Anda di halaman 1dari 3

AB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan.

Laporan keuangan yang lengkap terdiri atas neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan-catatan, dan bagian integral dari laporan keuangan (IAI, 2004). Laporan keuangan tahunan merupakan laporan yang diterbitkan sekali setahun. Laporan keuangan berisi tentang data keuangan (laporan keuangan) dan informasi non-keuangan. Laporan tahunan merupakan media utama penyampaian informasi oleh manajemen kepada pihak-pihak yang berkepentingan di luar perusahaan. Informasi dalam laporan tahunan terdiri atas informasi yang bersifat wajib (mandatory) dan bersifat sukarela (voluntary). Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan tahunan perusahaan adalah investor dan calon investor, kreditor dan calon kreditor, analis sekuritas, pemerintah, serikat kerja, pemasok, pelanggan, dan masyarakat (Ardi dan Lana, 2007). Laporan tahunan pada dasarnya merupakan sumber informasi bagi investor sebagai salah satu dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi di pasar modal dan juga sebagai sarana pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya (Binsar dan Lusy, 2004). Kelengkapan informasi 1

Page 2
yang diperoleh bergantung pada tingkat pengungkapan (disclosure) dari laporan tahunan perusahaan bersangkutan. Pengungkapan laporan tahunan merupakan sarana akuntabilitas publik (Sri, 2006 dalam Arengga, 2008). Laporan keuangan harus diberi pengungkapan yang memadai agar dapat dipahami oleh pengguna. Kelengkapan pengungkapan sukarela dalam laporan keuangan dipengaruhi oleh karakteristik-karakteristik tertentu yang dimiliki perusahaan. Hal tersebut menyebabkan adanya perbedaan kelengkapan pengungkapan sukarela dalam laporan keuangan antara perusahaan satu dengan perusahaan yang lainnya. Masalah yang berkaitan dengan jumlah informasi yang perlu disajikan dalam laporan keuangan sangat dipengaruhi oleh tujuan pelaporan keuangan. Berdasarkan PSAK no. 1, par. 5 (IAI, 2004), tujuan umum laporan keuangan adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan untuk membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Yie (2007) dalam Arengga (2008) menjelaskan bahwa kelengkapan informasi akuntansi dalam laporan tahunan sangat diharapkan oleh para pengguna. Pengungkapan informasi akuntansi ternyata dapat menyebabkan berbagai tindak penyimpangan, seperti manipulasi laporan tahunan dan pengungkapan laporan keuangan tidak tepat waktu. Hal ini menunjukkan masih rendahnya kesadaran perusahaan-perusahaan di Indonesia akan pentingnya kelengkapan pengungkapan laporan tahunan.

Page 3
Bapepam selaku lembaga yang mengatur dan mengawasi pasar modal di Indonesia telah mengeluarkan beberapa aturan tentang disclosure yang harus dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang go public. Peraturan mengenai

pengungkapan informasi dalam laporan tahunan di Indonesia dikeluarkan oleh pemerintah, melalui Keputusan Ketua Bapepam No. Kep-17/PM/1995 yang selanjutnya diubah dalam Keputusan Ketua Bapepam No. Kep-38/PM/1996. Perusahaan dapat memberikan disclosure melalui laporan tahunan yang telah diatur oleh Bapepam (mandatory disclosure), maupun melalui pengungkapan sukarela (voluntary disclosure) sebagai tambahan pengungkapan minimum yang telah ditetapkan (Aniek, 2006). Pengungkapan sukarela adalah pengungkapan melebihi yang diwajibkan. Pengungkapan sukarela merupakan pilihan bebas manajemen perusahaan untuk memberikan informasi akuntansi dan informasi lainnya yang dipandang relevan untuk pembuatan keputusan oleh para pemakai laporan tahunannya (Meek, 1995 dalam Bambang, 1999). Pertimbangan manajemen untuk mengungkapkan informasi secara sukarela dipengaruhi oleh faktor biaya dan manfaat. Manajemen akan mengungkapkan informasi sukarela bila manfaat yang diperoleh dari pengungkapan informasi tersebut dapat mendatangkan modal yang lebih besar. Manfaat utama yang diperoleh perusahaan dari pengungkapan laporan keuangan secara sukarela adalah informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan menyangkut biaya modal yang rendah (Elliot dan Jacobson, 1994 dalam Bambang, 1999). Kualitas informasi keuangan ditunjukkan oleh seberapa luas tingkat pengungkapan informasi (laporan keuangan). Indikator empiris kualitas ungkapan

Page 4
berupa indeks ungkapan (disclosure index) merupakan rasio (ratio) antara jumlah elemen (item) informasi yang dipenuhi dengan jumlah elemen informasi yang mungkin dipenuhi (Marwata, 2001). Singhvi dan Desai (1994) dalam Marwata (2001) melakukan penelitian tentang variabel yang memiliki pengaruh terhadap kualitas ungkapan. Singhvi dan Desai menunjukkan bahwa besar perusahaan, jumlah pemegang saham, tingkat kembalian, margin laba, status perusahaan, dan KAP yang mengaudit berhubungan secara signifikan dengan kualitas ungkapan. Penelitian mengenai tingkat pengungkapan (disclosure) dalam laporan tahunan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya merupakan hal yang penting. Penelitian semacam ini akan memberikan gambaran mengenai kondisi suatu perusahaan, serta memberikan gambaran tentang sifat dan perbedaan tingkat pengungkapan laporan tahunan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya (Binsar dan Lusy, 2004). Faktor leverage, likuiditas, profitabilitas, dan ukuran perusahaan merupakan rasio-rasio keuangan yang tidak terlepas dalam laporan tahunan suatu perusahaan. Faktor tersebut mengindikasikan kondisi perusahaan-perusahaan dalam mencapai sistem akuntabilitas dan transparansi dalam pengungkapan laporan tahunan. Selain itu, porsi saham yang dimiliki publik, komite audit independen, dan umur perusahaan merupakan faktor non-keuangan yang berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan karena variabel tersebut berpengaruh terhadap regulasi, manajemen, dan stakeholder. Oleh karena itu, pengungkapan laporan tahunan berpengaruh terhadap ketiga hal tersebut agar pihak manajemen maupun investor dapat menginformasikan keadaan perusahaan untuk melakukan mekanisme selanjutnya.

Page 5
Perusahaan yang memiliki rasio hutang atas modal yang tinggi akan menggunakan lebih banyak informasi dalam laporan keuangan daripada perusahaan dengan rasio yang rendah. Oleh karena itu, perusahaan dengan leverage yang tinggi memeliki kewajiban untuk melakukan ungkapan yang lebih luas daripada perusahaan

dengan leverage yang rendah. Perusahaan yang memiliki profitabilitas yang tinggi akan melakukan pengungkapan sukarela daripada perusahaan yang memiliki profitabilitas rendah. Para pemakai informasi laporan keuangan akan menuntut pengungkapan yang lebih kepada perusahaan yang memiliki profitabilitas yang tinggi, hal ini dikarenakan banyak pengguna informasi laporan keuangan yang ingin mengetahui dari mana laba yang dihasilkan. Likuiditas mengukur kemampuan perusahaan dalam menggunakan kewajiban jangka pendeknya. Perusahaan yang mempunyai likuiditas yang tinggi akan melakukan pengungkapan informasi yang lebih luas kepada pihak luar karena ingin menunjukkan kredibilitas perusahaan tersebut. Perusahaan dengan proporsi kepemilikan saham publik yang besar akan melakukan pengungkapan informasi keuangan yang lebih luas karena banyak pihak luar yang ingin mengetahui beragam informasi tentang perusahaan tersebut. Keberadaan komite audit independen merupakan persyaratan untuk listed di Bursa Efek Indonesia, sehingga perusahaan akan menggunakan komite audit independen yang baik. Semakin baik komite audit yang dimiliki, semakin baik juga hasil pengungkapan informasi keuangan perusahaan.

Page 6
Suatu perusahaan yang besar akan cenderung melakukan pengungkapan sukarela dibandingkan dengan perusahaan yang berskala kecil. Perusahaan berskala besar akan dituntut oleh para pemakai informasi laporan keuangan untuk melakukan pengungkapan yang lebih dari yang ditentukan. Umur perusahaan yang semakin tua dipandang mampu melakukan pengungkapan yang lebih luas daripada perusahaan yang berusia muda. Hal ini dikarenakan perusahaan yang berusia lebih tua memiliki pengalaman yang jauh lebih baik daripada perusahaan yang berusia lebih muda. Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian Siti dan Zulfikar (2005) mengenai pengaruh faktor-faktor keuangan dan non keuangan terhadap pengungkapan sukarela laporan keuangan, dan penelitian yang dilakukan oleh Mujiyono dan Magdalena (2007) mengenai pengaruh leverage,likuiditas, saham publik, dan komite audit independen terhadap luas pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan. Perbedaan dengan penelitian sebelumnya terletak pada periode pengamatan dengan menggunakan data tahun 2007. Dalam skripsi ini, terdapat penambahan tiga variabel yaitu profitabilitas, ukuran perusahaan, dan umur perusahaan. Berdasarkan hal tersebut, saya melakukan penelitian dengan judul Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Luas Pengungkapan Sukarela Dalam Laporan Tahunan

Page 7
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian, maka penulis ingin mengetahui: 1. Apakah terdapat pengaruh leverage terhadap luas pengungkapan sukarela laporan tahunan? 2. Apakah terdapat pengaruh profitabilitas terhadap luas pengungkapan sukarela laporan tahunan? 3. Apakah terdapat pengaruh likuiditas terhadap luas pengungkapan sukarela laporan tahunan? 4. Apakah terdapat pengaruh porsi kepemilikan

Anda mungkin juga menyukai