Sejak dulu orang yang sakit akan mencari obatnya. Dalam suatu pengobatan tidak
selalu menggunakan obat, namun terdapat berbagai cara misalnya dengan dikerok atau
bahkan dipotong. Akan tetapi salah satu metode yang paling banyak digunakan adalah
menggunakan obat. Dulu, ilmu obat-obatan dan pengobatan masih dipegang oleh
seseorang dan dipraktekkan oleh orang-orang yang dianggap dekat dan ada
hubungannya dengan dewa dan makhluk halus.
Ilmu pengetahuan masih dijalankan secara spekulatiI dan dipengaruhi oleh
takhayul dan perdukunan. Di Yunani dulu, pendeta memelihara kesejahteraan rohani
dan jasmani masyarakat. Lambat laun, sebagian dwiIungsi pendeta diambil alih oleh
tabib yang memperoleh ilmu pengetahuan dan pengobatan secara intuitiI dan empiris.
Kemudian pada tahun 400 SM didirikan sekolah kedokteran dengan alumninya
yang terkenal, yaitu Hippocrates. Hippocrates merasionalisasikan ilmu pengobatan dan
meningkatkan proIesi tabib pada taraI etik yang tinggi. Tokoh Yunani yang lainnya
ialah Galenus yang namanya terkenal dalam ilmu Galentika, yaitu ilmu yang
mempelajari cara mengambil sari pati tumbuhan obat, yang dikenal dengan sediaan
inIusa, tingtur, dan ekstrak.
Pemisahan ilmu pengobatan dan ilmu obat-obatan atau ilmu kedokteran dan ilmu
Iarmasi mulai nyata terjadi pada abad ke-9. Bahan obat telah beraneka macam dan
makin bertambah banyak dan sulit pengolahannya, sehingga membutuhkan seseorang
yang ahli meracik obat.
Bermacam penyakit telah ditemukan serta memerlukan ketekunan dalam upaya
pencegahan, penyembuhan, dan pemulihan sehingga memerlukan tenaga ahli khusus
untuk menanganinya. Oleh karena itu dirasa sangat perlu untuk memisahkan ilmu
Iarmasi dan ilmu kedokteran.
Pada tahun 1240 Kaisar Frederick II mengeluarkan maklumat agar memisahkan
Iarmasi dari kedokteran dan menetapkan untuk menjamin agar masyarakat mendapat
perawatan medis yang layak serta memperoleh obat medis yang baik dan cocok,
naluriah, manusia pada zaman primitiI akan mengetahui kondisi tubuhnya dan
berusaha menangani masalah kesehatannya. Beberapa contoh tersebut
menunjukkan bahwa usaha makhluk hidup untuk menjaga kelangsungan dan
mempertahankan hidupnya telah ada sejak lama.
Farmasi Zaman Prasejarah
Karakteristik yang unik dari manusia adalah kemampuannya untuk
mengatasi penyakit, baik Iisik maupun non Iisik dengan menggunakan obat-
obatan. Dari bukti arkeologi didapatkan bahwa pencarian obat-obatan setua
pencarian manusia terhadap peralatan lainnya. Bahan-bahan obat tersebut
dikumpulkan, diproses, dan disiapkan kemudian digabungkan menjadi satu untuk
digunakan dalam pengobatan. Aktivitas ini telah dilakukan jauh sebelum sejarah
manusia dimulai dan sampai sekarang tetap menjadi Iokus utama dalam praktik
keIarmasian.
Manusia purba belajar dari naluri dengan melakukan pengamatan terhadap
hewan. Manusia purba belajar dari pengalaman dan mendapatkan cara pengobatan
yang lebih eIektiI daripada sebelumnya. Dari sinilah awal permulaan terapi obat
dimulai. Mereka menularkan pengetahuan ini kepada sesamanya. Walaupun cara
yang digunakan masih kasar, banyak obat-obatan saat ini yang diperoleh dari
sumbernya dengan cara sederhana dan mendasar seperti yang telah mereka
lakukan.
Farmasi Zaman abylonia-ssyria
Bangsa Babylonia telah melakukan observasi terhadap planet dan bintang
yang mendasari ilmu astronomi dan astrologi saat ini. Kedudukan dan gerakan
bintang diduga mempengaruhi kejadian di bumi. Kepercayaan ini kemudian
diadopsi oleh ilmu kedokteran dan keIarmasian berikutnya. Bangsa Sumeria dan
ahliwarisnya, telah meninggalkan ribuan tablet lempung dalam puing-puing
peninggalan mereka sebagai salah satu peninggalan peradaban manusia yang
paling berharga.
Dari penelitian terhadap catatan kuno, disebutkan bahwa terdapat tiga aspek
yang paling berpengaruh dalam ilmu pengobatan Babylonia-Assyria, yaitu
kaki dari abad ke-16 SM. Dokumen ini ditemukan oleh Georg Ebers di kuburan
sebuah mumi.
Sebagian besar isi Papirus Ebers adalah Iormula obat yang menguraikan
lebih dari 800 Iormula, serta sekitar 700 obat yang berbeda. Obat-obat tersebut
berasal dari tumbuhan, mineral,dan hewan. Bahan pembawa (vehiculum) yang
dipakai adalah bir, anggur, susu, dan madu. Madu dan lilin digunakan sebagai
bahan pengikat dalam Iormula tersebut. Mortir, penggiling tangan, ayakan, dan
timbangan biasa digunakan oleh orang Mesir dalam peracikan obat.
Formula obat Mesir kuno ditulis secara kuantitatiI dan masa pengobatannya
selama 4 hari. Salinan Iormula obat disebarluaskan ke setiap generasi. Kadangkala
sebagian obat diambil dari Iormula aslinya dan dikombinasikan dengan obat lain
dengan Iormula yang berbeda. Kemungkinan besar inilah awal munculnya
pengobatan yang disebut dengan poliIarmasi, yang dikenal sebagai salah satu cara
pengobatan yang tidak rasional.
Farmasi Zaman Yunani Kuno
Pada millenium berikutnya, akar dari proIesi kesehatan di dunia barat
muncul dan berkembang dari peradaban bangsa Yunani di kepulauan dan laut
Aegea. Bangsa Yunani mendapatkan berbagai stimuli dan pengaruh dari luar
yakni Mesopotamia dan Mesir, walupun jika dibandingkan terdapat perbedaan
yang sangat besar antara obat dan bentuk pengobatan yang digunakan.
Dalam mitologi Yunani dikenal dewa pengobatan yang awalnya Apollo,
yang kemudian digantikan oleh Asklepios (Aesculapius). Dalam melaksanakan
tugasnya, Asklepios dibantu putrinya yakni Hygea dan Panacea.
Pada masa itu didirikan balai pengobatan untuk memuja Asklepios dan
kedua putrinya. Mereka yang telah lama mengalami penderitaan akibat penyakit
pergi ke Kuil Dewa Asklepios, kemudian tidur dengan harapan akan dikunjungi
dewa atau Putri Hygea yang membawa ular dan semangkuk obat dalam mimpinya.
Ular dan mangkok tersebut kemudian menjadi simbol Iarmasi, bahkan diadopsi
menjadi simbol olmu kesehatan. Tongkat Asklepios diadopsi menjadi simbol
kedokteran di seluruh dunia.
Apotek mempunyai Iungsi utama dalam pelayanan obat atas dasar resep
sertanpelayanan obat tanpa resep yang biasa dipakai dirumah. Dalam pelayanan obat ini
apoteker harus berorientasi terhadap pasien. Dalam menjaga dan memajukan kesehatan,
kekuatan mental, dan Iisik rakyat adalah pemberian inIormasi yang cukup mengenai
obat pada orang yang memerlukan inIormasi oleh orang yang dalam kedudukannya
cakap memberi inIormasi tersebut dan orang tersebut adalah apoteker. Hal ini
dikarenakan telah menjadi bidang dan tanggung jawabnya.
Seorang apoteker tidak hanya berperan di apotek. Apoteker memiliki peran yang
luas di bidang kesehatan, di antaranya adalah di rumah sakit, pembuatan kosmetik dan
obat tradisional, pedagang besar Iarmasi (PBF), pemerintahan, militer, pendidikan
Iarmasi, dan riset Iarmasi.
Pelayanan keIarmasian (Pharmac0utical Car0 adalah suatu tanggung jawab
proIesi dari tenaga keIarmasian dalam melakukan pekerjaan keIarmasian terutama
dalam hal pengoptimalan terapi dengan cara mencegah dan memecahkan masalah
terkait obat. Salah satu pekerjaan keIarmasian yang rutin dilakukan oleh tenaga
keIarmasian ialah dalam hal pelayanan inIormasi obat. Oleh karenanya sebagai salah
satu tenaga keIarmasian disamping apoteker, maka tenaga teknis keIarmasian
hendaknya selalu dapat dengan benar menyediakan dan memberikan inIormasi,
rekomendasi obat-obatan yang independen, akurat, terkini, dan komprehensiI, baik itu
kepada masyarakat maupun pihak lain yang memerlukannya.
Pharmac0utical car0 atau pelayanan keIarmasian adalah ketetapan terapi obat
yang bertanggung jawab terhadap keberhasilan terapi dengan tujuan meningkatkan
kualitas hidup pasien. Ada beberapa alasan yang melatarbelakangi pelayanan
keIarmasian dan peran apoteker diperlukan. Hal ini disebabkan karena perkembangan
masalah obat dan peresepan yang lebih kompleks, antara lain: peresepan yang kurang
rasional, cara pemakaian atau rute pemberian yang tidak tepat, pengobatan yang salah
(m0/ication 0rror), pemberian obat yang salah (/rug 0rror), dosis pemberian yang
kurang tepat (subterapetik) atau dosis berlebihan (toksik), kegagalan dalam
menyesuaikan dosis obat karena perubahan pola metabolisme dan ekskresi, kegagalan
dalam mengenali atau mendeteksi dini eIek samping obat atau interaksi obat. Oleh
karena itu pharmac0utical car0 di apotek sangat diperlukan sesuai dengan Kepmenkes
No.1027 tahun 2004 tentang pelaksanaan standar pelayanan keIarmasian di apotek.
Adapun kegiatan Pharmac0utical Car0 meliputi: Konseling Promosi dan Edukasi,
Pelayanan Residensial (Hom0 Car0), Pengobatan Sendiri ($0lf m0/ication) dan obat
Wajib Apotek (OWA). Untuk dapat memberikan pelayanan keIarmasian secara
maksimal maka diperlukan keterlibatan Iarmasis secara aktiI di apotek sehingga tujuan
dari pelayanan keIarmasian dapat tercapai dengan baik. Ada beberapa proses yang
diperlukan dalam pelaksanaan Pharmac0utical Car0 antara lain: hubungan yang
proIesional antara pasien dengan apoteker harus dibangun, inIormasi medik yang
spesiIik dari pasien harus dikumpulkan, disusun, disimpan dan dipelihara.
InIormasi medik yang spesiIik dari pasien harus dievaluasi dan rencana terapi
dibuat bekerjasama dengan pasien, apoteker harus menjamin bahwa pasien memiliki
semua perbekalan, inIormasi dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk melakukan
rencana terapi dan apoteker harus mereview , monitoring dan modiIikasi rencana terapi
agar sesuai kebutuhan dengan tepat, dengan persetujuan pasien dan tenaga kesehatan
lain.
Konsumen sesungguhnya membutuhkan konsultasi, bantuan dan bimbingan
(asistensi) dari apoteker untuk memilih obat atau produk selI-care yang terbaik untuk
dirinya. Konsumen membutuhkan inIormasi yang obyektiI dari proIesi yang terlatih
mengenai khasiat dan keamanan produk obat bebas dan suplemen kesehatan. InIormasi
yang terdapat pada label kemasan obat bebas dan suplemen meski kelihatannya jelas
dan mudah dibaca, tetapi tidak pernah bisa secara jelas menerangkan eIek samping,
kontra indikasi, interaksi dengan obat lain termasuk dengan obat resep
dokter (poliIarmasi), dosis yang tepat sesuai kondisi kesehatan pasien (adanya
gangguan Iungsi ginjal, Iungsi hati, diabetes, hipertensi, hamil, menyusui dll) dan
inIormasi penting lainnya. Apoteker sebagai /rug inform0r adalah yang terbaik untuk
melakukan ini. Pola atau model yang menggambarkan hubungan kolaborasi apoteker-
konsumen dalam swamedikasi ini di Amerika diistilahkan sebagai pharmacist-assist0/
s0lf-car0. Pola Swamedikasi Terbimbing Apoteker akan membedakan apotek dari jenis
outlet retail lainya yang hanya sekedar menjual obat bebas dan suplemen saja.
#F#S
AnieI, M. 1998. Manaf0m0n Farmasi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
AnieI, M. 2006. Ilmu M0racik O-at. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
AnieI, M. 2007. Apa Yang P0rlu Dik0tahui T0ntang O-at. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.
Anonim. 2010. 'Farmasi. http://studyinaustralia.gov (diakses pada 10 November 2010).
Anonim. 2010. 'Swamedikasi: Peran dan Tanggung Jawab Apoteker.
http://ilmuIarmasi.com (diakses pada 10 November 2010).
Mahanani, Dyah. 2008. Skripsi: Gam-aran P0laksanaan $tan/ar P0layanan
K0farmasian /i Apot0k Wilayah K0camatan Ban/arsari Kota $olo
Tahun 2007. Tidak diterbitkan. Solo.
Natalegawa, Tirta. 2008. $0r-a-$0r-i Tanaman O-at Asing. Penerbit Rawansah.
Bandung.