian Dinas
1019 Pembelian nventaris Ruangan Pasien
1021 Pembelian Obat-Obatan
1022 Pembelian Bahan aboraorium
1023 Pembelian Bahan Percontohan a.l. bibit ternak unggul, biji-
bijian, biaya angkut
1024 Pembelian Bahan-Bahan Makanan Rumah Sakit

14

1025 Pembelian Bahan Bakar Untuk Keperluan Dapur Rumah Sakit
1026 Biaya angganan istrik, Air, dan Gas Rumah Sakit
1028 Biaya Pengembangan dan Peningkatan Keuangan Daerah
1029 Percobaan dan Percontohan Pertanian
1030 Sumbangan Desa Yang Minus Dan Tunjangan Perangkat Desa
Kurang Mampu
1032 Percobaan dan Percontohan sera Penyelenggaraan Kebun
Bibit buah-buahan dan Sayur-sayuran
1033 Peningkatan Kesejahteraan Usaha Tani
1034 Statistik Pertanian
1035 Pemberantasan Hama Penyakit tanaman
1036 Biaya Evaluasi dan Pengamatan Harga
1048 Biaya Administrasi Keuangan
1050 Subsidi Bantuan Pembiayaan PenyelenggaraanSD Negri
(SBPP-SDN
Total Belanja Barang
1051 Biaya Pemeliharaan Gedung Kantor
1052 Biaya Pemeliharaan Rumah Dinas, Asrama, Mass, dsb
1053 Biaya Pemeliharaan Kendaraan
1054 Biaya Pemeliharaan nventaris Kantor
1055 Biaya Pemeliharaan Diesel, Traktor, Boat, dan Alat-Alat Besar
(Workshop)
1056 Biaya Pemeliharaan Peralatan Dokter
1057 Biaya Pemeliharaan Perlengkapan Rumah Sakit
1058 Biaya Pemeliharaan Pakaian Pasien, Dokter, dan Paramedis
1059 Biaya Pemeliharaan Japan Hutan
1060 Biaya Pemeliharaan Bengkel, nstalasi, dan Reparasi
Total Belanja Pemeliharaan
1071 Biaya Perjalanan Dinas
1072 Biaya Perjalanan Dinas Tetap

13

1073 Biaya Perjalanan Pindah
Total Belanja Perjalanan Dinas

Belanja Lain-Lain
1081 Uang Perangsang Dan nsentiI
1082 Biaya Penguburan Pasien Tidak Mampu
1083 Biaya Observasi Dan Penyuluhan Sosial
1084 Biaya Operasional
1085 Biaya Propaganda, Penerangan dan Pameran Serta Dokumentasi
1087 Biaya Penyelenggaraan Pembibitan
1089 Biaya SBB dan Telekomunikasi
1090 Sewa Gedung
1091 Kesejahteraan Pegawai
1092 Tunjangan Rumah Tangga
1093 Uang Makan Polisi Pamong Praja
1094 Tunjangan Bendaharaawan
1095 Kegiatan Kesejahteraan Jasmani Karyawan Pada Provinsi DY
1097 Biaya Monitoring Data
1098 Biaya Kegiatan Pra KualiIikasi
1100 Biaya Tamu
Total Belanja ain-ain
Angsuran Pinjaman/Huang dan Bunga
1102 Bunga Hutang
Total Angsuran Pinjaman/Hutan dan Bunga
Ganjaran, Subsidi, dan Sumbangan
1121 Ganjaran
1122 Subsidi Dan Bantuan Tunjangan Pamong Dosa/Kelurahan
1123 Subsidi Dan Bantuan Tunjangan Jabatan Struktural Pemerintah
kecamatan

16

1124 Bagi Hasil Pajak Kendaraan Bermotor Dan Bea Balik Nama
Kendaraan Bermotor Kepada Dati
1125 Penyisihan Penerimaan Pajak Bumi Dan Bangunan Daerah
Tingkat Kepala Desa/ Kelurahan
1126 Penyisihan Retribusi Kepala Desa Aau Kelurahan
1127 Subsidi Otonom Daerah Tingkat
TotalGanjaran, Subsidi dan Sumbangan
Pengeluaran Yang tidak Termasuk Bagian lain
1133 Bantuan Untuk Parpol Dan Golkar
1134 Bantuan Untuk Organisasi ProIesi
1135 Bantuan Untuk Organisasi Sosial
Total pengeluaran Yang Tidak Termaksud Bagian ain
Pengeluaran tidak Tersangka
1151 Pengeluaran tidak Tersangka
Total Pengeluaran tidak Tersangka
1152 uran Wajib pegawai
1157 Potongan Beras
1161 Pembayaran Pajak Pegawai
1163 Anjungan Taman Mini ndonesia ndah
1164 Pembayaran Kembali ain-ain
1165 Pembayaran untuk Pihak Ketiga

Belanja Publik (Kodering di Ubah Dari 2.P.0 menjadi 3.X.X.000X
3.1.1.0001 Sektor ndustri
3.1.1.0002 Sektor Pertanian dan Perhutanan
3.1.1.0003 Sektor Sumber Daya Air dan rigasi
3.1.1.0004 Sektor Ttenaga Kerja
3.1.1.0005 Sektor Perdagangan, Pengembangangan Usaha Daerah
3.1.1.0006 Keuangan Daerah Dan Koperasi

17

3.1.1.0007 Sektor Transportasi
3.1.1.0008 Sektor Pertambangan Dan Energi
3.1.1.0009 Sektor Pariwisata Dan Telekomunikasi ndonesia
3.1.1.0010 Sektor Pembangunan Daerah Dan Pemukiman
3.1.1.0011 Sektor ingkungan Hidup Dan Tata Ruang
3.1.1.0012 Sektor Pendidikan, Kebudayaan Nasional, Kepercayaan
3.1.1.0013 Terhadap Tuhan YME, Pemuda dan Olah Raga
3.1.1.0014 Sektor Kepemudaan dan Keluarga Sejahtera
3.1.1.0015 Sektor Kesejahteraan, Kesejahteraan Sosial, Peranan
Wanita,Anak, Dan Remaja
3.1.1.0016 Sektor Perumahan dan Pemukiman
3.1.1.0017 Sektor Agama
3.1.1.0018 Sektor lmu Pengetahuan dan Teknologi
3.1.1.0019 Sektor Hukum
3.1.1.0020 Sektor Aparatur Pemerintah Dan Teknologi
3.1.1.0021 Sektor Poliik, Penerangan, Komunikasi, Dan Media Masa
3.1.1.0022 Sektor Keamanan Dan ketertiban Umum
3.1.1.0023 Bantuan Pembangunan Kepada Darah Bawahan

Aktiva, Pasiva, Ekuitas
4.1 AKTIVA
4.1.1 AKTIVA LANCAR
4.1.1.0010 Kas Dan Setara Kas
4.1.1.0020 Piutang ancar
4.1.1.0030 Persediaan
4.1.1.0040 Pembayaran Di Muka
4.1.1.0050 nvestasi Jangka pendek ( Surat Berharga)
4.1.1.0060 Aset ancar ainnya
4.1.2 Aktiva Tidak ancar

18

4.1.2.0001 Piutang Tindak ancar
4.1.2.0010 nvestasi Jangka Panjang
4.1.2.0010 Arus Keuangan Lainnya
4.1.2.0010 nIrastruktur Dan Peralatan
4.1.2.0010 Tanah Dan Bangunan
4.1.2.0010 Aset Tidak Berwujud
4.1.2.0010 Piuatang Tidak lancar
4.1.2.0010 nvestasi Jangka Panjang
5 PASSVA
5.1.1.0001 Hutang Lancar
5.1.1.0010 Pinjaman Jangka Pendek
5.1.1.0020 Bagian ancar Dari Pinjaman
5.1.1.0030 Provisions Penyisihan) ancar ainnya
5.1.1.0040 Tunjangan Pegawai ancar
5.1.1.0050 Dana Pensiun ancar
5.1.1.0060 Kewajiban ancar lainnya
5.1.2 Kewajiban Tidak Lancar
5.1.2.0001 Hutang Tidak ancar
5.1.2.0010 Pinjaman Jangka Panjang
5.1.2.0020 Provisions Penyisihan) Jangka Panjang
5.1.2.0030 Tunjangan Pegawai Jangka Panjang
5.1.2.0040 Dana Pensiun Jangka Panjang
5.1.2.0050 Kewajiban Tidak ancar ainnya
5.1.3 Aset Bersih/Ekuitas
5.1.3.0001 Modal Yang Ditempatkan
5.1.3.0002 adangan
5.1.3.0005 Akumulasi Surplus/ (DeIisit)
5.1.3.0006 (-) Kepentingan Minoritas

2.2.3. BUKU 1URNAL

19

Jurnal adalah media pencatatan transaksi secara urut waktu (kronologis).
Jurnal dirancang sedemikian rupa, sehingga dapat menampung transaksi beserta
keterangan-keterangan dan kondisi-kondisi yang menyertainya dengan
menunjukkan rekening yang harus didebet dan dikredit beserta jumlah rupiahnya
masing-masing.

Dibawah ini tabel yang menguraikan tentang manIaat dari pemakaian
jurnal :
NO MANFAAT PEMAKAAN JURNA
1 Jurnal merupakan alat pencatatan yang dapat menggambarkan pos-pos
yang terpengaruh oleh suatu transaksi. Jurnal akan sangat berguna ketika
terdapat suatu transaksi yang mengakibatan berapa ppendebetan dan
pengkreditan. Pengaruh transaksi ini akan terlihat jelas dalam jurnal
2 Jurnal merupakan alat pencatatan yang memberi gambaran secara
kronologis, sehingga dapat memberikan gambaran lengkap tetang seluruh
transaksi entitas berdasarkan urut-urutan kejadiaanya
3 Jurnal dapat dipecah-pecah menjadi beberapa jurnal khusus yang dapat
ddikerjakan oleh beberapa orang secara bersamaan
4 Jurnal menyediakan ruang yang cukup unutk keterangan transaksi bila
dibendingkan dengan ruang yang ada di buku besar
5 Apabila transaksi langsung dicatat ke dalam buku besar dan terjadi
kesalahan dalam mencatatnya, maka letak kesalahan tersebut dalam buku
besar sulit untuk ditemukan

Transaksi-transaksi yang dicatat kedalam buku besar selanjutnya secara
periodik akan pindah ke dalam buku besar posting). Data transaksi yang
terkumpul dalam buku besar merupakan sumber untuk menyusun laporan keuang.
Jurnal dan buku besar mempunyai peranan yang tidak bisa dipisahkan
dalammencatat transaksi-transaksi entitas. Jurnal mencatat pengaaruh dari tiap-

20

tiap transaksi entitas terhadap persamaan akuntansi secara kronologis, sedangkan
rekening-rekening buku besar mengelompokkan dan meringkas pengaruh
transaksi-transaksi terhadap aktiva, kewajiban, ekuitas, pendapatan dan biaya.
Jurnal adalah buku pertama untuk mencatat transaksi pada saat terjadinya,
sedangkan bukku besar merupakan buku terakhir tempat pemngumpulan
pendebetan dan pengkresitan dari jurnal yan dipindahkan ke rekening-rekening
yang tepat.
ontoh Iormulir jurnal:

Halaman:
Tanggal Nama rekening dan keteranga ReI Debet Kredit
(1) (2) (3) (4) (5)



2.2.4. BUKU BESAR
Buku besar ledger) adalah sebuah buku yang berisi kumpulan rekening
atau perkiraan account). Rekening-rekening tersebut digunakan untuk mencatat
scara terpisah aktiva, kewajiban, dan ekuitas. Dengan demikian, rekening
merupakan kumpulan inIormasi dalam suatu sistem akuntansi. Misalnya : kas
dicatat dalam rekening kas , piutang dicatat dalam rekening piutang, tanah dicatat
dalam rekening tanah, dan sebagainya untuk rekening-rekening yang termasuk
dalam kelompok rekening aktiva. Kelompok rekening kewafiban akan dijumpai
rekening hutang, pinfaman fangka panfang, dan lain-lain sesuai dengan jenis
kewajiban tersebut. Demikian pula, modal dicatat dalam rekening ekuitas.
Buku besar terbagi menjadi Buku Besar Umum General Ledger) dan
Buku Besar Pembantu Subsidiary Ledger). Sistem Buku Besar Umum

21

menampilkan proses transaksi untuk Buku Besar Umum dan Siklus Pelaporan
Keuangan. Sistem Buku Besar Umum mempunyai beberapa tujuan, yaitu:
1. Untuk mencatat semua transaksi akuntansi secara akurat dan benar.
2. Untuk memposting transaksi-transaksi ke akun yang tepat.
3. Untuk menjaga keseimbangan debet dan kredit pada akun.
4. Untuk mengakomodasi entry jurnal penyesuaian yang dibutuhkan.
5. Untuk menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya dan tepat
waktu untuk setiap periode akuntansi.
Adapun Iungsi dari Sitem Buku Besar Umum adalah:
1. Mengumpulkan data transaksi.
2. MengklasiIikasikan dan Mengkodekan data transaksi akun.
3. Memvalidasi transaksi yang terkumpul.
4. Meng-Update akun Buku Besar Umum dan File transaksi.
5. Mencatat penyesuaian terhadap akun.
6. Mempersiapkan laporan keuangan.
Buku besar pembantu digunakan untuk mencatat rincian rekening tertentu
yang ada di Buku Besar Umum. Rekening Buku besar Umum yang rinciannya
dicatat dalam Buku Besar Pembantu disebut Rekening Pengawas ontrolling
Accounts). Seangkan rekening-rekening yang merinci reening pengawas disebut
Rekening Pembantu Subsidiary Accounts). Dua buku besar pembantu yang
umum adalah Buku Besar Pembantu Kewajiban (Hutang) dan Buku Besar
Pembantu Piutang. Untuk entitas sektor publik, setiap rekening bisa atau perlu
dibuat buku besar pembantu karena mengingat luasnya akun-akun dalam setiap
entitas. Untuk selanjutnya, buku besar umum sering disingkat menjadi bukku
besar dan buku bear pembantu yang disingkat dengan nama buku pembantu`.

22

Penggunaan buku besar pembantu mempunyai beberapa kelebihan sebagai
berikut :
1. Memudahkan penyusunan laporan keuangan, karena buku besar umum
terdiri dari rekening-rekening yang jumlahnya lebih sedikit. Hal ini juga
akan mengurangi kesalahan-kesalahan dalam buku besar umum.
2. Kerelitian pembukua dapat diuji dengan membandingkan saldo dalam
rekening buku besar umum dengan jumlah saldo dalam buku-buku
pemabantu.
3. Dapat diadakan pembagian tugas dalam pengerjaan akuntansi.
4. Memeungkinkan pembukuan harian dan bukti-bukti pendukung transaksi
ke dalma buku pembantu.
5. Bisa segera diketahui jumlah macam-macam elemen.
Suatu instansi sektor publik memiliki kewajiban (hutang) kepada beberapa
kreditor. Mekanisme monitoring hutang kepada masing-masing kreditor dilakukan
melalui rekening pengawas 'Hutang di buku besar umum. Rekening ini
digunakan untuk mencatat total kewajiban instansi kepada seluruh kreditor.
Disamping itu, satu rekening hutang secara terpisah disediakan kepada masing-
masing kreditor itu dibuku besar pembantu. Rekening-rekening yang merupakan
rincian dari rekening pengawas hutang itu disebut rekening pembantu hutang.
Rekening pengawas, sesuai dengan namanya, mengawasi jumlah keseluruhan
hutang yang ada di rekening pembantu. Saldo rekening pengawas hutang harus
sama dengan ppenjumlahan saldo-saldo rekening pembantu hutang. Posting ke
rekening pengawas dilakukan cukup sekali dalam satu periode tertentu (mingguan
atau bulanan), sedangkan posting ke rekening-rekening pembantu dilakukan
secara harian. Untuk entitas lain, prosedur yang sama bisa dilakukan.
ontoh Bentuk Buku Besar yang Paling Sederhana:
NAMA REKENING

23

no. rekening
Tanggal Keterangan Ref 1umlah Tanggal Keterangan Ref jumlah


NAMA REKENING
SISI KIRI
ATAU DEBET
SISI KANAN
ATAU KREDIT

Dalam persamaan dasar akuntansi, ada tiga kelompok rekening yang
dijumpai, masing-masing adalah aktiva, keewajiban, dan ekuitas. Pos pendapatan
dan pos biaya dicatat dalam rekening-rekening tersendiri, yaitu rekening
pendapatan dan rekening biaya. Masing-masing jenis rekening yang tergabung
dalam kelompok rekening bersangkutan disediakan rekening tersendiri.
Aturan debet-kredit digunakan dalam pencatatan transaksi. Aturan itu
digunakan antuk mencatat perubahan aktiva, kewajiban,ekuitas, pendapatan, dan
biaya dalam rekening yang bersangkutan. Persamaan yang digunakan adalah
sebagai berikut:

AKTVA KEWAJBAN EKUTAS PENDAPATAN BAYA
Atau
AKTVA BAYA KEWAJBAN EKUTAS PENDAPATAN

Semua rekening yang berada di ruas kiri (aktiva dan biaya) jika bertambah
dicatat disebelah kiri atau debet, dan jika berkurang dicatat disebelah kanan atau
kredit. Sedangkan untuk semua rekening yang berada di ruas kanan (kewajiban,

24

ekuitas, dan pendapatan) jika bertambah dicatat di sebelah kanan atau kredit, dan
jika berkurang dicatat disebelah kiri atau debet. tulah aturan debet dan kredit.
Aturan Debet dan Kredit
Aktiva
Debet Kredit


Hutang
Debet Kredit


Pendapatan
Debet Kredit


Biaya
Debet Kredit


Ekuitas
Debet Kredit


Berdasarkan aturan ini, secara normal rekening-rekening aktiva dan biaya
selalu bersaldo debet, karena penambahan atau kenaikan aktiva dan biaya

23

diharapkan akan lebih besar daripada penurunannya. Rekening-rekening
kewajiban, ekuitas dan pendapatan secara normal selalu bersaldoo kredit, karena
kenaikan atau penambahan kewajiban, ekuitas, dan pendapatan diharapkan lebih
besar daripada penurunannya.
Dengan menaati aturan debet dan kredit ini,jumlah saldo debet direkening
-rekening aktiva dan biaya akan selalu sama dengan jumlah saldo kredit rekening-
rekening kewajiban, ekuitas dan pendapatan. Proses keseimbangan yang
diciptakan oleh aturan debet kredit ini biasa disebut dengan sistem tata buku
berpasangan atau Double Entry System. Setiap transaksi akan dicatat paling tidak
pada dua rekening. Kalau satu rekening di debet, maka rekening lainnya dikredit.
Adapun buku besar yang diperlukan untuk masing-masing rekening adalah
sebagai berikut:
AKTIVA
Debet Kredit
Aktiva lancar
Kas dan Setara kas
Piutang
Persediaan
Pembayaran dimuka
nvestasi (surat berharga)
Aktiva lancar lainnya
Aktiva tidak lancar
Piutang
nvestasi (barang)
Aktiva Keuangan ainya
nIrastruktur, Pabrik, dan
Peralatan
Tanah dan bangunan
Aset tidak Berwujud


26

Aktiva bukan Keuangan Lainnya
Aktiva tidak Lancar Lainnya


KEWA1IBAN
Debet Kredit
Kewajban Lancar
Hutang
Pinjaman Jangka Pendek
Bagian ancar dari Pinjaman
Provisions (cadangan)
Tunjangan Pegawai
Dana Pensiun
Kewajiban ancar ainnya
Kewajiban Tidak Lancar
Hutang
Pinjaman
Provisions (cadangan)
Tunjangan Pegawai
Dana Pensiun
Kewajiban tidak ancar ainnya


EKUITAS
Debet Kredit
Kepentingan Minoritas Modal yang ditempatkan
adangan
Akumulasi Surplus/ (deIisit)

27



PENDAPATAN
Debet Kredit
Penerimaan Operasi
Pajak (Tax Revenue)
Fee, Denda, Biaya Hukuman, &
Perijinan
Penerimaan dari transaksi Pertukaran
TransIer dari entitas Pemerintah lainnya
Penerimaan Operasi ainnya
Penerimaan Non Operasi
aba Penjualan Properti, Bangunan
Dan Peralatan
Penerimaan Modal
Penerimaan uar Negeri

BIAYA
Debet Kredit
Biaya Operasi
Upah, Gaji dan Tunjangan Pegawai
Bangunan dan Pembayaran TransIer
lainnya
Perlengkapan dan barang habis pakai
Biaya penyusutan dan Amortisasi
Biaya operasi lainnya
Biaya Non Operasi
Biaya keuangan Finance ost)


28

Pembiayaan Dalam Negeri
Pembiiayaan uar Negeri
Pengeluaran Modal


Buku Besar Pembantu yang diperlukan untuk masing-masing akun pada
rekening-rekening yang ada adalah sebagai berikut:
. Aset (aktiva)
A. Aset Lancar
1. Kas dan Setara Kas
Buku pembantu kas tidak perlu dibuat
2. Piutang
Buku Pembantu Piutang dibuat berdasarkan nama debitor.
Misalnya, aset negara dijuala kepada publik secara kredit. Buku
pembantu perlu dibuat berdasarkan nama-nama debitor
(pembeli), berdasarkan jenis barangyang dijual, atau
berdasarkan range besarnya piutang, atau bisa juga berdasarkan
wilayah tinggal debitor.
3. Persediaan
Buku Pembantu Persesiaan dibuat berdasarkan jenis barang
seperti bentuk, Iungsi, merek, dan sebagainya, atau berdasarkan
siIat penyusutannya.
4. Pembayaran di muka
Buku Pembantu Pembayaran di Muka dibuat berdasarkan jenis
pembayaran yang dilakukan, misalnya yang dibayar dimuka
ada premi asuransi, pembayaran sewa tempat, dan lain-lain.

29

5. nvestasi (Surat Berharga)
Buku Pembantu nvestasi ancar dibuat berdasarkan jenis
investasi yang dimiliki, perusahaan/pihak dimana entitas
berinvestasi, atau berdasarkan pada masa jatuh tempo investasi.
B. Aktiva tidak lancar buku besar pembantunya dibuat sama dengan
aturan diatas)
1. Piutang
2. nvestasi (barang)
3. Aset Keuangan ainnya
4. nIrakstruktur, Pabrik dan Peralatan
5. Tanah dan Bangunan
6. Aktiva tidak Berwujud
7. Aktiva Bukan Keuangan ainnya
8. Aktiva Tidak ancar ainnya
. Kewafiban
A. Kewafban Lancar
1. Hutang
Buku Besar Pembantu dibuat berdasarkan nama kreditor atau
pihak-pihak yang menyebabkan hutang, begitu juga dengan
nomor 2-4.
2. Pinjaman Jangka Pendek
3. Bagian ancar dari Pinjaman
4. Provious cadangan)

30

5. Tunjangan Pegawai
Buku besar pembantu dibuat berdasarkan kategori yang sudah
ditentukan seperti ; golongan pegawai (status jabatan) dan lain-
lain.
6. Dana Pensun
7. Kewajiban ancar ainnya
B. Kewafiban Tidak Lancar
1. Hutang
2. Pinjaman
3. Provious (Penyisihan)
4. Tunjangan Pegawai
5. Dana Pensiun
6. Kewajiban Tidak ancar ainnya
. Ekuitas
1. Modal yang Ditempatkan
2. adangan
3. Akumulasi Surplus/ (deIisit)
4. Kepentingan Minoritas
V. Penerimaan pendapatan)
Buku besar pembantu untuk pendapatan dibuat berdasarkan pihak-
pihak yang menyebabkan timbulnya pendapatan, sekaligus jenis
pendapatan tersebut seperti yang ada dibawah ini :

31

A. PENERMAAN OPERAS B. PENERMAAN NON
OPERAS
1. Pajak (tax revenue)
PPh
PPN
ukai
PBB
BPHTB
Pajak ainnya
Bea Masuk
Pajak Eksport
Pajak Daerah
Pajak Kendaraan Bermotor
Pajak Hiburan
Pajak Hotel dan Restoran
Pajak Reklame
Pajak Penerangan Jalan
Pajak Daerah lainnya
2. Fee, Denda, Biaya Hukuman, dan isensi
3. Penerimaan dari Transaksi Pertukaran
4. TransIer dari Entitas Pemerintah lainnya
aba dan BUMN
TransIer dari Entitas Pemerintah ainnya
di Daerah
aba dari BUMN
Pendapatan Dinas-dinas
Bagian bagi Hasil Pajak/Non Pajak
5. Penerimaan Operasi ainnya
Penerimaan Bukan Pajak
Penerimaan Operasi ainnya di daerah
Retribusi daerah


32

Sumbangan dan Bantuan
Penerimaan Bukan Pajak ainnya
Dana Alokasi Umum (dana pegeluaran
rutin)


V. Biaya
Buku besar pembantu untuk biaya dibuat berdasarkan pihak-pihak
yang menimbulkan adanya biaya sekaligus berkaitan dengan jenis-
jenis biaya seperti yang disebut dbawah ini.
A. BAYA OPERAS B. BAYA NON OPERAS
1. Upah, gaji dan Tunjangan
Pegawai
2. Bantuan dan pembayaran transIer
lainnya
3. Perlengkapan dan barang habid
pakai
4. Biaya Penyusutan dan Amortisasi
5. Biaya Operasi ainnya
icilan Bungan Utang
subsidi
1. Biaya Keuangan (finance ost)
2. Pembiayaan Dalam Negri
3. Pembiayaan uar Negri
4. Pengeluaran Modal

Pada umumnya, pembuatan Buku Pembantu adalah untuk pengendalian akun-
akun yang banyak elemennya, seperti Hutang, Piutang, Persediaan.
1URNAL PENYESUAIAN
Prosedur penyesuaian merupakan prosedur untuk menyesuaikan rekening-
rekening pada akhir periode yang belum menyajikan inIormasi yang paling up-to-
date. Jurnal penyesuaian dibuat pada akhir periode akuntansi unuk memastikan

33

bahwa pendapatan dan biaya diakui pada periode yang tepat, sesuai dengan
prinsip-prinsip pengakuan pendapatan dan biaya. Pada dasarnya, ada dua ragam
penyesuaian, yaitu:
1. Penyesuaian yang berkaian dengan transaksi-transaksi yang sudah terjadi
tetapi belum dicatat.
2. Penyesuaian yang berkaiatan yang berkaitan dengan transaksi-transaksi
yang sudah dicatat di rekening, tetapi saldo rekening yang bersangkutan
masih harus disepakati untuk menggambarkan keadaan sebenarnya.

2.2.5 Penutup buku besar
Prosedur penutupan rekening diselenggarakan setelah laporan keuangan
disusun. nstrumen akuntansi untuk menutup rekening nominal adalah jurnal
penutup. Jurnal penutup juga diposting ke rekening-rekening yang bersangkutan,
sehingga setelah posting dilakukan, rekening-rekening nominal akan bersaldo nol.

2.2.6 kertas kerja
Kerts kerja dibuat untuk mempermudah pembuatan laporan keuangan
dalam menyelesaikan tugasnya. Kertas kerja yang pertama kali dibuat adalah
jurnal.
. Proses mencatat suatu transaksi di dalam jurnal, prosedur menjurnal
adalah sebagai berikut:
a. Tahun ditulis pada baris pertama .
b. Nama bulan ditulis untuk transaksi yang pertama terjadi dalam
bulan yang bersangkutan pada bagian atas kolom pertama.
c. Tanggal transaksi dicatat pada kolom pertama, yaitu pada bagian
kolom yang kecil.
d. Nama rekening yang di debet, pada bagian kolom debet.

34

e. Nama rekening yang di kredit, pada bagian kolom kredit.
I. Penjalasan atau keterangan ditulis pada bagian baris berikutnya

. angkah-langkah posting adalah sebagai berikut:
a. Ambil dari buku besar, rekening-rekening yang disebut dalam
buku jurnal di kolom keterangan, atau dengan melihat kode
rekeningnya.
b. Masukan tanggal transaksi yang tertera di buku jurnal ke kolom
tanggal untuk masing-masing rekening
c. Masukkan angka yang ada di debet maupun di kredit ke masing-
masing rekening sesuai debet dan kreditnya.
d. Mencatat keterangan masing-masing rekening.
e. Masukkan nomor halaman yang ada di buku jurnal ke kolom ReI
masing-masing rekening.
I. Menandai bahwa jurnal benar-benar telah di posting.

. angkah-langkah menyusun neraca saldo pada entitas dengan
mendasarkan pada rekening T adalah sebagai berikut:
a. Menjumlahkan kolom debet atau kredit yang mempunyai dua atau
lebih pendebetan atau pengkreditan.
b. Rekening-rekening yang memiliki jumlah debet atau kredit harus
dihitung saldonya.
c. Rekening-rekening yang hanya berisi catatan dari beberapa
transaksi pada salah satu sisinya saja, juga harus dijumlahkan;
tetapi tidak perlu dituliskan saldonya karena jumlah itu sendiri
sudah merupakan saldo.
d. Rekening-rekening yang hanya berasal dari satu pendebetan atau
satu pengkreditan tidak perlu dijumlahkan, tetapi saldonya harus
e. Rekening yang hanya berisi pada salah satu sisinya dan hana terdiri
dari satu pendebetan atau satu pengkreditan saja tidak perlu
dijumlahkan dan tidak perlu ditentukan saldonya, sebab satu-

33

satunya angka yang trecantum dalam rekening itu sudah
merupakan saldo.

Tujuan dari proses penyesuaian adalah sebagai berikut:
a. Setiap rekenig riel, khususnya rekening aktiva dan rekening
kewajiban menunjukan jumlah sebenarnya pada akhir periode
b. Setiap rekening nominal menunjukan pendapatan dan biaya yang
seharusnya diakui dalam suatu periode

V. Saldo-saldo yang ada di neraca saldo biasanya memerlukan
penyesuaian untuk mengakui hal-hal berikut:
a. Piutang pendapatan, yaitu pendapatan yang sudah menjadi hak
entitas tetapi belum dicatat
b. Hutang biaya, yaitu biaya-biaya yang sudah menjadi kewajiban
entitas tetapi belum dicatat
c. Pendapatan diterima dimuka, yaitu pendapatan yang sudah
diterima tetapi sebenarnya merupakan pendapatan untuk periode
yang akan datang
d. Kerugian piutang, yaitu taksiran kerugian yang timbul karena
adanya piutang yang tidak bisa tertagih
e. Depresiasi atau penyusutan, yaitu penyusutan aktiva tetap yang
harus dibebankan pada suatu periode akuntansi.
I. Biaya pemakaian perlengkapan, yaitu bagian dari harga beli
perlengkapan yang telah dikonsumsi selama periode akuntansi.

Tujuan pembuatan neraca lajur
a. Untuk memudahkan penyusunan laporan keuangan
b. Untuk menggolongkan dan meringkas inIormasi dari neraca saldo
dan data penyesuaian
c. Untuk mempermudah menemukan kesalahan yang mugkin
dilakukan dalam membuat jurnal penyesuaian

36


V. Proses penyusunan neraca lajur
a. Memasukakan saldo-saldo rekening buku besar ke dalam kolom
neraca saldo pada Iormulir neraca lajur
b. Memasukkan ayat-ayat jurnal penyesuaian ke dalam kolom-kolom
'penyesuaian
c. Mengisi kolom-kolom neraca saldo setelah disesuaikan.
d. Memindahkan jumlah-jumlah di dalam kolom-kolom neraca saldo
setelah disesuaikan ke dalam kolom-kolom surplus/deIisit atau
kolom-kolom posisi keuangan.
e. Mejumlahkan kolom-kolom surplus-deIisit dari kolom-kolom
posisi keuangan serta memasukkan angka 'surplus atau deIisit
itu sebagai angka pengimbangan kedalam kedua passang kolom di
atas, dan sekali lagi menjumlahkan kolom-kolom tersebut.

2.2.7 Laporan Keuangan Konsolidasi
Dalam PSAK No 4 'aporan Akuntansi konsolidasi, paragraI 04,
menyatakan bahwa:
..laporan keuangan konsolidasi adalah laporan keuangan dari suatu entitas
pemerintahan dengan entitas pemerintahan/unit-unit organisasi di bawahnya
apabila telah ditetapkan sebagai entitas akuntansi dan merupakan kesatuan
ekonomi..
Pada umumnya, para pengguna laporan keuangan ingin mengetahui dan
mendapatkan inIormasi tentang posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas dari
suatu kelompok perusahaan secara keseluruhan. Kebutuhan tersebut dapat
dipenuhi melalui penyajian laporan keuangan konsolidasi yang menyajikan
inIormasi keuangan dari suatu kelompok perusahaan sebagai satu kesatuan
ekonomi. Masing- masing perusahaan merupakan satu-kesatuan ekonomi. Secara
hukum, masing-masing perusahaan dalam kelompok tersebut merupakan suatu
entitas yang terpisah satu sama lain.


37

Entitas pelaporan
Konsolidasi membawa dua entitas yang sebelumnya terpisah dalam
pengendalian dengan tim manajemen tunggal (pejabat-pejabat dan karyawan
entitas induk). Meskipun entitas itu beroperasi sebagai entitas hukum yang
terpisah, konsolidasi tersebut menciptakan entitas pelaporan yang meliputi semua
operasi yang dikendalikan oleh manajemen entitas induk.
Saat terjadi hubungan entitas anak dan induk, entitas yang lebih rendah
stratiIikasinya tetap berIungsi sebagai entitas yang terpisah dengan
mempertahakan catatan-catatan akuntansinya pada basis hukum yang terpisah.
aporan keuangan entitas gabungan disusun untuk mengkonversikan laporan
keuangan entitas induk dan entitas anak menjadi laporan keuangan konsolidasi
yang mereIleksikan posisi keuangan dan hasil operasi entitas gabungan. Entitas p
elaporan yang baru bertanggng jawab terhadap pelaporan kepada pemilik modal
dan kreditor entitas induk serta pihak-pihak lain yang berkepentingan. Suatu
komponen harus dipertimbanghkan sebagai entitas pelaporan apabila:
1) manajemen bertanggung jawab atas pengendalian dan penggunaan
sumber-daya, menghasilkan pengeluaran-pengeluaran dan hasil-hasil,
pelaksanaan anggaran secara keseluruhan atau sebagaiannya, dan harus
bertanggung jawab atas entitas.
2) apaoran keuangan menyajikan gambaran yang berarti mengenai operasi
dan kondisi keuangan,
3) Pemakai laporan menaruh perhatian dan menggunakan inIormasi
pelaporan keuangan untuk membantu mengambil keputusan tentang
alokasi sumber daya dan lainnya dan pertanggung jawaban entitas atas
pemanIaatan dan penggunaan sumber daya itu.

Prosedur konsolidasi
Penyusunan laporan keuangan konsolidasi dilakukan melalui
penggabungan laporan keuangan dari masing-masing entitas dengan
menjumlahkan unsur-unsur yang sejenis dari aktiva, kewajiban, ekuitas,
pendapatan, dan beban. aporan keuangan konsolidasi dapat meyajikan inIormasi

38

keuangan dari kelompok entitas tersebut sebagai satu kesauan ekonomi. Jadi
langkah-langkah berikut perlu dilakukan:
1) Saldo nilai tercatat (carrying amount) penyertaan entitas induk pada
masing-masing entitas anak dieleminasi dengan entitas anak yang menjadi
bagian entitas induk
2) Saldo antar-entitas dan transaksi antar-entitas dalam kelompok entitas
tersebut, termasuk penjualan, beban, dan dividen harus dieliminasi
seluruhnya.
3) Keuntungan dan kerugian harus direalisasi yang brasal dari transaksi
antar-entitas harus dieliminasi
4) Hak minoritas dalam laba bersih disajikan sebagai pengurang laba bersih
konsolidasi untuk mendapatkan jumlah laba bersih yang menjadi hak
pemilik modal entitas induk.
5) Hak minoritas dalam aktiva bersih disajikan tersendiri dalam neraca
konsoldasi, diantara ekuitas dan kewajiban
6) Namun demikian, apabila terdapat banyak perbedaan antara entitas induk
dengan entitas/unit-unit organisasi/badan usaha/perugahaan di bawahnya,
dalam kebijakan selanjutnya dapat ditetapkan bahwa terhadap laporan
keuangan badan usaha milik negara/daerah (BUMN/D) tidak perlu
dilakukan konsolidasi dengan laporan keuangan pemerintahan
pusat/daerah
7) Hal-hal yang berkaitan dengan pencatatan penyertaan pemerintahan
pusat/daerah dalam BUMN/D bersangkutan.
8) Sesuai dengan kebijakan akuntansi sebagaimana diuraikan pada butir 6 di
atas, laporan keuangan BUMN/D yang sesuai dengan tanggal tutup
bukunya harus disusun secara terpisah dalam bentuk laporan keuangan
gabungan BUMN/D dan hanya diperlukan inIormasi tambahan.

aporan keuangan entitas induk dan entitas anak yang digunakan dalam
penyusunan laporan konsolidasi lazimnya adalah laporan keuangan dengan
tanggal pelaporan yang sama. Apabila ternyata tanggal laporannya berbeda,

39

entitas anak biasanya menyusun laporan keuangan dengan tanggal pelaporan yang
sama dengan entitas induk. Apabila penyesuaian tanggal tersebut tidak dapat
dilakukan, laporan keuangan dengan tanggal pelaporan yang berbeda tersebut
dapat juga digunakan untuk tujuan konsolidasi sepanjang perbedaan tanggal
pelaporan itu tidak lebih dari tiga bulan. Sesuai dengan asas konsistensi, jangka
waktu periode pelaporan maupun perbedaan tanggal pelaporan, harus selalu sama
dari waktu ke waktu.
2.3 ANALISIS LAPORAN KEUANGAN
2.3.1 Konsep Analisis Laporan Keuangan
A. Pendahuluan
Dalam literatur akuntansi, keuangan, dan pemeriksaan akuntan, kalau kita
coba bandingkan antara buku-buku yang mengulas tentang sektor publik dan
sektor bisnis, terlihat bahwa literatur untuk sektor publik relatiI lebih sedikit.
ebih jauh lagi, kalau kita coba untuk mencari lliteratur mengenai analisis laporan
keuangan sektor publik, maka akan sangat sulit kita memperolehnya atau bahkan
tidak akan mendapatkannya, karena memang sampai saat ini belum ada.
Tentang analisis laporan keuangan, memang telah lama banyak dilakukan
oleh pengguna laporan keuangan, tetapi terbatas pada sektor bisnis. Manajemen
perusahaan dan pihak-pihak lain yang berkepentingan, seperti investor, kreditor,
analis keuangan, telah banyak menerapkan metode-metode analisis laporan
keuangan untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan yang telah dicapai dan
untuk memprediksikan prospek perusahaan di masa yang akan datang. Jadi,
pelaku bisnis dan pihak-pihak terkait lainnya telah banyak memanIaatkan hasil
analisis laporan keuangan sebagai dasar bagi pengambilan keputusan ekonomis
yang mereka buat.
Di sisi lain, analisis laporan keuangan di sektor pemerintahan hampir tidak
pernah dilakukan. Kalaupun dilakukan perhitungan-perhitungan melalui
pembandingan beberapa pos laporan pertanggungjawaban keuangan pemerintah
daerah, itu pun dengan perhitungan sederhana dengan penggunaan yang terbatas.

40

Misalnya, bila kita ingin mengetahui kinerja pencapaian pendapatan daerah, kita
bandingkan antara realisasi pendapatan asli daerah dengan target/ anggarannya,
atau menghitung perbandingan antara realisasi pendapatan pajak daerah dengan
total realisasi pendapatan asli daerah. Untuk menilai pelaksanaan belanja modal
misalnya, kita dapat membandingkan realisasi belanja modal dengan pagunya,
atau membandingkan realisasi belanja modal dengan realisasi total belanja.
Seiring dengan makin majunya penerapan prinsip akuntabilitas dan
transparansi, yang ditandai dengan perkembangan peraturan perundang-undangan
dalam bidang keuangan negara/daerah, maka dengan sendirinya terjadi perubahan
kebutuhan atas teknik analisis laporan keuangan pemerintah daerah.
Sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara, maka setiap pengelola keuangan daerah harus menyampaikan
laporan pertanggungjawaban pengelolaan keuangannya tidak saja dalam bentuk
aporan Realisasi Anggaran, tetapi juga meliputi Neraca, aporan Arus Kas, dan
atatan atas aporan Keuangan Daerah. Dengan bertambahnya komponen
laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD tersebut, seyogya-nya terdapat
pula perkembangan teknik analisis laporan keuangan pemerintah daerah, agar
pengguna laporan keuangan memiliki dasar yang memadai dalam mengevaluasi
kondisi dan kinerja keuangan pemerintah daerah, yang pada akhirnya hasil
analisis laporan keuangan tersebut dapat digunakan sebagai dasar dalam
perumusan kebijakan anggaran daerah di masa mendatang.
B. Pengertian Analisis Laporan Keuangan
Secara singkat analisis laporan keuangan dapat diartikan sebagai upaya
untuk mengidentiIikasi ciri-ciri keuangan berdasarkan laporan keuangan suatu
entitas tertentu. Untuk itu, seseorang yang melakukan analisis atas laporan
keuangan perlu menguraikan pos-pos laporan tersebut menjadi unit inIormasi
yang lebih rinci dan melihat hubungan antara satu dengan yang lainnya guna
mengetahui kondisi keuangan entitas tersebut untuk dijadikan dasar dalam
pengambilan keputusan.

41

Analisis laporan keuangan dilakukan dengan menggunakan metode dan
teknik analisis tertentu dalam melihat ukuran dan hubungan unsur laporan
keuangan. Hasil dari analisis tersebut diharapkan dapat meminimalkan bahkan
menghilangkan penilaian yang bersiIat dugaan semata, ketidakpastian,
pertimbangan pribadi dan lain sebagainya. Bahkan melalui analisis laporan
keuangan juga kemungkinan dapat diketahui adanya kesalahan proses akuntansi.
Dengan demikian akan menambah keyakinan pengguna laporan atas data atau
inIormasi yang tersedia sehingga pengambilan keputusannya menjadi lebih
akurat. Beberapa karakteristik dari analisis laporan keuangan dapat
diringkas seperti di bawah ini :
a. Fokus pada laporan keuangan utama
Sesuai pembahasan dalam modul ini, maka Iokusnya adalah pada aporan
Realisasi APBD, Neraca, aporan Arus Kas, dan atatan atas aporan
Keuangan.
b. Memuat analisis hubungan
Dalam hal ini, analisis laporan keuangan menguraikan hubungan pos-pos
dalam satu laporan keuangan, hubungan pos-pos antar laporan keuangan,
serta perbandingan dan kecenderungan pos-pos tersebut.
c. Memuat implikasi dan prediksi
Analisis laporan keuangan dapat digunakan untuk mengevaluasi dampak
kejadian atau transaksi masa lalu sekaligus untuk meramalkan prospek
keuangan di masa mendatang.
d. Dipengaruhi oleh kemampuan analis
Bila terdapat beberapa analis atas satu inIormasi yang sama, kemungkinan
masing-masing analis dapat memberikan hasil analisis yang berbeda,
tergantung pada kemampuan atau ketajaman masing-masing analis.
Seperti yang disebutkan pada poin Iokus analisis laporan keuangan di atas,
maka kita akan menggunakan laporan keuangan pemerintah daerah sebagai bahan
utama dalam melakukan analisis. Dengan demikian, akurasi hasil analisis laporan
keuangannya sangat tergantung pada akurasi dan validitas angka-angka yang
disajikan dalam laporan keuangan pemerintah daerah tersebut. Oleh karena itu,

42

hasil analisis laporan keuangan akan lebih baik bila laporan keuangannya
dihasilkan dari sistem akuntansi pemerintah daerah yang sudah berjalan dengan
baik, dan laporan keuangan tersebut telah diaudit oleh Badan Pemeriksa
Keuangan.


C. Tujuan dan Manfaat Analisis Laporan Keuangan
Telah kita bahas di bab sebelumnya, bahwa inIormasi yang disajikan
dalam laporan keuangan adalah untuk tujuan umum, yang berarti bahwa laporan
tersebut disajikan untuk memenuhi kebutuhan inIormasi bagi semua kelompok
pengguna laporan keuangan. Oleh sebab itu, jika pengguna laporan keuangan
menginginkan inIormasi tambahan dari laporan keuangan yang tersedia, maka
perlu melakukan analisis atas laporan keuangan tersebut. Dalam laporan keuangan
pemerintah daerah misalnya, tidak ada inIormasi yang menyebutkan derajat
kemampuan pemda dalam membayar kembali pinjaman yang diterimanya. Bila
kita ingin menilai seberapa besar tingkat kemampuan pemda membayar
kewajibannya, maka kita perlu melakukan analisis atas pos-pos yang disajikan
dalam laporan keuangan pemda tersebut.
Secara umum telah kita peroleh pemahaman bahwa tujuan analisis laporan
keuangan adalah untuk menilai kondisi dan kinerja keuangan dari suatu entitas.
Adapun tujuan dari analisis laporan keuangan pemerintah daerah adalah untuk
hal-hal berikut ini :
a. Meyakini ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku.
b. Mengetahui kondisi keuangan pemerintah daerah serta perubahan-
perubahannya
c. Mengetahui kemampuan pemerintah daerah dalam memenuhi kewajibannya.
d. Mengetahui kemampuan pemerintah daerah dalam menyediakan dana untuk
kegiatannya.

43

e. Mengevaluasi kinerja pemerintah daerah dalam melaksanakan program-
programnya.
I. Mengetahui potensi pemerintah daerah dalam menghasilkan sumber daya.
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat kita Iormulasikan beberapa
manIaat yang dapat kita peroleh dari kegiatan analisis laporan keuangan, antara
lain sebagai berikut:
a. Dapat menyediakan tambahan penjelasan atas data dan inIormasi yang
memang sudah tersedia pada laporan keuangan.
b. Dapat memberikan inIormasi yang tidak secara eksplisit disajikan di dalam
laporan keuangan
c. Dapat mengetahui terdapatnya kesalahan dan hal-hal yang bersiIat tidak
konsisten yang terkandung dalam laporan keuangan.
d. Dapat mengetahui siIat-siIat dari hubungan baik antar-pos maupun antar
laporan, yang dapat digunakan untuk prediksi, rating, dan lain sebagainya.
e. Dapat menilai perkembangan dan pencapaian yang diperoleh oleh suatu
entitas serta membuat proyeksi keuangan di masa mendatang.
I. Dapat mengevaluasi kondisi keuangan entitas masa lalu, saat ini, dan
perkiraan di masa yang akan datang.
g. Dapat mengetahui komposisi struktur keuangan entitas, sehingga dapat
memahami situasi dan kondisi keuangan yang dialami oleh suatu entitas.
2.3.2 Analisis Laporan Keuangan Pemerintah
A. Kondisi Saat Ini
andasan teori untuk analisis laporan keuangan pada sektor bisnis sudah
lama menjadi pokok bahasan dalam literatur akuntansi dan keuangan. Dapat
dikatakan bahwa penggunaan teknik-teknik analisis laporan keuangan di sektor
bisnis memang sudah memiliki pijakan teori yang sudah mapan dengan nama dan
kaidah pengukuran yang standar. Sedangkan pada sektor publik, khususnya pada
lingkungan pemerintah daerah, adalah sebaliknya. Penggunaannya masih sangat
terbatas, dengan Iokus pada laporan realisasi anggaran, karena memang belum

44

didukung dengan pembahasan teori analisis laporan keuangan pemerintah yang
memadai. Oleh karena itu, belum ada nama dan kaidah pengukuran yang seragam.
Mengenai terbatasnya penggunaan teknik analisis laporan keuangan pada
pemerintah daerah, khususnya analisis perbandingan atau rasio, bila dibandingkan
dengan sektor bisnis, Widodo (2007) mengemukakan penyebabnya adalah:
a. Keterbatasan penyajian laporan keuangan pada lembaga pemerintah daerah
yang siIat dan cakupannya berbeda dengan penyajian laporan keuangan oleh
lembaga perusahaan yang bersiIat komersial.
b. Selama ini penyusunan APBD sebagian masih dilakukan berdasarkan
pertimbangan incremental budget (seharusnya disusun berdasarkan
pendekatan kinerja sebagaimana tersebut dalam pasal 20 Peraturan
Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000), yaitu besarnya masing-masing
komponen pendapatan dan belanja dihitung dengan meningkatkan persentase
tertentu (biasanya berdasarkan tingkat inIlasi). Karena disusun dengan
pendekatan secara incremental, maka sering kali mengabaikan rasio keuangan
dalam APBD, seperti adanya prinsip 'yang penting pendapatan naik
meskipun untuk menaikkannya itu diperlukan biaya yang tidak eIisien.
c. Penilaian keberhasilan APBD sebagai penilaian pertanggungjawaban
pengelolaan keuangan daerah lebih ditekankan pada pencapaian target,
sehingga kurang memperhatikan bagaimana perubahan yang terjadi pada
komposisi ataupun struktur APBDnya.
B. Keterbatasan Analisis Laporan Keuangan Pemerintah
Sudah kita bahas pada bab sebelumnya, bahwa akurasi hasil analisis
laporan keuangan sangat tergantung pada akurasi dan validitas angka-angka yang
disajikan dalam laporan keuangan pemerintah daerah tersebut. Selain itu, pada
analisis laporan keuangan itu sendiri terdapat keterbatasan yang inheren, antara
lain sebagai berikut.
1. Sifat laporan keuangan adalah historis.
aporan keuangan menyajikan inIormasi mengenai transaksi dan kejadian
pada masa lalu. Oleh karena itu, laporan keuangan tidak dapat dianggap

43

sebagai laporan mengenai keadaan saat ini. Akuntansi bukan merupakan satu-
satunya sumber inIormasi dalam proses pengambilan keputusan ekonomis.
2. Informasi dalam laporan keuangan adalah bertujuan umum
nIormasi dalam laporan keuangan tidak dirancang untuk memenuhi
kebutuhan inIormasi secara khusus bagi setiap kelompok pengguna laporan
keuangan. aporan keuangan disusun dengan menggunakan istilah-istilah
teknis, dan pengguna laporan diasumsikan memahami bahasa teknis
akuntansi dan siIat dari inIormasi yang dilaporkan. Oleh karena itu,
dibutuhkan pemahaman dasar terhadap akuntansi dan laporan keuangan yang
disusun berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan.
3. Penggunaan taksiran dalam laporan keuangan
Di dalam penyusunan laporan keuangan tidak dapat dihindari adanya
penggunaan estimasi akuntansi, yang cenderung bersiIat subyektiI. Misalnya,
estimasi atas kemungkinan tidak tertagihnya piutang, estimasi masa manIaat
atau umur ekonomis aset tetap, dan lain sebagainya.
4. Hakikat laporan keuangan adalah informasi kuantitatif
nIormasi yang disajikan dalam laporan keuangan, terutama berupa inIormasi
kuantitatiI yang bersiIat keuangan. Oleh sebab itu, hasil analisis laporan
keuangan dengan sendirinya juga bersiIat kuantitatiI. Sedangkan inIormasi
yang dibutuhkan untuk mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja
pemerintah bukan hanya inIormasi kuantitatiI, tetapi juga inIormasi kualitatiI.
ontoh inIormasi kualitatiI yang relevan dengan analisis laporan keuangan
adalah opini auditor independen mengenai laporan keuangan pemerintah
daerah, alasan-alasan tidak tercapainya target pajak daerah, alasan-alasan
meningkatnya jumlah deIisit dari yang dianggarkan.
5. Laporan keuangan lebih menggambarkan kinerja keuangan
aporan keuangan yang menjadi obyek analisis adalah laporan keuangan
yang lebih menggambarkan kinerja keuangan. Meskipun APBD disusun
dengan pendekatan kinerja, akan tetapi kinerja pelaksanaan program dan
kegiatan tidak dapat dilihat dalam laporan realisasi anggaran, melainkan
dalam laporan kinerja instansi pemerintah. Dengan demikian, analisis laporan

46

keuangan dapat dikatakan lebih cenderung pada analisis kinerja keuangan.
Namun demikian, analisis dapat dikembangkan sampai kepada analisis
kinerja program/kegiatan dengan mengumpulkan data-data mengenai rencana
dan realisasi program/kegiatan berikut target dan capaian kinerjanya.

C. Teknik Analisis Laporan Keuangan Pemerintah
Pada sub bab ini, akan dikemukakan teknik-teknik yang akan digunakan
dalam pembahasan Analisis aporan Keuangan Pemerintah Daerah. Teknik-
teknik yang akan digunakan adalah sebagai berikut :
1. Analisis hubungan pos-pos laporan keuangan
Teknik analisis hubungan dilakukan dengan menguji hubungan logis antar
pos, baik dalam satu laporan keuangan maupun antar laporan. Tujuan analisis
ini adalah untuk menguji kebenaran angka-angka laporan keuangan yang
disajikan. Misalnya, adanya belanja modal di laporan realisasi APBD,
semestinya berkorelasi langsung dengan kenaikan aset tetap. Untuk itu, harus
dilakukan analisis apakah kedua pos tersebut terbukti berhubungan.
2. Analisis perbandingan (rasio) pos-pos laporan keuangan
Teknik analisis perbandingan dilakukan dengan membandingkan satu atau
beberapa pos dengan satu atau beberapa pos lainnya dalam satu periode.
Analisis ini dapat juga digunakan untuk membandingkan satu pos yang sama
dalam laporan keuangan dua periode yang berurutan. Tujuan analisis ini
antara lain untuk menilai kondisi atau kinerja keuangan pemerintah daerah.
Misalnya, rasio realisasi pajak daerah, diperoleh dari perhitungan atau
perbandingan antara realisasi pajak daerah dengan anggarannya atau target
pajak daerah. Bila hasil perbandingannya menunjukkan angka lebih besar dari
1, berarti mengindikasikan tingkat capaian yang baik. Semakin besar angka
rasionya, maka semakin baik pula kinerja dari pencapaian pajak daerah
tersebut.
3. Analisis kecenderungan pos-pos laporan keuangan

47

Teknik analisis kecenderungan dilakukan dengan membandingkan pos yang
sama untuk periode lebih dari dua tahun, sehingga diperoleh gambaran
mengenai kecenderungan dari suatu pos dalam laporan keuangan pemerintah
daerah. Analisis kecenderungan ini umumnya digunakan dalam membuat
prediksi keuangan. Misalnya prediksi pencapaian pajak daerah pada tahun
yang akan datang, diperkirakan berdasarkan data atau inIormasi
kecenderungan pencapaian pajak daerah beberapa periode yang lalu sampai
saat dilakukannya analisis kecenderungan.
2.3.3 Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Dalam pembahasan analisis laporan keuangan pemerintah daerah ini
sebenarnya merupakan penerapan dari teknik teknik analisis laporan keuangan
pemerintah yang sebelumnya telah dibahas secara teoritis. Teknik analisis yang
digunakan ada 3 yaitu, analisis hubungan pos-pos laporan keuangan, analisis
perbandingan (rasio) pos-pos laporan keuangan dan analisis kecenderungan pos-
pos laporan keuangan.
1. Analisis hubungan pos-pos laporan keuangan
Pengguna laporan keuangan harus memahami bahwa pos-pos di dalam
suatu laporan keuangan dapat mempunyai kaitan atau hubungan satu dengan
lainnya. Berikut adalah hubungan pos-pos laporan keuangan pemerintah daerah,
yang meliputi:
a. Hubungan antar pos laporan realisasi APBD adalah sebagai berikut:
1. Bila anggaran direncanakan deIisit (negatiI), maka jumlah pembiayaan neto
harus positiI, dengan jumlah minimal sama dengan jumlah deIisit tersebut.
(Jumlah pembiayaan neto positiI berarti jumlah penerimaan pembiayaan lebih
besar dari pada jumlah pengeluaran pembiayaan).
2. Pembiayaan neto negatiI hanya diijinkan bila anggaran direncanakan surplus,
dan jumlah surplusnya minimal sama dengan jumlah pembiayaan neto yang
negatiI tersebut. (Jumlah pembiayaan neto negatiI berarti jumlah penerimaan
pembiayaan lebih kecil dari jumlah pengeluaran pembiayaan).

48

3. Sisa ebih Pembiayaan Anggaran (SiPA) akan muncul dalam beberapa
kondisi berikut:
Bila jumlah pembiayaan neto positiI lebih besar daripada jumlah deIisit,
maka selisihnya menjadi SiPA.
Bila terjadi surplus dan pembiayaan neto positiI.
Bila terjadi pembiayaan neto negatiI tetapi surplusnya lebih besar.
b. Hubungan antar pos-pos di dalam neraca adalah sebagai berikut:
1. Total aset harus sama dengan total kewajiban dan ekuitas dana. Bila tidak,
dapat dipastikan masih ada kesalahan dalam penyusunan neraca tersebut.
2. Ekuitas dana menunjukkan jumlah aset bersih pemerintah daerah. Oleh
karena itu, total ekuitas dana harus sama dengan selisih antara total aset
dengan kewajiban.
3. Jumlah Ekuitas Dana ancar harus sama dengan jumlah aset lancar di kurangi
kewajiban jangka pendek.
4. Jumlah SiPA di dalam ekuitas dana lancar adalah jumlah total kas dikurangi
utang Perhitungan Fihak Ketiga (potongan taspen, askes, PPh dan PPn).
5. Jumlah Ekuitas Dana nvestasi diperoleh dengan perhitungan: nvestasi
Jangka Panjang Aset Tetap Aset ainnya Kewajiban Jangka Panjang
6. Jumlah ekuitas dana cadangan menunjukkan jumlah aset berupa dana
cadangan. Oleh karena itu, jumlah ekuitas dana cadangan sama dengan
jumlah dana cadangan.
c. Hubungan berikut dapat digunakan dalam menilai kebenaran angka-
angka dalam laporan arus kas:
1. Saldo kas pada akhir tahun harus sama dengan jumlah kas pada akhir tahun
di Neraca.
2. Jumlah arus kas masuk dari aktivitas operasi dapat sama dengan jumlah
pendapatan daerah dikurangi penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan
(dalam laporan realisasi anggaran)

49

3. Jumlah arus kas keluar dari aktivitas operasi sama dengan jumlah total
belanja (dalam laporan realisasi anggaran) tetapi tidak termasuk belanja
modal.
4. Jumlah arus kas masuk dari aktivitas investasi aset non-keuangan sama
dengan jumlah pendapatan dari penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan
(dalam laporan realisasi anggaran).
5. Jumlah arus kas keluar dari aktivitas investasi aset non-keuangan sama
dengan jumlah belanja modal di laporan realisasi anggaran.
6. Jumlah arus kas keluar dari aktivitas pembiayaan harus sama dengan jumlah
pengeluaran pembiayaan dalam laporan realisasi anggaran.
2. Analisis perbandingan (rasio) pos-pos laporan keuangan
Perbandingan pos-pos laporan keuangan sering disebut dengan istilah rasio
keuangan. Oleh karena itu, jika seseorang atau lembaga melakukan perhitungan
dengan membandingkan pos-pos laporan keuangan suatu entitas, dengan maksud
untuk mengetahui capaian atau kinerja keuangan entitas dimaksud, dikatakan
ia/mereka melakukan analisis rasio keuangan. Dibandingkan dengan teknik
analisis keuangan lainnya, analisis rasiokeuangan memiliki keunggulan, antara
lain, sebagai berikut:
1. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca
dan ditaIsirkan;
2. Rasio merupakan pengganti (yang lebih sederhana) dari inIormasi yang
disajikan di dalam laporan keuangan (yang rinci dan rumit);
3. Standarisasi unit-unit pengukuran komponen keuangan pemerintah daerah;
4. ebih mudah memperbandingkan kondisi keuangan pemerintah daerah
dengan pemerintah daerah lain atau melihat perkembangan pemerintah daerah
secara periodik;
5. ebih mudah melihat perkembangan pemerintah daerah serta melakukan
prediksi di masa yang akan datang.
Di sisi lain, khususnya di sektor pemerintahan, analisis perbandingan pos-pos
laporan keuangan ini memiliki beberapa kelemahan sebagai berikut:

30

1. Belum ada keseragaman dalam hal istilah-istilah rasio maupun dalam kaidah
pengukurannya.
2. Belum ada standar atau patokan yang dapat digunakan untuk menilai baik
atau buruknya suatu angka rasio. Misalnya, bila rasio realisasi pendapatan
pajak mencapai 110, apakah angka tersebut berarti sangat baik, baik,
sedang atau kurang; berapa angka rasio kemandirian yang harus dicapai oleh
pemda untuk dapat dikatakan mandiri dalam hal pendanaan.
3. Angka rasio yang dihasilkan dari perhitungan perbandingan pos-pos laporan
keuangan suatu pemda belum tentu dapat dibandingkan dengan angka rasio
pemda lainnya, karena mungkin saja teknik perhitungannya berbeda atau
pemilihan metode dan prinsip akuntasi yang berbeda.
4. Validitas angka rasio dipengaruhi secara otomatis oleh validitas angka-angka
yang dilaporkan dalam laporan keuangan dan dipengaruhi oleh kelemahan
inheren laporan keuangan, seperti nilai perolehan historis, nilai estimasian,
kebebasan memilih metode akuntansi.
Beberapa perbandingan pos-pos laporan keuangan pemerintah daerah adalah
sebagai berikut:
1. Perbandingan Realisasi vs Anggarannya
2. Perbandingan Realisasi Tahun ni vs Tahun alu
3. Kemandirian Keuangan Daerah
4. EIektiIitas Pendapatan Asli Daerah
5. EIisiensi Pendapatan Asli Daerah
6. Keserasian Belanja
7. ikuiditas
8. Solvabilitas
9. everage
3. Analisis perbandingan (rasio) pos-pos laporan keuangan
A. Pengertian dan Sifat Analisis Kecenderungan

31

Analisis kecenderungan (trend) adalah suatu teknik analisis yang mencoba
untuk mengidentiIikasi pola-pola dari kecenderungan (perubahan-perubahan yang
terjadi dalam beberapa periode yang telah lalu) sebagai dasar dari evaluasi dan
prediksi keadaan atau perubahan di masa mendatang. Suatu perubahan tentunya
dapat diakibatkan oleh adanya interaksi dari sejumlah Iaktor (variabel). Apabila
Iaktor-Iaktor tersebut diperkirakan dapat menyebabkan perubahan terhadap data
yang kita analisis, maka dalam hal ini dapat digunakan analisis sebab-akibat.
Penggunaan regresi linear sederhana dan regresi berganda merupakan contoh dari
analisis sebab-akibat.
Sementara itu, apabila kita hanya menyusun suatu model dengan
menggunakan hubungan antara variabel tanpa memperhatikan apakah yang satu
mempengaruhi yang lain atau tidak, maka kita melakukan analisis kecenderungan
sederhana. Dengan demikian, siIat-siIat analisis kecenderungan dapat disimpulkan
sebagai berikut :
Bertujuan untuk mengetahui arah atau kecenderungan suatu pos (misalnyapos
belanja pemeliharaan, pos pendapatan pajak daerah).
Membutuhkan data runtut waktu (time series data) selama beberapa tahun
sebagai bahan analisis.
Analisis dilakukan dengan membandingkan (menghubungkan) angka-angka
untuk pos yang sama dari laporan beberapa tahun yang berurutan. Pada
bagian berikut akan dibahas tiga metode analisis kecenderungan sederhana,
yaitu analisis kecenderungan dengan tahun dasar, analisis kecenderungan
bergerak (dari tahun ke tahun), dan analisis kecenderungan dengan diagram
pencar.
B. Analisis Kecenderungan dengan Tahun Dasar
Analisis kecenderungan sederhana dimaksudkan hanya untuk mengetahui
kecenderungan suatu pos (naik atau turun) dengan membandingkan angka-angka
untuk pos yang sama dari laporan beberapa tahun yang berurutan, tanpa

32

mengidentiIikasi variabel-variabel yang mempengaruhi perubahan dari pos
tersebut.
Data berikut adalah untuk contoh perhitungan analisis kecenderungan
dengan menggunakan tahun dasar.





Jenis Belanja Th.
2001
Th. 2002 Th. 2003 Th. 2004 Th. 2005
Belanja
Pemeliharaan
Gedung
200 220 245 260 270
Kecenderungan ()

100 110 123 130 135
Kenaikan dari tahun
dasar
10 23 30 35

Analisis kecenderungan pada contoh di atas menggunakan belanja tahun
2001 sebagai tahun dasar, dengan jumlah belanja sebesar Rp 200 juta. Dengan
demikian, indeks belanja pemeliharaan gedung tahun 2001 sampai dengan 2005
dihitung dengan rumus:
Belanja tahun n
----------------------------------- X 100
Belanja tahun 2001(dalam jutaan rupiah)
Dengan demikian, kita dapat melihat besarnya kenaikan dari tahun ke
tahun dengan membandingkan kecenderungan (persentase dari tahun dasarnya)
tahun ke (n) dikurangi dengan kecenderungan tahun ke (n-1). Dari perhitungan di
atas, dengan melihat kenaikan dari tahun 2002 sampai dengan 2005, maka kita

33

dapat memperkirakan kenaikan tahun 2006, yaitu kurang lebih 40 atau besarnya
belanja pemeliharaan gedung tahun 2006 kira-kira sebesar Rp 280 juta atau 140
X Rp 200 juta.























34

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

'.... Siklus akuntansi merupakan sistematka pencatatan transaksi
keuangan, peringkasannya, dan pelaporan keuangan....

Siklus akuntansi merupakan suatu proses penyediaan laporan keuangan
organisasi selama satu periode tertentu. Siklus akuntansi dapat dibagi menjadi
pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan selama periode tersebut, yaitu :

h. Pencatatan Data ke dalam dokumen sumber/bukti transaksi.
i. Penjurnalan, yaitu menganalisis dan mencatat transaksi dalam jurnal (buku
harian).
j. Melakukan posting ke Buku Besar yaitu memindahkan debet dan kredit
dari jurnal ke akun Buku Besar.
k. Penyusunan Neraca Saldo yaitu menyiapkan Neraca Saldo unttuk
mengecek keseimbangan Buku Besar.
l. Membuat ayat jurnal penyesuaian dan memasukkan jumlahya pada Neraca
Saldo.
m. Membuat ayat-ayat penutup yaitu menjurnal dan memindahbukukan ayat-
ayat penutup
n. Penyusunan aporan Keuangan yaitu aporan Rugi aba, aporaan
Perubahan Modal dan Neraca.

Teknik Analisis Laporan Keuangan Pemerintah
Pada sub bab ini, akan dikemukakan teknik-teknik yang akan digunakan
dalam pembahasan Analisis aporan Keuangan Pemerintah Daerah. Teknik-
teknik yang akan digunakan adalah sebagai berikut :

33

2. Analisis hubungan pos-pos laporan keuangan
Teknik analisis hubungan dilakukan dengan menguji hubungan logis antar
pos, baik dalam satu laporan keuangan maupun antar laporan. Tujuan analisis
ini adalah untuk menguji kebenaran angka-angka laporan keuangan yang
disajikan. Misalnya, adanya belanja modal di laporan realisasi APBD,
semestinya berkorelasi langsung dengan kenaikan aset tetap. Untuk itu, harus
dilakukan analisis apakah kedua pos tersebut terbukti berhubungan.
2. Analisis perbandingan (rasio) pos-pos laporan keuangan
Teknik analisis perbandingan dilakukan dengan membandingkan satu atau
beberapa pos dengan satu atau beberapa pos lainnya dalam satu periode.
Analisis ini dapat juga digunakan untuk membandingkan satu pos yang sama
dalam laporan keuangan dua periode yang berurutan. Tujuan analisis ini
antara lain untuk menilai kondisi atau kinerja keuangan pemerintah daerah.
Misalnya, rasio realisasi pajak daerah, diperoleh dari perhitungan atau
perbandingan antara realisasi pajak daerah dengan anggarannya atau target
pajak daerah. Bila hasil perbandingannya menunjukkan angka lebih besar dari
1, berarti mengindikasikan tingkat capaian yang baik. Semakin besar angka
rasionya, maka semakin baik pula kinerja dari pencapaian pajak daerah
tersebut.
4. Analisis kecenderungan pos-pos laporan keuangan
Teknik analisis kecenderungan dilakukan dengan membandingkan pos yang
sama untuk periode lebih dari dua tahun, sehingga diperoleh gambaran
mengenai kecenderungan dari suatu pos dalam laporan keuangan pemerintah
daerah. Analisis kecenderungan ini umumnya digunakan dalam membuat
prediksi keuangan. Misalnya prediksi pencapaian pajak daerah pada tahun
yang akan datang, diperkirakan berdasarkan data atau inIormasi
kecenderungan pencapaian pajak daerah beberapa periode yang lalu sampai
saat dilakukannya analisis kecenderungan.




36

DAFTAR PUSTAKA


Bastian, indra.2006.akuntansi sektor publik:suatu pengantar.jakarta:erlangga
Nordiawan, deddi.2006.akuntansi sektor publik.jakarta:salemba empat
Santoso, dwi.2006.akuntansi liIe in the wordl.
|online|.tersedia:
http://santoisme.blogspot.com/2009/03/siklus akuntansi.html (9 maret 2009)
ahmadiIan.(2010).chart oI account (OA).|online|.tersedia:
wordpress.com/2010/11/23/chart-oI-accounts-coa/|23 november 2010|

Anda mungkin juga menyukai