Anda di halaman 1dari 113

ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI, KELAUTAN DAN KEDIRGANTARAAN

BAB VIII ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI, KELAUTAN DAN KEDIRGANTARAAN

A.

PENDAHULUAN

Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan wahana yang sangat strategis dalam rangka mewujudkan cita-cita proklamasi kemerdekaan sebagaimana terkandung dalam amanat Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 (UUD 1945) yaitu memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia. Sesuai dengan amanat GBHN 1993, pembangunan bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) dalam Repelita VI bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan lahir batin yang setinggi-tingginya bagi rakyat dengan menerapkan nilai-nilai iptek, dan mendorong pemanfaatan, pengembangan, dan penguasaan iptek secara seksama dan bertanggungjawab, dengan memperhatikan nilai-nilai agama, serta nilai-nilai VIII/3

luhur budaya bangsa. Sejalan dengan itu, pembangunan iptek yang dilaksanakan

baik oleh pemerintah maupun masyarakat, termasuk lingkungan akademik dan ilmiah, serta pengusaha, diarahkan untuk mempercepat terwujudnya ketangguhan dan keunggulan bangsa. Pembangunan iptek yang dilaksanakan sejak PJP I dan ditingkatkan lagi dalam Repelita VI melalui penelitian dan pengembangan di berbagai bidang telah menghasilkan kemajuan penting dalam pengembangan iptek di Indonesia. Dari hasil-hasil tersebut banyak di antaranya telah diterapkan dan bermanfaat bagi pembangunan nasional. Pengalaman dalam pelaksanaan pembangunan di bidang iptek tersebut juga telah mendorong terwujudnya tradisi dan masyarakat iptek yang telah makin mampu melaksanakan kegiatan-kegiatan iptek maju dan menghasilkan produk-produk iptek yang bermanfaat dalam mendukung daya saing dan produktivitas nasional. Dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan kegiatan penelitian dan pengembangan, pada tahun 1994/95 mulai dilaksanakan Kebijaksanaan Satu Pintu (KSP) yang dikoordinasikan oleh Dewan Riset Nasional (DRN) dan Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi (KMNRT), sebagai cara untuk mengurangi terjadinya kegiatan rangkap antarlembaga. KSP juga berfungsi sebagai media untuk meningkatkan mutu usulan penelitian dan menyelaraskan kegiatan penelitian dan pengembangan antarlembaga. Untuk memacu persaingan antarpeneliti, menghidupkan iklim riset yang kondusif, dan penggunaan bersama fasilitas riset, telah dikembangkan program riset VIII/4

kompetitif seperti Hibah Bersaing (HB), Riset Unggulan Terpadu (RUT), dan Riset Unggulan Kemitraan (RUK). Dalam Repelita VI, KSP dan program riset kompetitif makin meningkat kinerjanya sebagaimana ditunjukkan oleh meningkatnya jumlah

proposal HB dan RUT masing-masing dari 227 proposal dan 109 proposal pada tahun 1993/94 menjadi masing-masing 688 proposal dan 627 proposal pada tahun 1997/98. Sedangkan jumlah proposal dalam paket RUK yang mencerminkan peran serta dunia usaha dalam melaksanakan dan membiayai kegiatan riset meningkat dari 13 proposal pada tahun 1995/96 menjadi 38 proposal pada tahun 1997/98. Gambaran di atas menunjukkan baik iklim yang mendukung berkembangnya kemampuan riset maupun peran serta dunia usaha memperlihatkan kecenderungan yang meningkat Pembangunan prasarana dan sarana penelitian merupakan bagian integral dari pembangunan iptek. Untuk itu, dalam Repelita VI telah diselesaikan beberapa prasarana dan sarana penelitian yang penting antara lain telah ditingkatkan kapasitas reaktor penelitian BATAN di Bandung, dibangun laboratorium kelautan LIPI di Ambon, diselesaikan pembangunan laboratorium Bioteknologi LIPI di Cibinong, dan dibangun laboratorium piston engine BPPT di kawasan PUSPIPTEK Serpong. Dalam rangka meningkatkan kemampuan iptek nasional, sumber daya manusia peneliti telah ditingkatkan baik jumlah maupun mutunya. Pada tahun 1993/94 jumlah peneliti dengan kualifikasi sarjana, dan doktor dalam berbagai bidang di semua sektor masing-masing adalah 49.719 orang, dan 3.811 orang. Pada tahun 1997/98, jumlah peneliti dalam masing-masing kategori tersebut telah meningkat menjadi 51.282 orang, dan 4.305 orang.

Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan penelitian di Indonesia telah meningkat secara berarti. Dampak penelitian dan pengembangan terhadap masyarakat ditentukan oleh tingkat penerapan dari hasil-hasil penelitian dan

VIII/5

pengembangan dalam kegiatan pembangunan. Penyebaran dan pemasyarakatan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan upaya strategis yang terus ditingkatkan. Sejak tahun 1993/94 sampai dengan tahun 1997/98 telah berhasil diberikan hak paten sebanyak 14.272 bush. Kualitas dan jenis pelayanan Pusat Data dan Informasi Ilmiah yang terdapat di LIPI juga telah meningkat kinerjanya. Adapun pengembangan jaringan Iptek Net dan Bursa Teknologi telah menjadi media penting dalam upaya penyebaran hasil-hasil penelitian dan pengembangan. Peningkatan kemampuan pemanfaatan, pengembangan dan penguasaan iptek merupakan proses akumulasi yang terjadi secara terus menerus. Kegiatan iptek di samping menghasilkan pengetahuan baru, menyediakan informasi ilmiah atau teknologi baru yang dibutuhkan, juga menghasilkan masyarakat peneliti yang mempunyai kemampuan dalam mengidentifikasi, mengkaji alternatif dan memberikan saran untuk menyelesaikan berbagai permasalahan penting dalam pembangunan nasional. Dengan demikian diharapkan sumbangan masyarakat ilmiah bagi suksesnya pembangunan akan semakin nyata. Sejalan dengan pembangunan iptek dalam bidang-bidang tersebut di atas, pembangunan kelautan telah ditingkatkan peranannya, sejajar dengan sektor-sektor lain. Dalam Repelita VI pembangunan kelautan diarahkan pada pendayagunaan sumber daya laut dan dasar laut serta pemanfaatan fungsi wilayah laut nasional, VIII/6

termasuk Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE), secara serasi dan seimbang dengan memperhatikan daya dukung kelautan dan kelestariannya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat serta memperluas kesempatan usaha dan lapangan kerja. Pembangunan wilayah laut nasional dilaksanakan untuk mendukung penegakan

kedaulatan dan yurisdiksi nasional serta perwujudan Wawasan Nusantara. Kegiatan utamanya mencakup antara lain inventarisasi dan evaluasi potensi laut, pengembangan industri kelautan, dan pemanfaatan sumber daya kelautan. Melalui program inventarisasi dan evaluasi sumber daya kelautan telah diperoleh data dasar kelautan, peta-peta laut nasional, cadangan potensi sumber daya alam yang terdapat di laut dan informasi mengenai daya dukung lingkungan laut. Dalam Repelita VI telah dihasilkan antara lain 135 nomor lembar peta (nlp) lingkungan Indonesia untuk sebagian wilayah Sulawesi Utara, Sumatera Selatan, pantai Maluku, Irian Jaya, Jawa Timur, Kalimantan Timur, Bali, dan Nusa Tenggara Timur. Sedangkan melalui program pemanfaatan sumber daya kelautan telah berhasil dikembangkan teknik budidaya rajungan, pemeliharaan anak kerang mutiara, pemeliharaan ikan kerapu Lumpur (Epinephelus suillus), reproduksi dan pembenihan teripang, budidaya algae bersel tunggal dan pengembangan potensi sumber daya laut lainnya. Dalam bidang industri kelautan, selama Repelita VI telah terjadi pertumbuhan tingkat produksi perikanan laut sebesar 29 persen, yaitu meningkat dari 2,9 juta ton pada tahun 1993 menjadi 3,7 juta ton pada tahun 1997. Dalam bidang pariwisata telah terjadi peningkatan kunjungan wisatawan asing dari 3,1 juta pada tahun 1993/94 menjadi 3,9 juta pada tahun 1997/98 yang sebagian besar tertarik akan keindahan pantai dan laut Indonesia. Dalam bidang industri perkapalan, jumlah galangan kapal telah meningkat dari 185 galangan kapal pada tahun 1993/94 menjadi 223 galangan kapal pada tahun 1997/98. Selain itu, berkembangnya industri perkapalan juga ditunjukkan dengan meningkatnya produksi kapal

VIII/7

baja baru dari 92.500 BRT tahun 1993/94 menjadi 120.737. BRT pada tahun 1997/98. Pembangunan kedirgantaraan dalam Repelita VI, seperti juga pembangunan kelautan, telah ditempatkan sebagai sektor pembangunan sejajar dengan sektor-sektor lainnya. Pembangunan kedirgantaraan diarahkan pada upaya perjuangan untuk memperoleh pengakuan internasional atas hak penggunaan wilayah dirgantara nasional. Pembangunan kedirgantaraan bertujuan untuk meningkatkan penguasaan iptek dalam rangka menghasilkan produk dan jasa kedirgantaraan. Upaya pokoknya meliputi pengembangan industri dirgantara, penyediaan jasa kedirgantaraan, pemanfaatan teknologi dirgantara dan pembinaan kedirgantaraan. Selama Repelita VI telah makin meningkat kemampuan penguasaan teknologi kedirgantaraan, serta makin berkembang rekayasa dan produksi konfigurasi pesawat terbang dan helikopter. Selain itu, telah dikembangkan pesawat high-subsonic N-250 yang berkapasitas 50-70 tempat duduk dengan teknologi pengendaliaan Fly-by-Wire. Selanjutnya, saat ini sedang dikembangkan pesawat N-2130 berkecepatan transonik dengan kapasitas 130 tempat duduk yang pengembangan dan produksinya juga melibatkan partisipasi masyarakat. Di bidang kedirgantaraan dicatat kemajuan peningkatan pemanfaatan jasa inderaja untuk kebutuhan berbagai sektor pembangunan seperti pemantauan iklim dan cuaca, pemantauan kondisi VIII/8

lingkungan, inventarisasi sumber daya alam, kehutanan, dan pertanian. Jasa inderaja dimanfaatkan sebagai data awal bagi penyusunan tata ruang wilayah nasional pula melalui pembuatan peta dasar rupa bumi berbagai skala. Energi surya dan energi angin

telah dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik untuk berbagai kebutuhan; khususnya kebutuhan rumah tangga bagi keluarga yang berada di daerah terpencil. Sementara itu dalam bidang prakiraan iklim dan cuaca terus diupayakan peningkatan akurasi perolehan data untuk simulasi dan. analisis skenario dampak perubahan iklim. Dalam aspek kelembagaan telah disepakati Konsepsi Kedirgantaraan Nasional (KKN) yang merupakan salah satu bentuk upaya jalinan koordinasi pelaksanaan pembangunan kedirgantaraan. Di bidang kedirgantaraan upaya terus berlanjut untuk mewujudkan pengakuan dan tegaknya kedaulatan atas dirgantara nasional serta pengakuan internasional atas kepentingan Indonesia dalam pendayagunaan dirgantara secara menyeluruh. Upaya perjuangan tentang Geostationery Orbit (GSO) terus dilakukan di forum internasional untuk mendapatkan kepastian akan pemanfaatan wilayah dirgantara tersebut. B. ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

1. Sasaran, Kebijaksanaan, dan Program Repelita VI Sesuai arahan GBHN 1993, sasaran pembangunan iptek dalam Repelita VI adalah meningkatnya kemampuan memanfaatkan, mengembangkan, dan menguasai iptek yang dilaksanakan dengan mengutamakan peningkatan VIII/9

kemampuan alih teknologi melalui perubahan dan pembaruan teknologi yang didukung oleh pengembangan kemampuan SDM, prasarana dan sarana yang memadai, serta peningkatan mutu pendidikan sehingga mampu mendukung upaya penguatan, pendalaman, dan perluasan

industri dalam rangka menunjang industrialisasi menuju terwujudnya bangsa Indonesia yang maju, mandiri, unggul, dan sejahtera. Menjadi sasaran pengembangan iptek pula terciptanya iklim usaha yang mendorong perkembangan produktivitas dan peningkatan proses pertambahan nilai di sektor produksi, menumbuhkan daya kreasi dan inovasi, serta mendorong perkembangan standar mutu produksi yang setara dengan standar internasional. Sasaran tersebut diarahkan untuk makin mempercepat proses alih teknologi serta menciptakan dan memperluas kemitraan riset, dan mengembangkan iptek yang mampu meningkatkan produktivitas dan efisiensi. Pada akhir Repelita VI kelembagaan iptek yang mendukung berkembangnya kemitraan riset, kemampuan iptek di bidang pertanian, industri, dan dunia usaha serta pendidikan iptek diharapkan makin tertata dan mampu mengefektifkan kebijaksanaan dan program pengembangan iptek, serta mengefisienkan penggunaan sumber dana yang tersedia sesuai dengan perkembangan dan tuntutan pembangunan. Selain itu, menjadi sasaran pula terciptanya sistem informasi untuk memberikan masukan dalam upaya pengembangan iptek, baik berupa perangkat keras maupun sistem perangkat lunaknya, seiring dengan peningkatan kemampuan SDM di bidang sistem informasi untuk disajikan sebagai informasi yang berguna. VIII/10

Sasaran pembangunan iptek lainnya adalah meningkatnya kemampuan teknologi industri kecil dan usaha kecil serta koperasi. Demikian pula, diharapkan permasalahan pembangunan di daerah

dan perdesaan seperti pengembangan sarana dan prasarana pembangunan makin dapat dipecahkan oleh hasil penelitian dan upaya pengembangan iptek termasuk upaya menanggulangi kemiskinan. Dalam rangka mewujudkan sasaran tersebut diatas, kebijaksanaan pembangunan bidang iptek dalam Repelita VI adalah (1) mengembangkan nilai-nilai iptek yang mampu mendorong peningkatan kemampuan iptek serta membentuk budaya iptek di masyarakat; (2) mendorong kemitraan riset dalam pengembangan iptek; (3) mempercepat proses alih teknologi melalui manufaktur progresif; (4) meningkatkan mutu produk dan proses produksi, produktivitas, efisiensi, dan inovasi; (5) meningkatkan kualitas dan kuantitas serta menyelaraskan komposisi SDM iptek; dan (6) mengembangkan penataan dan pengelolaan kelembagaan iptek. Kebijaksanaan pembangunan bidang iptek di atas dilaksanakan melalui program-program berikut: (1) teknik produksi, (2) teknologi, (3) ilmu pengetahuan terapan, (4) ilmu pengetahuan dasar, dan (5) pengembangan kelembagaan iptek. 2. Pelaksanaan dan Hasil Pembangunan sampai dengan Tahun Keempat Repelita VI a. Program Teknik Produksi Program ini bertujuan untuk penguasaan proses produksi, produktivitas, kemampuan dan mempercepat meningkatkan keterampilan VIII/11

tenaga kerja dalam mendayagunakan teknologi bagi peningkatan proses pertambahan nilai barang dan jasa yang bermutu dan berdaya saing tinggi sehingga mampu memacu proses

industrialisasi, meningkatkan efisiensi produksi, dan makin mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Beberapa hasil penelitian di berbagai bidang dapat dikemukan sebagai berikut. Di bidang pertanian penelitian di Indonesia sudah berjalan lama dan telah menghasilkan beragam iptek pertanian yang bermanfaat bagi pencapaian sasaran-sasaran pembangunan nasional. Salah satu hasil terpenting dari penelitian bidang pertanian adalah ditemukan dan dilepasnya bibit-bibit unggul baru tanaman pangan. Pelepasan bibit unggul tanaman pangan yaitu padi dan palawija berjalan pesat. Pada tahun 1973, varietas unggul padi dan palawija yang dilepas masing-masing hanya 4 (empat) dan 5 (lima) varietas. Pada tahun 1993, jumlah varietas baru padi yang dilepas meningkat menjadi 95 varietas dan bibit unggul palawija menjadi 102 varietas. Selanjutnya, selama empat tahun Repelita VI jumlah varietas unggul baru padi yang dilepas menjadi 107 varietas, atau meningkat 12 varietas, sedangkan untuk varietas unggul baru palawija yang dilepas meningkat menjadi 113 varietas. (Tabel VIII1 dan Tabel VIII-1A). Dalam upaya meningkatkan produktivitas tanaman industri telah dilepas beberapa varietas tanaman industri antara lain 2 (dua) varietas kapas Kanesia-1 dan Kanesia-6 yang mampu menghasilkan 1,5-3,0 ton kapas berbiji/ha, 4 (empat) varietas lada unggul yaitu Natar-1, Natar-2, Petaling-1 dan Petaling-2. Sebagai upaya meningkatkan produksi VIII/12

kapas telah dihasilkan klon unggul SS23 dan SS29 yang dapat ditumpangsarikan dengan palawija, mangga, dan jeruk, serta dihasilkan hibrida MH1, MH2, dan Togo B yang sesuai untuk lahan kritis. Selanjutnya juga dilepas 1 (satu) varietas kelapa sawit, dan 2 varietas kenaf.

Dalam penelitian tanaman perkebunan selama empat tahun Repelita VI telah dihasilkan 13 varietas unggul tebu untuk lahan sawah, 13 varietas unggul tebu untuk tegalan, dan 4 (empat) varietas unggul tebu untuk lahan masam. Dalam upaya meningkatkan produksi buah-buahan sejak tahun 1993 telah dilepas berbagai varietas tanaman buah unggul antara lain, 13 varietas durian, 3 (tiga) varietas sukun, 4 (empat) varietas jeruk, dan 1 (satu) varietas markisa. Selain itu, dilepas juga 4 (empat) varietas mangga, 3 (tiga) varietas duku, 2 (dua) varietas nangka, 1 (satu) varietas manggis, 1 (satu) varietas pisang, 1 (satu) varietas rambutan, dan 1 (satu) varietas nanas. Sementara itu, dalam masa tersebut telah dilepas beberapa varietas komoditas sayuran yang mempunyai keunggulan antara lain hasil yang lebih tinggi dari produktivitas nasional, toleran terhadap hama, dan tahan disimpan lama. Dalam bidang peternakan, telah dimanfaatkan gen prolifik dalam pengembangan usaha ternak domba. Penelitian dalam bidang pakan ternak diarahkan untuk menghasilkan pakan yang mampu mempercepat pertumbuhan. Untuk itu, telah berhasil disempurnakan formula Urea Multinutrien Molases Block (UMMB) dengan mengganti molase dengan bungkil kelapa. Aplikasi bioteknologi pada bidang peternakan diarahkan untuk menghasilkan antibodi monoklonal, vaksin dan hormon. Sementara itu, telah dikembangkan teknologi alih janin yang bermanfaat dalam meningkatkan daya reproduksi sapi dan domba. Penelitian dalam bidang perikanan telah VIII/13

menghasilkan antara lain teknologi penangkapan ikan pelagis kecil melalui penerapan teknologi rumpon, dan teknologi penangkapan ikan hias dengan

alat jaring lingkar bubu (jarlingbu). Selain itu, telah dihasilkan teknologi penanganan primer basil tangkapan tuna dan lemuru dengan menggunakan palka berinsulasi. Salah satu disiplin ilmu yang menentukan arah pembangunan pertanian di masa datang adalah bioteknologi yang titik berat risetnya diarahkan pada bidang prapanen dan pascapanen untuk berbagai komoditi pertanian. Untuk itu, pengembangan inokulan yang terdiri dari beberapa jenis mikroba efektif antara lain bradyrhyzobia, dan mikroba pelarut fosfat dari kompleks Ca-P dan Al-P telah menghasilkan pupuk hayati yang diberi nama
"Rhizoplus ".

Penelitian di bidang industri pertanian juga meliputi rekayasa alat dan mesin pertanian. Hasilnya antara lain adalah : (1) alat tebar benih langsung; (2) alat pembenam urea tablet; (3) alat tanam padi gogo; (4) alat panen; (5) pompa dengan mesin traktor rods dua untuk mengairi jagung, kedelai, kacang hijau dan sayuran; (6) pengering kakao dan pengering biji-bijian; dan (7) grader jeruk. Dalam bidang penelitian tanah dan agroklimat telah dihasilkan antara lain: (1) peta sumber daya tanah dengan skala dari 1: 250.000 sampai 1:50.000; (2) peta kesesuaian lahan untuk berbagai komoditas pertanian; (3) peta arahan pengembangan pertanian; (4) peta kawasan budidaya pertanian untuk mendukung rencana tata ruang daerah tingkat I; (5) peta status hara fosfat dan kalium; (6) peta lahan kritis; (7) teknologi VIII/14

pemupukan meliputi teknik perbaikan efisiensi dan dampak lingkungan penggunaan pupuk nitrogen, teknik menyusun rekomendasi pemupukan fosfat dan kalium spesifik lokasi berdasar uji tanah dan analisis tanaman, serta teknik pengelolaan hara terpadu untuk lahan yang telah

mengalami pelandaian produktivitas; (8) teknologi pengelolaan lahan rawa; dan (9) teknologi konservasi tanah dan air. Dalam bidang kesehatan, selama Repelita VI telah berhasil didapatkan sertifikasi layak pakai formula semi otomatik diagnostik kit hematologi, dibuat rancangan produk kit biokimia darah sebanyak 10 macam, dan ditemukan 20 galur mikroba guna mengembangkan kit diagnostik cepat penyakit demam tifoid. Selain itu, telah dikuasai teknologi produksi Eritromisin sampai skala pilot plant, dan teknologi produksi Sefalosforin melalui proses fermentasi tahap laboratorium. Untuk menurunkan prevalensi penyakit Kaki Gajah telah berhasil diisolasi protein antigen dad klon Brugia malayi yang dapat merangsang terbentuknya antibodi protektif. Disamping itu, telah berhasil dibuat prototipe renograf yang bermanfaat untuk mengetahui kelainan fungsi ginjal dan telah berhasil diujicobakan dengan baik pada beberapa rumah sakit. Dalam bidang energi, kegiatan iptek difokuskan untuk mendukung penyediaan energi dan distribusinya ke seluruh pelosok Nusantara. Kegiatan iptek dalam lima tahun terakhir ini telah menghasilkan proses pembuatan briket batubara, turbin uap berkapasitas 250-500 kVA untuk PLTU Mini, serta prototipe turbin air untuk PLTM dengan kapasitas 25 kVA. Dalam rangka diversifikasi energi telah dikembangkan pembangkit listrik tenaga angin yang telah diujicobakan di Jepara, Lombok, dan Maluku Tengah. Disamping itu, telah dikuasai teknologi PLTS yang telah dimanfaatkan di berbagai propinsi. Selanjutnya untuk mengurangi dampak buangan pembangkit listrik batubara terhadap lingkungan hidup, telah dikuasai teknik produksi bahan bangunan dengan memanfaatkan abu batubara.

VIII/15

Selama Repelita VI aplikasi iptek nuklir dalam berbagai bidang pembangunan terus dilanjutkan. Dalam bidang energi nuklir, telah berhasil dibuat elemen bakar EB U3Og-Al dan EB U3Si-Al. Saat ini elemen bakar nuklir telah mampu diproduksi di dalam negeri. Selain itu, telah mampu diproduksi 10 jenis radioisotop antara lain Mo-99, I-131, Ir-192, dan Zn-65, serta 17 jenis radiofarmaka. Bahan radioisotop dan radiofarmaka tersebut telah dipergunakan untuk berbagai keperluan di industri dan kesehatan, bahkan telah pula diekspor ke berbagai negara antara lain Malaysia, Kanada, dan Republik Rakyat Cina. Di samping itu, telah pula dilepas vaksin Koksivet Supra 95 untuk menanggulangi dampak penyakit koksidiosis polivalen pada ternak ayam. Di bidang industri, khususnya industri otomotif dalam Repelita VI telah berhasil dibuat prototipe dies untuk komponen connecting rod dan crankshaft dengan proses tempa; satu set roda gigi dengan ketelitian tinggi, pembuatan prototipe bushing rod dan dies roda gigi dengan proses serbuk logam, serta berbagai prototipe antara lain dies crank case, blok silinder, dan silinder linier melalui proses penuangan. Selain itu, telah dihasilkan desain mekanik dan kontrol elektronik alat scanning tunnelling microscope (STM). Dalam rangka meningkatkan nilai tambah dan pemanfaatan potensi sumberdaya telah dikembangkan teknik pembuatan kertas dari limbah kelapa sawit, teknologi proses pengolahan buah nangka dan bawang, kultur mikroalgae bergizi tinggi untuk pakan dan pangan, serta diselesaikan desain konstruksi bacterial carrier untuk pengendalian limbah cair agroindustri. Dalam bidang pertahanan keamanan selama empat tahun Repelita VI dilaksanakan berbagai kajian kendaraan tempur yang

VIII/16

menghasilkan antara lain daftar komponen yang mudah aus dan teknologi pembuatannya, dimantapkannya sistem pengawasan dan pengamanan perairan Indonesia, dituntaskannya studi skenario pertahanan, dikuasainya teknologi pembuatan berbagai bahan propelan, dan diselesaikannya konsep optimalisasi Sistem Peperangan Elektronika. Dalam bidang pemetaan dasar dalam empat tahun Repelita VI telah dibangun sebanyak 216 buah stasiun jaring kontrol horizontal, 432 buah stasiun jaring kontrol sipat datar yang mencakup 1.995 km lari, 763 buah stasiun jaring kontrol gaya berat yang mencakup 3.236 km lari, 82 tugu batas, 102 buah stasiun survei geodinamika, dan 1.314 nlp (Tabel VIII-2). Ketersediaan data-data tersebut telah menjadi landasan dalam pembuatan peta tematik yang selanjutnya dimanfaatkan dalam menunjang berbagai kebutuhan pembangunan. b. Program Teknologi

Program Teknologi diarahkan untuk meningkatkan kemampuan teknologi dan rekayasa sebagai pemacu kemampuan melakukan inovasi dan percepatan pembangunan guna mewujudkan kesejahteraan rakyat. Beberapa kegiatan dalam penguasaan teknologi di berbagai bidang yang dilakukan selama Repelita VI adalah sebagai berikut. Dalam bidang pertanian melalui penerapan iptek nuklir telah dihasilkan varietal padi Cilosari yang mempunyai kelebihan berumur pendek, tahan wereng dan berproduksi tinggi. Selain itu ditemukan galur kedelai 157/Psj yang berpotensi produksi tinggi dan tahan penyakit karat. Kedua galur baru ini sudah disiapkan

VIII/17

untuk dapat dilepas ke masyarakat. Sementara itu, telah diuji coba penggunaan urea tablet (45 kg N/ha) disertai penumbuhan Azolla dengan hasil bahwa pemupukan padi menjadi lebih efisien dan mampu menghasilkan gabah kering 6 ton/ha. Dalam bidang kesehatan, telah berhasil dikembangkan 5 (lima) bahan baku obat yaitu Tetrasiklin, Eritromisin, Penisilin, Sefalosforin, dan vitamin B12. Dalam bidang gizi telah berhasil dilaksanakan implantasi zat seng yang dapat menurunkan infeksi dan meningkatkan pertumbuhan balita, diidentifikasi komposisi zat gizi pada 124 jenis makanan, serta dibuat deskripsi 98 jenis makanan mentah dari berbagai daerah di Indonesia. Selain itu, telah berhasil pula dibuat beberapa peralatan kedokteran nuklir antara lain pesawat sinar X untuk alat diagnosa. Dalam bidang peternakan telah berhasil dikembangkan campuran enzim yang dapat dicampurkan dengan ransum ayam, vaksin rekombinan virus newcastle disease, teknik manipulasi sedirainvitro pembiakan ayam yang menghasilkan ayam Kimera. Dalam bidang perikanan, telah berhasil dikembangkan teknik perekayasaan kromosom triploid untuk produksi massal ikan mas. Dalam upaya menguasai teknologi manufaktur dikembangkan rancangan alat pendingin udara dan motor listrik, alat penyerap emisi NOX dan partikulat lainnya. Disamping itu, telah dibuat stepping motor yang merupakan komponen inti dalam sistem otomasi industri, dan berhasil dikembangkan prototipe alat pantau struktur jalan raya dengan teknik tak merusak serta tanpa menghentikan laju arus lalu lintas.

VIII/18

Dalam upaya menguasai teknologi instrumentasi kenukliran telah berhasil dikembangkan komponen kamera gamma yang mencakup pengolah koreksi citra, telesurveymeter, dan sistem kontrol mekanik. Selain itu, telah berhasil dibuat 2 (dua) buah prototipe instrumen reaktor yaitu simulator sistem informasi pintar dan ensor berkecepatan tinggi. Selanjutnya telah berhasil pula dibuat sistem indikator kegagalan operasi yang memungkinkan siklotron bekerja secara rutin. Dalam pengembangan teknologi energi nuklir telah berhasil dikuasai teknologi fabrikasi, peletisasi dan perakitan elemen bakar reaktor riset. Dengan kemampuan ini maka ketergantungan terhadap pasokan bahan bakar nuklir dari luar negeri dapat dikurangi. Selain itu, telah dapat dibuat detektor energi sinar beta rendah, alat pengkalibrasi dosimeter, dan detektor foton Co-60. Dalam upaya lebih memanfaatkan potensi sumber energi baru, telah diuji coba pemanfaatan gambut sebagai bahan bakar industri dan pembangkit listrik tenaga uap di Pekan Baru. Selain upaya diversifikasi sumber energi tersebut, telah dikaji pemanfaatan briket batu bara dalam pembuatan besi baja, uji coba pembuatan kokas dari batubara Ombilin sebagai sumber energi di industri gula, pengecoran, dan kertas. Dalam upaya menyediakan sumber air bagi daerah kepulauan terpencil, sebagai proyek percontohan telah tersedia data sumber daya air di Kepulauan Doang, Sulawesi Selatan. Dalam bidang geologi telah berhasil diperoleh data sesar Sumatera, pegunungan Meratus, Karang Sambung, Banggai, Mentawai, dan Pegunungan Jayawijaya, dan diidentifikasi adanya Melange yang menunjukkan adanya subduksi di berbagai kawasan Indonesia. Selain itu, telah berhasil dibuat zonasi biostratigrafi

VIII/19

pulau Jawa, Kalimantan, Natuna, dan sebagian Kawasan Timur Indonesia. Dalam upaya mitigasi bencana gempa bumi berikutnya, telah dipetakan arah gerakan tanah wilayah labil di Liwa, Lampung. c. Program Ilmu Pengetahuan Terapan

Program ini bertujuan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan terapan melalui pengembangan dan penguasaan ilmu pengetahuan dasar secara lebih meluas serta meningkatkan kegiatan penelitian dan pengembangan baik di lingkungan perguruan tinggi maupun di masyarakat termasuk dunia usaha. Kegiatan yang telah dilakukan dan hasil yang telah dicapai selama Repelita VI di berbagai bidang adalah sebagai berikut ini. Di bidang kesehatan penelitian terus dipacu dan digalakkan untuk mendukung penanggulangan berbagai penyakit masyarakat di Indonesia. Penelitian produksi antibodi monoklonal virus Dengue serotipe-3 telah dilakukan untuk menanggulangi penyakit demam berdarah. Dari penelitian tersebut telah dapat diperoleh antibodi monoklonal Dengue-3, antigen virus Dengue-1, virus Dengue-3, virus Dengue-4, virus JE, dan virus Chikungnya. Penemuan ini membuka peluang untuk pengembangan produksi antibodi Dengue di masa depan. Selain itu telah berhasil diidentifikasi profit plasmid kuman Pseudomonas aeruginosa yang menyebabkan penyakit infeksi nosokomial. Penemuan profil plamid ini sangat penting untuk mengindentifikasi jenis-jenis kuman tersebut.

VIII/20

Aplikasi bioteknologi dalam lima tahun terakhir melalui kultur jaringan telah berhasil membiakan vanili, pisang, dan anggrek. Selain itu, telah pula dimanfaatkan teknik kultur terendam untuk membiakkan bakteri Bacillus thuringiensis yang dapat dimanfaatkan sebagai . bioinsektisida terhadap hama Lepidoptera pada kubis dan sawi. Dalam bidang pupuk hayati telah berhasil ditemukan cendawan Vesicular arbuscular mycorrhiza yang berpotensi untuk menyuburkan lahan marjinal dan lahan bekas pertambangan. Dalam bidang aplikasi matematika maju, telah dikaji pemanfaatan teori fuzzy dan geometri fraktal guna mengolah dan menganalisis citra dijital dari satelit penginderaan jauh. Dalam bidang ilmu proses telah dikaji pembuatan membran untuk osmosa balik yang dapat dimanfaatkan untuk desalinasi air laut. Hasil pengujian menunjukkan karakteristik operasi membran yang lebih baik dari membran yang ada di pasar. Selain itu, telah diteliti konversi asam lemak bebas yang dikandung dalam minyak kelapa sawit menjadi Azelat yang berpotensi sebagai bahan baku nilon. Dataran Indonesia kaya akan berbagai macam ekosistem danau yang kelestarian fungsi lingkungan hidupnya mulai terancam. Untuk itu, telah diidentifikasi vegetasi riparian Danau Tempe, dan dapat ditentukan beban eksternal dan internal. Selain itu, untuk perairan Danau Matano, Towuti, dan Danau Mahalano telah tersedia informasi tentang kandungan logam dan trace organics, produksi perikanan, serta dikaji nilai-nilai konservasi dan ekonomi dari ketiga danau tersebut. Dalam bidang ilmu rekayasa antara lain telah berhasil dikembangkan alat kontrol otomatik untuk robot industri dengan

VIII/21

menggunakan kecerdasan buatan pada perangkat sensor di ujung lengan, dan alat pemaham suara dengan menerapkan teknologi jaringan syaraf (neural network). Dalam upaya menyongsong era industri manufaktur modern, telah berhasil dikembangkan satu unit sistem manufaktur fleksibel mini yang terdiri dari mesin bubut computer numerical control (CNC), sebuah robot gantry, serta pembangkit pulsa laser CO2 berdaya tinggi dan pemanfaatannya untuk pengerasan permukaan baja ferit perlitik. Sementara itu, dalam bidang ilmu bahan telah berhasil dibuat keramik berbasis alumina, keramik berpori, papan partikel dengan perekat semen, papan partikel tahan api, dan sel surya Sn02/Si. d. Program Ilmu Pengetahuan Dasar

Program ilmu pengetahuan dasar bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan baru yang berorientasi pada usaha pengembangan ilmu pengetahuan terapan dan teknologi. Kegiatan yang telah dilakukan selama Repelita VI di berbagai bidang penelitian adalah sebagai berikut. Dalam bidang peternakan, melalui penelitian bioteknologi antara lain telah berhasil dikuasai teknologi produksi embrio secara in vivo dan in vitro untuk sapi potong Brangus serta sapi perah Hongaria. Di bidang kehutanan untuk menunjang upaya pengembangan Hutan Tanaman Industri (HTI) telah dilakukan perbanyakan secara in vitro untuk tanaman-tanaman Acacia mangium, Paraseriantes falcataria, VIII/22

Peronema canescens, Pometia pinnata, dan Shorea spp. Di bidang

pertanian, untuk menunjang upaya peningkatan produksi berbagai hasil pertanian telah dikuasai teknik pembiakan secara in vitro untuk produksi pestisida alami,

teknologi produksi probiotik, serta perbaikan mutu padi melalui rekayasa genetika. Dalam bidang ilmu kedokteran telah berhasil diketahui manfaat ekstrak daun. sirsak dan srikaya sebagai obat penyakit myasis, ekstrak tanaman lobak dan babadotan sebagai bakterisida, dan fraksi biji pepaya sebagai bahan anti penyakit cacing. Di bidang ilmu penyakit ternak telah berhasil dikenali daur hidup penyakit cacing pankreas pada kambing, ketahanan domba terhadap penyakit kudis, serta manfaat arang pada pakan ternak untuk mengurangi residu pestisida lindane di dalam daging dan hati. Dalam bidang ilmu kebumian sampai dengan tahun keempat Repelita VI dalam upaya penemuan fakta dan fenomena geologi Indonesia, antara lain telah diketahui sebagian proses evolusi magma di Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah, serta evolusi tektonik di Sumatra Selatan dan Sulawesi Tenggara. Dalam rangka penyusunan model komprehensif geodinamik di 5 (lima) daerah tektonik prospektif, telah diperoleh data lanjutan tentang geodinamik sesar Sumatera, subduksi dan kompleks akresi Seram, basement continental di Indonesia Timur, perubahan geologi Pulau Seribu, dan Pegunungan Jayawijaya. Di samping itu telah selesai disusun satu paket data primer kebumian yang telah diharmonisasi untuk daerah Garut, Banjar, dan Ciamis di Jawa Barat, dan daerah Mamberamo di Irian Jaya. Dalam rangka pelestarian kekayaan flora VIII/23

Indonesia dilanjutkan kegiatan pelestarian dan pengembangan koleksi flora dataran rendah basah, flora dataran tinggi basah, flora dataran rendah kering, flora dataran tinggi kering, dan flora berpotensi obat.

Sampai dengan tahun keempat Repelita VI telah berhasil ditambah 330 nomor koleksi tumbuhan dataran rendah basah, 92 nomor koleksi tumbuhan dataran tinggi basah, 80 nomor koleksi tumbuhan dataran rendah kering, 80 nomor koleksi tumbuhan dataran tinggi kering, serta data penyebaran 490 nomor tumbuhan berpotensi obat. Penambahan koleksi ini dilengkapi pula dengan data-data ekologi masing-masing tumbuhan guna pengembangan metoda pelestariannya. Di bidang ilmu-ilmu sosial, dalam rangka menemukan fenomena dinamika masyarakat, dilaksanakan penelitian masalahmasalah strategis di bidang politik dan sosial budaya, studi kependudukan dan ketenagakerjaan, serta pengkajian dinamika sosial budaya dan proses industrialisasi. Hasilnya antara lain adalah bertambahnya pengetahuan tentang: persepsi terhadap demokratisasi ekonomi dan politik serta keadilan sosial dari para pengusaha yang bermukim di Yogyakarta, Padang, dan Surabaya; visi dan persepsi aparat birokrasi di tingkat perdesaan terhadap kebijakan massa mengambang khususnya di daerah Manado, Maluku Tengah, dan Dili; perilaku seksual kelompok penduduk berisiko tinggi terhadap penyakit HIV/AIDS; hubungan antara televisi dengan integrasi nasional diukur dengan primordialisme, gaya hidup materialisme, serta kecenderungan perilaku menyimpang khususnya di daerah Medan, Surabaya, dan Ujung Pandang; cara orang muda terutama pelajar SMU memanfaatkan waktu senggangnya guna mengetahui kesiapan generasi ini menghadapi VIII/24

proses industrialisasi; dan pengetahuan tentang lemahnya jaringan kerja, disamping permodalan, merupakan permasalahan bagi pengusaha kecil di Semarang, Surabaya, Samarinda, dan Pontianak.

Selain itu melalui penelitian telah diperoleh pengetahuan tentang: aspek sosial budaya di daerah perbatasan (Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur); kesiapan orang muda dalam hal pendidikan, keterampilan, dan sikap mental menghadapi proses industrialisasi sebagai pelaku pembangunan di masa yang akan datang; etos kerja dan pandangan kultural terhadap kerja dan wirausaha pengusaha kecil khususnya Jawa, Bali, Kalimantan, Sumatera Utara, dan Madura; aspek sosial budaya masyarakat peladang berpindah; perkembangan Bahasa dan kebudayaan masyarakat terasing serta faktor-faktor yang menentukan ciri-ciri dan pola pembahasan sosiokultural dan sosiolinguistik di daerah Maluku; serta tradisi dan potensi masyarakat Melayu di Riau Kepulauan dan Kalimantan Barat. Pengkajian masalah-masalah strategis dalam perkembangan politik dan internasional antara lain telah menghasilkan pengetahuaan tentang : peran sosial politik ABRI dalam Pembangunan Jangka Panjang II; persepsi masyarakat kelas menengah perkotaan Indonesia terhadap arah orientasi politik dan ekonomi; potensi kerjasama antardaerah di wilayah Indonesia; faktor-faktor yang mengancam integrasi nasional; masalahmasalah strategis untuk memahami perubahan regional dan internasional; potensi-potensi konflik dan integrasi di berbagai kawasan dunia; sikap umat terhadap perubahan di sekitarnya; serta orientasi politik dan budaya negara-negara di kawasan Pasifik Selatan baik dalam kerjasama regional maupun internasional. VIII/25

e.

Pengembangan Kelembagaan Iptek

Dalam pelaksanaan pembangunan iptek dalam Repelita VI berbagai kelembagaan riset dan teknologi telah diperkuat dan

berbagai lembaga penelitian dan pengembangan telah ditingkatkan kemampuannya, termasuk di dalamnya peningkatan kemampuan SDM iptek, sarana dan prasarana untuk mendukung pelaksanaan kegiatan riset dan pengembangan, dan pengembangan nilai-nilai iptek sebagai bagian integral pengembangan kelembagaan iptek. 1) Pengembangan Sumber Daya Manusia Iptek Untuk memacu pembangunan iptek terus diupayakan penambahan jumlah SDM yang bermutu dan terampil melalui pendidikan dan pelatihan terutama dalam bidang-bidang yang sangat diperlukan bagi pembangunan. Upaya tersebut dilaksanakan melalui pendidikan dan pelatihan baik di dalam maupun di luar negeri. Pada tahun 1993/94 tenaga peneliti dengan kualifikasi doktor, sarjana, sarjana muda, dan di bawah sarjana muda masing-masing berjumlah 3.811 orang, 49.719 orang, 10.358 orang, dan 6.491 orang. Jumlah tenaga peneliti pada tahun ke empat Repelita VI telah meningkat menjadi 4.305 orang, 51.282 orang dan 11.148 orang masingmasing untuk peneliti dengan kualifikasi doktor, sarjana, dan sarjana muda. Dengan demikian selama lima tahun telah tejadi peningkatan tenaga peneliti sebesar 12,9 persen untuk doktor, 3,1 persen untuk sarjana, dan 7,6 persen untuk sarjana muda. Peningkatan yang cukup besar dalam tenaga peneliti dengan kualifikasi doktor menunjukkan bahwa kemampuan sumber daya manusia peneliti di VIII/26

Indonesia telah meningkat. Pendidikan pascasarjana dalam rangka meningkatkan kemampuan para peneliti dilaksanakan baik di dalam maupun di luar negeri. Dalam tahun 1993/94 jumlah tenaga peneliti Lembaga

Pemerintah Non Departemen (LPND) Ristek (LIPI, LAPAN, BAKOSURTANAL, BATAN, clan BPPT) yang dididik di dalam negeri secara kumulatif tercatat sebanyak 266 doktor, 863 magister dan 2.474 sarjana, serta yang dididik di luar negeri sebanyak 294 doktor, 1.520 magister, dan 302 sarjana. Dalam empat tahun Repelita VI jumlah tersebut meningkat secara kumulatif menjadi 317 doktor, 984 magister, dan 3.300 sarjana yang dihasilkan dari pendidikan dalam negeri, serta 319 doktor, 1.597 magister, dan 626 sarjana yang dihasilkan melalui pendidikan di luar negeri (Tabel VIII-3). Untuk lebih mengintegrasikan kegiatan pendidikan dengan kegiatan penelitian melalui peningkatan mutu penelitian, di jenjang pasca sarjana, telah dilanjutkan pemberian bantuan penelitian yang dilakukan secara kompetitif. Melalui peningkatan jumlah dan kualitas SDM iptek di herbagai bidang, diharapkan akan meningkat pula kemampuan nasional dalam mengembangkan dan menguasai iptek untuk mempercepat pembangunan nasional. Di samping itu, keterkaitan dan kesepadanan dalam pengembangan sumberdaya manusia antarlembaga penelitian, perguruan tinggi, dan industri terus ditingkatkan. Sejak tahun 1994195 telah dilaksanakan Kebijaksanaan Satu Pintu (KSP) untuk lebih meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam pengerahan sumberdaya iptek nasional, menyempurnakan program dan kegiatan penelitian, mendayagunakan peneliti dan fasilitas riset, serta meningkatkan mutu proses dan hasil yang dicapai. VIII/27

Pengembangan dan pemeliharaan kemampuan sumber daya manusia iptek tersebut antara lain ditempuh melalui penyelenggaraan paket-paket penelitian kompetitif yaitu hibah bersaing (HB), riset unggulan terpadu (RUT), dan riset unggulan

kemitraan (RUK). Paket penelitian kompetitif tersebut merupakan mekanisme untuk mendayagunakan sumberdaya iptek dalam kegiatan riset yang waktu, jumlah sumberdaya yang digunakan, dan keluarannya terumuskan secara jelas. Untuk menjamin mutu dan dayaguna hasil, maka setiap usulan diseleksi dan pelaksanaannya dipantau oleh pakar atau panel pakar yang ditunjuk oleh Dewan Riset Nasional. Pada tahun 1993/94 jumlah proposal yang lolos seleksi pada program HB dan RUT masing-masing 227 proposal dan 109 proposal. Pada tahun 1997/98 jumlah proposal penelitian yang lobs seleksi melalui program HB mencapai 688 judul dan program RUT mencapai 627 judul. Dengan demikian, dari tahun 1993/94 sampai dengan tahun 1997/98 jumlah proposal HB yang lobs seleksi meningkat 203 persen dan jumlah proposal RUT yang lobs seleksi meningkat sebesar 475 persen. Hal ini menunjukkan bahwa partisipasi peneliti dalam mengisi paket penelitian kompetitif makin meningkat, yang menunjukkan makin berkembangnya budaya meneliti dalam masyarakat peneliti di Indonesia. Selanjutnya, program RUK yang dimulai tahun 1995/96 juga menunjukkan perkembangan yang berarti, yaitu jumlah proposal meningkat dari 13 proposal pads tahun 1995/96 menjadi 38 proposal pada tahun 1997/98 (Tabel VIII-4). Dengan demikian, walaupun masih terbatas, peranan dunia usaha dalam kegiatan riset telah meningkat. Hasil program RUT yang telah selesai selain telah dipublikasikan dalam berbagai jurnal ilmiah internasional dan nasional, juga beberapa VIII/28

diantaranya telah diterapkan oleh berbagai industri serta telah dipatenkan. Untuk bidang bioteknologi 2 (dua) karya tulis telah dipublikasikan pada jurnal ilmiah internasional dan I (satu) karya tulis pada jurnal ilmiah dalam negeri. Untuk bidang bioteknologi tanaman pangan di antaranya 1 (satu) prototipe telah

diterapkan pada industri dan dipatenkan. Untuk bidang teknologi proses, selain 4 (empat) karya tulis telah dipublikasikan dalam jurnal ilmiah internasional, juga beberapa hasil penelitiannya telah diterapkan oleh 3 (tiga) industri dan dipatenkan. Untuk bidang material baru hasilnya telah dibahas dalam sebuah seminar ilmiah internasional dan 2 (dua) seminar ilmiah nasional, dipublikasikan dalam sebuah majalah internasional, serta diterapkan oleli 3 industri dan 1 buah telah dipatenkan. Untuk bidang mikroelektronika hasilnya telah dipublikasikan dalam majalah ilmiah nasional dan juga telah menghasilkan sebuah perangkat lunak. Begitu pula untuk bidang ilmu kebumian dan ilmu-ilmu sosial hasilnya masingmasing telah dipublikasikan dalam majalah ilmiah internasional serta beberapa diantaranya telah diterapkan oleh industri. Selain itu sampai dengan tahun keempat Repelita VI pembinaan peneliti pemula baik dari perguruan tinggi negeri (PTN) maupun dari perguruan tinggi swasta (PTS) telah dilaksanakan melalui program penelitian dari berbagai bidang ilmu. Khusus bidang ilmu kedokteran, misalnya, telah berhasil membina sekitar 200 orang peneliti dan teknisi yang berasal dari 17 fakultas kedokteran PTN seluruh Indonesia melalui pelaksanaan 67 judul penelitian. Daiam meningkatkan kualitas SDM di bidang nuklir, telah dilakukan kegiatan pendidikan teknisi bidang nuklir. Kegiatan pendidikan teknisi nuklir tersebut dilaksanakan atas kerjasama dengan PTN dan dimaksudkan untuk menyediakan tenaga siap pakai baik sebagai operator instalasi-instalasi nuklir maupun sebagai teknisi laboratorium nuklir. Pada tahun 1997/98 pendidikan ahli teknik nuklir telah menghasilkan 1 (satu) orang diploma I, 1 (satu) orang diploma II, dan 43 orang diploma III yang tersebar di bidang teknofisika dan teknokimia.

VIII/29

2)

Pembangunan Prasarana Penelitian

Untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas kegiatan penelitian dan pengembangan iptek dalam Repelita VI diupayakan untuk meningkatkan jumlah, jenis, ragam dan kualitas prasarana dan sarana iptek secara bertahap dan sesuai dengan kebutuhan. Di bidang penelitian nuklir, prasarana penelitian yang telah dioperasikan antara lain adalah mesin berkas elektron (electron beam machine, EBM) berkekuatan 300 kilo elektronVolt untuk mendukung berbagai penelitian iradiasi; laboratorium kultur sel darah dan laboratorium pencitraan guna mendukung penelitian iptek kedokteran nuklir; dan peningkatan kapasitas reaktor penelitian nuklir di Bandung. Di bidang permesinan telah dibangun laboratorium piston engine di Puspiptek Serpong untuk membantu pengembangan produk mesin, dan pengurangan masalah polusi asap buang. Laboratorium ini diharapkan dapat menunjang pembangunan industri mobil nasional, serta menunjang kebijaksanaan Pemerintah di bidang otomotif. Prasarana dan sarana penelitian lainnya yang dibangun di PUSPIPTEK Serpong antara lain adalah laboratorium fisika terapan, kimia terapan, polimer, motor bakar, laboratorium metalurgi, laboratorium kalibrasi, instrumentasi, dan metrologi, laboratorium sumber daya energi, laboratorium aerogasdinamika dan getaran. Prasarana VIII/30 laboratorium bioteknologi industri

yang berlokasi di PUSPIPTEK Serpong telah mulai beroperasi penuh sejak tahun 1996/97. Sarana ini antara lain mencakup fasilitas produksi skala

laboratorium untuk Eritromisin dengan fermentasi 2.000 liter, Penisilin dengan fermentasi 400 liter, Tetrasiklin dengan fermentasi 400 liter, dan Sefalosforin volume fermentasi 50 liter.

volume volume volume dengan

Pembangunan fisik dan kelengkapan peralatan laboratorium biologi molekuler Eijkman yang berlokasi RSCM - Jakarta telah dilanjutkan. Karena kelengkapan peralatan dan prestasi ilmiah tenaga ahlinya, laboratorium ini telah berhasil menjadi salah satu simpul jaringan penelitian biomolekuler dunia khususnya di bidang malaria, tuberkulosis dan penyakit demam berdarah. Laboratorium ini juga telah tergabung dalam salah satu jaringan penelitian genetik manusia seluruh dunia (human genom). Selanjutnya, telah dibangun berbagai laboratorium di berbagai tempat seperti Bioteknologi di Cibinong; laboratorium kelautan di Ambon; rumah kaca di Kebun Raya Bogor, Purwodadi dan Bali; serta laboratorium proses kimia, rekayasa mekanik dan teknologi pangan di Lampung. Di
Indonesian

bidang sistem

informasi telah dibangun

sebagai wahana bagi kegiatan penguasaan teknologi komputer dan pusat komputasi berkecepatan tinggi. 3) Penyebaran dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dan pemasyarakatan iptek VIII/31

National Super Computer Research Centre,

Penyebaran

bertujuan untuk membentuk budaya iptek, meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam pengembangan dan penguasaan iptek, serta

memberi kesempatan kepada masyarakat untuk memanfaatkan hasil-hasil penelitian dan pengembangan yang tersedia. Berbagai kegiatan telah dilakukan untuk menyebarkan dan memasyarakatkan iptek. Kegiatan tersebut antara lain mencakup pembinaan kelembagaan profesi ilmiah, peningkatan penyebaran iptek di berbagai media massa, seminar, dan pameran. Kegiatankegiatan tersebut diharapkan dapat meningkatkan pemahaman iptek di masyarakat. Keluaran penelitian yang dihasilkan dalam Repelita VI telah dipamerkan di Museum Kebangkitan Nasional, serta pada pameran riset dan teknologi yang bertempat di Arena Pekan Raya Jakarta. Selain itu, Pusat Peragaan Iptek di Taman Mini Indonesia Indah telah berkembang menjadi sarana pemasyarakatan dan pembudayaan iptek yang efektif bagi masyarakat luas. Untuk meningkatkan kesadaran ilmiah dan menumbuhkan rasa ingin tahu di kalangan remaja telah dilaksanakan kegiatan lomba karya ilmiah remaja yang mencakup bidang ilmu pengetahuan sosial dan kemanusiaan (IPSK), bidang ilmu pengetahuan alam (IPA), dan bidang teknologi yang penyelenggaraan kegiatannya telah berhasil menarik minat para remaja. Sampai tahun keempat Repelita VI, melalui kegiatan tersebut antara lain telah berhasil dilaksanakan pemilihan peneliti remaja terbaik di bidang IPSK, IPA, dan teknologi; dan peneliti muda di bidang IPSK, VIII/32

IPA, teknik dan rekayasa, serta kedokteran. Untuk mendukung upaya penyebarluasan informasi iptek, dalam Repelita VI terus ditingkatkan kualitas dan jenis pelayanan jasa Pusat Data Informasi Ilmiah-Lembaga Ilmu Pengetahuan

Indonesia (PDII-LIPI), antara lain dengan pengembangan simpul baru sistem dokumentasi dan informasi, pengembangan jasa penelusuran informasi, konsultasi dan penyediaan informasi ilmiah berupa jurnal, majalah dan buku ilmiah. Selain itu, sedang dikembangkan berbagai jaringan informasi antara lain, Iptek Net, Jaringan Informasi Keanekaragaman Hayati, Jaringan Informasi Kelautan, dan Bursa T'eknologi. Kegiatan-kegiatan tersebut diharapkan akan mendorong terciptanya iklim ilmiah dan budaya iptek dalam masyarakat, dan meningkatnya akses masyarakat terhadap informasi iptek. Untuk mendukung industri usaha kecil dan menengah, telah dilakukan pelayanan teknis guna memperkuat penguasaan teknologi. Kegiatannya dilakukan bersama-sama dengan lembaga penelitian perguruan tinggi, dan badan usaha. Bentuk-bentuk pelayanan teknis yang telah dilakukan mencakup konsultasi dan bimbingan teknologi, perawatan mesin, pelatihan karyawan dan magang. C. KELAUTAN DAN KEDIRGANTARAAN Kebijaksanaan, dan Program

1. Sasaran, Repelita VI

Berbagai sasaran pembangunan kelautan dalam PJP II secara bertahap dilaksanakan mulai dengan Repelita VI, dengan titik berat pada penguatan, pendalaman, peningkatan, perluasan, dan penyebaran industri dan usaha kelautan keseluruh VIII/33

wilayah

Indonesia.

Dalam Repelita VI sasaran produksi penangkapan dan budi daya perikanan taut adalah 3,4 juta ton per tahun atau rata-rata pertumbuhan sebesar 5,2 persen per tahun, dengan pemanfaatan potensi lestari sumber daya perikanan sebesar 45 persen; meningkatnya penerimaan devisa sebesar US$ 8,9 miliar dari perkiraan jumlah kunjungan wisatawan asing sebanyak 6,5 juta orang per tahun atau pertumbuhan rata-rata 12,9 persen per tahun; meningkatnya kemampuan produksi industri galangan kapal khususnya di kawasan timur Indonesia sampai 10 ribu DWT, dan meningkatnya kemampuan rancang bangun dan perekayasaan, serta industri komponen penunjangnya; meningkatnya kemampuan fasilitas industri perkapalan sampai 100 ribu DWT dengan tingkat pemakaian bahan baku dan komponen lokal mencapai 80 persen di kawasan barat Indonesia;; meningkatnya kemampuan industri bangunan lepas pantai, rancang bangun dan perekayasaan serta pengembangan industri penunjangnya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan untuk kebutuhan ekspor; meningkatnya kemampuan produksi anjungan dengan kedalaman mencapai 300 meter; diselesaikannya peta batas wilayah perairan Indonesia di Zona Ekonomi Eksklusif dan peta landas kontinen untuk mewujudkan kedaulatan atas wilayah perairan Indonesia dan yurisdiksi nasional; dan dalam rangka mendayagunakan dan memanfaatkan sumber daya kelautan, dalam Repelita VI seluruh data dan informasi kelautan ditingkatkan ketersediaannya dan dipadukan dalam suatu jaringan sistem informasi geografis kelautan. VIII/34

Atas dasar sasaran dan kebijaksanaan seperti dikemukakan di atas, maka program pembangunan kelautan dalam Repelita VI terdiri atas: (1) inventarisasi dan evaluasi potensi laut; (2) pengembangan industri kelautan; dan (3) pemanfaatan sumber daya kelautan.

Sasaran pembangunan kedirgantaraan pada Repelita VI dalam rangka penegakan kedaulatan adalah terwujudnya penyempurnaan kelembagaan kedirgantaraan nasional, tersusunnya konsepsi kedirgantaraan nasional, tersusunnya peraturan perundang-undangan kedirgantaran nasional, berhasilnya perjuangan di forum internasional tentang GSO, dan diratifikasinya berbagai konvensi internasional. Selanjutnya, sasaran pengembangan teknologi kedirgantaraan pada Repelita VI adalah meningkatnya penguasaan teknologi kedirgantaraan;. berkembangnya rekayasa dan produksi konfigurasi pesawat terbang dengan kapasitas 50-80 orang dengan kecepatan transonik dan menggunakan teknologi fly-by-wire untuk keperluan pemenuhan kebutuhan dalam negeri maupun ekspor; meningkatnya kemampuan produksi pesawat terbang dan helikopter untuk kepentingan sipil dan militer, disertai dengan meluasnya pemasaran, dan secara bertahap mengembangkan pesawat angkut 130 penumpang dengan kecepatan transonik dan helikopter 30 penumpang dengan kecepatan subsonik; dan berkembangnya satelit navigasi dan komponen satelit dari jenis LEO (Low Earth Orbit) sebagai sistem satelit navigasi yang dapat mengendalikan informasi landasan terbang pada sistem transportasi udara. Dalam rangka pengembangan jasa penginderaan jauh, sasaran dalam Repelita VI adalah terwujudnya pelayanan informasi inderaja nasional bagi para pengguna, meningkatnya kemampuan mengolah data multimisi dan sistem informasi geografis, serta meningkatnya kemampuan rancang bangun sistem

pengolah data, terbentuknya jaringan penginderaan jauh antarpengguna; dan

VIII/35

tersedianya agen penyedia jasa yang mampu melayani kebutuhan nasional, dengan peningkatan sentra kegiatan penginderaan jauh yang memadai; tersedianya peta dasar rupa bumi berbagai skala, dan meningkatnya kemampuan nasional untuk mendukung sistem navigasi agar mampu memberikan jasa pelayanan kedirgantaraan. Sasaran dalam pemanfaatan angin dan sinar matahari sebagai sumber.energi dalam Repelita VI adalah terpenuhinya peta angin dan peta insolasi (radiasi matahari), berkembangnya industri yang membuat perangkat keras dan lunak bagi pengembangan energi angin dan surya, dan meningkatnya kemampuan stasiun bumi satelit cuaca. Sasaran seianjutnya adalah berhasil dirumuskannya pola pemanfaatan ruang dirgantara nasional. Atas dasar sasaran tersebut, kebijaksanaan pembangunan kedirgantaraan dalam Repelita VI disusun untuk menegakkan kedaulatan atas wilayah dirgantara nasional; mengembangkan potensi industri dirgantara; mencukupi kebutuhan transportasi udara dan menjamin keselamatan penerbangan serta kelestarian fungsi dirgantara. Berdasarkan sasaran dan kebijaksanaan pembangunan kedirgantaraan tersebut, program kedirgantaraan pada Repelita VI terdiri atas: (1) pengembangan industri dirgantara; (2) penyediaan jasa kedirgantaraan; (3) pemanfaatan teknologi dirgantara; dan (4) pembinaan kedirgantaraan. VIII/36

2.

Pelaksanaan dan Hasil Pembangunan Tahun Keempat Repelita VI a. Kelautan

1) Program Inventarisasi dan Evaluasi Potensi Laut Program inventarisasi dan evaluasi potensi laut bertujuan untuk memperoleh data dasar kelautan, pembuatan peta laut nasional, jumlah cadangan potensi sumber daya alam, serta untuk mengadakan evaluasi kemampuan daya dukung lingkungan laut. Kegiatan inventarisasi dan evaluasi potensi laut dalam Repelita VI meliputi upaya untuk memperoleh antara lain data dasar geologi, geofisika, oseanografi, peta laut, lokasi dan potensi ikan, keanekaragaman potensi kekayaan biota laut, serta pelestarian lingkungan laut dan memadukannya dalam jaringan sistem informasi geografi kelautan. Berbagai kegiatan dan hasilnya adalah sebagai berikut. Kegiatan survei dan pemetaan laut sejak tahun 1993/94 sampai dengan tahun 1997/98 telah menghasilkan 95 nlp lingkungan pantai Indonesia (LPI) dengan skala 1:50.000 dan 25 nlp LPI skala 1 : 250.000 untuk sebagian wilayah Sulawesi Utara, Sumatera Selatan, Maluku, Irian Jaya, Jawa Timur, Kalimantan Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.

Selanjutnya, untuk mengetahui data tentang potensi sumber daya perikanan di wilayah pesisir, karakteristik ekosistem, tata guna lahan wilayah pesisir, informasi cuaca dan variasi iklim, serta

VIII/37

geodinamika wilayah pesisir telah dilakukan survei terpadu di perairan-perairan Bangka di Sumatera Selatan, Madura-Kangean di Jawa Timur, Bali Timur di Bali, Lombok Barat di Nusa Tenggara Barat, Samarinda-Sangkulirang di Kalimantan Timur, ManadoKarake di Sulawesi Utara, Kupang di NTT, Majene-Ujung Pandang di Sulawesi Selatan, serta Biak di Irian Jaya. Hasil survei terpadu tersebut telah menghasilkan 55 nlp potensi perikanan skala 1:50.000, 4 n1p ekosistem pesisir skala 1:50.000, 60 n1p iklim wilayah pesisir skala 1:50.000, dan 95 nlp geodinamika wilayah pesisir skala 1:50.000, dan 98 nlp tata guna lahan wilayah pesisir skala 1:250.000. Peta-peta tematik tersebut menjadi dasar untuk penyusunan rencana fisik tata ruang wilayah pesisir dan laut di 10 propinsi. Selain itu, telah dilaksanakan survei datum bersama Indonesia dan Australia di celah Timor guna menentukan parameter transformasi antara datum Indonesia dan datum Australia. Untuk mendukung kegiatan pemetaan kelautan

VIII/38

telah dilakukan pemasangan stasiun pengamatan pasang surut laut sebanyak 7 (tujuh) buah masing-masing di Ende di NTT, Pemangkat di Sumatera Utara, Jayapura dan Sorong di Irian Jaya, Batam di Riau, Muntok di Sumatera Selatan, dan Tarakan di Kalimantan Timur. Dalam upaya penetapan batas wilayah perairan Indonesia dan ZEE untuk diserahkan ke PBB sebagai acuan penegakan kedaulatan dan yurisdiksi nasional untuk pendayagunaan dan pemanfaatan fungsi wilayah laut nasional, telah dilaksanakan pembuatan peta garis pangkal, peta ZEE, dan peta landas kontinen. Sampai dengan tahun 1997/98, kegiatan ini telah berhasil menyelesaikan survei batimeri untuk wilayah laut terluar Selatan Jawa Barat;

pemutakhiran titik-titik pangkal di Selatan Pulau Jawa, Barat Pulau Sumatera, dan Selat Malaka yang akan digunakan sebagai dasar penetapan garis pangkal. Untuk menunjang kegiatan ini telah selesai dibangun 6 (enam) stasiun pasang surut berlokasi di Lhokseumawe di Aceh, Sekupang di Riau, Bengkulu, Pelabuhan Ratu di Jawa Barat, Kalianget di Jawa Timur, dan Pentoloan di Sulawesi Tengah; serta telah beroperasi 6 (enam) stasiun Digital Global Positioning System (DGPS) yaitu di Medan, Jakarta, Denpasar, Menado, Kupang, dan Biak. Selanjutnya, telah dimulai pemetaan dijital Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) wilayah Barat yang mencakup Selat Sunda, dan sebagian laut Cina Selatan. Dalam kegiatan survei dan pemetaan untuk menunjang pertambangan dan energi telah dilakukan pemetaan geologi dasar laut bersistem skala 1:250.000. Sampai dengan tahun 1997/98 telah berhasil diselesaikan 25 lembar peta berbagai lokasi antara lain perairan-perairan Selat Sunda, Selat Gaspar, Riau Kepulauan, Bangka Utara, Singkep, Selat Bangka, dan Tanjung Cina di Lampung. Sedangkan melalui kegiatan penyelidikan geologi kelautan regional skala 1: 1.000.000, telah diselesaikan penyelidikan 6 (enam) lokasi yang meliputi perairan-perairan Kepulauan Aru, Laut Sawu, Kepulauan Banggai, Laut Banda di Maluku, serta Selat Makassar dan Sangihe Talaud di Sulawesi Utara. Dalam penyelidikan gaya berat dasar taut telah diselesaikan di 2 (dua) lokasi yaitu

perairan Gunung Muria di Jawa Tengah, dan perairan Cirebon di Jawa Barat. Selain itu, dalam penelitian aspek geologi dan geofisika kelautan telah diselesaikan 3 (tiga) lokasi yaitu perairan Kepulauan Aru di Maluku, perairan Tetuk Semangko di Lampung, dan Selat Bangka di Sumatera Selatan.

VIII/39

Melalui kegiatan penyelidikan geologi wilayah pantai telah diselesaikan 9 (sembilan) lokasi antara lain yaitu Pulau Gayam, perairan Bluto, Pulau Sapudi di Madura dan Asem Bagus di Propinsi Jawa Timur, Celukan Bawang dan Yehsanih di Propinsi Bali, pantai Laut Banda di Propinsi Maluku, Teluk Jakarta di Propinsi DKI, Pulau Bai di Propinsi Bengkulu, perairan Pontianak di Propinsi Kalimantan Barat, serta perairan Kalimantan Tengah. Dalam rangka pengumpulan data tentang potensi kekayaan keragaman hayati laut, telah dilaksanakan inventarisasi ikan hias dan ekspedisi kelautan yang menghasilkan data sebaran jenis biota dan kondisi perairannya di Pulau Weh di Aceh, Pulau Nias di Sumatera Utara, Pulau Siberut di Sumatera Barat, Pulau Rinca di Flores, Pulau Derawan di Kalimantan Timur, perairan Riau Kepulauan, Bengkulu dan Lampung. Di samping itu telah dilakukan pula ekspedisi kelautan di Pulau Moyo yang melibatkan berbagai instansi terkait yang bergerak dalam bidang kelautan serta memanfaatkan fasilitas kapal riset Baruna Jaya. Ekspedisi kelautan selanjutnya dilakukan di Kepulauan Takabonerate dan Kepulauan Pangkajene di Propinsi Sulawesi Selatan, serta di kawasan Laut Cina Selatan dan Laut Natuna sebagai data dasar untuk pembangunan anjungan lepas pantai kawasan tersebut. Selain itu, telah dilakukan survei massa air untuk mengkaji produktivitas di perairan Pasifik. Dalam rangka pengembangan pariwisata bahari VIII/40

telah dilakukan penelitian kualitas dan sifatsifat oseanologi yang meliputi fauna, flora serta kualitas air laut termasuk kondisi lingkungannya di perairan Togian, Kabupaten Poso di Propinsi

Sulawesi Tengah, Kepulauan Riau, perairan Enggano di Bengkulu, Pulau Toroa dan Uhiwa di Tual, Maluku. Kegiatan kelautan yang penting pula adalah pelestarian fungsi lingkungan dan penataan ruang laut. Kegiatan ini dimaksudkan sebagai upaya untuk mengatur secara seimbang kepentingan semua pihak dalam memanfaatkan sumberdaya laut dan pesisir secara optimal. Untuk itu, telah dilaksanakan kegiatan pemantauan tingkat pencemaran laut di muara Porong dan Kali Mas di Surabaya, pemantauan kestabilan karakteristik kandungan nitrogen di muara sungai di Teluk Jakarta, pengaruh tingkat keracunan Kadmium dan Fenol terhadap benih ikan kakap dan udang windu, serta pemantauan distribusi Red Tide kondisi pencemaran laut di perairan Teluk Jakarta, Lampung, Balikpapan, Ujung Pandang dan Kupang. Selanjutnya, untuk mengetahui tingkat pencemaran laut dari kadar pestisida, nitrit, minyak dan oksigen terlarut serta pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman bakau yang berasal dari muara sungai, telah diteliti kualitas air muara sungai Siak, Riau. Khusus untuk pencemaran dari senyawa nitrogen dari muara sungai telah diteliti pengaruhnya di perairan Ujung Kulon dan Teluk Jakarta. Selain itu telah dievaluasi kualitas perairan wilayah pesisir Utara Jawa Barat, perairan sekitar Tual, Maluku, delta Mahakam di Kalimantan Timur, serta perairan Teluk Waworada di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Selain itu, telah diteliti bioindikator untuk VIII/41

mengukur tingkat pencemaran di perairan pesisir dan laut. Dalam upaya menanggulangi erosi dan abrasi pantai telah diteliti proses serta prediksi dinamika pantai dari Mempawah hingga Pemangkat,

Kalimantan Barat, dan dibuat model simulasi perubahan garis pantai di Pekalongan, Jawa Tengah. Dalam upaya pengendalian pencemaran lingkungan pelabuhan laut dan pantai wisata, telah diidentifikasi beban pencemaran di pelabuhan Tanjung Priok dan Pantai Kuta. Selain itu, telah dirumuskan konsep pengelolaan dan pengendalian pencemaran di lingkungan pelabuhan laut, pantai wisata, serta pencemaran laut akibat tumpahan minyak. Selanjutnya, secara bertahap telah dilengkapi data dasar perairan dan pemetaan kepekaan lingkungan pesisir dan laut di daerah yang rawan terhadap pencemaran minyak, terutama di perairan Riau, perairan Kalimantan, serta perairan selat Lombok. Dalam upaya pengelolaan kelestarian terumbu karang, telah dibuat kriteria penentuan standar kerusakan terumbu karang serta struktur komunitas dari biota yang berasosiasi dalam terumbu karang. Keberadaan terumbu karang tidak saja menyimpan potensi sumberdaya tetapi juga telah merekam gejala perubahan alam seperti gempa bumi dan perubahan iklim yang terjadi di masa lalu. Penelitian yang dilakukan di kepulauan Mentawai, Sumatera Barat telah mengungkap penemuan baru mengenai sejarah gempa-gempa besar yang pernah terjadi di wilayah tersebut. Sedangkan penelitian lainnya yang dilaksanakan mulai dari Kepulauan Seribu sampai kawasan Timur Indonesia telah mengungkapkan sejarah perubahan iklim masa lalu di Indonesia. Hasil-hasil ini penting untuk menjadi masukan di dalam mitigasi bencana alam. VIII/42

Dalam upaya untuk mengidentifikasi dampak pemanasan global terhadap wilayah pesisir telah dilaksanakan studi interaksi antara gelombang dengan arus dan gerakan sedimen di perairan utara pulau Jawa. Selain itu, telah diterbitkan Atlas Tematik Oseanografi Teluk Jakarta yang berisi informasi tentang kondisi

oseanografi, sebaran suhu, salinitas dan zat hara, sebaran khlorofil dan volume plankton, komposisi dan jenis sebaran lamun, mangrove dan terumbu karang, dan fauna moluska. Selanjutnya, telah diterbitkan buku tentang Pengelolaan Keanekaragaman Hayati Pesisir dan Laut Secara Terpadu yang berisi informasi tentang status, nilai ekonomi, permasalahan serta saran kebijaksanaan dalam pengelolaan habitat mangrove, terumbu karang, lamun, lahan basah, estuarine, perikanan, serta habitat penting lainnya di Indonesia. 2) Program Pengembangan Industri Kelautan Program pengembangan industri kelautan bertujuan untuk meningkatkan nilai ekspor hasil industri kelautan dan untuk memperluas kesempatan berusaha dan lapangan kerja guna meningkatkan pendapatan masyarakat dan menunjang pertumbuhan sektor ekonomi lainnya. Dalam bidang perikanan laut, tingkat produksi penangkapan dan budidaya perikanan laut pada tahun 1993 mencapai 2,9 juta ton. Pada tahun 1997 produksi perikanan laut meningkat menjadi 3,7 juta ton, melebihi sasaran Repelita VI sebesar 3,4 juta ton. Dalam bidang pariwisata sejak tahun 1993/94 sampai dengan 1997/98 terjadi kunjungan wisatawan

VIII/43

asing rata-rata sebanyak 4,7 juta orang per tahun. Sebagian besar wisatawan asing tersebut tertarik ke Indonesia karena kekayaan dan keindahan laut, kepulauan serta pantainya. Pada tahun 1996/97 jumlah wisatawan tersebut mencapai 5,067 juta orang, dan pada tahun 1997/98 diperkirakan juga sekitar 5 juta orang.

Dalam bidang industri perkapalan, jumlah galangan kapal meningkat dari 185 galangan pada tahun 1993/94 menjadi 223 galangan kapal baru pada tahun 1997/98 dengan kapasitas terpasang untuk pembangunan. kapal baru adalah 140.000 DWT/tahun. Sedangkan dalam bidang konstruksi dan bangunan lepas pantai tercatat sebanyak 19 industri konstruksi dan bangunan tepas pantai, dengan kapasitas terpasang 37.000 ton/tahun. Industri ini telah mampu menguasai perancangan, rekayasa dan manufaktur dari berbagai jenis dan ukuran struktur seperti jacket, dek, dan anjungan tempat tinggal sampai kedalaman laut 300 meter. Dengan demikian, sasaran Repelita VI, antara lain kemampuan fasilitas sebesar 100 ribu DWT telah tercapai. Untuk memenuhi kebutuhan industri perkapalan serta mempercepat proses alih teknologi di bidang kelautan, telah dikembangkan laboratorium hidrodinamika. Kegiatan yang telah dilakukan antara lain adalah pembuatan desain dan pengujian model bangunan kelautan seperti pengujian type fixedoffshore platform, pengujian model stabilizer kapal, dan pengujian berbagai tipe propeler. Industri penunjang maritim ini telah turnbuh bersamaan dengan program pembangunan kapalkapal standar seperti Caraka Jaya 3.000-3.500 DWT, kapal patroli cepat 57 meter dan 27 meter serta kapal lainnya. Hasil produksi industri penunjang ini antara lain plat baja, cat kapal, propeler, pompa, peralatan dek, jangkar, rantai jangkar, main switch board, radio telekomunikasi, hatch cover, VIII/44

generator, dan mesin kapal. Produksi minyak bumi yang berasal dari sumur lepas pantai mencapai sekitar 35% dari seluruh produksi nasional, sedangkan

gas alam telah ditambang dari perairan pantai utara Jawa Barat, Arun di Aceh, Bontang di Kalimantan Timur, sekitar Madura dan laut utara pulau Bali dan Lombok. Dari data geologi kelautan, telah diketahui bahwa di Indonesia masih terdapat 40 cekungan yang potensial mengandung minyak dan gas bumi. Dari jumlah cekungan ini, 10 cekungan telah diteliti dengan intensif, 11 cekungan baru diteliti sebagian, sedangkan sisanya belum diteliti. Dari jumlah cekungan itu, diperkirakan dapat menghasilkan 106,2 milyar barel, namun baru 16,7 milyar barel yang diketahui dengan pasti, dengan 7,5 milyar barel diantaranya telah dieksploitasi. Cadangan minyak yang belum terjamah dan diteliti adalah 89,5 milyar barel, dimana 57,3 milyar barel terkandung di lepas pantai. 3) Program Pemanfaatan Sumber Daya Kelautan Program pemanfaatan sumber daya kelautan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan nasional dalam mendayagunakan dan memanfaatkan potensi kekayaari laut Nusantara. Berbagai kegiatan dalam Repelita VI adalah sebagai berikut. Dalam rangka peningkatan kemampuan untuk memanfaatkan, mengembangkan dan menguasai iptek kelautan telah dilakukan berbagai upaya untuk mendayagunakan potensi kelautan, khususnya mengetahui manfaat dari potensi biota laut. Telah dilaksanakan penelitian teknik budidaya rajungan, VIII/45

teknik pemeliharaan anak kerang mutiara serta jenis-jenis kerang bernilai ekonomis penting penghuni muara sungai, pemeliharaan ikan Kerapu Lumpur (Epinephelus suillus), reproduksi dan pembenihan teripang secara alamiah, prospek perikanan Sidat (Anguilla, sp), b u d i d a y a a l g a e b e r s e l t u n g g a l , penelitian teknik budaya

mikroalgae, teknik reproduksi dan pemeliharaan anakan kima, serta siklus teripang secara alamiah. Selain itu, telah diteliti kisaran baku kelipatan, komposisi dan sebaran plankton di perairan pulau Bali, Riau Kepulauan, perairan Teluk Piru, Seram Barat, dan perairan Morotai bagian Selatan di Maluku, serta perairan pesisir Jayapura di Irian Jaya, dan telah diteliti pula fenomena mikroalgae beracun. Dalam upaya memenuhi kebutuhan energi melalui pemanfaatan energi gelombang laut, telah dilaksanakan penelitian rancang bangun konversi tenaga gelombang dalam bentuk energi potensial dalam proses pembangkitan listrik di pantai Gunung Kidul, Yogyakarta. Untuk membantu perencanaan tata letak pelabuhan serta bangunan lepas pantai, telah dilakukan pengujian gelombang pantai, penelitian pendangkalan alur lintas kapal, dan peramalan serta pengaruh tsunami pada pantai dan bangunan pantai, dan pemanfaatan terumbu karang buatan untuk perlindungan pantai. Demikian pula, telah diidentifikasi dampak kenaikan paras taut global terhadap ekosistem perairan darat wilayah pesisir serta upaya penanggulangannya. Dalam rangka pemanfaatan sumberdaya laut secara berkelanjutan, telah berhasil ditemukan teknologi produksi benih Lola (Trochus nilotius) sebagai alternatif pemulihan sediaan alami di Kepulauan Aru, Banda dan Lease di propinsi Maluku. Selanjutnya, telah diteliti pula pemanfaatan rumput laut sebagai sumber Alginat untuk industri tekstil dan telah berhasil dilakukan isolasi senyawa antitumor pada rumput laut yang dihasilkan dari pesisir pantai VIII/46

Sulawesi Utara. Dalam upaya mendukung pengembangan penelitian bidang kelautan, telah dimulai kegiatan pembangunan stasiun kelautan di

Lombok, Nusa Tenggara Barat, serta dilengkapi fasilitas stasiun kelautan di Pulau Pari di Kepulauan Seribu, Tual di Maluku, Bitung di Sulawesi Utara, dan diselesaikan pembangunan stasiun oseanografi di Biak Irian Jaya. Dalam upaya melestarikan ekosistem terumbu karang telah dikembangkan jaringan pemantauan terumbu karang secara nasional, serta pelatihan selam dan metodologi penelitian kondisi terumbu karang secara terintegrasi. Untuk itu, telah dilatih sebanyak 140 orang tenaga profesional survei bawah laut, masingmasing sebanyak 36 orang di Manado, 28 orang di Ambon,.29 orang di Mataram, 22 orang di Surabaya, dan 25 orang di P. Pari Jakarta. Metodologi yang dikembangkan dalam pelatihan tersebut telah diterapkan mulai tahun 1994/95 di kepulauan Karimun Jawa di Jawa Tengah, Pulau Pari di kepulauan Seribu, dan perairan Bakauheni di Lampung, serta terus disempurnakan yang hasilnya akan diterapkan secara nasional. Untuk ekosistem mangrove, dilaksanakan survei penentuan status ekosistem mangrove dalam kawasan Suaka Margasatwa Sembilang di Sumatera Selatan, dan kawasan Teluk Bintuni di Irian Jaya, serta kawasan Suaka Margasatwa di Pulau Komodo. Sementara itu, untuk mengetahui peran ekosistem estuaria sebagai tempat asuhan bagi udang dan ikan, dilaksanakan survei di muara sungai Musi Banyuasin. Untuk mengetahui pencemaran lingkungan di pesisir pantai, ditelaah penggunaan Foraminifera sebagai bioindikator pencemaran. Dalam rangka mendukung kegiatan

inventaris.asi dan evaluasi potensi laut tersebut di atas telah dioperasikan kapal riset baru yaitu Baruna Jaya IV yang akan digunakan khusus untuk kegiatan

VIII/47

inventarisasi sumberdaya perikanan. Keberadaaan kapal ini akan melengkapi armada kapal riset Baruna Jaya I untuk oseanografi, Baruna Jaya II untuk hidrografi, dan kapal penelitian serba-guna Baruna Jaya III. Dalam rangka meningkatkan mutu industri perkapalan dalam negeri, telah dilakukan pengujian kekuatan komponen-komponen kapal laut yang diproduksi dalam negeri seperti rantai dan jangkar, serta pengukuran kekuatan tiang-tiang layar untuk berbagai jenis kapal layar. Guna memberi masukan untuk pengembangan potensi kelautan nasional dalam Pembangunan Jangka Panjang Kedua telah dilaksanakan Seminar Nasional Kelautan dan telah dilaksanakan Konvensi Nasional Pembangunan Benua Maritim Indonesia dalam rangka mengaktualisasikan Wawasan Nusantara. Selanjutnya, dalam rangka lebih meningkatkan pemanfaatan, pelestarian, dan perlindungan kawasan laut secara terpadu, serasi, efektif dan efisien, maka bersamaan dengan Tabun Kelautan 1996 telah dibentuk Dewan Kelautan Nasional (DKN), melalui Keputusan Presiden Nomor 77 tahun 1996. b. Kedirgantaraan

1) Program Pengembangan Industri Dirgantara Program pengembangan industri dirgantara terdiri dari pengembangan industri dan VIII/48

pengembangan kemampuan kedirgantaraan. Pengembangan industri dirgantara dilakukan sekaligus sebagai wahana pembangunan sumber daya manusia dan pembangunan iptek dirgantara, yaitu melalui 4 (empat) tahapan

penguasaan: pengenalan teknologi, integrasi teknologi, pengembangan teknologi, serta penelitian dasar dalam skala yang luas. Industri pesawat terbang sampai dengan tahun keempat Repelita VI telah mampu memproduksi pesawat sekelas 19-24 tempat duduk, helikopter sekelas 5, 15, 23 tempat duduk, komponen struktur pesawat berbadan besar serta pesawat militer. Selain itu telah dapat dihasilkan rancang bangun pesawat sekelas 33-34 tempat duduk, dan pengembangan pesawat high-subsonic berkapasitas 50-70 tempat duduk dengan teknologi pengendalian Fly-by-Wire yaitu N-250. Saat ini pesawat tersebut sedang dalam tahap uji terbang dan proses sertifikasi serta tahap produksi seri.. Selanjutnya, sedang dikembangkan pesawat N-2130 berkecepatan transonik dengan kapasitas 130 tempat duduk yang pengembangan dan produksinya melibatkan partisipasi masyarakat. Dalam industri teknologi informasi, peran serta swasta terus didorong melalui peningkatan berbagai kegiatan litbang dalam bidang industri teknologi informasi. Sedangkan dalam industri manufaktur telekomunikasi, sampai dengan tahun 1997/98 telah mampu diproduksi peralatan stasiun bumi kecil, stasiun bumi mikro untuk transmisi gelombang mikro digital, sistem TVRO (television receive only) dengan antena parabola, serta berbagai komponen elektronika dan alat instrumentasi. 2) Program Kedirgantaraan Penyediaan Jasa V1II/4 9

Program penyediaan jasa kedirgantaraan bertujuan untuk mendorong, menumbuhkan, meningkatkan, dan mengembangkan industri jasa kedirgantaraan dalam menghasilkan berbagai produk

jasa kedirgantaraan. Penyediaan jasa kedirgantaraan tersebut mencakup jasa penerbangan, jasa telekomunikasi satelit, jasa inderaja, informasi geografi, survei dan pemetaan, serta jasa navigasi dan geodesi. Industri jasa penerbangan mencakup antara lain jasa angkutan udara, jasa bandara, jasa navigasi udara, dan jasa penunjang, seperti jasa pelayanan keselamatan penerbangan, pemeliharaan pesawat, bandar udara dan sebagainya. Dalam rangka penyediaan jasa pemeliharaan pesawat terbang, sampai dengan tahun keempat Repelita VI telah dimiliki fasilitas untuk perbaikan pesawat berbadan lebar, mesin pesawat, dan kerangka serta struktur pesawat yang mempunyai kemampuan, full overhaul. Jasa telekomunikasi sampai dengan tahun keempat Repelita VI telah memanfaatkan satelit komunikasi domestik serta sistem komunikasi satelit internasional untuk keperluan siaran, komunikasi tetap maupun komunikasi bergerak di darat, di udara, dan di laut. Selain itu juga telah dimanfaatkan jasa telekomunikasi bergerak tanpa kabel berupa telepon selular dan radio panggil. Sedangkan dalam penyelenggaraan jasa telekomunikasi siaran telah dioperasikan berbagai stasiun penyiaran radio dan televisi, unit pemancar radio dan televisi, dan jaringan siaran satelit terintegrasi (ISBN). Dalam penyediaan jasa penginderaan jauh (inderaja) telah dioperasikan sistem stasiun bumi VIII/50

yang dapat menerima secara langsung data dari baik resolusi tinggi maupun rendah .inderaja yang berada di Parepare (Sulawesi Selatan), Pekayon (Jakarta), serta Biak (Irian Jaya). Dari hasil pemanfaatan teknologi inderaja tersebut, sampai tahun keempat Repelita VI telah dihasilkan peta

rupa bumi berbagai skala, termasuk peta rupa bumi dijital, serta peta citra yang mencakup hampir seluruh wilayah Indonesia. Di samping itu telah dilakukan pemetaan tematik meliputi peta sistem lahan dan kesesuaian lahan, pemetaan tanah, pemetaan hutan dan pemetaan lahan basah. Juga telah diproduksi sejumlah peta geologi bersistem, peta potensi sumber daya mineral, peta potensi batu bara dan gambut, peta geologi dasar laut, peta daerah bahaya gunung api, peta geologi teknik, dan peta hidrogeologi. Data-data tersebut telah dimanfaatkan untuk inventarisasi, evaluasi dan pemantauan, eksploitasi sumber daya alam, serta pemantauan hasil reboisasi dan penghijauan di daerah tangkapan hujan di Sumatera Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Nusa Tenggara Barat, dan Kalimantan Barat. Jasa pemotretan udara juga telah dipergunakan dalam rangka pemetaan rupabumi dijital untuk wilayah Jawa, Bali, Nusa Tenggara, dan Maluku Selatan. Selain itu juga telah dilakukan pemotretan udara di daerah aliran sungai (DAS) Memberamo di Irian Jaya dan Pulau Nias, serta pemotretan udara pada wilayah prioritas di Biak, Seram, dan Kalimantan Timur. Demikian pula telah dilakukan pemetaan dengan sistem Interferometric SAR (Synthetic Aperture Radar) untuk pembuatan peta wilayah yang diperlukan sebagai peta dasar Tata Ruang untuk wilayah Jawa Barat bagian Utara dan Jawa Timur bagian Utara seluas 3,25 juta Ha. VIII/51

Teknologi inderaja juga telah dimanfaatkan dalam pemantauan kekeringan, perkiraan datangnya musim hujan, pemantauan kebakaran hutan, pemantauan daerah rawan bencana banjir dan letusan gunung berapi, penyediaan informasi daerah

penangkapan ikan laut, serta informasi tentang luas perkiraan produksi padi. Pemanfaatan jasa inderaja untuk bidang kelautan telah memberikan informasi pertumbuhan terumbu karang, parameter fisik air laut, dan lahan pantai, serta informasi suhu permukaan laut di perairan Selat Sunda - Jawa Barat. Sedangkan jasa inderaja di bidang lingkungan telah dimanfaatkan untuk pemantauan awan di atas udara Indonesia yang menghasilkan informasi tentang prakiraan awal dan akhir musim kemarau di berbagai daerah di Indonesia. 3) Program Pemanfaatan Teknologi Dirgantara Program pemanfaatan teknologi dirgantara bertujuan untuk dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat khususnya masyarakat di perdesaan dan daerah terpencil dengan menggunakan teknologi dirgantara yang dapat dirasakan manfaatnya, baik secara langsung maupun tidak langsung oleh seluruh lapisan masyarakat. Kegiatan yang telah dilakukan sampai dengan tahun keempat Repelita VI meliputi pemanfaatan energi angin dan surya, prakiraan iklim dan cuaca, serta pengamatan media dirgantara dan pemanfaatan hujan buatan. Dalam rangka pemanfaatan energi angin sebagai salah satu energi alternatif, terus dikembangkan berbagai prototipe kincir angin dan turbin angin baik untuk keperluan pembangkit listrik maupun pemompaan air di daerah perdesaan yang belum terjangkau aliran listrik. Selama VIII/52

Repelita VI telah dibangun beberapa desa angin percontohan di Jepara, Jawa Tengah dan Desa Selayar di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Energi angin yang dihasilkan dari percontohan tersebut adalah sebesar 45 Kw yang telah dapat dimanfaatkan oleh 257 kepala keluarga. Selain itu

dalam meningkatkan pemanfaatan energi angin tersebut, telah dibuat peta potensi energi angin di seluruh wilayah Indonesia, yang antara lain telah dilakukan pengukuran pada 75 lokasi. Selanjutnya telah dilakukan survei dan monitor data angin di 15 lokasi baru, termasuk pengadaan peralatan ukur di Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Irian Jaya dan Kalimantan Selatan. Dari hasil pemetaan potensi energi angin tersebut, terdapat 36 lokasi yang potensial untuk dikembangkan, antara lain Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, Karimun Jawa, Madura, dan Jepara. Disamping itu pula telah dilakukan pengembangan sistem basis data desa angin percontohan Jepara, serta kaji ekonomis produksi lokal generator dan komponen sistem energi angin. Sementara itu pemanfaatan dan pengembangan energi surya bagi berbagai kebutuhan, khususnya kebutuhan rumah tangga di daerah terpencil terus dikembangkan. Sampai dengan tahun keempat Repelita VI telah terpasang kurang lebih 36.400 unit pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) untuk keperluan penerangan dan keperluan rumah tangga lainnya. Penggunaan PLTS ini juga sangat efektif untuk instalasi air bersih, catu daya televisi repeater, dan instalasi pelayanan kesehatan masyarakat seperti penyimpan vaksin, serta keperluan radio komunikasi. Pengamatan media dirgantara berupa keadaan atmosfer wilayah Indonesia, keadaan surya dan kondisi matahari telah dilakukan khususnya dalam VIII/53

menunjang pendayagunaan ilmu pengetahuan untuk pengendalian lingkungan, pengamatan energi angin dan energi surya serta penyediaan prediksi frekuensi untuk komunikasi radio. Dalam upaya pemanfatan jasa informasi prakiraan iklim dan cuaca, sampai dengan tahun keempat Repelita

VI. telah dilakukan pengamatan kondisi lingkungan atmosfer baik dengan memanfaatkan sarana dan prasarana sistem perolehan data berbasis bumi maupun melalui data satelit. Juga telah dimanfaatkan roket sonda, balun stratosfer serta berbagai pos-pos pengamatan hujan, iklim dan cuaca untuk mendukung kemampuan dalam prakiraan iklim dan cuaca. Untuk mendukung pelayanan jasa meteorologi, telah dibangun stasiun atmosfer global di Bukit Tinggi - Sumatera Barat. Dari kegiatan penelitian iklim didapatkan hasil bahwa pertumbuhan awan di Indonesia banyak terjadi di daerah pertemuan antara massa udara dingin laut dengan massa panas dari daratan. Sedangkan dalam kegiatan prakiraan rata-rata hujan telah dibuat model sirkulasi laut di lautan Pasifik dan lautan Hindia. Disamping itu telah dilakukan pembuatan model suhu udara di Indonesia untuk daerah Serang, Bogor, Bandung dan Cirebon, serta pembuatan perangkat lunak untuk model parameter hujan yang dapat menghasilkan pola hujan harian. Untuk mendukung informasi kondisi lingkungan atmosfer, sampai dengan tahun keempat Repelita VI telah dikembangkan permodelan parameter atmosfer beserta proses terjadinya penipisan lapisan ozon dan pengaruhnya terhadap perubahan iklim. Dengan didapatnya permodelan atmosfer tersebut dapat dilakukan skenario, simulasi serta prediksi iklim. Selain itu, telah dilakukan pengukuran kualitas udara di beberapa kota besar dan daerah industri antara lain di Jakarta, Bandung, Padalarang, Bekasi dan Cirebon. Sebagai pembanding, telah dilakukan VIII/54

pemantauan kualitas udara bersih di atas udara Lembang. Hasil pemantauan tersebut menunjukkan bahwa tingkat pencemaran udara di beberapa lokasi tersebut masih di bawah ambang batas.

Sementara itu terus dilakukan kegiatan penyediaan hujan buatan terutama di saat musim kemarau untuk mempertahankan kesinambungan produksi listrik tenaga air, kepentingan pertanian dan perkebunan, serta upaya pemadaman kebakaran lahan dan hutan. Kegiatan tersebut didukung dengan berbagai sarana dan prasarana termasuk laboratorium hujan buatan di PUSPIPTEK Serpong. 4) Program Pembinaan Kedirgantaraan

Program pembinaan kedirgantaraan bertujuan untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan peran serta masyarakat melalui peningkatan keterpaduan pelaksanaan dan peningkatan pemanfaatan kawasan dirgantara. Kelembagaan kedirgantaraan terus disempurnakan menuju terwujudnya sistem pengelolaan yang terpadu, serasi, efektif dan efisien agar sektor kedirgantaraan mampu memberikan pelayanan dan dorongan bagi berbagai. kegiatan ekonomi. Dalam upaya peningkatan koordinasi dan pengendalian telah dilaksanakan reorganisasi Dewan Penerbangan dan Antariksa Republik Indonesia (DEPANRI) pada tahun 1993, serta disepakati Konsepsi Kedirgantaraan Nasional (KKN). Konsepsi Kedirgantaraan Nasional tersebut merupakan pengejawantahan Wawasan Nusantara dalam pendayagunaan dirgantara. Untuk memperoleh pengakuan internasional atas hak penggunaan wilayah antariksa dan penguasaan VIII/55

iptek, Indonesia telah ikut berperan serta dalam berbagai pertemuan internasional. Di wilayah Asia-Pasifik Indonesia telah berpartisipasi dalam

program aplikasi antariksa regional untuk pembangunan berkelanjutan di Asia-Pasifik serta pengembangan pusat pendidikan regional di bidang ilmu dan teknologi antariksa. Pusat pendidikan tersebut terutama adalah untuk menyelenggarakan pendidikan dan latihan bagi para pendidik dan ilmuwan di bidang aplikasi teknologi antariksa seperti penginderaan jauh, lingkungan dan atmosfer, serta komunikasi. Dalam rangka penegakan kedaulatan dirgantara, terus diupayakan pembicaraan di berbagai forum bilateral, multilateral, regional, dan internasional sebagai langkah perjuangan, pengawasan dan pengendalian seluruh wilayah udara nasional. Indonesia juga berperan aktif dalam pengembangan jaringan penelitian perubahan lingkungan global yang merupakan kegiatan ilmiah melalui kerjasama negara-negara di kawasan AsiaPasifik. Untuk menciptakan sumber daya manusia yang memadai serta mampu meningkatkan produktivitas di bidang iptek kedirgantaraan, terus dilakukan peningkatan dan pengembangan kemampuan sumber daya manusia melalui pendidikan di dalam dan luar negeri, serta pelatihan penjenjangan teknis dan fungsional. Para pelaku upaya kedirgantaraan tersebut tersebar di berbagai instansi/organisasi baik pemerintah maupun swasta yang antara lain berkualifikasi doktor (S3) sekitar 100 orang, magister (S2) sekitar 250 orang, sarjana (SI) sekitar 4.850 orang, sarjana muda atau Diploma (D3) sekitar 2.700 orang, serta VIII/56

sejumlah teknisi. Kemampuan sumber daya manusia tersebut baik jumlah maupun kualitasnya terus meningkat. Peningkatan ini berkaitan dengan terus berkembangnya industri pesawat terbang, industri jasa kedirgantaraan seperti telekomunikasi, transportasi, penginderaan jauh, serta meningkatnya kegiatan riset di bidang iklim, cuaca serta lingkungan atmosfer.

D.

PENUTUP

Dalam Repelita VI pembangunan iptek yang merupakan bidang strategis dalam upaya peningkatan kesejahteraan, kemajuan, ketangguhan dan daya saing bangsa telah mencapai kemajuan yang cukup berarti, yang telah memperkukuh landasan bagi pembangunan tahap selanjutnya. Pembangunan iptek yang berkaitan dengan aspek pemenuhan kebutuhan dasar manusia seperti pertanian, kesehatan, energi dan sumber daya alam serta Iingkungan hidup telah meningkatkan kemampuan memanfaatkan, mengembangkan dan menguasai iptek di bidang ini. Demikian pula pembangunan iptek dalam aspek rekayasa, telekomunikasi, elektronika, transportasi, ilmu bahan, dan konstruksi telah meningkatkan kemampuan nasional, dan telah banyak diterapkan dalam, industri. Beberapa di antaranya telah memperoleh hak paten. Perkembangan ini menunjukkan bahwa pembangunan di bidang iptek telah memberikan dukungan langsung terhadap peningkatan produktivitas dan efisiensi dalam pembangunan industri nasional, baik untuk industri kecil dan menengah maupun industri besar. Dalam upaya meningkatkan efektivitas dan

VIII/57

efisiensi dalam pengorganisasian dan manajemen kegiatan penelitian dan pengembangan dalam Repelita VI telah dikembangkan Kebijaksanaan Satu Pintu. Di samping itu untuk meningkatkan produktivitas penelitian dan pengembangan yang dilaksanakan oleh l e m b a ga - l e m ba g a p e n e l i t i a n da n p e n g e m ba n g a n d e n g a n

meningkatkan iklim persaingan yang sehat, telah dikembangkan paket-paket penelitian kompetitif yaitu Riset Unggulan Terpadu dan Hibah Bersaing yang mutunya makin meningkat. Potensi keikutsertaan dunia usaha dan industri dalam kegiatan penelitian dan pengembangan. cukup besar, oleh karena itu telah pula dikembangkan paket Riset Unggulan Kemitraan. Pembangunan iptek merupakan upaya yang berkesinambungan untuk mengejar ketertinggalan dan menempatkan bangsa Indonesia.sejajar dengan bangsa-bangsa lainnya di dunia. Upaya ini tidak mudah dan banyak tantangannya. Salah satu diantaranya adalah kendala ketersediaan dana yang amat dibutuhkan untuk mengembangkan SDM iptek serta prasarana penelitian dan pengembangan yang dibutuhkan. Kondisi ekonomi yang kurang menguntungkan sebagai dampak, krisis moneter akhir-akhir ini, berpengaruh pula pada kemampuan nasional untuk pengembangan iptek. Oleh karena itu, pembangunan iptek. pada masa pemulihan. perekonomian nasional yang akan berlangsung pada tahun terakhir Repelita VI dan tahun awal Repelita VII perlu lebih terarah, terutama pada sasaransasaran. pengembangan iptek yang lebih banyak bersumber pada sumber daya yang tersedia di dalam negeri dan bersifat tepat guna dipandang dari sudut kepentingan industri dan dunia usaha. Pembangunan sektor kelautan, yang ditetapkan sebagai sektor pembangunan tersendiri dalam Repelita VI, telah memperkuat landasan bagi terselenggaranya pembangunan kelautan yang VIII/58

makin kukuh pada tahap pembangunan selanjutnya. Pada umumnya sasaran-sasaran pembangunan yang ditetapkan dalam. Repelita VI telah dapat dicapai, meskipun dalam pelaksanaannya juga dihadapi cukup banyak kendala dan masalah.

Dalam Repelita VI telah dilaksanakan kegiatan inventarisasi dan evaluasi potensi sumber daya kelautan di berbagai wilayah perairan nasional, termasuk wilayah ZEE dan landas kontinen. Keseluruhan informasi dan data tersebut telah mulai diintegrasikan kedalam jaringan informasi kelautan yang bermanfaat bagi penyusunan perencanaan dan pengelolaan sumber daya kelautan dan wilayah pesisir dan laut yang lebih andal. Dalam bidang industri kelautan, perikanan merupakan salah satu industri yang sangat penting baik dilihat dari sisi potensi sumber dayanya maupun dipandang dari sudut manfaatnya sebagai sumber pendapatan dan lapangan kerja masyarakat. Dalam Repelita VI, produksi perikanan laut telah meningkat. Namun, tingkat pemanfaatannya masih di bawah potensi lestari. Kendala utama yang dihadapi dalam upaya pemanfaatan sumber daya perikanan ini adalah masih lemahnya armada perikanan nasional. Oleh karena itu, untuk dapat lebih memanfaatkan potensi sumber daya perikanan laut pada masa mendatang diperlukan peningkatan investasi yang disertai oleh perbaikan teknologi penangkapan dan pengolahannya. Di samping itu, diperlukan pula upaya yang lebih intensif dalam pengembangan teknik budidaya perikanan laut (mariculture) sebagai antisipasi terhadap menipisnya cadangan sumber daya perikanan dan sekaligus sebagai media untuk meningkatkan kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat dari sektor perikanan laut. Dalam Repelita VI industri perkapalan seperti, produksi kapal baja juga telah meningkat. Pembangunan sektor kedirgantaraan, sebagai sektor yang berdiri sendiri dalam Repelita VI, juga

telah memberikan landasan yang makin kuat untuk pelaksanaan pembangunan tahap selanjutnya. Pada umumnya sasaran-sasaran yang ditetapkan dalam

VIII/59

Repelita VI telah dapat dicapai, meskipun cukup banyak kendala yang dihadapi. Dalam industri kedirgantaraan antara lain industri pesawat terbang merupakan industri yang bersifat strategis mengingat kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan. Kemampuan penguasaan teknologi kedirgantaraan dalam Repelita VI makin meningkat serta makin berkembang sebagaimana diperlihatkan oleh kemampuan dalam rekayasa dan konfigurasi pesawat terbang dan helikopter, terutama pesawat terbang high-subsonic N-250 yang telah diterbangkan dan pesawat terbang N-2130 berkecepatan transonik yang sedang dikembangkan. Pengembangan serta produksinya juga melibatkan partisipasi masyarakat. Pembangunan kedirgantaraan dalam Repelita VI juga telah meningkatkan kemampuan dalam memanfaatkan, mengembangkan dan menguasai iptek kedirgantaraan seperti energi angin dan energi surya, teknologi penginderaan jarak jauh, dan pengkajian keunggulan posisi Indonesia sebagai lokasi yang tepat untuk peluncuran satelit. Berbagai upaya ini perlu ditingkatkan dan dilanjutkan dalam tahap pembangunan yang akan datang.

VIII/60

TABEL VIII 1 VARIETAS UNGGUL TANAMAN PANGAN YANG DILEPAS 1) 1992, 1993, 1994 1996 (varietas)

1) 2)

Angka kumulatif mulai tahun 1969 Angka sementara sampai dengan Desember 1997

VIII/61

TABEL VIII 1.A. VARIETAS UNGGUL TANAMAN PANGAN YANG DILEPAS 1) 1968, 1973, 1978, 1983, 1988 (varietas)

1) Angka kumulatif .. = Data belum tersedia - = Proyek pembangunan belum dilaksanakan atau tidak dilaksanakan lagi

VIII/62

TABEL VIII 2 HASIL PELAKSANAAN PROGRAM PEMETAAN DASAR 1) 1992/93, 1993/94, 1994/95 1997/98

1) 2)

Angka kumulatif Angka sementara sampai dengan Desember 1997

VIII/63

TABEL VIII 2A HASIL PELAKSANAAN PROGRAM PEMETAAN DASAR 1) 1968, 1973/74, 1978/79, 1983/84, 1988/89

VIII/64

TABEL VIII 3 TINGKAT PENDIDIKAN TENAGA PENELITI 1) 1992/93, 1993/94, 1994/95 1997/98 (orang)

1) Angka kumulatif 2) Angka sementara sampai dengan Desember 1997 3) Dihentikan .. = Data belum tersedia - = Proyek pembangunan belum dilaksanakan atau tidak dilaksanakan lagi

VIII/65

TABEL VIII 3.A TINGKAT PENDIDIKAN TENAGA PENELITI 1) 1968, 1973/74, 1978/79, 1983/84, 1988/89 (orang)

1) Angka kumulatif

VIII/66

TABEL VIII 4 PROPOSAL PENELITIAN YANG LOLOS SELEKSI DALAM PAKET PENELITIAN KOMPETITIF 1) 1992/93, 1993/94, 1994/95 1997/98 (Judul)

VIII/67

Anda mungkin juga menyukai