Anda di halaman 1dari 2

Kate Middleton

'Huh, kenapa di hari yang sepanas ini aku harus naik angkot?! gerutuku dalam hati. Aku
bosan setiap hari berpanas-panasan dan berdesak-desakan di dalam angkot. Seandainya saja ayah
mengabulkan keinginanku memiliki motor sudah pasti aku tidak harus berdesak-desakan seperti
ini. Seandainya saja ayah punya uang yang berlebih setiap bulan sehingga aku bisa dibelikan
motor. Seandainya aku terlahir sebagai Kate Middleton mungkin sekarang aku sudah berada di
dalam limosin mewah yang dinginnya minta ampun. Yah, memang terlalu banyak kata
seandainya di sini tapi aku betul-betul sudah tak tahan lagi setiap hari harus berpanas-panasan
dan berdesak-desakan seperti ini. Belum lagi lagu yang diputar dalam angkot ini, aku tidak tahu
ini lagu apa tapi sepertinya dari tadi lagu ini hanya mengeja alIabet bahasa Inggris. Sungguh lagu
yang aneh!
Aku masih sibuk dengan khayalanku ketika seorang wanita masuk ke dalam angkot dan
duduk di sampingku.
'Eh, Kugy kan?, sapa wanita itu.
'Ya ampun, Angel! Lama banget kita gak ketemu. Aku masih terkejut, tak menyangka
akan bertemu Angel, teman SMPku.
'Iya, Gy. Baru pulang kuliah?
'Iya, Ngel. Kamu?
'Aku baru pulang dari ngajar, Gy.
'Ya ampun, udah kerja aja kamu, Ngel.
'Ngak, Gy. Cuma jadi relawan gitu.
'Oo. Relawan dimana, Ngel? LSM?.
'Ngak, Gy. Di Sanggar, di TPAS.
'Tempat Pembuangan Akhir Sampah? Lah, emang ada gitu orang yang tinggal di tempat
kayak gitu, tanyaku keheranan. Tak terbayangkan bagaimana rasanya tinggal di tempat seperti
itu.
Kemudian menit-menit selanjutnya Angel mulai sibuk bercerita tentang pengalamannya
mengajar di sanggar TPAS. Aku terharu mendengar betapa semangatnya anak-anak yang tinggal
di sekitar TPAS untuk ikut belajar di sanggar. Angel menceritakan betapa awalnya ia tidak tahan
dengan bau di TPAS dan itu merupakan hal yang biasa bagi warga sekitar. Aku tercengang
ketika Angel bercerita untuk makan sehari-hari tak jarang warga sekitar mengambil sampah
makanan di TPAS lalu mengolahnya kembali untuk dimakan. Tak sedikit anak-anak yang belajar
di sanggar tempatnya mengajar ikut bekerja membantu orang tua mereka untuk memenuhi
kebutuhan mereka sehari-hari.
Betapa nikmatnya kehidupanku jika dibandingkan dengan kehidupan mereka. Aku tidak
perlu berteman dengan bau sampah setiap hari, membantu orang tuaku bekerja, makan makanan
sampah. Dan aku mengeluh hanya gara-gara berdesak-desakan dalam angkot. 'AstaghIirullah,
aku ber-istighfar dalam hati. Dan khayalan untuk terlahir sebagai Kate Middleton pun kubuang
jauh-jauh.



Marini Amalia M.
K21110108
Ilmu Gizi A FKM UH

Anda mungkin juga menyukai