Anda di halaman 1dari 6

KAJIAN KARAKTERISTIK DAN PROSES PANTAI DI WILAYAH PROVINSI

BANTEN
Raden Bima Yoga Barata
K2E009041
Program Studi OseanograIi. Jurusan Ilmu Kelautan. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan.
Universitas Diponegoro, Semarang.
E-mail : Radenzyahoo.co.id

ABSTRAK
Pengamatan dan analisa tipe pantai-pantai di wilayah provinsi Banten dengan berdasarkan
data citra satelit Google Earth data primer) dan data hasil penelitian LIPI dengan citra
satelite LANDSAT data sekunder). Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan bahwa jenis
tipe pantai di wilayah banten didominasi pantai berlumpur. Hal ini disebabkan banyaknya
muara sungai sehingga menyebabkan adanya run oII dari darat berupa sedimen yang
kemudian terakumulasi di area pesisir pantai. Selain itu juga dapat dilihat terjadinya proses
sedimentasi, akresi dan erosi di salah satu wilayah pantai Tanjung Pasir yang merupakan
akibat dari parameter Iisit laut arus, pasut, gelombang).
$%#%
-8ervation and 8hore type analy8i8 in Banten Province region8 according to data from
Google Earth Satellite Imagery (primary data) and The re8:lt data from LIPI re8earch with
:8ing LANDSAT Satellite Imagery (8econdary data) . Ba8ed on the re8:lt we fo:nd that the
type of coa8t in Banten Province Region8 i8 dominated -y m:ddy 8hore. It may -e d:e we
fo:nd many e8t:ary which ca:8e r:n off from the land. The r:n off will -e contain of 8ediment
which acc:m:late in coa8tal area. Be8ide thi8 we can 8ee 8edimentation proce88 acre88ion
proce88 and ero8ion proce88 in Tanf:ng Pa8ir Beach which ca:8ed -y the phy8ical 8ea
parameter (c:rrent tide8 and wave) and people activitie8.
!AHULUA
Wilayah laut Banten merupakan
salah satu jalur laut potensial, Selat Sunda
merupakan salah satu jalur yang dapat
dilalui kapal besar yang menghubungkan
Australia, Selandia Baru, dengan kawasan
Asia Tenggara misalnya Thailand, Malaysia
dan Singapura. Disamping itu Banten
merupakan jalur perlintasan/penghubung
dua pulau besar di Indonesia, yaitu Jawa
dan Sumatera. Bila dikaitkan posisi
geograIis dan pemerintahan maka wilayah
Banten terutama Kota Tangerang dan
Kabupaten Tangerang merupakan wilayah
penyangga bagi Ibukota Negara. Secara
ekonomi wilayah Banten mempunyai
banyak industri. Wilayah Provinsi Banten
juga memiliki beberapa pelabuhan laut
yang dikembangkan sebagai antisipasi
untuk menampung kelebihan kapasitas dari
pelabuhan laut di Jakarta dan sangat
mungkin menjadi pelabuhan alternatiI dari
Singapura.
Wilayah provinsi Banten terdiri dari
23 pantai. Di bagian utara terdapat beberapa
pantai seperti pantai Dadap, pantai Tanjung
Pasir, Nusa Burung, Tanjung Kait, Taman
Burung, Salira Indah, dan Suralaya.
Sedangkan di bagian barat terdapat pantai
Carita, pantai Karang Bolong, Anyar,
Labuan, Lada, Tanjung Lesung, Bama,
Camara, Ciputih, Taman Jaya, dan Karang
Copong. Di bagian selatan terdapat pantai
Binuangeun, Cilangkahan, Karang Tarajo
dan Manuk. Pantai tersebut memiliki
kharakteristik sedimen pantai baik pantai
berlumpur, pantai berpasir, dan pantai
berbatu.
Wilayah pesisir dideIinisikan
sebagai wilayah daratan yang berbatasan
dengan laut, dengan batas di daratan
meliputi daerah-daerah yang tergenang air
maupun yang tidak tergenang air yang
masih dipengaruhi oleh proses-proses laut
seperti pasang surut dll. Wilayah pesisir
bersiIat dinamis dan rentan terhadap
perubahan lingkungan baik karena proses
alami maupun akibat aktivitas manusia.
Rais |1| mengemukakan bahwa wilayah
pesisir merupakan wilayah yang sangat
padat jumlah penduduknya dan populasi
dunia yang hidup di wilayah pesisir berkisar
antara 50-70 dari total penduduk dunia.
Di Indonesia sendiri 60 penduduknya
hidup di wilayah pesisir, peningkatan
jumlah penduduk yang hidup di wilayah
pesisir memberikan dampak tekanan
terhadap sumberdaya alam pesisir seperti
degradasi pesisir, pembuangan limbah ke
laut, erosi pantai abrasi), akresi pantai
penambahan pantai) dan sebagainya.
Dalam melakukan berbagai aktivitas untuk
meningkatkan taraI hidupnya, manusia
melakukan perubahan-perubahan terhadap
ekosistem dan sumberdaya alam sehingga
berpengaruh terhadap lingkungan di
wilayah pesisir khususnya garis pantai.
Garis pantai adalah batas air laut pada
waktu pasang tertinggi telah sampai
kedarat. Perubahan garis pantai ini banyak
dilakukan oleh aktivitas manusia seperti
pembukaan lahan, eksploitasi bahan galian
di daratan pesisir yang dapat merubah
keseimbangan garis pantai melalui suplai
muatan sedimen yang berlebihan. Dengan
curah hujan yang dengan intensitas tinggi
juga dapat mempengaruhi perubahan garis
pantai. Di sepanjang kawasan pantai
terdapat segmen-segmen pantai yang
mengalami erosi, disamping ada bagian-
bagian yang mengalami akresi/sedimentasi
dan segmen yang stabil |2|. Ongkosongo
|3| mengemukakan bahwa sekitar 70
pantai terutama berpasir di dunia
mengalami erosi pantai dan penyebab
utama adalah aneka ragam pengaruh
manusia secara langsung maupun tak
langsung yang menyebabkan berkurangnya
jumlah ketersedian cadangan sedimen yang
ada di pantai dibandingkan dengan sedimen
keluar dari pantai akibat pengaruh alam.
Setelah mengetahui
karakteristik/tipe pantai di wilayah
Banten, kemudian kita melakukan analisa
terhadap perubahan garis pantai di salah
satu pesisir pantai utara Banten.



TOOLOGI !LITIA
A. !TUA TITIK
KOORIAT LOKASI
!GAATA
Wilayah Banten berada pada batas
astronomi 5 7` 50 - 7 1` 11 Lintang
Selatan dan 105 1` 11 - 106 7` 12 Bujur
Timur, berdasarkan UU RI Nomor 23 tahun
2000 luas wilayah Banten adalah 8.651,20
Km
2
. Secara wilayah pemerintahan
Provinsi Banten terdiri dari 2 Kota, 4
Kabupaten, 140 Kecamatan, 262
Kelurahan, dan 1.242 Desa.

Provinsi Banten mempunyai batas
wilayah sebelah utara adalah Laut Jawa. Di
sebelah timur dibatasi oleh Provinsi DKI
Jakarta dan Jawa Barat. Di sebelah Selatan
berbatasan dengan Samudra Hindia dan di
sebelah Barat berbatasan dengan selat Sunda.
B. TO
Metode yang digunakan dalam
menganalisis tipe pantai di wilayah banten
adalah dengan menggunakan analisis
deskriptiI. Data yang digunakan dalam
menganalisis tipe pantai terdiri dari data
primer dan data sekunder. Data primer
yang digunakan adalah data citra satelit
Google Earth. Selain itu untuk mengetahui
proses pantai yang terjadi dilakukan
analisis data sekunder berupa hasil
penelitian oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia mengenai perubahan garis pantai
di sepanjang wilayah Tanjung Pasir di
dekat muara sungai Cisadane. Data yang
digunakan adalah data citra satelit
LANDSAT perairan Cisadane pada tahun
1997 serta data pengamatan lapangan pada
tahun 2005.
AALISA
A. AALISA TI! !ATAI
Dari pengamatan dengan citra Google Earth
didapatkan hasil bahwa sebagaian besar
pantai di wilayah provinsi Banten adalah
memiliki tipe sedimen yang berlumpur.
Dapat dilihat dari beberapa citra berikut:

Gambar 1 citra satelit !antai Tanjung Burung

Gambar 2 !antai Carita

Gambar 3 !antai Kerang

Gambar 4 !antai Bineangun
Pantai-pantai di atas merupakan tipe pantai
dengan sedimen yang berlumpur. Hal ini
dikarenakan pada beberapa pantai tersebut
ditemukan adanya muara. Muara tersebut
tentunya membawa material sedimen yang
berasal dari daratan Run OII). Selain itu
kondisi arus, pasut dan gelombang di kawasan
utara yang dipengaruhi oleh laut jawa kawasan
utara: pantai kerang, carita, dan Tanjung
Burung) dan laut jawa di sebelah selatan
tentunya juga mengangkut sedimen yang
terdapat di laut sehingga terakumulasi di
sepanjang pantai.
Namun selain pantai berlumpur yang
mendominasi wilayah Banten juga terdapat
beberapa pantai berpasir seperti berikut.

Gambar 5 Cimarea Beach

Gambar 6 Tanjung !asir
Pantai cimarea dan pantai Tanjung Pasir tidak
terdapat muara sungai sehingga tidak ada run
oII sedimen dari darat. Kedua pantai ini
dicirikan dengan dataran yang landai dengan
bentuk garis pantai yang memanjang tanpa
lekukan. Material sedimennya berupa pecahan
batuan maupun pecahan cangkang kerang.
B. AALISA !ROSS !ATAI
Untuk menganalisa proses pantai berupa
Akresi/Sedimentasi dan Abrasi) di perairan
muara Cisadane digunakan data penelitian
oleh LIPI. Berikut ini adalah citra
LANDSAT perairan Cisadane pada Tahun
1997.

Gambar 7 Citra Landsat !erairan Cisadane 1997
Lalu citra tersebut dibandingkan dengan hasil
pengamatan pada tahun 2005 sebagai berikut.

Gambar 8 Hasil !engamatan Garis !antai tahun 2005
Dari gambar 7 dan 8 terlihat jelas adanya
perbedaan karena terdapat adanya daratan
yang tergabung yaitu tanjung Pepuloa.
Untuk lebih jelasnya maka citra 1997 di
overlay dengan hasil pengamatan tahun
2005. Sehingga dapat dilihat perubahan
garis pantainya seperti pada gambar 9.
Dari gambar 9 hasil overlay di atas dapat
dilihat terjadi proses penambahan pantai
akresi) dan pengurangan pantai abrasi) dari
tahun 1997-2005. Hal ini menyebabkan
terjadinya perubahan garis pantai dan
tergabungnya Tanjung Papeloa. Dengan
kharakteristik pantai Tanjung Burung yang
landai dan berupa sedimen berlumpur, ketika
gelombang datang secara terus menerus dari
Laut Jawa atau tegak lurus pantai, maka
pantainya akan mudah tererosi. Faktor lain
adalah adanya pasut dengan tunggang air
yang tinggi menyebabkan erosi pantai,
banyak lumpur yang terbawa oleh pasut ke
perairan dalam. Menurut The, dkk. |4| pola
arus maupun gelombang yang berkembang
di Laut Jawa akan mempengaruhi perairan
pantainya termasuk perairan pantai Sungai
Cisadane yang berhubungan langsung
dengan Laut Jawa. Dengan demikian
gelombang yang terjadi di perairan muara
Sungai Cisadane selalu dipengaruhi oleh
gelombang yang datang dari Laut Jawa.
Sedangkan untuk bergabungnya Tanjung
Papeloa disebabkan oleh run oII sedimen
yang terjadi terus menerus yang kemudian
mengendap akresi) membentuk daratan
baru. Selain itu perubahan garis pantai juga
dapat disebabkan oleh aktivitas manusia
yang mengeksploitasi pasir secara
berlebihan.


Gambar 9 Hasil Overlay Citra 1997 dengan hasil pengamatan tahun 2005

KSI!ULA

Berdasarkan hasil analisa tipe pantai dan
proses pantai di wilayah Provinsi Banten
dapat disimpulkan bahwa tipe pantai yang
ditemukan di wilayah Provinsi Banten
didominasi oleh pantai berlumpur karena
adanya muara sungai yang membawa
material sedimen dari darat. Selain itu,
perubahan garis pantai di wilayah pesisir
Cisadane disebabkan oleh proses abrasi dan
akresi. Faktor penyebab terjadinya abrasi dan
akresi adalah parameter gelombang, arus dan
pasang surut.

AFTAR !USTAKA

Dahuri, R., J. Rais, S.P. Ginting dan M. J. Sitepu. 2001. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah
Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. PT Pradnya Paramita Jakarta.
Ongkosongo, O.S.R. 2006. Laporan Pengamatan Pantai Jambo Timu-Lancok Kabupaten
Lokseumawe, Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam: 59 hal.
Rais, 2000. Kajian Kerawanan dan Dinamika Wilayah Pesisir. Materi Kuliah pada Program
Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan Program Pascasarjana IPB, 92 hal.
Tarigan, Salam. 2007. Perubahan Garis Pantai Di Wilayah Pesisir Perairan Cisadane,
Provinsi Banten. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta.
The, H.L. S.N. Khotimah and E. Supriyatno 1999. Cellular automation Iluids: A model Ior
sediment transport. Seminar on Sediment Transport Modeling. Bandung Institute oI
Technology. February 5-6, Seminar papers: 30 hal.

Anda mungkin juga menyukai