Anda di halaman 1dari 12

BAB I PENDAHULUAN Sufokasi terjadi karena kekurangan atau ketiadaan oksigen.

Bisa terjadi karena korban berada dalam ruangan kecil tertutup atau kepala dimasukkan ke dalam kantong plastic tertutup yang diikat di bagian leher. Kasus sufokasi sering terjadi pada anak-anak nyang tidak sengaja bersembunyi di dalam lemari es atau korban masuk ke dalam selokan yang pengap atau sumur yang kering. Bisa juga terjadi bila berada di pergunungan di mana tekanan oksigen sangat rendah. Sufokasi berbentuk asfiksia murni.1 Oleh karena saluran nafas mempunyai diameter yang kecil dan merupakan satu-satunya tempat oksigen keluar dan masuk ke tubuh manusia, ia sering diganggu untuk digunakan sebagai salah satu cara untuk membunuh diri, membunuh atau kecelakaan yang boleh mengakibatkan kematian.

BAB II PEMBAHASAN 2.1. Definisi 1

Sufokasi merupakan suatu bentuk kematian yang diakibatkan oleh eksklusi udara dari paru yang disebabkan selain menekanan pada leher.2 2.2. Tipe Sufokasi

A. Pembekapan (smoothering) Keadaan ini biasanya adalah kecelakaan berupa asfiksia pada anak atau bayi karena ibu yang kurang berpengalaman. Bayi didekap terlalu erat pada dada ibu sewaktu menyusui. Jarang sekali hal ini terjadi sebagai upaya pembunuhan. Orang dewasa juga sangat jarang mengalami kematian akibat pembekapan. Pembekapan berarti obstruksi mekanik terhadap aliran udara dari lingkungan ke dalam mulut dan atau lubang hidung yang biasanya dilakukan dengan menutup mulut dan hidung dengan menggunakan kantong plastik. Pembekapan dapat terjadi secara sebagian atau seluruhnya dimana yang terjadi secara sebagian mengindikasikan bahwa orang tersebut yang dibekap masih mampu untuk menghirup udara, meskipun lebih sedikit dari kebutuhannya. Normalnya, pembekapan membutuhkan paling tidak sebagian obstruksi baik dari rongga hidung maupun mulut untuk menjadi asfiksia. Pembekapan merupakan salah satu bentuk mati lemas, dimana pada pembekapan baik mulut maupun lubang hidung tertutup sehingga proses pernafasan tidak dapat berlangsung. Selain pembekapan yang juga termasuk mati lemas adalah : tindakan menyumpal rongga mulut dengan benda asing (choking); menindih atau menekan dada korban sehingga dada tidak dapat bergerak (overlying), dan tertimbunnya tubuh korban misalnya tertimbun tanah longsor atau bangunan runtuh (traumatic or crush asphyxia). Kecuali pembekapan dan penyumpalan atau penyumbatan rongga mulut yang pada umumnya merupakan kasus pembunuhan; maka yang lainnya yaitu : overlying, dan traumatic asphyxia biasanya bersifat kecelakaan. Korban pembekapan umumnya wanita yang gemuk, orang tua yang lemah, orang dewasa yang berada di bawah pengaruh obat atau anak-anak. Kelainan yang terjadi karena pembekapan adalah berbentuk luka lecet dan atau luka memar terdapat di mulut, hidung, dan daerah sekitarnya. Sering juga didapatkan memar dan robekan pada bibir, khususnya bibir bagian dalam yang berhadapan dengan gigi.

Tanda-tanda asfiksia, yaitu : a. Sianosis Tanda ini dapat dengan mudah dilihat pada ujung-ujung jari dan bibir dimana terdapat pembuluh darah kapiler. Sianosis mempunyai arti jika keadaan mayat masih baru (kurang dari 24 jam post mortal). b. Perdarahan Berbintik (petechial haemorrhages; Tardiu`s Spot) Keadaan ini mudah dilihat pada tempat dimana struktur jaringannya longgar, seperti pada konjunctiva bulbi, palpebra, dan subserosa lain. Pada kasus yanghebat perdarahan tersebut dapat dilihat pada kulit, khususnya di daerah wajah. Pelebaran pembuluh darah konjunctiva bulbi dan palpebra yang terjadi pada fase 2. Akibatnya tekanan hidrostatik dalam pembuluh darah meningkat terutama dalam vena, venula, dan kapiler. Selain itu, hipoksia dapat merusak endotel kapiler sehingga dinding kaplier yang terdiri dari selapis sel akan pecah dan timbul bintik-bintik perdarahan. c. Warna lebam mayat merah-kebiruan gelap dan terbentuk lebih cepat. Distribusi lebam lebih luas akibat kadar CO2 yang tinggi. d. Terdapat busa halus pada hidung dan mulut yang timbul akibat peningkatan aktivitas pernafasan pada fase 1 yang disertai sekresi selaput lendir saluran nafas bagian atas. Keluar masuknya udara yang cepat dalam saluran sempit akan menimbulkan busa yang kadang-kadang bercampur darah akibat pecahnya kapiler. Tanda-tanda asfiksia ini juga disertai dengan adanya luka lecet tekan dan memar di daerah mulut, hidung, dan sekitarnya, dan merupakan petunjuk pasti bahwa pada korban telah terjadi pembekapan yang mematikan. Pembekapan yang dilakukan dengan satu tangan dan tangan yang lain menekan kepala korban dari belakang, yang dapat pula terjadi pada kasus pencekikan dengan satu tangan; maka dapat ditemukan adanya lecet atau memar pada otot leher bagian belakang, yang untuk membuktikannya kadang-kadang harus dilakukan sayatan untuk melihat otot bagian dalamnya, atau membuka seluruh kulit yang menutupi daerah tersebut. Bunuh diri dengan cara pembekapan dapat terjadi pada pasien dengan gangguan jiwa, yaitu dengan membenamkan wajahnya ke dalam kasur atau menyumbat dengna benda-benda yang ada di sekitarnya; dan hal tersebut dapat 3

terjadi khususnya bila dalam keadaan mabuk. Pada bayi dapat terbekap secara tidak disengaja (accidental smothering), khususnya bila bayi tersebut prematur, yaitu bila ia tertindih oleh selimut ataubantal. Pada orang dewasa dapat pula terbekap tanpa disengaja, misalnya pada pekerja yang jatuh pada cairan yang kental, atau pada tumpukan tepung dan sejenisnya. Pembekapan dapat diklasifikasikan menurut cara kematiannya, yaitu : 1. Bunuh diri (suicide) Bunuh diri dengan cara pembekapan masih mungkin terjadi misalnya pada penderita penyakit jiwa, orang tahanan, orang dalam keadaan mabuk, yaitu denganmembenamkan wajahnya ke dalam kasur, atau menggunakan bantal, pakaian, yang diikatkan menutupi hidung dan mulut. Bisa juga dengan menggunakan plester yang menutupi hidung dan mulut. 2. Kecelakaan (accidental smothering) Kecelakaan dapat terjadi misalnya pada bayi dalam bulan-bulan pertama kehidupannya, terutama bayi prematur bila hidung dan mulut tertutup oleh bantal atau selimut. Selain itu juga dapat terjadi kecelakaan dimana seorang anak yang tidur berdampingan dengan orangtuanya dan secara tidak sengaja orangtuanya menindih si anak sehingga tidak dapat bernafas. Keadaan ini disebut overlying. Pada anak-anak dan dewasa muda bisa terjadi kecelakaan terkurung dalam suatu tempat yang sempit dengan sedikit udara, misalnya terbekap dengan atau dalam kantong plastik. Orang dewasa yang terjatuh waktu bekerja atau pada penderita epilepsi yang mendapat serangan dan terjatuh, sehingga mulut dan hidung tertutup dengan pasir, gandum, tepung, dan sebagainya. 3. Pembunuhan (homicidal smothering) Biasanya terjadi pada kasus pembunuhan anak sendiri. Pada orang dewasa hanya terjadi pada orang yang tidak berdaya seperti orangtua, orang sakit berat, orang dalam pengaruh obat atau minuman keras. Pada pembunuhan dengan pembekapan biasanya dilakukan dengan cara hidung dan mulut diplester, bantal ditekan ke wajah, kain atau dasi yang dibekapkan pada hidung dan mulut. Pembunuhan dengan pembekapan dapat juga dilakukan bersamaan dengan menindih atau menduduki dada korban. Keadaan ini dinamakan burking. 4

B. Tersedak Benda Asing (gagging and choking)4. Yaitu jika terdapat benda asing di dalam saluran pernafasan. Misalnya biji kopi. Hal ini lebih sering akibat kecelakaan, yaitu karena adanya makanan, tulang, biji-bijian atau cairan yang diaspirasi dari saluran pernafasan sehingga menyebabkan asfiksia parsial. Gagging Merupakan salah satu bentuk sufokasi , dimana pelaku memasukan sesuatu ke dalam mulut korban sehinnga korban tidak bias bernafas dan terjadi asfiksia akibat pallatum molle tertekan pada faring. Pada gaging sumbatan pada orofaring Gambaran Postmortem a. Mencari bahan penyebab dalam saluran pernapasan. b. Mencari tanda-tanda sianosis, edema paru, hiperaerasi dan atelektasis yang tersebar Choking Adalah sumbatan pada laringofaring. Ini sering pada anak- anak karena tertelan bonbon, kacang . dan lain-lain. Jenis asfiksia ini jarang ditemukan, kecuali pada pembungkaman korban dengan penyumpalan mulut dengan kain, begitu juga pada pembunuhan anak. Tanda post mortem a. Tanda- tanda asfiksia b. adanya benda asing di dalam mulut. Benda asing bias berupa potongan kain, kertas koram, tisu, sapu tangan , gigi palsu dan sebagainya c. mencari tanda- tanda edema paru, hiperaerasi dan atelektasis pada kematian lambat d. tersedak dapat terjadi sebagai komlikasi dari bronkopneumonia dan abses C. Penekanan pada Dada / Asfiksia Traumatik (external pressure of the chest) Keadaan ini sering terjadi akibat kecelakaan dan jarang sekali merupakan upaya pembunuhan. Asfiksia traumatik (external pressure of the chest) adalah 5

terhalangnya udara untuk masuk dan keluar dari paru-paru akibat terhentinya gerak napas yang disebabkan adanya suatu tekanan dari luar pada dada korban. Cara kematian pada kasus asfiksia traumatik, antara lain: a. Kecelakaan (paling sering), misalnya terjepit antara lantai dengan elevator, antara 2 kendaraan, atau antara dinding dengan kendaraan yang mundur, tertimbun runtuhan benda atau bangunan, pasir, atau batubara atau berdesakan di pintu sempit akibat panik. b. Pembunuhan (misalnya burking) Gambaran Postmortem Ada 2 hal yang penting kita lakukan pada pemeriksaan otopsi korban kasus asfiksia traumatik (external pressure of the chest), yaitu: a. Mencari tanda kekerasan di dada. b.Menemukan tanda asfiksia.3,4 D. Inhalasi Gas-gas Berbahaya Gas yang sering terhirup adalah karbon dioksida, karbon monoksida dan sulfur dioksida. Hal ini bisa disebabkan karena kecelakaan ataupun bunuh diri. Jika seluruh ruangan penuh berisi gas yang berbahaya, akan mengakibatkan sufokasi yang fatal.3 2.3. Penyebab Kematian Penyebab kematian pada sufokasi adalah asfiksia dan syok (jarang). Biasanya dalam waktu 4-5 menit setelah mengalami sufokasi komplit. Pada beberapa kasus terjadi kematian mendadak.3 2.4. Gambaran Post Mortem 1. Pemeriksaan Luar Tanda kekerasan yang dapat ditemukan tergantung dari jenis benda yang digunakan dan kekuatan menekan. Kekerasan yang mungkin dapat ditemukan adalah luka lecet jenis tekan atau geser, jejas bekas jari/kuku di sekitar wajah, dagu, pinggir rahang, hidung, lidah dan gusi, yang mungkin terjadi akibat korban melawan. Luka memar atau lecet dapat ditemukan pada bagian/permukaan dalam 6

bibir akibat bibir yang terdorong dan menekan gigi, gusi dan lidah. Bila pembekapan terjadi dengan benda yang lunak, misal dengan bantal, maka pada pemeriksaan luar jenazah mungkin tidak ditemukan tandatanda kekerasan. Memar atau luka masih dapat ditemukan pada bibir bagian dalam. Pada pembekapan dengan mempergunakan bantal, bila tekanan yang dipergunakan cukup besar, dan orang yang dibekap kebetulan memakai gincu (lipstick), maka pada bantal tersebut akan tercetak bentuk bibir yang bergincu tadi, yang tidak jarang sampai merembes ke bagian yang lebih dalam, yaitu ke bantalnya sendiri. Pada anak-anak oleh karena tenaga untuk melakukan pembekapan tersebut tidak terlalu besar, kelainan biasanya minimal; yaitu luka lecet tekan dan atau memar pada bibir bagian dalam yang berhadapan dengan gigi dan rahang. Pembekapan yang dilakukan dengan satu tangan dan tangan yang lain menekan kepala korban dari belakang, yang dapat pula terjadi pada kasus pencekikan dengan satu tangan; maka dapat ditemukan adanya lecet atau memar pada otot leher bagian belakang, yang untuk membuktikannya kadang-kadang harus dilakukan sayatan untuk melihat otot bagian dalamnya, atau membuka sluruh kulit yang menutupi daerah tersebut. Bisa didapatkan luka memar atau lecet pada bagian belakang tubuh korban. Selanjutnya ditemukan tanda-tanda asfiksia baik pada pemeriksaan luar maupun pada pembedahan jenazah. Perlu pula dilakukan pemeriksaan kerokan bawah kuku korban, adakah darah atau epitel kulit si pelaku.3 2. Pemeriksaan Dalam a. Tetap cairnya darah Darah yang tetap cair ini sering dihubungkan dengan aktivitas fibrinolisin. Pendapat lain dihubungkan dengan faktor-faktor pembekuan yang ada di ekstra vaskuler, dan tidak sempat masuk ke dalam pembuluh darah oleh karena cepatnya proses kematian b. Kongesti (pembendungan yang sistemik) Kongesti pada paru-paru yang disertai dengan dilatasi jantung kanan merupakan ciri klasik pada kematian karena asfiksia mengeluarkan banyak darah. 7 Pada pengirisan

c. Edema pulmonum Edema pulmonum atau pembengkakan paru-paru sering terjadi pada kematian yang berhubungan dengan hipoksia. d. Perdarahan Berbintik (Petechial haemorrhages)3 Dapat ditemukan pada mukosa usus halus, epikardium pada bagian belakang jantung daerah aurikuloventrikular, subpleura visceralis paru terutama di lobus bawah pars diafragmatika dan fisura interlobaris, kulit Bisa juga didapatkan busa halus dalam saluran pernafasan. Gambaran Mikroskopis Pemeriksaan mikroskopik sangat penting dilakukan untuk melihat reaksi intravitalitas yang merupakan reaksi tubuh manusia yang hidup terhadap luka. Reaksi ini penting untuk membedakan apakah luka terjadi pada saat seseorang masih hidup atau sudah mati. Reaksi vital yang umum berupa perdarahan yaitu ekimosis, petekie dan emboli. Gangguan jalan napas pada pembekapan akan menimbulkan suatu keadaan dimana oksigen dalam darah berkurang yang disertai dengan peningkatan kadar karbondioksida. Pemeriksaan secara histopatologi pada parenkim paru dapat meminimalisir diagnosis banding dari beberapa kasus kematian yang disebabkan karena asfiksia. Gambaran mikroskopis parenkim paru karena peembekapan dapat diperoleh antara lain sebagai berikut: Pada gambaran di atas terdapat hiperinflasi duktus (ov), kolapnya alveolus (col), dan edema interstisiel (ed). Hiperinflasi duktus yang terjadi akibat emfisema yang akut merupakan tanda khas dari kasus sufokasi.3 kepala sebelah dalam terutama daerah otot temporal, mukosa epiglottis dan daerah subglotis.

Gambar : gambaran mikroskopik parenkim paru karena pembekapan dapat diperoleh seperti diatas. 2.5. Penilaian Medikolegal Dokter dipanggil untuk: 1. Menentukan penyebab kematian adalah sufokasi atau tidak. 2. Menentukan apakah sufokasi terjadi secara tidak sengaja, pembunuhan atau bunuh diri. Keberadaan benda asing atau bukti lainnya biasanya yang menunjukkan diperlukan sufokasi sebagai penyebab sufokasi kematian pada kebanyakan kasus. Pemeriksaan untuk menentukan post-morten yang teliti sebagai peneybab

kematian utama atau tidak. Sufokasi pada kasus bunuh diri sangat jarang terjadi tetapi dilaporkan terjadi pada orang gila. Sufokasi yang tidak sengaja sering terjadi pada anak-anak yang tertelan benda asing seperti uang logam sewaktu bermain. Selain itu, sufokasi karena kecelakaan bisa terjadi pada orang yang seperti terperangkap di dalam kebakaran atau di loji. Kasus kain biasanya digunakan 9 dengan memaksa membunuh dengan sufokasi sering ditemukan. Benda asing

memasukkannya ke dalam mulut korban. Bantal juga sering digunakan untuk membunuh anak-anak, orang tua dan wanita.2

BAB III KESIMPULAN

10

Sufokasi merupakan bentuk asfiksia akibat obstruksi pada saluran udara menuju paru-paru yang bukan karena penekanan pada leher atau tenggelam. Ada beberapa jenis sufokasi berdasarkan penyebabnya dibedakan atas (1) Pembekapan (smoothering), (2) Tersedak benda asing (gagging and choking), (3) Inhalasi gasgas berbahaya. Penyebab kematian pada sufokasi adalah asfiksia dan syok (jarang). Gambaran post mortem dari pemeriksaan luar bias di dapatkan tanda kekerasan seperti luka lecet jenis tekan atau geser, jejas bekas jari/kuku di sekitar wajah, dagu, pinggir rahang, hidung, lidah dan gusi, yang mungkin terjadi akibat korban melawan, Luka memar atau lecet dapat ditemukan pada bagian/permukaan dalam bibir akibat bibir yang terdorong dan menekan gigi, gusi dan lidah, Ujung lidah juga dapat mengalami memar atau cedera.. Memar atau luka masih dapat ditemukan pada bibir bagian dalam. Pada anak-anak oleh karena tenaga untuk melakukan pembekapantersebut tidak terlalu besar, kelainan biasanya minimal; yaitu luka lecet tekan dan atau memar pada bibir bagian dalam yang berhadapan dengan gigi dan rahang. Selanjutnya ditemukan tanda-tanda asfiksia baik pada pemeriksaan luar maupun pada pembedahan jenazah. Perlu pula dilakukan pemeriksaan kerokan bawah kuku korban, adakah darah atau epitel kulit si pelaku. Pada pemeriksaan dalam bisa didapatkan tetapnya cairan darah, kongesti (pembendungan yang sistemik), edema pulmonum dan Perdarahan Berbintik (Petechial haemorrhages). Pada pemeriksaan mikroskopis terdapat hiperinflasi duktus (ov), kolapnya alveolus (col), dan edema interstisiel (ed). Hiperinflasi duktus yang terjadi akibat emfisema yang akut merupakan tanda khas dari kasus sufokasi.

DAFTAR PUSTAKA 1.Amri A., 2011. Ilmu Kedokteran Forensik 2nd Ed. Asfiksia Mekanik. Ramadhan. Hal. 137. 2.Sharma R.K., 2011. Concise textbook of forensic medicine and toxicology 3rd Ed., Asphyxial Death.Global Education Consultants. Hal 58-60. 11

3.Scribd., 2011. Sufokasi. http://www.scribd.com/doc/52653107/SUFOKASI. 2011]. 4. Asfiksia., 2008 . http://rizsa82.wordpress.com/2008/07/19/asfiksia/. 2011]. 5.

Diambil dari: [diunduh 12 Oktober Diambil dari: [diunduh 12 Oktober

12

Anda mungkin juga menyukai