Anda di halaman 1dari 57

TUGAS TERSTRUKTUR

ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN


TANAMAN PISANG (Musa paradisiaca)




Dosen :


Disusun Oleh :

Yani Sugan Pamungkas A1C010005
Mohammad solahudin A1C010031
Yulianto Andreasta Dharmono A1C010093



KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS 1ENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2011
PENDAHULUAN

Disadari bersama bahwa buah-buahan merupakan bahan pangan yang
sangat penting sebagai sumber vitamin dan mineral. Peranannya sangat banyak
dan meningkatkan pendapatan petani.
Pisang sebagai salah satu di antara tanaman buah-buahan memang
merupakan tanaman asli Indonesia. Hampir di setiap pekarangan dan tegalan
dijumpai tanaman pisang. Ada yang ditanam rapih dan dirawat dengan baik.
Ada pula yang hanya ditanam asal hidup saja sehingga tidak bisa mendapatkan
hasil yang baik. Sebenarnya bila tanaman pisang dibudidayakan secara
komersial, keuntungannya tidak kalah dengan tanaman lain mengingat buah ini
sudah diekspor.
Di Indonesia, pisang menduduki tempat pertama di antara jenis buah-
buahan lainnya, baik dari segi sebaran, luas pertanamannya maupun dari segi
produksinya. Pisang merupakan salah satu buah-buahan dari tanaman tropis
yang sangat digemari oleh masyarakat kita karena kandungan gizi buah pisang
tinggi. Kandungan gizi buah pisang lengkap yaitu untuk 100 gram mengandung
1,3 gram protein, 0,2 gram lemak, 465 kalori, 11 mg kalsium, 0,5 gram serat,
vitamin A, B2, B6, C dan 70 gram air. Buah pisang baik untuk bayi sampai
orang lanjut usia. Buah pisang dapat dimakan dalam keadaan segar maupun
dalam bentuk olahan. Konsumsi buah pisang per kapita per tahun di Indonesia
cenderung menurun sejak tahun 1990 sebesar 13,83 kg, tahun 1993 sebesar
12,58 kg, tahun 1996 sebesar 9,5 kg dan tahun 1999 hanya sebesar 8,27 kg.
Penurunan konsumsi buah pisang tersebut kemungkinan disebabkan oleh
produksi buah pisang tidak sebanding dengan meningkatnya kebutuhan akibat
perkembangan jumlah penduduk, walaupun data yang ada menunjukkan adanya
peningkatan produksi.
&saha meningkatkan produksi buah pisang di beberapa daerah mendapat
hambatan dengan adanya serangan beberapa penyakit, sehingga perlu mendapat
perhatian khusus karena penularan penyakit tersebut sangat cepat. Salah satu
cara penanggulangan penyebaran penyakit adalah dengan penyediaan benih
bermutu yang bebas penyakit. Perbanyakan benih pisang bermutu yang bebas
penyakit tentunya diperlukan ketelitian dari penentuan pohon induk, cara
perbanyakan dan pemeliharaan sampai saat benih tersebut disalurkan. Selain
penyakit, pisang juga sering diganggu dengan hama dan gulma. Maka dari itu
kita mesti mengetahui macam-macam penakit, hama dan gulma pada tumbuhan
pisang serta mengetahui gejala dan cara mengendalikannya.
Hampir semua petani di belahan dunia merasakan kekhawatiran dan
menggunakan banyak cara untuk membunuh hama, penyakit dan gulma. Di
Indonesia sendiri, penanganan hama, penyakit dan gulma tidak luput dari
perhatian pemerintah. Ini demi menyelamatkan sumber pangan yang sangat
berpengaruh bagi kestabilan pangan rakyat.
Dalam sudut pandang konvensial, hama bisa diartikan organisme yang
dapat mengakibatkan penurunan hasil produksi pertanian. Jadi, secara umum
jika ada organisme apapun itu, yang mengakibatkan penurunan hasil produksi
bisa disebut sebagai hama. Namun pada dasarnya, Hama adalah binatang yang
bersiIat pengganggu terhadap petumbuhan dan perkembangan tanaman.
Contoh-contoh hama misalnya: tikus, wereng, burung pemakan biji-bijian,
penggerek batang, tungro, blas, lembing batu dan keong mas.
Selain hama, yang menjadi perhatian serius adalah gulma dan penyakit.
Tanaman yang tumbuh di sekitar areal tanam/persawahan mengganggu karena
menjadi pesaing tanaman padi dalam memanIaatkan unsur hara, air, dan ruang.
Selain berebut tiga hal tersebut, gulma sendiri menjadi tempat hidup dan
bernaung hama dan penyakit tanaman, serta menyumbat saluran air. Pada lahan
yang terus menerus tergenang, gulma yang paling banyak dijumpai adalah
gulma air (eceng, semanggi, jajagoan, jujuluk), sedangkan pada lahan yang
tidak tergenang, sebagian besar adalah gulma darat (alang-alang, gerintingan,
babadotan, dan lain-lain). Maka dari itu kita mesti mengetahui macam-macam
beserta pengendalian gulma, penyakit dan hama khususnya pada tanaman yang
akan kami bahas adalah tanaman pisang.
















PEMBAHASAN
Sejarah Singkat
Pisang telah ada sejak manusia ada. Memang, saat itu pisang masih
merupakan tanaman liar karena awal kebudayaan manusia adalah sebagai
pengumpul. Mereka hanya mengumpulkan makanan dari ttumbuhan yang ada
di sekitar mereka tanpa menanamnya.
Pisang adalah tanaman buah berupa herba yang berasal dari kawasan di
Asia Tenggara (termasuk Indonesia). Masyarakat Asia Tenggara diduga telah
lama memanIaatkan pisang, mereka berkebudayaan pengumpul (food
gathering) . Mereka telah menggunakan tunas dan pelepah pisang sebagai
bagian dari sayuran. Bagian-bagian lain dari tanaman pisang pun telah
dimanIaatkan seperti saat ini.
Tanaman ini kemudian menyebar ke AIrika (Madagaskar), Amerika
Selatan dan Tengah. Di Jawa Barat, pisang disebut dengan Cau, di Jawa Tengah
dan Jawa Timur dinamakan gedang.

1enis Tanaman
KlasiIikasi botani tanaman pisang adalah sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Keluarga : Musaceae
Genus : :8a
Spesies : :8a spp.

Jenis pisang dibagi menjadi empat:


1. Pisang yang dimakan buahnya tanpa dimasak yaitu paradi8iaca var
Sapientum, nana atau disebut juga cavendi8hii, 8inen8i8.
Misalnya pisang ambon, susu, raja, cavendish, barangan dan mas.
2. Pisang yang dimakan setelah buahnya dimasak yaitu paradi8iacal
Iorma typicaatau disebut juga paradi8iaca normalis. Misalnya pisang
nangka, tanduk dan kepok.
3. Pisang berbiji yaitu brachycarpa yang di Indonesia dimanIaatkan
daunnya. Misalnya pisang batu dan klutuk.
4. Pisang yang diambil seratnya misalnya pisang manila (abaca).

Manfaat Tanaman Pisang
Pisang adalah buah yang sangat bergizi yang merupakan sumber vitamin,
mineral dan juga karbohidrat. Tanaman pisang banyak dimanIaatkan untuk
berbagai keperluan hidup manusia. Selain buahnya, bagian tanaman lain pun
bisa dimanIaatkan , mulai dari bonggol sampai daun. Beberapa manIaat dari
bagian-bagain tanaman pisang sebagai berikut.
O Bunga
Bunga pisang disebut juga jantung pisang karena bentuknya seprti
jantung. Biasanya dimanIaatkan untuk dibuat sayur, karena
kandungan protein, vitamin, lemak, dan karbohidratnya tinggi.
Selain dibuat sayur, bunga pisang ini dapat pula dibuat manisan,
acar, maupun lalapan. (Suyanti dan Ahmad, 2007)
O Daun
Masyarakat pedesaan Jawa, daun pisang banyak dimanIaatkan
untuk membungkus. Daun-daun yang sudah tua dan robek-robek
bisa digunakan untuk pakan kambing, kerbau, atau sapi karena
banyak mengandung unsur yang diperlukan oleh tubuh hewan. Bila
jumlah daun berlebihan bisa pula dibuat kompos.
O Batang
Batang pisang abaca diolah menjadi serat untuk pakaian, kertas,
batangnya bisa digunakan untuk tancapan wayang, untuk
membungkus bibit-bibit, untuk menutup saluran irigasi bila ingin
membagi atau membagi air.Batang pisang yang telah dipotong
kecil dan daun pisang dapat dijadikan makanan ternak ruminansia
(domba, kambing) pada saat musim kemarau dimana rumput
tidak/kurang tersedia. Secara tradisional, air umbi batang pisang
kepok dimanIaatkan sebagai obat disentri dan pendarahan usus
besar sedangkan air batang pisang digunakan sebagai obat sakit
kencing dan penawar racun.
O Buah
Buah pisang banyak digunakan sebagai makanan seperti tepung,
anggur, sale. Sari buah, pisang goring dan lain-lain.
O Kulit buah
Kulit pisang dapat dimanIaatkan untuk membuat cuka melalui
proses Iermentasi alkohol dan asam cuka dan bahan pakan ternak.
O Bonggol
Bonggol pisang muda bisa digunakan untuk sayuran.

Hama Tanaman Pisang


Beberapa jenis hama yang sering menyerang tanaman pisang dan sering
dijumpai adalah sebagai berikut.
1. Ulat penggulung daun (rionata thrax L.)
Gejala
Hama ini merusak daun pisang. Daun yang terserang akan terpotong-
potong dan membentuk gulungan-gulungan. Pada akhirnya, tanaman akan
menjadi gundul tinggal tulang-tulang daunnya saja.
Penyebab
Penyebabnya adalah ulat Erionata thrax L. &lat gulung ini memiliki tubuh
berwarna hijau muda dan tertutup lapisan tepung berwarna putih. Panjang ulat
sekitar 7 cm. Telurnya berwarna kuning yang diletakkan oleeh serangga betina
dewasa dibagian tepi permukaan bawah daun, trkadang pada buah pisang. Telur
akan menetas setelah mencapai umur 6-7 hari. &lat yang keluar dari telur
memotong lamina daun mulai dari pinggir sambil menggulung daun kea rah ibu
tulang daun. Setelah itu, ia akan bertahan hidup di dalam gulungan hingga
terbentuk kepompong sekitar 25-30 hari. Kupu-kupunya berwana cokelat yang
biasanya terbang pada malam hari. Seluruh siklus hidupnya terjadi di dalam
gulungan daun. Daerah yang sering jadi sasaran serangan adalah daerah yang
kering dan terlindung dari angin.
Pengendalian
Pengendalian hama ini dapat dengan cara Iisik, teknis dan kimia. Cara Iisik
melalui telur, ulat, dan daun yang tergulung dikumpulkan kemudian
dilenyapkan. Cara teknis meliputi daun pisang muda dirobek-robek agar ulat
tidak bisa menggulung daun. Cara teknis ini kurang eIisien karena tidak cocok
pada pertanaman yang luas. Cara kimia, tanaman disemprot dengan insektisia
beracun kontak maupun beracun perut, misalnya Diazinon 60 EC, Bayrusil
250 EC, Dipterex 95 SP, Thiodan 35 EC, Gusadrin 150 WSC, Dieldrin 20
EC, atau Roxion 40 EC. Penyemprotan dilakukan pada saat telur baru saja
menetas.



Gambar &lat penggulung daun (Erionata thrax .)
2. Penggerek bonggol (osmopolites sordidus Germar)
Gejala
&mbi dan batang tampak berlubang. Daun menjadi kuning dan layu.
Pertumbuhan tanaman menjadi lambat. Buah menjadi kecil kecil dan tanaman
mengerdil bahkan batang membusuk. Gejala serangan terlihat produksi
menurun.
Penyebab
Penyebabnya adalah Co82opoli8 8ordid:8. Serangan dimulai dari
kelopak daun yang membusuk. arvanya membuat terowongan pada bonggol
pisang yang merupakan tempat masuknya bibit penyakit lain seperti Fusarium.
Kerusakan berakibat lemahnya sistem perakaran dan transportasi makanan
terhenti.
Pengendalian
&ntuk mencegah serangan hama ini, kebersihan di sekitar tanaman
harus tetap terjaga. Sisa tanaman pisang dipotong potong lalu ditimbun
dengan tanah. Daun pisang yang tua dan bagian batang yang kering hendaknya
dibersihkan. Perlu juga dilakukan penjarangan anakan secara teratur.
&ntuk mengendalikan hama ini, kita bisa menggunakan potongan
potongan batang pisang yang telah disemprotkan dengan insektisida, seperti
Dieldrin 20 EC, Gusadrin 150 WSC, Furadan 3G, Decis 2,5 EC, Hopcin 50
EC, Hostathion 40 EC, atau Ambush 5 ULV. Pada pertanaman baru,
tanaman dapat dilindungi dengan Dieldrin 20 EC atau Sevidol 4/4 G.

Gambar Penggerek bonggol (Co82opolite8 8ordid:8 Germar)
3. Penggerek batang (doiporus longicolis (Oliv) )
Gejala
Batang tampak berlubang lubang sehingga menjadi lemah membusuk,
mudah patah bila tertiup angin kencang. Jika tanaman sedang berbuah, buah
tdak dapat dipanen sama sekali. Daun daun merana dan menggantung.
Tandan tetap kecil.
Penyebab
Penyebabnya adalah kepik Odoipor:8 longicolli8 Panjang hsms ini bids
mencspsi 14 mm. Warnanya hitsm dan perisai sayap kelihatan beralur alur
warna agak keabuan. Kerusakan akibat hama ini ditandai dengan adanya lubang
di sepanjang batang semu. Ia meletakkan telur dalam lipatan batang semu yang
berongga. arva setelah menetas panjangnya sekitar 20 mm. ama daur hidup
kepik ini sekitar 8 minggu, tergantung tinggi rendahnya temperatur udara.
Pengendalian
leh karena serangga ini hidup dan berkembang biak pada serasa yang
membusuk, maka sebaiknya kebersihan disekitar tanaman dijaga. Batang
pisang yang sudah terserang dibuang. Sisa sisa tanaman atau batang tua
dipotong potong dan dibenamkan di dalam tanah. Bibit ysng digunkan jangan
sekali kali diambil dari tanaman yang sudah pernah terserang hama ini.
Kalaupun terpaksa karena keterbasan bibit, hendaknya sebelum ditanam bibit
didesinIektan dulu dengan larutan insektisida, atau dibenamkan dalam air
mengalir selama 3 hari 3 malam. Insektisida yang digunakan sama dengan
insektisida pada kumbang penggerek umbi.

Gambar. Batang pisang yang diserang penggerek batang

Gambar Kepik Odoipor:8 longicolli8

4. Thrips (haetanaphotrips signipennis)
Hama ini menyerang bunga dan buah muda, akibatnya terdapat bintik-bintik
dan goresan pada kulit buah yang telah tua. Cara pengendaliannya yaitu dengan
membungkus tandan buah saat bunga akan mekar dan penyaputan tangkai
tandan dengan insektisida berbahan aktiI monocrotophos.

Gambar Chaetanaphotrip8 8ignipenni8

5. Burik pada buah (acolea octasema)
Gejala
Buah tampak seperti ada 'tato atau kudis sehingga kualitas buah turun
karena kulit menjadi kasar. Bentuk dan ukuran buah menjadi tidak sempurna.


Penyebab
Penyebabnya adalah ngengat Nicoleia octace2a Ia menyerang bunga
dan buah yang masih muda pada malam hari, sedangkan siang hari mereka
bersembunyi. Daur hidupnya mencapai 23 30 hari. Serangga betina biasanya
meletakkan telur secara berkelompok sekitar 15 butir di dekat braktea bunga
pisang yang baru muncul. Pada satu sisir buah, larva sebanyak 70 ekor dapat
dijumpai. Pembentukan pupa terjadi pada pangkal pelapah daun. Daerah
penyebarannya adalah Indonesia, Australia Timur, Papua New Guinea, Kep.
Fuji, Asia tenggara dan Kep. PasiIik Barat Daya.
Pengendalian
&paya pengendalian hama ini adalah dengan cara penyemprotan
insektisida pada jantung pisang yang telah terbuka seludangnya. Kenis
insektisida yang eIektiI adalah Nongos 50 EC atau Basudin 60 EC.

Gambar. Hama yang menyebabkan burik buah

Gambar. Telur Nacolea octa8e2a pada pelepah bunga

6. Nematoda
Gejala
Tanaman menjadi kerdil. Akar tampak berbintik bintik gelap. Pusat
umbi menjadi gelap warnanya dan membusuk. Buah menjadi sedikit dan kecil
kecil.
Penyebab
Penyebabnya adalah nematoda Radophol:8 8i2ili8
Pengendalian
Cara yang paling baik untuk mencegah nematoda ini adalah berusaha
agar sekitar tanaman terdapat cacing gelang. Cacing itu bisa menghambat
perkembangan nematoda. &sahakan bibit sebaiknya didesinIektan dengan
nematisida. F:radan 3 G bisa digunakan dengan cara dibenamkan di sekitar
tanaman pisang.


. Ulat buah
Gejala
Buah yang tua bentuknya sangat jelek dengan adanya noda noda hitam
kelabu yang keras.
Penyebab
Penyebabnya adalah ulat buah pisang. Panjang ulat ini sekitar 25 mm
dengan warna merah muda. Kepala berwarna hitam.
Pengendalian
&ntuk mencegah serangan hama ini, sebaiknya kita membuat adonan
berupa campuran piretrum dan bubuk kapur (1 : 3) kemudian menaburkannya
pada buah dengan menggunakan alat penghembus. &langilah perlakuan ini
setiap 4 6 hari sekali.

Gambar buah pisang yang terkena ulat buah

. Kumbang daun pisang
Gejala
Tanaman seperti ini tidak berdaun, tampak hanya pelapahnya saja.
Terkadang tanaman tegak berdiri tanpa tangkai daun.
Penyebab
Penyebabnya adalah kumbang Exopholi8 hypoce:ca. &kuran hama ini
sebesar biji salak dengan sayap luar berwarna coklat agak mengkilap. Ada
bagian tubuhnya yang tampak dilapisi kapur putih. &jung perutnya runcing
tanpa tertutupi sayap luar. Pada waktu musim kemarau, selembar daun bisa
dikerumuni hingga 15 ekor kumbang. Sedangkan pada musim penghujan
populasinya menurun drastis bahkan habis. Kumbang betina biasanya
meletakkan telur dibawah tanah. arva yang menetas mencari makanan di
dalam tanah dengan memakan akar tanaman.
Pengendalian
Hingga kini belum ada cara pengendalian yang tepat untuk hama ini
karena siklus hidupnya secara lengkap belum banyak diketahui. Namun, kita
dapat mencoba memberantasnya dengan cara mengumpulkan lalu membunuh
larva yang ada di dalam tanah. Sedangkan kumbangnya disemprot dengan
insektisida yang beracun perut, misalnya Gusadrin 150 WSC atau Cymbush
30 ED.


Gambar Kumbang Exopholi8 hypoce:ca

9. Lalat buah pisang
Gejala
Daun buah berubah bentuk (2alfor2a8i) dan kemungkinan dapat terjadi
gugur buah. Selain itu, dapat disertai dengan serangan jamur pembusuk
sehingga buah cepat berubah warna dan membusuk.
Penyebab
Penyebabnya adalah lalat Dac:8 dor8ili8 yang bersiIat aktiI sepanjang
tahun, berpindah pindah dari tanaman inang yang satu ke tanaman inang yg
lain. Diduga ada lebih dari 125 jenis tanaman buah yang menjadi inang lalat
buah ini. Panjang tubuh antara 6 8 mm dan sayap terlentang 5 7 mm. Perut
berwarna cokelat muda dengan 'sabuk berwarna coklat tua. Dada berwarna
cokelat tua dengan tanda kuning atau terkadang putih. Telur berbentuk jarum
kecil dengan panjang sekitar 1 mm dan berwarna putih. &lat yang baru keluar
dari telur yang berwarna putih dan setelah dewasa berwarna kuning. alat
dewasa menusuk kulit buah dengan alat peletak telur (ovipo8itor) sedalam 6
mm sambil meletakkan sekelompok telur. Daur hidup sekitar 25 hari. Daerah
penyebarannya adalah Pakistan, India, Asia tenggara, Australia &tara, Taiwan,
CaliIornia dan P. Ryukyu (Jepang).
Pengendalian
Biasanya sebagai tindakan pencegahan penyebaran lalat ini, digunakan
secara teknis, yaitu buah pisang yang terserang dimusnakan, sedangkan tanah
disekitarnya dicangkul agar kepompong yang ada bisa terbunuh oleh sinar
matahari. &ntuk melindungi serangan, hendaknya kita membungkus buah
dengan karung. Jika akan digunakan insektisida, gunakanlah Baythroid 50 EC,
Curacron 500 EC, atau Tokuthion 500 EC.



Gambar lalat Dac:8 dor8ili8

10.Kutu daun pisang
Gejala
Daun daun tampak berkerut, kerdil, dan menggulung. Buah menjadi
kecil kecil dan terkadang terpeluntir (di8tor8i).
Penyebab
Penyebabnya adalah kutu daun (Pentaloria nigronervo8a). &kuran
tubuh kecil, sekitar 1 2 mm, dengan warna coklat. Pada tubuhnya terdapat
sepadang antena panjang. Seekor induk dapat menghasilkan anak (ni2pha)
sebanyak 24 58 ekor. ama daur hidup sekitar 2 minggu. Ia hidup
bergerombol pada pangakal atau pucuk tanaman. Daerah penyebarannya adalah
India, Sri lanka, Taiwan, Philipina, Australia Timur, Fiji, Tonga, Samoa,
Hawai, Honduras, Brasil, Kep. Canary, Sierra eone, Mesir dan Mauritius.
Pengendalian
Tindakan yang perlu dilakukan jika tanaman sudah terserang hama ini
adalah tanaman disemprotkan dengan insektisida sistemik, seperti Dimecron 50
SWC, Bidrin 24 WSC atau Nogos 50 EC.





Gambar kutu daun (Pentaloria nigronervo8a)

11.Bekicot
Gejala
Tanaman berbuah menjadi kering, layu dan akhirnya mati. Di sekitar
tanaman terdapat tanda bekas jejak berwarna keperakan mengkilap.
Penyebab
Penyebabnya adalah bekicot (Achantina f:lica) yang menyerang
tanaman pada malam hari. Masa kawin hama ini berlangsung pada pagi hari
selama 6 12 jam. Pemasakan telur berlangsung selama 2 3 minggu. Telur itu
berwarna putih kekuningan dengan ukuran biji kedelai yang diletakkan
bergerombol dan terbungkus lendir bening dipermukaan tanah yang terlindung,
misalnya dibawah dedaunan kering di tanah, di bawah genting, di bawah kayu
lapuk, dan sebagainya. ama telur sejak diletakkan hingga menetas adalah 6
10 jam.
Pengendalian
Bekicot dapat dikumpulkan kemudian dibunuh. Namun, perlu diketahui
bahwa daging bekicot juga bisa laku dijual. leh karena itu, populasi sebagai
hama sudah mulai berkurang, malahan sudah diangap sebagai ternak yang
menghasilkan.



Gambar bekicot (Achantina f:lica)

12.Codot
Gejala
Buah pisang tampak digerogoti isinya. Hampir seluruh buah yang
masak tidak dapat dipanen lagi sehingga produksinya menurun.
Penyebab
Penyebabnya adalah codot (Cynopter:8 8phinx) yang bentuknya serupa
dengan kalelawar, tetapi besarnya hanya segenggam tangan orang dewasa.
Bulunya berwarna kelabu agak coklat. Telinga bagian atas berwarna putih,
sedangkan bagian belakang kemerahan. Panjang badan 80 90 mm, sedangkan
panjang ekor 7 12 mm. Daerah penyebarannya adalah berketinggian 0 1,500
meter dpl. Biasanya ia mencari makanan secara sendiri sendiri pada waktu
malam. Namun, adakalanya bergerombol hingga 8 ekor kalaupun terpaksa.
&ntuk berkembang biak, biasanya anak yang dihasilkan hanya satu ekor setelah
melewati antara 115 125 hari.
Pengendalian
Codot dibunuh dengan senapan angin pada siang hari saat mereka
sedang tidur lelap, sedang pada malam hari, codot dapat dijaring saat mereka
sedang asyik mencari buah buahan.

Gambar codot (Cynopter:8 8phinx)




13.Uret
Gejala
Batang tampak berlubang hingga ke umbi bagian bawah. Gejala ini bisa
tampak pada anakan pisang dan bibit yang masih muda.
Penyebab
Penyebabnya adalah hama uret. Daerah penyebarannya adalah daerah
berdataran tinggi.
Pengendalian
Bibit pisang hendaknya dicelupkan dulu di larutan insektisda selama 15
menit. &saha lain adalah dengan membenamkan insektisida, seperti Furadan 3
G, Diasinon 3 G, dan Dharmafur 3 G dalam tanah di sekitar tanaman pisang.
&ntuk memusnakan inangnya, kebersihan kebun perlu dijaga dari timbunan
sampah yang membusuk karena tempat seperti itu merupakan tempat
berlindungnya hama ini.

Gambar hama uret

!enyakit Utama !isang
Beberapa jenis penyakit yang sering menyerang tanaman pisangdan
sering dijumpai di lapangan adalah sebagai berikut.
1. Penyakit layu
Penyakit layu merupakan penyakit yang ganas, yang bisa disebabkan karena
bakteri ataupun cendawan. Tanaman pisang yang telah terinIeksi penyakit ini
dapat dipastikan akan mati, sehingga penyakit ini sangat merugikan. Tanaman
pisang muda yang terserang penyakit ini akan tumbuh merana dan akhirnya
mati. Sementara, apabila menyerang tanaman dewasa yang sudah berbuah,
dapat dipastikan tanaman akan segera mati dan buahnya tidak bisa dipanen
karena kualitasnya sangat jelek.
a. Penyebab penyakit
Penyebab penyakit layu pada tanaman pisang adalah inIeksi bakteri atau
inIeksi cendawan. InIeksi yang disebabkan oleh cendawan disebut penyakit
Lay: F:8ari:2 yang lebih dikenal sebagai 'Penyakit Panama. Sementara,
yang disebabkan oleh inIeksi bakteri disebut penyakit Lay: Bakteri, yang lebih
dikenal sebagai 'Penyakit Darah.
Bakteri yang menyebabkan penyakit layu pada tanaman pisang adalah
P8e:do2ona8 8olanacear:2 E.F.Su, atau yang dikenal dengan nama
P8e:do2ona8 celeben8i8. Bakteri ini juga menyerang buah pisang. Sementara,
cendawan yang menyebabkan penyakit layu pada tanaman pisang adalah
cendawan F:8ari:2 oxy8por:2 schelecht. Bakteri dan cendawan ini dapat
menyerang tanaman pisang yang masih muda ataupun tanaman pisang dewasa
yang belum maupun sudah berbuah.
Bakteri dan cendawan tersebut dapat bertahan lama dalam tanah
maupun dalam akar akar yang telah membusuk. Penyakit layu bakteri dan
layu Iusarium dapat berkembang cepat apabila didukung oleh suhu yang tinggi
(25
0
35
0
C).
b. Bagian Tanaman yang Diserang
Bakteri P8e:do2ona8 8olanacear:2 menyerang batang tanaman
(berkas pembuluh angkut), akar tanaman, dan buah. Sedangkan cendawan
F:8ari:2 oxypor:2 menyerang batang tanaman dan akar tanaman.
InIeksi bakteri terjadi melalui luka luka pada akar dan batang.
Sementara, inIeksi cendawan terjadi melalui luka luka pada akar saja, karena
cendawan tidak bisa menginIeksi melalui luka pada batang. Setelah masuk ke
dalam akar, bakteri dan cendawan tersebut menuju ke batang dan kemudian
meluas ke berkas pembuluh dan berkembang di dalam jaringan tersebut.
Pembuluh yang terserang akan rusak oleh inIeksi masa bakteri atau cendawan
yang menyebabkan terganggunya Iungsi pengangkutan air dan zat hara.
c. Gejala penyakit
Penyakit layu bakteri dan layu Iusarium menunjukkan gejala luar yang
mirip. Keduanya dapat dibedakan dengan melihat gejala awal dan gejala
dalamnya.
Gejala tanaman yang menderita layu bakteri dapat dilihat pada tajuk dan
buahnya. Pada tajuk, gejala yang akan tampak setelah tanaman pisang berbunga
(muncul tanda buah). Pada awalnya, gejala penyakit akan tampak pada daun
nomor 3 atau 4 dari daun yang termuda, yakni dengan adanya perubahan warna
menjadi kekuning kuningan yang secara keseluruhan belum menunjukan
perubahan yang sangat mencolok. Ibu tulang daun nomor 3 atau 4 tersebut
memperlihatkan adanya garis garis coklat yang kemudian merambah menuju
ke arah tepi daun dan warna garisnya berubah menjadi coklat kekuning
kuningan. Proses ini berlangsung lama, akan tetapi keadaan bisa berubah
menjadi keritis secara mendadak. Dalam waktu tujuh hari saja, hampir seluruh
daun berubah menjadi kuning dan beberapa hari kemudian akan menunjukkan
perubahan warna menjadi kuning kecoklatan sampai cokelat. InIeksi pada buah
menampakkan gejala berwarna kuning kecoklatan, seperti dipanggang dan
kemudian melunak serta membusuk. Gejala dalam yang tampak apabila batang
atau akar dipotong akan mengeluarkan cairan (lendir) berwarna merah
menyerupai darah. Pada buah yang terinIeksi juga terdapat lendir berwarna
merah kecoklatan.
Sementara, gejala tanaman pisang yang menderita penyakit layu
Iusarium adalah pangkal daun menguning, dimulai dari bagian tepi daun
kemudian menjalar ke bagian ibu tulang daun. Selanjutnya, daun akan menjadi
layu dan tangkai daun atau pelapah daun patah. Gejala dalam dari tanaman
pisang yang menderita penyakit layu Iusarium adalah pada batang (bonggol)
dan batang semunya apabila dibelah secara membujur akan terlihat garis garis
cokelat atau hitam yang menuju ke semua arah, tetapi tidak terdapat lendir.
Dengan demikian, serangan layu Iusarium mudah dibedakan dengan tanaman
yang menderita penyakit layu bakteri.
d. Penularan Penyakit
Penyakit layu bakteri dan layu Iusarium dapat menular ke tanaman lain
melalui peralatan pertanian yang telah terkontaminasi bakteri atau cendawan.
Misalnya, parang atau sabit yang baru saja digunakan untuk menebang tanaman
yang sakit, kemudian langsung (tanpa dicuci terlebih dahulu) digunakan untuk
memangkas (misalnya daun) tanaman lain yang sehat. Juga bisa melalui tanah,
misalnya sebidang tanah yang telah terjangkiti bakteri atau cendawan
digunakan untuk menanam tanaman pisang yang baru, atau apabila tanah
tersebut melekat pada peralatan pertanian yang kemudian digunakan untuk
keperluan tempat lain, melalui air pengairan yang telah terkontaminasi bakteri
atau cendawan tersebut, melalui pekerja, melalui pupuk kandang yang belum
jadi / belum matang, oleh serangga. Bakteri yang menempel pada kepala putik
pada saat pembuahan dapat menginIeksi buah melalui saluran tangkai utik.
e. Pengendalian penyakit
&ntuk mengendalikan penyakit layu bakteri dan layu Iusarium, dapat
dilakukan cara cara sebagai berikut.
1. Mencabut tanaman yang sakit dan membakar atau membuangnya ke
tempat yang jauh dari areal pertanian.
2. Mengurangi sumber penularan dengan jalan sanitasi kebun, yaitu
membersihkan sisa sisa tanaman, gulma, terungan (tanaman inang
lainnya), lalu membakarnya.
3. MendesinIektan peralatan pertanian ke dalam larutan Iormalin 10
selama 10 menit sebelum peralatan dipakai, atau dengan
memanaskannya dalam api selama beberapa menit.
4. Melakukan perbaikan kultur teknis, yaitu dengan mengatur kerapatan
tanaman, mengolah tanah secara intensiI, melakukan pergiliran tanam
dengan tanaman yang bukan inangnya minimal sampai 3 tahun,
menggunakan mulsa, melakukan pengairan dengan baik, melakukan
penyiangan dan pandangiran secara hati hati jangan sampai
menimbulkan pelukaan pada akar.
5. Mengendalikan hewan vektor seperti serangga atau nematoda dengan
menggunakan pestisida.
6. Menggunakan varietas yang resisten (tahan) terhadap penyakit.
7. Menggunakan bibit yang diambil dari tanaman yang sehat.
8. Merendam akar bibit tanaman pisang yang akan dipindah tanamke
kebun menggunakan bahan kimia berbahan aktiI benomyl 1.000 ppm
pada bibit, misalnya Agrosid 50 SD, Benlate dan Masalgin 50 WP
(untuk mencegah layu Iusarium) atau dengan bakterisida Agrimycin
15/1,5 WP 200 400 ppm selama 15 menit (untuk mencegah layu
bakteri).
9. Mengusahakan drainase yang baik, karena air yang menggenang
menyebabkan cendawan dapat berkembang dengan baik.
10.Menurunkan derajat keasaman tanah dengan memberikan belerang
untuk menurunkan populasi bakteri.
11.Membongkar tanah di sekeliling tanaman yang sakit dan mengeluarkan
tanaman tersebut dari kebun.
12.Melakukan pemupukan yang berimbang antara pupuk kandang dan
pupuk buatan.
13.Menanam bibit dari rumpun yang sehat.
14.Menghindari penanaman di tempat bekas bongkaran tanaman pisang
yang telah terserang penyakit.


Gambar. Ciri khas tanaman yang terkena penyakit lay: F:8ari:2

Gambar. Ciri khas lay: bakteri/darah pada buah


Gambar. Lay: bakteri/darah pada bonggol
2. Penyakit bercak daun ercospora
Penyakit bercak daun Cerco8pora juga dikenal dengan nama 'Penyakit
Sagitoka. Penyakit ini mudah di jumpai ditanaman pisang, baik di indonesia
maupun di negara negara lain.
Penyakit bercak daun ini dapat menimbulkan kerugian yang cukup besar
apabila tidak dikendalikan dengan baik. Tanaman pisang yang terkena penyakit
ini akan menghasilkan buah yang berkualitas jelek karena buah akan
mengalami pre2at:re, Yaitu buah masak sebelum waktunya sehingga daging
buah tidak padat kurang berisi.
Penyakit ini tidak mematikan tanaman, namun mengakibatkan
penurunan produksi yang cukup tinggi. Penyakit ini akan mengurangi jumlah
daun pisang sehingga proses pembentukan buah akan terhambat, buah yang
terbentuk akan berukuran kecil dan berkualitas rendah.
a. Penyebab Penyakit
Penyakit ini disebabkan oleh cendawan yco8phaerella 2:8icola
Mulder, yang disebut juga Cerco8pora 2:8ae Ziman. Cendawan ini
menginIeksi daun tanaman. Pada umumnya, inIeksi cendawan terjadi pada daun
tua. InIeksi cendawan ini umumnya kurang terjadi pada tanaman pisang yang
tumbuh di tempat yang teduh.
Perkembangan cendawan sangat tergantung pada air bebas, suhu udara,
kesuburan tanah dan keasaman tanah. Kondisi yang basah dan suhu udara yang
tinggi di atas 21
0
C, tanah yang kurang subur, dan pH tanah yang rendah (asam)
merupakan Iaktor pendukung berkembangnya cendawan ini.
b. Gejala Penyakit
Tanaman pisang yang terserang penyakit ini akan memberikan gejala
yang tampak jelas pada daun yang tua. Pada daun tersebut, terdapat bercak
bercak berwarna kuning pucat memanjang sejajar dengan tulang daun.
Selanjutnya, sebagian bercak bercak tersebut akan berubah warna menjadi
coklat tua sampai hitam dan akan keluar memanjang berbentuk elips (lonjong)
yang tersebar pada seluruh daun dan kemudian daun akan cepat mengering.
Penyakit bercak daun ini tidak mematikan tanaman, tetapi menyebabkan
terganggunya proses asimilasi karena kloroIil daun rusak. Di samping itu,
jumlah daun menjadi berkurang sehingga proses pembentukan buah terhambat
dan buah cepat masak sebelum waktunya. Akibatnya, kualitas buah jelek.
c. Penularan Penyakit
Penyakit bercak daun Cercospora dapat ditularkan melalui percikan air
atau lelehan air. Angin tidak begitu berperan dalam penyebaran cendawan.
InIeksi cendawan pada daun terjadi melalui mulut kulit pada sisi bawah daun.
Sisa sisa tanaman yang sakit juga merupakan sumber penularan yang
potensial.
d. Pengendalian Penyakit
&ntuk mengendalikan penyakit bercak daun Cercospora pada tanaman
pisang, dapat dilakukan dengan cara cara sebagai berikut.
1. Tidak menanam pisang di daerah yang kurang subur.
2. Memangkas daun yang telah terinIeksi cendawan dan
membakarnya.
3. Memperhatikan kesuburan tanah dengan pemupukan yang tepat.
4. Melakukan sanitas lingkungan dengan membersihkan sisa sisa
tanaman di kebun dan membakarnya.
5. Menggunakan pestisida yang berbentuk bubur seperti Bordeaux,
Dithane M 45, Topsin, Benlate, Velimek, atau DiIloatan AF
(berbahan aktiI maneb, mankozeb, metiltioIanat, atau benomyl).


Gambar. Daun pisang terjangkit penyakit sigatoka
3. Penyakit kerdil pisang (Banana Bunchy Top Virus/BBTV)
Penyakit kerdil menyerang tanaman pisang pada berbagai tingkatan
umur. Namun, penyakit ini lebih banyak menyerang tanaman pisang yang
masih muda. Tanaman pisang yang telah terserang penyakit ini tidak dapat
berproduksi sama sekali karena pertumbuhan tanaman terhambat sehingga
tanaman tumbuh kerdil.
Penyakit ini tersebar luas di berbagai negara dengan sangat cepat.
Tanaman pisang yang telah terserang penyakit ini tidak dapat disembuhkan
karena belum ada obat yang eIektiI untuk membunuh virus ini. Karena itu,
pengamatan yang teliti yang dilakukan setiap hari terhadap setiap tanaman
pisang merupakan langkah yang baik untuk mencegah meluasnya penyakit ini
ke tanaman lainnya. Tanaman pisang yang telah terserang penyakit ini harus
segera dicabut ( di eradik8i).
a. Penyebab Penyakit
Penyebab penyakit kerdil (B:nchy top) adalah virus. Virus ini dikenal
sebagai virus kerdil (B:nchy Top Jir:8) atau Musa Virus I (magee) smith atau
banana Virus I.Johnson. penyebab virus ini dapat ditularkan oleh kutu daun
(Pentalonia nigronervo8a Coq).
b. Gejala Penyakit
Gejala awal tanaman pisang yang menderita B:nchy top dapat diamati
pada pangkal daun nomor 2 atau 3 menggunakan sinar yang mampu
menembusnya. Pada daun daun tersebut, tampak adanya garis garis
berwarna hijau sempit terputus putus dalam bentuk garis garis pendek dan
titik titik. Garis garis tersebut terdapat diantara tulang tulang daun dan
sejajar dengan tulang tulang daun sekunder. Garis garis tersebut masuk ke
tulang induk. Pada punggung tangkai daun sering kali juga ditemukan adanya
garis garis hijau tua. Di samping itu, tulang daun tampak berwarna jernih.
Pada tingkat serangan yang lebih berat, kedudukan daun daun muda tampak
lebih tegak, lebih pendek, lebih sempit, tangkai daun lebih pendek dari normal
dan sepanjang bagian tepinya menguning. Selanjutnya, daun tersebut akan
mengering sepanjang tepinya dan mudah dipatahkan. Akhirnya, tanaman
tumbuh kerdil dan daun daunnya membentuk roset pada ujung batang palsu.
Gejala serangan penyakit kerdil juga dapat ditandai dengan adanya daun
pupus yang menguning dan tidak membuka. Gejala ini mirip dengan gejala
peristiwa kekurangan zat nitrogen, sehingga sering membingungkan. &ntuk
membedakannya, dapat dengan melihat sebarannya dalam kebun. Penyakit
b:nchy top pada umumnya hanya menyerang beberapa tanaman saja, namun
terpencar pencar secara luas dalam kebun. (lebih tersebar), sedangkan
penyakit kekurangan zat nitrogen umumnya menyerang tanaman secara merata,
bisa mencapai lebih dari 70 dari seluruh tanaman yang ada.
c. Pengendali Penyakit
Pengendalian penyakit b:nchy top dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut.
1. Menghindari tanaman pisang yang terjangkit penyakit ini di lokasi
atau di daerah lain.
2. Menanam bibit dari rumpun yang sehat.
3. Memberantas kutu daun dengan insektisida.
4. Menghindari penanaman pisang dengan kondisi terlindungi dan
ternaungi pohon pohon besar disekitarnya.
5. Melakukan pengamatan yang teliti dan cermat setiap tanaman
pisang dengan memperhatikan gejala gejala awal penyakit.
6. Membongkar tanaman pisang yang telah terserang penyakit dengan
membuangnya ke tempat yang jauh atau membakarnya.


Gambar. Tanaman pisang yang terjangkit penyakit kerdil

4. Penyakit Pembuluh 1awa
Penyakit ini disebabkan oleh golongan cendawan dan bakteri. Dari
golongan cendawan adalah Oedecephal:2 8p F:8ari:2 8p Dan
P8e:dolpidi:2 8p Sementara, dari golongan bakteri adalah Bacteri:2 :8al.
Tanaman yang telah terinIeksi akan menunjukkan pertumbuhan yang lambat
pasa pupus daun, bahkan dapat berhenti sama sekali, upih daun bagian luar
terbelah belah dengan arah membujur, daun mengalami kerusakan, layu dan
patah, dan apabila akar tinggalnya dipotong, maka akan tampak berkas
pembuluh mengalami perubahan warna dan akhirnya mati. Selain itu, juga akan
mengeluarkan cairan berwarna kemerahan seperti darah, sehingga mirip dengan
gejala serangan penyakit darah yang disebabkan oleh cendawan P8e:do2ona8
celeben8i8.
&ntuk mengatasi penyakit ini dapat dilakukan perbaikan sistem budidaya
dan penyemprotan Iungisida dengan menggunakan Brestan 60 atau Dithane M
45 (berbahan aktiI mankozeb). Perbaikan sistem budidaya dilakukan dengan
perbaikan sistem pengairan (irigasi dan drainase), pemupukan yang berimbang
dan sanitasi lingkungan.

Gambar pohon dan buah pisang yang terjangkit Penyakit Pembuluh Jawa

5. Penyakit Bercak Daun Cokelat dan Bercak Cokelat Kemerahan
Penyebab penyakit bercak daun cokelat adalah cendawan Cornada
2:8al, sedangkan penyebab penyakit bercak cokelat kemerahan adalah
cendawan G:iqnardia 2:8al.
Gejala yang timbul pada tanaman pisang yang telah terinIeksi adalah
bercak cokelat memanjang dan bercak cokelat tak beraturan pada daun yang
dapat menyebabkan kerusakan daun sehingga Iotosintesis daun terhambat.
Pencegahan terhadap penyakit ini dapat dilakukan dengan cara sanitasi
lingkungan, perbaikan cara bercocok tanam dan penggunaan pupuk yang
berimbang. Sementara, untuk mengobati tanaman pisang yang telah terserang,
dapat digunakan Iungisida.

Gambar pohon pisang yang terjangkit Penyakit Bercak Daun Cokelat

6. Penyakit Antraknosa
Penyakit antraknosa menyerang daun, buah yang masih muda dan buah
yang matang dalam penyimpanan. Penyakit ini sering dijumpai di semua
negara. Penyakit ini tidak mematikan tanaman, namun apabila pengendaliannya
tidak dilakukan dengan baik maka dapat menimbulkan kerugian yang cukup
besar. Apabila daun yang terserang dan rusak dengan jumlah yang cukup
banyak, maka proses pembentukan buah akan terhambat sehingga buah yang
terbentuk berukuran kecil dan berkualitas rendah.
InIeksi pada buah yang masih muda (mentah) menyebabkan pertumbuhan
buah terhambat dan buah mengeras sehingga tidak dapat dikonsumsi.
Sementara, inIeksi pada buah yang sedah matang dalam penyimpanan akan
mempercepat kerusakan buah sehingga buah cepat membusuk.
a. Penyebab Penyakit
Penyebab penyakit antraknosa adalah cendawan Colletotrich:2 2:8ae
(Berk. Et Curt), yang juga disebut yxo8pori:2 2:8ae Berk. Et Cyrt dan
Gloeo8pori:2 2:8ar:2 Cke. Et Mass.
InIeksi cendawan pada daun dapat terjadi secara langsung melalui mulut
kulit atau luka luka yang ada. Cendawan ini juga dapat mengadakan penetrasi
(menginIeksi) secara langsung pada buah melalui kutikula kulit buah ataupun
luka luka pasa sisir buah yang terjadi karena pemotongan sisir dari tangkai
tandan.
b. Gejala Penyakit
Tanaman pisang yang menderita penyakit antraknosa akan memiliki daun
dengan bercak bercak klorsis berwarna putih kekuning kuningan dan
kemudian pada bagian tengahnya akan muncul warna cokelat. Selanjutnya,
bercak akan meluas dan memanjang searah dengan tulang daun dan bercak
bercak tersebut akan menyatu menjadi bercak yang besar dan akhirnya daun
mengering. InIeksi ini menyebabkan kloroIil daun rusak dan proses asimilasi
pada daun tersebut tidak dapat berjalan dengan baik sehingga proses Iisiologi
pembentukan zat zat yang diperlukan tanaman untuk pertumbuhan vegetatiI
dan generatiInya menjadi terganggu.
Gejala serangan yang terjadi pada buah yang masih muda ditandai dengan
adanya perubahan warna pada bagian bagian tertentu dari hijau menjadi
kuning., kemudian menjadi cokelat tua atau hitam dengan bagian tepi berwarna
kuning. Pada bagian yang telah berwarna hitam (telah membusuk), terdapat
bercak berwarna merah kecokelatan. Bercak tersebut merupakan kumpulan
badan buah jamur. Selanjutnya, pada tingkat serangan yang lebih parah, buah
menjadi kering dan keriput.
InIeksi pada buah yang telah matang di dalam penyimpanan ditandai
dengan adanya bercak bercak kecil berwarna cokelat kehitaman dengan
bagian tepi kebasah basahan. Pada kondisi yang akut (parah), bercak tampak
membesar dan bersatu. Pada permukaan bercak, tampak titik titik berwarna
merah jambu.
c. Perkembangan Penyakit
Penyakit antraknosa dapat berkembang cepat dengan suhu optimal 27
0

30
0
C dengan kelembapan udara tinggi. Faktor lain yang sangat memengaruhi
berkembangnya penyakit adalah drainase yang jelek. Keadaan yang basah pada
musim hujan juga merupakan Iaktor yang mendukung berkembangnya penyakit
ini.
Penyakit antraknosa dapat tersebar luas melalui angin, sisa sisa tanaman
sakit, percikan air atau lelehan air. Penyakit yang menular ke buah dapat berasal
dari daun yang dakit,
d. Pengendalian Penyakit
pengendalian penyakit antraknosa pada pisang dapat dilakukan dengan cara
cara sebagai berikut.
1. Sanitasi kebun, yaitu membersihkan sisa sisa tanaman dan gulma
rumput lalu membakarnya.
2. Memperbaiki sistem drainase agar pembuangan air dapat berjalan
lancar.
3. Memangkas daun yang telah terinIeksi penyakit ini kemudian
membakarnya.
4. Mengambil buah yang telah terinIeksi penyakit ini kemudian
membuangnya ke tempat yang jauh dari kebun.
5. Melakukan penanaman tanaman pisang dengan jarak tanam yang
tidak terlalu rapat.
6. Menyemprotkan Iungsida seperti Antracol, Benlate, Dithane M 45
dan lain lain yang berbahan aktiI mankozeb, benomyl dan
propineb.



Gambar Penyakit Antraknosa

Gulma Tanaman Pisang
Gulma adalah sebagai tumbuhan yang tumbuh pada areal yang tidak
dikehendaki tumbuh pada areal pertanaman. Gulma secara langsung maupun
tidak langsung merugikan tanaman budidaya. Pengenalan suatu jenis gulma
dapat dilakukan dengan melihat keadaan morIologinya, habitatnya, dan bentuk
pertumbuhanya. Berdasarkan keadaan morIologinya, dikenal gilma rerumputan
(grasses), teki-tekian (sedges), dan berdaun lebar (board leaI). Golongan gulma
rurumputan kebanyakan berasal dari Iamili gramineae (poaceae). &kuran gulma
golongan rerumputan bervariasi, ada yang tegak, menjalar, hidup semusim, atau
tahunan. Batangnya disebut culms, terbagi menjadi ruas dengan buku-buku
yang terdapat antara ruas. Batang tumbuh bergantian pada dua buku pada setiap
antara ruas daun terdiri dari dua bagian yaitu pelepah daun dan helaian daun.,
contoh gulama rerumputan Panicium repens, Eleusine indica, Axonopus
compressus dan masih banyak lagi.
Golongan teki-tekian kebanykan berasal dari Iamili Cyperaceae. Golongan
ini dari penampakanya hampir mirip dengan golongan rerumputan, bedanya
terletak pada bentuk batangnya. Batang dari golongan teki-tekian berbentuk
segitiga. Selain itu golongan teki-tekian tidak memiliki umbi atau akar ramping
di dalam tanah. Contoh golongan teki-tekian: Cyprus rotundus, Cyprus
compresus. Golongan gulma berdaun lebar antara lain: Mikania spp, Ageratum
conyzoides, Euparotum odorotum. Berdasarkan habita tunbuhanya, dikenal
gulma darat, dan gulma air. Gulma darat merupakan gulma yang hidu didarat,
dapat merupakan gulma yang hidup setahun, dua tahun, atau tahunan (tidak
terbatas). Penyebaranya dapat melalui biji atau dengan cara vegetatiI. Contoh
gulma darat diantaranya Agerathum conyzoides, Digitaria spp, Imperata
cylindrical, Amaranthus spinosus. Gulma air merupakan gulama yang hidupnya
berada di air. Jenis gulma air dibedakan menjadi tiga, yaitu gulma air yang
hidupnya terapung dipermukaan air (Eichhorina crassipes, Silvinia) spp, gulma
air yang tenggelam di dalam air (Ceratophylium demersum), dan gulma air
yang timbul ke permukaan tumbuh dari dasar (Nymphae sp, Sagitaria spp).
Macam-macam gulma
Biasanya orang membedakan gulma ke dalam tiga kelompok:
Teki-tekian
Rumput-rumputan
Gulma daun lebar.

Sewaktu masih muda, pisang harus bebas dari gangguan gulama. Pisang
tidak dapat tumbuh dengan baik kalau dibiarkan tumbuh bersaing dengan
gulma. Dua minggu setelah tanaman pisang ditanam, gulama yang ada perlu
disiangi secara manual.
Jenis-jenis gulma yang banyak terdapat pada perkebunan pisang antara lain
rumput bungga putih (A8y8ta8ia latifolia), rumput setawar (Borreria latifolia),
rumput kalap terbang (Chro2olaena odorata) rumput ulam tikus (ikania
2icrantha) putrei malu (i2o8a p:dica) rumput sambau (Ele:8ine indica)
ilalang (I2perata cylindrical), rumput tembaga jantan (I8chae2:2 2:tic:2)
rumput jeringan (Pa8pal:2 co22er8onii) rumput kerbau (Pa8pal:2
conf:ga:2) dan teki (Cyper:8 :ollyngeri)
Di perkebunan pisang, herbi8ida Ro:ndop dan Ba8ta 200 AS bisa
digunakan untuk mengendalikan gulma. Pemakaiannya harus hati-hati dan tepat
dosisnya, agar tidak meracuni pisang.
Sebaiknya, penyiangan pisang dilakukan secara mekanis dengan
penyiangan gulma menggunakan cangkul. Tanaman pisang yang masih muda,
perakarannya hanya sebatas lebar kanopinya saja. Daerah bebas gulma terbatas
di bawah payung kanopinya saja.
Setelah umur 7 bulan, pisang tidak membutuhkan penyianmgan. Kanopi
tanaman satu dengan kanopi tanaman lain telah menyatu sehingga sinar
matahari tak menembus sampai ketanah. Populasi gulma pun akan tertekan
dengan sendirinya.
1. Rumput bungga putih (Asystasia latifolia)
Perkembangbiakan gulma sangat mudah dan cepat, baik secara generatiI
maupun vegetatiI. Secara generatiI, biji gulma yang halus, ringan dan
berjumlah banyak dapat disebarkan oleh angin, air, hewan maupun manusia.
Perkembangbiakan secara vegetatiI terjadi karena bagian batang yang ada di
dalam tanah akan membentuk tunas-tunas baru dan muncul kepermukaan
tanah menjadi perdu (Barus, 2007).
Gulma ini masih menjadi masalah penting di perkebunan, kehutanan,
saluran pengairan dan padang penggembalaan (Sukman dan Yakup, 1995).
Gulma semak bunga putih tidak dikehendaki kehadiranya dalam suatu area
tertentu karena dianggap mengganggu tanaman pertanian maupun rumput yang
merupakan pakan ternak. Sistem perakaran semak bunga putih bercabang
banyak dan adventiI sehingga mampu menyerap unsur N yang terikat kuat
dalam tanah.
Permukaan bagian bawah daun yang halus dan bagian atas yang kasar
memungkinkan air tanah diserap dan disimpan di daun serta bagian hijau
lainnya (Rovihandono, 2008).
Menurut Mulik (2007) semak bunga putih sangat berpotensi sebagai pakan
ternak karena kandungan proteinya sangat tinggi (21 36) setara dengan turi
gamal dan lamtoro. Sementara itu hasil penelitian Esterlina (2009) dan Winanto
(2009) kandungan protein kasar daun semak bunga putih 25.51.

Gambar Rumput bungga putih (A8y8ta8ia latifolia)
2. Rumput setawar (Borreria latifolia)
Borreria latifolia (Aubl.), melayu rumput setawar, berdaun lebar
tombol gulma. Bercabang ramuan; batang berdaging, persegi panjang,
ca 60 cm. Daun sebaliknya, elips, agak tebal, terluas di atas ujung,
tengah luas dan tak lamamenunjuk, basis meruncing, variabel
dalam ukuran, ca 2,5-5 cm dan 2,5 cm, berbulu di kedua sisi,
tangkai daun pendek. Daun-basa bergabung dengan cangkir berbentuk
stipules dengan bulu pada ujungnya. Kepala bunga dari daun-axils 0,6-
1,2 cm ca, melalui, putih, kelopak berbulu dari empat sepal, corolla-tube
putih dengan kelopak lila; benang sari dan stigama bercabang. Buah berbulu,
membelah diri menjadi dua pasang.

Gambar Rumput setawar (Borreria latifolia)
3. Rumput kalap terbang hromolaena odorata (L.)
KlasiIikasi
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Asteridae
rdo : Asterales
Famili : Asteraceae
Genus : Chromolaena
Spesies : Chro2olaena odorata (.) King & H.E. Robins
Chro2olaena odorata (.), di Indonesia disebut Tekelan, kirinyuh.
Chro2olaena odorata adalah spesies semak berbunga dalam keluarga bunga
matahari, Asteraceae. Ini adalah asli Amerika &tara, dari Florida dan Texas ke
Meksiko dan Karibia, dan telah diperkenalkan ke Asia tropis, AIrika
Barat, dan bagian Australia. Nama umum meliputi Gulma Siam,
Natal Bush, dan Flower Floss umum. Kadang-kadang ditanam sebagai tanaman
obat dan hias. Hal ini digunakan sebagai obat tradisional di Indonesia.
Daun muda hancur, dan cairan yang dihasilkan dapat digunakan untuk
mengobati lukakulit. Itu sebelumnya taksonomi diklasiIikasikan
dalam genus Eupatorium, tetapi sekarangdianggap lebih terkait erat
dengan marga lain di Eupatorieae suku.
Chro2olaena odorata dianggap gulma tanaman invasiI lapangan
dalam jangkauan di perkenalkan, dan telah dilaporkan
menjadi spesies invasiI yang paling bermasalah dalam hutan lindung di AIrika.

Gambar Chro2olaena odorata ()


4. Rumput ulam tikus Mikania micrantha Kunth

KlasiIikasi
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas: Asteridae
rdo: Asterales
Famili: Asteraceae
Genus: Mikania
Spesies: ikania 2icrantha Kunth

ikania 2icrantha adalah tanaman tropis di Asteraceae. Hal ini juga
dikenal sebagai Vine Bitter di Persemakmuran The Mariana &tara Pulau.
ikania 2icrantha adalah gulma luas di daerah tropis. Ini tumbuh sangat
cepat (secepat80 mm dalam 24 jam untuk tanaman yang masih muda) dan
mencakup tanaman lainnya. leh karena itu, berbagai langkah-langkah
kontrol terhadap ikania telah dicoba di banyak negara. Hal ini cukup rentan
terhadap herbisida 2,4-D dan 2,4,5-T dan paraquat. Cuscuta,
tanaman parasit, telah digunakan di Assam dan Sri anka untuk menekan
penyebaran ikania dari tanah limbah untuk planatations teh. Tindakan
pengendalian lainnya adalah Puccinia spegazzinii jamur dan
serangga iothrips mikaniae. Hal ini digunakan untuk menyembuhkan luka
dan menghentikan pendarahan eksternal kecil di Fiji namun siIat
obat masih belum sepenuhnya ditemukan.
Spesies ini merupakan tanaman asli sub-tropis zona utara, tengah, dan
selatan Amerika. ikania telah menjadi masalah di Nepal, mencakup
lebih dari 20 dari Taman Nasional Chitwan.

ikania adalah genus dari sekitar 450 spesies dalam keluarga A8teraceae
Kehormatan nama botani Ceko Johann Christian Mikan. Anggota dari
genus ini adalah batang twiners dan liana dan umum dalam
Ilora neotropical. ikania berasal dari Amerika Selatan. Sebuah beberapa
spesies, seperti ikania 8canden8, ditemukan di daerah beriklim &tara dan
Amerika Selatan, dan sembilan spesies diketahui dari daerah tropis Dunia
ama. Seperti tanaman lain di Eupatorieae suku, bunga-
bunga telah Iloretdisk dan tidak ada ray Iloret.
Spesies ikania laevigata dan ikania glo2erata, juga dikenal
sebagai guaco, yang populer dalam pengobatan herbal.
ikania 2icrantha adalah gulma luas di daerah tropis. Ini tumbuh sangat
cepat (secepat80 mm dalam 24 jam untuk tanaman yang masih muda) dan
mencakup tanaman lainnya. rang-orang telah melihat ke
dalam mengendalikan dengan herbisida, tanamanparasit, jamur dan serangga.



Gambar Rumput ulam tikus ikania 2icrantha Kunth


5. Putri malu atau Mimosa pudica

KlasiIikasi
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas: Rosidae
rdo: Fabales
Famili: Fabaceae (suku polong-polongan)
Genus: Mimosa
Spesies: i2o8a p:dica Duchass. & Walp

Putri malu atau i2o8a p:dica adalah perdu pendek anggota suku polong
polongan yang mudah dikenal karena daun-daunnya yang dapat secara cepat
menutup/"layu" dengan sendirinya saat disentuh. Walaupun sejumlah anggota
polong-polongan dapat melakukan hal yang sama, putri malu bereaksi lebih
cepat daripada jenis lainnya. Kelayuan ini bersiIat sementara karena setelah
beberapa menit keadaannya akan pulih seperti semula.
Tumbuhan ini memiliki banyak sekali nama lain sesuai siIatnya tersebut,
seperti 2akahiya (Filipina, berarti "malu"), 2ori vivi (Hindia
Barat), nidik:2ba(Sinhala, berarti "tidur"), 2ate-loi (Tonga, berarti "pura-pura
mati") . Namanya dalam bahasa Cina berarti "rumput pemalu".
Kata p:dica sendiri dalambahasa atin berarti "malu" atau "menciut".
Keunikan gerak tumbuhan dari tanaman ini adalah bila daunnya disentuh,
ditiup, atau dipanaskan akan segera "menutup". Hal ini disebabkan oleh
terjadinya perubahan tekanan turgor pada tulang daun. Rangsang tersebut juga
bisa dirasakan daun lain yang tidak ikut tersentuh. Gerak ini disebut
seismonasti, yang walaupun dipengaruhi rangsang sentuhan (tigmonasti),
sebagai contoh, gerakan tigmonasti daun putri malu tidak peduli darimana arah
datangnya sentuhan. Tanaman ini juga menguncup saat matahari terbenam dan
merekah kembali setelah matahari terbit. Tanaman putri malu menutup daunnya
untuk melindungi diri dari hewan pemakan tumbuhan (herbivora) yang ingin
memakannya. Warna daun bagian bawah tanaman putri malu berwarna lebih
pucat, dengan menunjukkan warna yang pucat, hewan yang tadinya ingin
memakan tumbuhan ini akan berpikir bahwa tumbuhan tersebut telah layu dan
menjadi tidak berminat lagi untuk memakannya.

Gambar Putri malu atau i2o8a p:dica



Rumput sambau (leusine indica),
Nama umum
Indonesia: Rumput belulang,
|jampang, carulang
(Sunda)|, |suket lulangan,
suket welulang (Jawa)|
Inggris: Goose grass, bullgrass,
crabgrass
Pilipina: Bakis-bakisan, bila-bila,
paragis, sambali, sabung-
sabungan
Jepang: hishiba


Rumput Belulang
KlasiIikasi
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: iliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas: Commelinidae
rdo: Poales
Famili: Poaceae (suku rumput-rumputan)
Genus: Eleusine
Spesies: Ele:8ine indica (.) Gaertn

. Ilalang (Imperata cylindrical)

I2perata cylindrica (.) Beauv.Nama umum


Indonesia: Ilalang, alang-alang (Jawa), eurih (Sunda), ambengan (Bali)
Inggris: cogon grass, satintail, blady grass
Pilipina: Kogon
Cina: Bai mao gen
Jepang: Chigaya
KlasiIikasi
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: iliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas: Commelinidae
rdo: Poales
Famili: Poaceae (suku rumput-rumputan)
Genus: Imperata
Spesies: I2perata cylindrica (.) Beauv.
Terna rumput, berumur panjang (perenial), tumbuh berumpun, tinggi 30 -
180 cm. Akar rimpang, menjalar, berbuku-buku, keras dan liat, berwarna putih.
Batang berbentuk silindris, diameter 2 - 3 mm, beruas-ruas. Daun warna hijau,
bentuk pita (ligulatus), panjang 12 - 80 cm, lebar 2 - 5 cm, helaian daun tipis
tegar, ujung meruncing (acuminatus), tepi rata, pertulangan sejajar (parallel),
permukaan atas halus, permukaan bawah kasap (scaber). Bunga majemuk,
bentuk bulir (spica), bertangkai panjang, setiap bulir berekor puluhan helai
rambut putih sepanjang 8 - 14 mm, mudah diterbangkan angin. Buah bentuk
biji jorong, panjang /- 1 mm, berwarna cokelat tua. Perbanyaan vegetatiI (akar
rimpang).

Gambar I2perata cylindrica (.)


8. Ischaemum muticum L
I8chae2:2 2:tic:2 L suket resap (Jawa), rumput kerupet (Bangka).
Rumput menahun dengan akar rimpang yang panjang. Pelepah daun berwarna
hijau terang atau ungu yang agak bertumpuk-tumpuk dengan helaian daun yang
sangat pendek, bentuk melanset-membundar telur sampai memita. Perbungaan
terminal, terdiri dari 2 tandan yang menyatu, buliran berpasang-pasangan, satu
melekat dan satu bertangkai, warna jerami; buliran yang melekat gundul,
sedangkan buliran yang bertangkai berambut.I8chae2:2 2:tic:2 berasal dari
Asia Tenggara dan Selatan. Tersebar luas di Malaysia, khususnya dekat laut
dan di daerah berpasir, dan di Thailand, Indonesia, Filipina, Sri anka, India,
Burma, pulau-pulau di bagian barat Samudera PasiIik. Jenis ini telah
diintroduksi ke AIrika Barat dan Australia.
I8chae2:2 2:tic:2 merupakan penjajah habitat terbuka dan terganggu
yang agresiI dan dapat berkembang menjadi belukar yang lebat pada saluran
drainase dan selokan. Pada pinggiran hutan sekunder, jenis ini tumbuh sangat
cepat, bercampur di antara semak-semak. Toleran terhadap kondisi basah,
terutama banjir, dan musim kering yang pendek. Dijumpai di daerah-daerah
dengan curah hujan lebih dari 1500 mm per tahun. Keberadaan jenis ini sebagai
indikator kesuburan tanah yang rendah. Perbanyakan secara alami dengan akar
rimpang, tetapi dapat juga tersebar dari bijinya Ischaemum muticum sebagai
pakan ternak dan juga melindungi tanah dari erosi terutama pada bukit pasir di
pantai dan untuk membuat kompos dan mulsa. Merupakan gulma pada banyak
kebun tanaman pangan. Ischaemum muticum merupakan makanan ternak yang
bermanIaat dalam kondisi khusus, tetapi masih memerlukan penelitian lebih
lanjut untuk dapat dibudidayakan.I8chae2:2 repen8 Roxb. (1820), I8chae2:2
glabrat:2 Pre8l (1830), Andropogon repen8 (Roxb.) Ste:d. (1854). Forage8
p.240 (a:thor(s): Mannetje, .`t and Jones, R.M.). Kategori Tumbuhan pantai.

GambarI8chae2:2 2:tic:2 L
9. Rumput kerbau
Pokok rumput (atau rumpai) kebiasaannya merupakan tumbuhan renek atau
herba. Ia boleh hidup di darat, sungai atau laut. Rumpai dikelaskan mengikut
cara hidup dan Iisiologinya. Pada kebiasaannya rumpai dikelaskan kepada tiga
kategori utama iaitu rumpai daun tirus, rumpai daun lebar dan rusiga. Rumpai
daun tirus biasanya di dalam keluarga Poaceae (dahulu dikenali sebagai
Graminaea) contohnya Echinochloa cr:8-galli. Rumpai jenis ini biasanya
mempunyai batang yang bulat dan berdaun tirus. Rumpai daun lebar pula
mudah dicam dengan siIat daunnya yang lebar dan besar. Terdapat banyak
keluarga di dalam kumpulan ini, seperti Asteraceae, Amaranthaceae dan
Rubiaceae. Contoh rumpai di dalam kumpulan ini ialah rumput tahi ayam
(Agerat:2 cony:oide8) dan bayam duri (A2aranth:8 8pino8:8). Manakala
rusiga pula mudah dikenali dengan bentuk batangnya yang segi tiga.
Kebanyakan rumpai kumpulan ini adalah di dalam keluarga Cyperaceae.
Contoh mudah spesies yang tergolong di dalam keluarga ini ialah rumput halia
hitam (Cyper:8 rot:nd:8).
Di dalam bidang pertanian ia biasanya dikaitkan sebagai "tumbuhan
perosak" dan selalunya di hapuskan dengan beberapa kaedah kawalan rumpai
samada kaedah mekanikal, kimia, kultur dan biologi. Dalam bidang
penternakan, rumpai boleh dijadikan makanan haiwan ternakan terutaman
lembu, kambing dan biri-biri. Ia juga mempunyai banyak kegunaan didalam
bidang perubatan moden atau perubatan tradisional. Sesetengah rumpai boleh
dijadikan makanan atau ulam serta sumber ubatan penting. Pucuk paku dan
pucuk pegaga misalnya boleh dijadikan sayur atau ulam. Misai kucing pula
terkenal sebagai ubatan dalam mencegah kencing manis dan darah tinggi.
10.!aspalum commersonii Lamk
Family : Poaceae
Collector(s) : B.P. Gabriel
Date : 7 Nov 1984
Vernacular
Names
: EN - Koda grass Indon - Jaringan, Rumput ketih belalang
Sunda - Jukut pingping kasir, peupeuyeuhan Java -
Jaringan, Genjaran, Kodoan, Suket kinarian, Suket krisik
Suket menir, Suket cikurang, Tuton gili Melayu - Rumput
hijau, Rumput telor sentadu, Telor sentadu Minahasa
Tooensawang Totoigon
ocation : ; , Alabio, Hulu Sungai Tengah, S. Kalimantan, Indonesia
Ecology : Wet, open, cultivated areas; up to 1800 m alt. &pland,
lebak and tidal rice Iields
Biology :

rigin : AIrica
Distribution : Pantropical throughout Indonesia
Agric. Importance : A weed oI minor importance, only occasionally a nuisance
&tilization :

#:25:907-,
Rumput tahunan yang mempunyai stolen, stolon dan batang yang tegak
seinggi 20 - 60 cm, daunnya tirus berukuran 4 20 cm panjang dan 5 10 cm
lebar,tanah berasid dan juga di kawasan yang bernaung, hasil bahan kering 6
12 ton/ha/tahun. Kandungan protein kasar dan penghahaman in-vitronya lebih
tinggi dibandingkan dengan rumput yang lain, protein kasar 13.6.

Gambar Pa8pal:2 co22er8onii amk



11.Rumput Teki yperus rotundus L

Nama umum
Indonesia: Teki
Inggris: nut grass
Pilipina: Mutha
Cina: xiang Iu zi


KlasiIikasi
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: iliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas: Commelinidae
rdo: Cyperales
Famili: Cyperaceae
Genus: Cyperus
Spesies: Cyper:8 rot:nd:8 .
Kelompok ini memiliki daya tahan luar biasa terhadap pengendalian
mekanik karena memiliki umbi batang di dalam tanah yang mampu bertahan
berbulan-bulan. Selain itu, gulma ini menjalankan jalurIotosintesis C4 yang
menjadikannya sangat eIisien dalam 'menguasai' areal pertanian secara cepat.
Ciri-cirinya adalah penampang lintang batang berbentuk segi tiga membulat,
dan tidak berongga, memiliki daun yang berurutan sepanjang batang dalam tiga
baris, tidak memiliki lidah daun, dan titik tumbuh tersembunyi. Kelompok ini
mencakup semua anggota Cyperaceae (suku teki-tekian) yang menjadi gulma.
Contoh: teki ladang (Cyper:8 rot:nd:8), udelan (Cyper:8 kyllinga), dan Scirp:8
2oriti2:8.
Deskripsi Tanaman
Perawakan herba serupa rumput (sedges non Grasses), menahun 0,1 - 0,3 m
(dapat mencapai 0,75 m). Batang : berupa batang semu, merupakan kumpulan
pelepah daun, batang asli berupa rimpang (Rhizome), percabangan Rhizome
membentuk geragih (stolon), ujung stolon menjadi rumpun baru. Daun :
tunggal, berpelepah, bentuk garis, seperti daun rumput, jarang lanset atau elip,
tepi rata tajam, hijau tua (atas), hijau muda (bawah), berjendul di semua
permukaan, ujung meruncing pelan, lebar 2 - 6 mm, helaian bawah coklat
kemerahan. Bunga : susunan bulir majemuk rata tunggal, braktea involucrum
2-4 permanen, sepanjang atau lebih panjang dari perbungaan, lebih dari 30 cm,
cabang pertama 3 - 9 terpencar, lebih dari 10 cm, spikelet runcing, 10 - 40
bunga, 1 - 3,5 x 2 mm, eluna bulat telur, tumpul, kemerahan atau coklat gelap,
susunan sirip, 3-3,5 mm, tepi bening (Hialin). Perhiasan bunga : tidak
ada. Benang sari : 1-3, kepala sari 1 mm, coklat muda. Putik : bakal buah dan
tangkai berlanjut, gundul, kepala sari 2-3. Buah : tipe padi. Biji : bentuk elip,
dengan 2-3 sisi. Suku : Cyperaceae.Waktu berbunga : Januari Desember.


Gambar Rumput Teki Cyper:8 rot:nd:8


Teknik Pengendalian Gulma Secara Terpadu

Pada dasarnya teknik pengendalian gulma hampir sama dengan apa
yang saya sampaikan diatas. Tetapi itu tergantung pada tempa/areal tanam, jenis
dan jumlah gulma. Namun, di bawah ini saya tuliskan salah satu contoh metode
pengendalian gulma dengan mengkombinasikan berbagai cara pengendalian
gulma.
Teknik Pengendalian Gulma Secara Terpadu dapat dilakukan sebagai
berikut:
1. Gulma ditebas dengan parang kemudian dihamparkan di lahan sebagai mulsa.
Sekitar 2-3 minggu gulma yang sedang tumbuh aktiI disemprot dengan
herbisida sistemik, seperti gliIosat dengan takaran 4-6 liter per hektar. Setelah
2-4 minggu kemudian, lahan ditanami padi dalam barisan. &paya penyiangan
dilakukan dengan menggunakan herbisida pasca-tumbuh, seperti 2,4-D amina
dengan takaran 1,5 liter per hektar yang diaplikasikan pada umur 2-3 minggu
setelah tanam padi.
2. Gulma ditebas dengan parang kemudian dilakukan pengolahan tanah.
Selanjutnya dilakukan penanaman padi dan penyiangan menggunakan herbisida
pra-tumbuh, seperti xadiazon dengan takaran 2 liter per hektar. Penyiangan
dilakukan secara manual satu kali pada umur 35 hari setelah tanam padi.
Penyemprot Punggung
Alat penyemprot herbisida yang paling banyak digunakan adalah alat
penyemprot punggung. Alat ini terdiri dari bagian-bagian yang masing-masing
mempunyai Iungsi tertentu.
Nosel
Nosel yang tepat untuk aplikasi herbisida adalah nosel polijet yang
memenuhi pola semprot berbentuk kipas. Nosel tersebut di bagi atas 4 macam
warna, yaitu merah, biru, hijau, dan kuning yang masing-masing menghasilkan
lebar semprot optimum yang berbeda, sehingga pemakaiannya dapat
disesuaikan dengan kebutuhan.
Jangan menggunakan nosel kembang dan nosel kerucut karena tidak
memberikan hasil semprotan yang baik.
Warna
nosel
ebar
Semprotan
(m)
Kesesuaian Penggunaan dalam
Penyemprotan
Merah
Biru
Hijau
Kuning
2,0
1,5
1,0
0,5
Seluruh areal (total)
Pada barisan tanaman
Pada barisan tanaman
Pada barisan tanaman dan setempat

Kalibrasi alat semprot (sprayer)
Kalibrasi adalah menghitung/mengukur kebutuhan air suatu alat semprot
untuk luasan areal tertentu. Kalibrasi harus dilakukan pada setiap kali akan
melakukan penyemprotan yang gunanya adalah:
- Menghindari pemborosan herbisida
- Memperkecil terjadinya keracunan pada tanaman akibat penumpukan
Herbisida
- Memperkecil pencemaran lingkungan.
Berikut adalah langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam melaksanakan
kalibrasi:
O Siapkan alat semprot yang baik dengan jenis nosel yang sesuai dengan
kebutuhan, misalnya nosel polijet warna biru lebar semprotnya 1,5 m.
O Isi tangki alat semprot dengan air bersih sebanyak 2,5 liter.
O Pompa tangki sebanyak 10-12 kali hingga tekanan udara di dalam
tangki cukup penuh.
O akukan penyemprotan pada areal yang akan disemprot dengan
kecepatan dan tekanan yang sama sampai air 2,5 liter tersebut habis.
O &kur panjang areal yang dapat disemprot dengan 2,5 liter air tersebut.
O akukan penyemprotan sebanyak 3 kali dan hitung panjang serta luas
areal yang dapat disernprot seperti contoh berikut.

Panjang dan luasan areal yang dapat disemprot dengan 2,5 liter
menggunakan nosel polijet warna biru.
&langan Panjang (m) uas (m
2
)
I
II
III
33
33
34
49.5
49.5
51
Rata-rata 33.3 50

Bila luas areal yang akan disemprot adalah 1 hektar (10.000 m2 ), maka
banyaknya air yang dibutuhkan adalah:
Volume air 10.000 m2 x 2,5 liter air
1,5 m x 33,3m
10.000 m2 x 2 5 liter air
50 M2
500 liter/ha.
Apabila takaran herbisida yang akan digunakan adalah 3 liter (3000 ml)
per hektar maka herbisida yang dibutuhkan untuk 15 liter air pencampur adalah:
Volume herbisida 15 liter x 3000 ml
500 liter
90 ml herbisida /15 liter air
Cara penggunaan herbisida
Herbisida akan berhasil dan eIektiI apabila digunakan dengan benar
sesuai
petunjuk, yaitu:
- Merata ke seluruh areal sasaran
- Takaran sesuai dengan kebutuhan per satuan luas
Penggunaan herbisida dengan memakai bahan pelarut air
!enyemprotan
- Campurkan herbisida dan air dengan Takaran yang benar
- Aduk hingga tercampur rata
- Semprotkan secara menyeluruh ke seluruh areal pertanaman
Khusus untuk herbisida pra-tumbuh atau pasca tumbuh pada padi
sawah, air harus dalam keadaan macak-macak yang dipertahankan selama 4
hari setelah
penyemprotan.
!engusapan
Pada gulma yang tumbuh jarang tapi berbahaya, cukup dengan
mencelupkan sepotong kain pada larutan herbisida lalu dieluskan sampai
membasahi gulma tersebut.
Penggunaan herbisida tanpa bahan pelarut
Bentuk cair yang siap untuk digunakan:
- Tidak memerlukan alat semprot
- Petakan sawah harus dalam keadaan tergenang 2-5 cm
- Percikkan herbisida ke kiri dan ke kanan
- Percikan herbisida yang jatuh ke air akan cepat menyebar membentuk
lapisan tipis di dasar air
- Pertahankan genangan air selama 4 hari.
Bentuk butiran
- Dapat digunakan pada padi sawah
- Sawah harus dalam keadaan tergenang setinggi 2-5 cm selama 4 hari
- Cara penggunaannya ditebar merata ke seluruh petakan sawah
- Dapat membunuh biji gulma akan tumbuh/ berkecambah
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Fuad Morad, 2011. 'Borreria latifolia (A:bl.) K Sch:2.
http://www.Ilickr.com/photos/adaduitokla/6076404219/in/pho
tostream/ diakses pada hari Sabtu tanggal 15 ktober 2011
jam 19:00 WIB.
Cahyono, Bambang. 2009. Pi8ang U8aha Tani dan Penanganan Pa8ca Panen.
Penerbit Kanisius : Yogyakarta.
Matnawy, hudi. 2005. Prlind:ngan Tana2an. Penerbit Kanisius : Yogyakarta.
Redaksi Trubus. 2007. Berkeb:n Pi8ang Secara Inten8if. Penerbit Penebar
Swadaya : Jakarta.
Rismunandar. 1989. Bertana2 Pi8ang Penerbit CV. Sinar Baru : Bandung.
Satuhu, S dan Ahmad, S. 2007. Pi8ang B:di daya Pengolahan dan Pro8pek
Pa8ar Penerbit Swadaya : Jakarta.
Suniarsyih, N, S. 2009. Pengendalian Ha2a Penyakit Dan G:l2a Secara
Terpad:Http://Wibowo19.Wordpress.Com/2009/01/18/Pen
gendalian-Hama-Penyakit-Dan-Gulma-Secara-Terpadu-Phpt/
diakses pada hari Minggu tanggal 16 ktober 2011 jam 19:00
WIB.
Tampubolon, . T., 1981 T:2b:han Obat Bagi Pecinta Ala2, 93 94,
Penerbit Bharata Karya Aksara : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai