Anda di halaman 1dari 41

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Pada waktu kelahiran, sejumlah adaptasi psikologik mulai terjadi pada tubuh bayi baru lahir. Karena perubahan drastis ini, bayi memerlukan pemantauan ketat untuk menentukan bagaimana ia membuat suatu transisi yang baik terhadap kehidupannya di luar uterus. Bayi baru lahir juga membutuhkan perawatan yang dapat meningkatkan kesempatan menjalani masa transisi dengan berhasil. Tujuan asuhan keperawatan pada bayi baru lahir adalah memberikan perawatan komprehensif kepada bayi baru lahir sehingga tidak terjadi bayi dengan resiko tinggi. Bayi resiko tinggi adalah bayi yang mempunyai kemungkinan lebih besar untuk menderita sakit atau kematian daripada bayi lain. Istilah bayi resiko tinggi digunakan untuk menyatakan bahwa bayi memerlukan pengawasan dan perawatan yang ketat. Pada umumnya resiko tinggi terjadi pada bayi sejak lahir sampai usia 28 hari yang disebut neonatus. Selain itu juga resiko tinggi dapat terjadi pada bayi baru lahir dengan berat badan lahir rendah yang sering kita sebut dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). Bayi Berat Lahir Rendah adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang atau sama dengan 2500 gram. Bayi berat lahir rendah masih merupakan masalah dibidang kesehatan terutama kesehatan perinatal. BBLR biasanya mengalami penyulit, dan memerlukan perawatan yang memadai. Kelahiran BBLR di negara berkembang masih tinggi, di Asia Selatan menurut Ibrahim (1997) insidensi BBLR 22%. Demikian halnya di Indonesia menurut survei demografi dan kesehatan Indonesia 2002-2003 angka kematian neonatal sebesar 20 per 1000 kelahiran hidup. Di Rumah Sakit sekitar 15-20% bayi dilahirkan dengan berat lahir rendah sedangkan di pedesaan 10,5% kelahiran BBLR, sebagian besar BBLR < 2000 gram meninggal pada masa neonatal sementara di tingkat pelayanan Rumah Sakit

Kabupaten/ kota Jawa Barat sebagian besar bayi berat lahir sangat rendah yaitu < 1500 gram meninggal pada masa neonatal (DinKes Jabar 1999). Oleh karena itu kelompok kami menyusun makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan Pada Bayi Ny D Usia 18 Hari Periode Infant Dengan Gangguan Berat Badan Lahir Rendah Di Ruangan Perinatologi RSUD Sumedang Pada Tanggal 3 Mei 2010 s.d 7 Mei 2010 1.2 Tujuan Penulisan 1 Tujuan Umum Memberikan gambaran tentang asuhan keperawatan pada bayi Ny D usia 18 hari periode infant dengan gangguan berat badan lahir rendah di ruangan Perinatologi RSUD Sumedang pada tanggal 3 Mei 2010 s.d 7 Mei 2010. 2 Tujuan Khusus a. Memberikan gambaran pengkajian pada bayi Ny D. b. Memberikan gambaran analisa data pada bayi Ny D. c. Memberikan gambaran tentang perencanaan dan implementasi pada bayi Ny D. d. Memberikan gambaran tentang evaluasi asuhan keperawatan pada bayi Ny D. e. Memberikan gambaran tentang pendokumentasian asuhan keperawatan pada bayi Ny D. 1.3 Manfaat Penulisan 1. Bagi Penulis Menambah pengetahuan dan sebagai sarana penerapan ilmu pengetahuan yang telah penulis peroleh selama pembelajaran keperawatan anak

2.

Bagi Institusi Pendidikan Menambah khasanah ilmu pengetahuan dan perbendaharaan

bacaan untuk pengembangan dan pembuatan makalah selanjutnya juga sebagai sumber referensi di kalangan akademis. 3. Bagi Profesi Keperawatan Sebagai bahan atau materi tentang asuhan keperawatan dengan gangguan bayi resiko tinggi akibat BBLR bagi perawat dalam menjalankan perannya sebagai pemberi asuhan keperawatan. 4. Bagi Institusi Lahan Praktek Diharapkan dapat menambah informasi bagi tenaga kesehatan sebagai bahan untuk peningkatan kualitas asuhan keperawatan yang diberikan pada bayi resiko tinggi akibat BBLR. 1.4 Metode Penulisan Dalam penulisan makalah ini penulis menggunakan dua metode penulisan yaitu metode literature dan metode studi lapangan. Metode literature, yaitu dengan cara mempelajari buku-buku dan sumber lain yang berhubungan dengan materi pembahasan. Sedangkan metode studi lapangan, yaitu suatu metode aflikatif dan langsung di tempat praktek keperawatan anak. 1.5 Sistematika Penulisan Penulisan ini terdiri dari empat bab. BAB I Pendahuluan berisi latar belakang dimana latar belakang ini kami ingin mengetahui pembuatan makalah asuhan keperawatan dengan gangguan bayi resti akibat BBLR. Kemudian tujuan penulisan dimana terbagi menjadi dua yaitu tujuan umum dan tujuan khusus, tujuan secara umumnya untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah, dan tujuan khususnya ingin mengetahui gambaran tentang askep pada gangguan bayi resti akibat BBLR

BAB II Tinjauan Teoritis berisi tentang pengertian, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan fisik head to toe, data penunjang, diagnose, intervensi pada bayi baru lahir rendah. BAB III asuhan keperawatan pada By Ny D dengan gangguan bayi resiko tinggi akibat BBLR. BAB IV terdiri dari kesimpulan dan saran. Kesimpulan berisi tentang gambaran dari semua pembahasa dari bab I samapai bab III. Saran berisi tentang kritikan dari penulis yang sifatnya membangun kepada semua pihak khsusnya kita sebagai pelajar.

BAB II TINJAUAN TEORITIS


2.1 KONSEP PENYAKIT 2.1.1 BBLR a. Berdasarkan keputusan yang dicapai dalam kongres kedokteran perinatologi eropa kedua (1970), yaitu: Bayi lahir hidup dilahirkan sebelum 37 minggu dari hari pertama menstruasi terakhir, dianggap mempunyai masa getasi yang diperpendek dan disebut sebagai prematur atau pre-term. Bayi dengan berat 2500 gr atau kurang saat lahir dianggap sebagai mengalami masa gestasi yang diperpendek, maupun pertumbuhan intra uterus kurang dari yang diharapkan, atau keduanya. Keadaan ini disebut bayi dengan berat lahir rendah. (Sacharin, Rosa M, 1996:172) b. Bayi baru lahir resiko tinggi: neonatus tanpa memperhatikan usia gestasi atau berat badan lahir yang mempunyai kemungkinan morbiditas atau kondisi atau situasi suatu kejadian yang dikaitkan dengan kelahiran dan penyasuaian pada keberadaan ekstra uterin. (Wong, Donnal. 2003: 423) c. Bayi baru lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir dengan BB 2500 gr atau lebih rendah. (WHO 1961) d. Bayi baru lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat badannya pada saat lahir kurang dari 2500gr sampai dengan 2499gr. 2.1.2 ETIOLOGI BBLR dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: 1. Faktor Ibu a. Penyakit toksomia gravidarum, perdarahan anteupartum, trauma fisik dan psikologis, neffritis akut dan DM. b. Usia ibu: Usia <16 tahun, usia >35 tahun multi gravida yang jarak kelahirannya terlalu dekat.

c. Keadaan

sosial:

golongan

sosial,

ekonomi

rendah,

perkawinan yang tidak sah. d. Sebab lain: ibu yang merokok, ibu peminum alkohol, ibu penyandu narkotik. 2. 3. Faktor Janin Faktor Lingkungan Hydroamnion, kehamilan ganda, kelainan kromosom. Tempat tinggal didaratan tinggi, radiasi dan zat-zat racun. 2.1.3 PATOFISIOLOGI Faktor Resiko Penyakit Toksimia gravidarum, trauma fisik infeksi dll BBLR 2.1.4 MANIFESTASI KLINIS a.Gejala klinis sebelum bayi dilahirkan: 1. 2. 3. 4. 5. Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus Pembesaran uterus tidak sesuai dengan tuanya kehamilan. Pergerakan janin yang pertama (quikening) terjadi lebih Pertumbuhan BB ibu lambat dan tidak sesuai menurut Sering dijumpai kehamilan dengan oligohydroamnion atau partus prematurus dan lahir mati. Usia Ibu <20 tahun, >35 tahun Ibu Malnutrisi,

lambat, walaupun kehamilannya sudah agak lanjut. seharusnya. bia pula hydroamnion, hiperemesis gravidarum dan pada hamil lanjut dengan toxemia gravidarum.

b.

Setelah lahir dibedakan antara bayi dengan retradasi

pertumbuhan intrauterin, bayi prematur, dan bayi KMK. 1. Bayi prematur a) b) sedikit. c) d) e) Tulang tengkorak lunak mudah bergerak. Menangis lemah. Kulit tipis, merah dan transparan. Verniks kaseosa sedikit atau tidak ada. Jaringan kulit atau jaringan lemak bawah kulit

f)Tonus otot hipotoni. 2. Bayi dengan retradasi pertumbuhan intrauterin a) b) c) d) 3. Tengkorak kepala keras, gerakan bayi terbatas. Kulit tipis, kering, berlipat-lipat, mudah diangkat. Abdomen cekung atau rata. Tali pusat tipis, lembek dan berwarna kehijauan.

Bayi dengan retradasi pertumbuhan intrauterin sama

dengan bayi KMK. c.Bayi kurang bulan murni (Prematur) 1. BB badan 2. Kulit tipis, transparan, lanugo banyak, ubun-ubun dan sutura lebar 3. Genetalia imatur, rambut tipis halus teranyam, elastisitas daun telinga kurang

4. Tangis lemah, tonus otot leher lemah. 5. Reflek moro (+), reflek menghisap, menelan, batuk, belum sempurna. 6. Bila lapar menangis, gelisah, aktifitas bertambah 7. Tidak tampak bayi menderita infeksi/perdarahan intrakranial 8. Nafas belum teratur 9. Pembuluh darah kulit diperut terlihat banyak 10. Jaringan mamae belum sempurna, putting susu belum terbentuk dengan baik.

2.2 KONSEP ASUHAN KEPERWATAN 2.2.1 Pengkajian a. Keluhan Utama Berat badan bayi kurang dari 2500 gram b. Riwayat Kesehatan Sekarang Pengkajian terhadap bayi bblr mencakup lemak subkutan kurang, kulit longgor, dan kering, lingkar dada dan abdomen kurang dari normal, abdomen cekung, kurus, lemah, umbilicus kering, rambut jarang, mata terbuka lebar, c. Riwayat Kesehatan Dahulu Kaji umur kehamilan dan berat badan, resiko masalah gizi pada ibu hamil, kehamilan dengan hipertensi, ibu diabetes mellitus, ibu merokok, ibu

ketergantungan obat, kehamilan ganda, infeksi congenital, kelainan congenital, mekonium terdapat pada cairan amnion. d. Riwayat Kesehatan Keluarga Pada bblr dapat dipengaruhi factor dari ibu diantaranya yaitu genetic, usia, ras, diluar pernikahan, penyakit kronis, riwayat BBLR. e. Pemeriksaan Fisik 1. Keadaan Umum Kesadaran somnolen, terlihat kotor, sianosis dan tampak lemah. 2. Kulit Struktur kulit halus dan tipis, merah pucat (Pale Pink), lapisan lemak tipis pada jaringan kulit, keriput, tidak ada ruam merah (Skin rash). Lanugo tersebar diseluruh permukaan tubuh, turgor <3 detik, sianosis, verniks kaseosa mungkin sedikit atau tidak ada. 3. Kepala Bentuk kepala normochepal, rambut tipis lurus dengan warna rambut hitam, tidak terdapat benjolan, tidak ada lesi, keadaan sutura sagitalis datar, tidak ada nyeri tekan, terdapat lanugo disekitar wajah. 4. Mata Bentuk sudah sempurna tetapi tampak menonjol, alis dan bulu mata mungkin belum tumbuh, sklera tidak ikterik. 5. Telinga Tulang rawan dan daun telinga belum cukup sehingga telinga bayi mudah sekali diubah bentuknya, refleks moro (+), bentuk simetris, tidak terdapat serumen, tidak terdapat benjolan dan lesi, tulang telinga lunak, tulang kartilago tidak mudah membalik/lambat, terdapat lanugo. 6. Hidung

Potensi nasal, rabas nasal mukus putih, encer, bersin, tidat terdapat polip dan benjolan. 7. Mulut dan Tenggorokan Refleks menghisap dan menelan belum sempurna. Bayi lapar dengan menagis dan dapat mengeluarkan sedikit suara. 8. Leher Refleks tonik neck lemah. 9. Dada LD lebih kecil dari LK, jaringan mamae dan puting susu belum sempurna. Apabila kesulitan bernafas dada terangkat ke atas. 10. Paru-paru Pernafasannya adalah pernafasan perut, refleks batuk belum sempurna. 11. Jantung Apeks ruang interkostal ke 4-5, sebelah lateral batas kiri sternum S2 lebih tajam dan lebih tinggi dari S1. 12. Abdomen Perut bayi tampak buncit akibat ketidak adanya lemak bawah kulit, tulang rusuknya tampak jelas. 13. Genitalia a. Wanita Labia minora belum tertutup, labia mayora mungkin tampak membengkak. b. Pria Penis dan skrotum sudah berkembang sempurna dan tampak normal. Testis mungkin masih terdapat dalam

perut, belum turun sampai di skrotum. Testis akan turun jika bayi sudah matang. 14. Punggung dan Rektum Spina utuh, tidak ada lubang, masa tau kurva menonjol. Refleks melengkung batang tubuh lemah, winnk anal, lubang anal paten, lintasan mekonium dalam 36 jam. 15. Ekstremitas Edema anggota gerak nyata setelah 24-48 jam, kulit tampak mengkilat dan licin serta terdapat pitting edema. 16. Sistem NeuromuskulerEkstremitas biasanya mempertahankan derajat fleksi, ekstensi ekstremitas diikuti posisi fleksi sebelumnya, mampu menahan kepala agar tetap tegak walaupun sementara. Mampu memutar kepala dari satu sisi ke sisi yang lain. 17. reflek-reflek 1. reflek moro : letakkan bayi pada tempat datar, beri hentakan pada tempat bayi tersebut sehingga terkejut. Respon : saat terkejut terjadi abduksi dan ekstensi lengan secara simetrik, jari tangan membuka dengan telunjuk dan ibu jari membentuk huruf c disertai sedikit tremor. Kaki merespon dengan abduksi dan fleksi. Hilang pada usia 3-4 bulan ditoleransi sampai 6 bulan, respon paling kuat pada usia 2 bulan. 2. reflek sucking : stimulasi dengan putting susu ibu atau dengan jari tangan. Respon : bayi akan menghisap begitu ada rangsangan pada mulutnya dan hilang pada umur 3-4 bulan. 3. reflek rooting

stimulasi sepanjang bawah bibir dan dagu. Respon : kepala bayi akan memutar megikuti arah sentuhan seperti akan menghisap, hilang pada usia 3-4 bulan, ditolerir sampai usia 12 bulan. 4. reflek ekstrusi menyentuh atau menekan lidah. Respon : mendorong keluar, bila posisi lidah sebagian menonjol keluar dicurigai mengalami down sindrom. 5. reflek gag stimulasi pada daerah pharing posterior dengan suction makanan. Respon : bila tidak ada reflek muntah mengalami kerusakan pada saraf glosofaringeal. 6. tonick neck reflek ketika kepala bayi menengok kesuatu sisi tangan dan kaki ekstensi ke sisi tersebut sedangkan tangan dan kaki sisi lainnya fleksi. Reflek ini akan menghilang pada usia 3-4 bulan, kalau ada dan menetap berarti mengalami gangguan CNS. 7. neck righting bayi dimiringkan ke satu sisi secara cepat dan batang tubuh serta panggul akan mengikuti. 8. otolith righting bayi di tengadahkan secara spontan bayi akan menunduk atau keposisi semula. 9. reflek kremaster pada bayi laki-laki stimulasi pada area paha dan secara otomatis penis akan mengikuti ke arah stimulasi tersebut. 10. reflek babinski

stimulasi seperti menggaruk dari tumit ke atas sepanjang sisi lateral telapak kaki kemudian di arahkan melintang ke bantalan telapak kaki. Respon : semua jari hiperekstensi dengan ibu jari dorsofleksi dan akan menghilang pada usia1 tahun. 11. reflek graff letakkan jari pemeriksa pada telapak tangan bayi. Respon : akan menggenggam dan hilang pada usia 3 bulan. 12. reflek galant menyentuh daerah sepanjang area punggung sehingga batang tubuh akan mengikuti stimulasi. 13. reflek perez menyentuh dan sedikit menekan dengan ibu jari dan bayi akan menangis dan mengikuti arah stimulasi, serta tubuh akan melenting ke arah stimulasi. 14. reflek merangkak tengkurapkan bayi di atas meja pemeriksa. Respon : bayi secara perlahan akan merangkak dengan menggunakan tangan dan kakinya. Refllek ini akan menghilang pada usia 6 minggu. 15. reflek placing pegang bayi secara vertikal (berdiri) biarkan satu kaki menyentuh permukaan tempat periksa. Respon : bayi akan menstimulasi untuk berjalan, dan hilang pada usia 3-4 bulan. f. Data Penunjang 1. Pemeriksaan diagnostik

Tes shoke asspirat lambung: menentukan ada atau tidaknya surfaktan (Dongoes, hal : 623).

2. Pemeriksaan Laboratorium a. Jmlh sel darah putih 1800 /mm3, netrofil meningkat sampai 2300 2400 /mm3, hari pertama stlh lahir (menurun bila ada sepsis). b. Ht : 43%-15% (peningkatan sampai 65% atau lebih menandakan polisitemia, penurunan kadar menunjukan anemia atau hemorajik perinatal / prenatal) c. d. e. Hb : 15 20 gr/dl (kadar lebih rendah b.d anemia/hemolisis Bilirubin total : 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 Destrosix : tetes glukosa pertama selama 4-6 jm pertama berlebihan) mg/dl 1-2 hr, dan 12 mg/dl pada 3-5 hr setelah kelahiran rata-rata 40-50 mg/dl meningkat 60-70 mg/dl pd hari ke 3 f. g. Studi cairan amniotik, dilakukan selama kehamilan untuk Darah lengkap, penurunan Hb/Ht mungkin kurang dari mengkaji maturitas janin. 10.000 /mm3 dengan pertukaran ke kiri (kelebihan dini netrofil dan pita) yang biasanya dihubungkan dengan penyakit bakteri berat. h. i. j. k. l. Golongan darah: menyatakan potensial inkompatibilitas Kalsium serum mungkin rendah. Elektrolit (Na, K, Cl) menurun. Gas darah arteri : PO2 menurun, PCO2 meningkat, asidosis, Trombosit : trombositopenia dapat menyertai sepsis. ABO.

sepsis, kesulitan nafas yang lama.

3. Terapi Yang Diberikan Dengan memperhatikan gambaran klinik dan berbagai kemungkinanan yang dapat terjadi pada bayi prematuritas maka perawatan dan pengawasan ditujukan pada pengaturan suhu, pemberian makanan bayi, Ikterus, pernapasan, hipoglikemi dan menghindari infeksi a. Inkubator Bayi prematur dengan cepat akan kehilangan panas badan dan menjadi hipotermi karena pusat pengaturan panas belum berfungsi dengan baik, metabolisme rendah dan permukaan badan relatif luas. Oleh karena itu bayi prematuritas harus dirawat dalam inkubator sehingga panas badannya mendekati dalam rahim , apabila tidak ada inkubator bayi dapat dibungkus dengan kain dan disampingnya ditaruh botol berisi air panas sehingga panas badannya dapat dipertahankan. b. Nutrisi Alat pencernaan bayi belum sempurna, lambung kecil enzim peneernaan belum matang, sedangkan kebutuhan protein 3-5 gr/kg BB dan kalori 110 kal;/kgBB sehingga pertumbuhan dapat meningkat. Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului derngan menghisap cairan lambung , reflek masih lemah sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit demi sedikit dengan frekwensi yang lebih sering. ASI merupakan makanan yasng paling utama sehingga ASI-lah yang paling dahulu diberikan, bila faktor menghisapnya kurang maka ASI dapat diperas dan diberikan dengan sendok perlahan-lahan atau dengan memasang sonde. Permulaan cairan yang diberikan 5060 cc/kgBB/hari terus dinaikan sampai mencapai sekitar 200 cc/kgBB/hari. c. Pototerafi

Semua bayi prematur menjadi ikterus karena sistem enzim hatinya belum matur dan bilirubin tak berkonjugasi tidak dikonjugasikan secara efisien sampai 4-5 hari berlalu . Ikterus dapat diperberat oleh polisetemia, memar hemolisias dan infeksi karena hperbilirubinemia dapat menyebabkan kernikterus maka wama bayi harus sering dicatat dan bilirubin diperiksa, bila ikterus muncul dini atau lebih cepat bertambah coklat. d. Oksigen Bayi prematur mungkin menderita penyakit membran hialin. Pada penyakit ini tanda-tanda gawat pernafasan selalu ada dalam 4 jam. Bayi haras dirawat terlentang atau tengkurap dalam incubator, dada abdomen harus dipaparkan untuk mengobserfasi usalia pernapasan. e. Hipoglikemi Mungkin paling timbul pada bayi prematur yang sakit bayi berberat badan lahir rendah, harus diantisipasi sebelum gejala timbul dengan pemeriksaan gula darah secara teratur. f. Menghindari Infeksi Bayi prematuritas mudah sekali mengalami infeksi karena daya tahan tubuh masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang dan pembentukan antibodi belum sempurna . Oleh karena itu tindakan prefentif sudah dilakukan sejak antenatal sehingga tidak terjadi persalinan dengan prematuritas (BBLR)

2.2.2 Analisa Data NO 1 DATA SENJANG Do : - respirasi kurang dari 140 x / menit - Nadi kurang dari 100 x / menit ETIOLOGI Bayi lahir BBLR Slem positif Obstruksi jalan nafas O2 yang masuk ke paru-paru kurang Sesak positif, PCH positif 2 Do : - Suhu 350 C - Tampak pucat - Kulit tipis, keriput Gangguan pola nafas : ventilasi Bayi BBLR Perubahan suhu Lemak subkutan kurang / sedikit Kemampuan untuk mengatur suhu menurun hypothermia tubuh MASALAH KEPERAWATAN Pola nafas tidak efektif

Gangguan keseimbangan suhu 3 Do : - Tumor, rugor, dolor, dan color negative - Hasil laboratorium normal - TP basah 4 Do : - Berat badan kurang dari 2500 gr - Tubuh kurang berisi tubuh Bayi BBLR System imunologi kurang matang Pertahanan tubuh terhadap infeksi menurun Potensial infeksi Bayi BBLR Kemampuan menelan dan menghisap kurang Asupan nutrisi tidak adekuat Nutrisi yang masuk tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh Gangguan pemasukan nutrisi 2.2.3 Diagnosa Keperawatan 1. Pola nafas tidak efektif b.d imaturitas paru dan Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan Resiko tinggi infeksi

neuromuskuler, penurunan energi dan keletihan. 2. Perubahan suhu tubuh b.d kontrol suhu yang imatur dan

penurunan lemak tubuh yang berkurang.

3. kurang. 4.

Resiko tinggi infeksi b.d pertahanan imunologis yang

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d ketidak

mampuan mencerna nutrisi karena imatur.

2.2.4 Perencanaan Dx I Tujuan : Pola nafas tidak efektif b.d imaturitas paru dan neuromuskuler, penurunan energi dan keletihan : pasien menunjukan oksigenasi yang adekuat. 1. Observasi tanda-tanda vital. Rasional: mengethui keadaan umum klien 2. Tempatkan pada posisi terlentang dengan leher sedikit ekstensi dan hidung menghhadap ke atas. Rasional: untuk mencegah adanya penyempitan jalan nafas 3. Hindari hiperekstensi leher. Rasional: karena akan mengurangi diameter trakea 4. Observasi tanda-tanda distress (mengorok, sianosis, cuping hidung, apneu). Rasional: mengethui adanya pernafasan cuping hidung, perkembangan retraksi paru, takipneu, apneu, mengorok, sianosis, saturasi O2 5. Lakukan penghisapan untuk menghilangkan mucus yang terakumulasi di nasofaring. Rasional: untuk menghilangkan mucus yang terakumulasi dari nasofaring trakea, dan selang endotraekal Dx II : Perubahan suhu tubuh b.d kontrol suhu yang imatur dan Intervensi :

penurunan lemak tubuh yang berkurang. Tujuan : pasien bisa mempertahankan suhu tubuh yang stabil. Intervensi : 1. Tempatkan bayi dalam inkubator atau pakaian hangat. Rasional: untuk mempertahankan suhu tubuh stabil 2. Pantau suhu aksila pada bayi yang tidak stabil. Rasional: untuk mengetahui keadaan umum pasien 3. Periksa suhu udara sesuai kebutuhan. Rasional: untuk mempertahankan suhu kulit dalam rentang termal yang dapat diterima. 4. Pantau dari tanda-tanda hipertermi : kemerahan, ruam. Rasional: mencegah terjadinya hipertermi. Dx III : Resiko tinggi infeksi b.d pertahanan imunologis yang kurang. Tujuan : pasien tidak menunjukan tanda-tanda infeksi nosokomial. Intervensi : 1. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan. Rasional: mencegah penyebaran infeksi 2. Bersihkan semua alat yang digunakan untuk bayi dengan steril. Rasional: mengurangi resiko infeksi 3. Isolasi bayi yang mengalami infeksi sesuai institusional. Rasional: menghindari terjadinya infeksi pada bayi lain 4. Kalaborasi : antibiotik sesuai indikasi. Rasional: antibiotik membunuh mikroorganisme, bakteri Dx IV : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d ketidak mampuan mencerna nutrisi karena imatur. Tujuan : pasien mendapatkan nutrisi yang adequat, dengan masukan kalori untuk mempertahankan keseimbangan nitrogan positif dan menunjukan penambahan berat badan ynag tepat.

Intervensi : 1. Timbang BB setiap hari. Rasional: mengetahui peruban BB setiap hari. 2. Pertahankan cairan parenteral natrium sesuai intruksi. Rasional: memenuhi kebutuhan nutrisi sesuai usia. 3. Kaji kesiapan bayi untuk mengkoordinasikan menelan dan pernafasan. Rasional: mengetahui kemampuan menelan dan bernafas bayi. 4. Bantu ibu mengeluarkan ASI untuk menciptakan dan mempertahankan laktasi sampai ibu dapat menyusui. Rasional: membantu memenuhi kebutuhan nutrisi bayi.

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian 1. Identitas a. Identitas Klien Nama Usia Jenis Kelamin Agama Pendidikan No. Medrec Alamat Tanggal Pengkajian Tanggal Masuk RS Golongan Darah Diagnosa Medis Nama Usia Pendidikan Pekerjaan Agama : By. Ny. D. : 18 hari : Perempuan : Islam :: 232493 : Padasuka, Situraja Utara - Situraja : 03 Mei 2010 : 15 April 2010 :: Lahir Spt + KPD + Gemeli II : Tn. M. : 25 Tahun :: Wiraswasta : Islam

b. Identitas Penanggung Jawab/Orang Tua

Status Marital Alamat 2. Riwayat Kesehatan a. Keluhan Utama

:: Padasuka, Situraja Utara - Situraja

Hubungan dengan klien : Ayah dari Bayi

Berat badan kurang dari normal.

b. Riwayat Kesehatan Sekarang Pada saat dikaji berat badan bayi 1.650 gram, panjang badan 42 cm, lingkar kepala 29 cm, lingkar dada 24 cm dan lingkar lengan atas 7,5 cm.Bayi keadaan umumnya compos mentis dengan tanda-tanda Vital, Suhu Aksila 36,50C, BjA 144 x/menit, Pernafasan 44 x/menit c. Riwayat Kesehatan Dahulu Ibu melahirkan pada tanggal 15 mei 2010,anak yang kedua dan gemeli dengan hasil gestasi premature, lahir secara spontan dengan berat 1500 gram, panjang badan 42 cm, lingkar kepala 29 cm, lingkar dada 24 cm dan lingkar lengan atas 7,5 cm.Waktu peningkatan berat badan lahir selama 18 hari adalah 150 gram.APGAR score pada saat lahir 8.Lahir dalam keadaan normal tidak adanya anomaly congenital. d. Riwayat Kesehatan Keluarga Tidak ada penyakit ketunan dan tidak ada penyakit menular dari keluarga. e. Riwayat Imunisasi Belum Imunisasi karena bayi dalam keadaan sakit.

3. Pola Aktivitas Sehari-hari No. ADL 1. Nutrisi a. Makan Jenis Frekuensi b. Minum Jenis Frekuensi Masalah Eliminasi a. BAK Warna Frekuensi b. BAB Warna Konsistensi Frekuensi Masalah Istirahat Tidur Lamanya tidur Masalah Personal Hygiene Hijau Pekat Tidak tentu Kuning Tidak tentu Air susu, air putih 1 cc 8 x pemb. Susu 8 x 20 cc (278 kalori) di Rumah di RSU

2.

3.

Bayi tidur + 14 jam dalam sehari

4.

No. -

ADL Mandi/dilap

di Rumah -

di RSU Dilap 2 x sehari menggunakan air hangat

Frekuensi

ganti

Setiap kali popoknya basah

baju/popok Masalah 4. Pemeriksaan Fisik Head To Toe Penampilan umum Kesadaran : CM (compos mentis) a. Tanda-tanda Vital c. Kulit d. Kepala Warna Verniks kaseosa Lanugo Edema : merata merah muda : tidak ada : ada : tidak ada Suhu Aksila BjA Pernafasan Tekanan darah (JP) Lingkar kepala Lingkar dada Panjang badan Berat badan Lingkar lengan atas : 29 cm : 24 cm : 42 cm : 1.650 gram : 7,5 cm : 36,50C : 144 x/menit : 44 x/menit

b. Antropometri

Bentuk kepala simetris, sutura ada, pontanel anteior ada dengan ukuran 2 cm, rambut halus berwarna hitam tetapi distribusinya tidak merata. e. Mata

Kelopak mata edema, konjungtiva merah muda, sklera putih, air mata ada, jarak kantus 2,5 cm, reflek kornea dan pupil + / +. f. Telinga Posisi puncak pinna sejajar horizontal kantus mata, bentuk lengkap, meatus akustikus serumen kuning kecoklatan, nyeri tidak ada.

g. Hidung Ukuran normal, simetris di pusat muka, kepatenan paten, utuh dan tidak berair, nares lengkap, mukosa hidung merah muda, kebersihan bersih. h. Mulut dan tenggorokan 1. Bibir utuh, warna merah muda, bentuk simetris, tidak ada pembengkakan, tidak ada lesi dan tidak ada fisura. 2. Mulut tepi bukal merah, gusi merah muda, lidah merah muda bercak putih, palatum normal tidak ada celah. i. Leher Bentuk Lipatan-lipatan Kebersihan j. Dada dan paru Thoraks : Bentuk normal, simetris pergerakannya, retraksi sternal tidak ada, sekresi putting tidak ada, jenis pernafasan abdomen, bunyi nafas dari apeks ke dasar paru suara nafas normal. Jantung : Pengembangan ada simetris, bunyi S1, S2 dan murmur di ICS 4-5, ICS 2, TIM normal dibawah putting susu. k. Abdomen Inspeksi : : simetris : ada : bersih

Kontur abdomen lembut, warna kulit merah muda dan merata dengan yang lain, umbilikus tidak ada cairan, dan tidak berbau. Auskultasi : Bising usus normal 8X / menit Palpasi : Turgor jelek lebih dari 3 detik, tidak ada nyeri tekan, hepar, limpa, ginjal teraba. Perkusi : Pada saat diperkusi suara abdomen timpani l. Genitalia Inspeksi : Bentuk labia mayora dan minora oedema, labia minora lebih besar dari labia mayora, warna merah muda, lengkap, meatus uretal ada, BAK baik. Labiya mayora dan minora Bentuk Ukuran Warna Klitorisis BAK Punggung Wing anal Mekonium Tangan : : ada : ada dalam 24 jam pertama : Oedema : labia minora lebih besar dari labio mayora : Merah muda : Ada dan edema : baik

Kelengkapan : Lengkap Meatus uretal : ada

m. Punggung dan Rektum Bentuk simetris, datar, warna merata, spina utuh tidak ada lubang. Lubang anus : ada dan paten

n. Ekstremitas

Jumlah jari tangan lengkap, bentuk simetris, rentang gerak terbatas, warna kuku merah muda, telapak tangan datar, denyut nadi brakhialis ada. Kaki : Jumlah jari kaki lengkap kiri kanan, bentuk simetris, rentang gerak terbatas, warna kuku merah muda, fleksi ekstensi normal.

o. Sistem Neuromuskuler Mampu mempertahankan kepala walau sebentar, mampu memutar kepala dari satu sisi ke sisi yang lainnya. p. Refleks-refleks Refleks moro Sucking refleks Rooting refleks Gag. Refleks Refleks ekstrusi Tonik neck Otolith righting Galant refleks Peres refleks Graff refleks Babinski refleks Refleks merangkak Refleks placing : ada : ada (lemah) : ada (lemah) : ada : ada (lemah) : ada : ada : ada : ada : ada : ada : tidak dikaji : tidak dikaji

Refleks neck tighting : ada

q. Tumbuh Kembang Anak Menurut Erik Erikson Pada usia 8 hari refleks menghisap anak semakin kecil Terjadi penambahan berat badan Anak/bayi sering menangis

5. Data Psiko Sosial

a. Psikologis 1) Pola pikir dan Persepsi Klien sering menangis 2) Konsep Diri b. Sosial Klien belum bisa berinteraksi dengan yang lainnya. 6. Data Penunjang a. Pemeriksaan diagnostik b. Pemeriksaan laboratorium c. Terapi Inkubator B. Analisa Data No. 1. Data Senjang DO : Jaringan bawah sedikit. Kulit tipis dan transparan lemak kulit Kemungkinan Penyebab/Etiologi Imaturitas dan penurunan jaringan lemak tubuh subkutan Gangguan termoregulasi tubuh akibat jaringan lemak kurang Rentan kedinginan 2. DO : Akumulasi sekret Perubahan suhu tubuh Imaturitas paru dan neromuskular Pola nafas Masalah Keperawatan Perubahan suhu tubuh

tidak efektif

No.

Data Senjang

Kemungkinan Penyebab/Etiologi Defisit kebutuhan O2 Energi kurang atau keletihan akibat kekurangan O2 Pola nafas tidak efektif Imunologis kurang Sistem imun kurang matur Invasi mikroorganisme Terjadi infeksi Resti infeksi

Masalah Keperawatan

3.

DO : PO2 menurun PCO2 meningkat Tampak tanda nasokomial tandainveksi

Resiko terhadap infeksi

C. Diagnosa Keperawatan 1. Pola nafas tidak efektif b.d imaturitas paru dan neuromuskular, penurunan energi dan keletihan. 2. Perubahan suhu tubuh b.d kontrol suhu yang imatur dan penurunan lemak tubuh subkutan. 3. Resiko tinggi infeksi b.d penurunan imunologis yang kurang.

D. Perencanaan, Implementasi, Evaluasi No. 1. Diagnosa Keperawatan Pola nafas tidak efektif b.d imaturitas paru dan neromuskular, penurunan energi dan keletihan. DO : Akumulasi sekret. Tujuan Intervensi Rasional

Tupan : Dalam waktu + 7 hari pola nafas 1. Observasi tandakembali efektif. tanda vital Tupen : Dalam waktu + 5 hari imaturitas paru dan neuromuskular, 2. Tempatkan bayi penurunan energi pada posisi dan keletihan terlentang dengan teratasi, dengan leher sedikit kriteria : ekstensi dan - Tidak ada hidung menghadap akumulasi sekret keatas 3. Hindari hiperekstensi leher 4. Obsrvasi tandatanda istres (mengorok, sianosis, cuping hidung apneu) 5. Lakukan penghisapan untuk menghilangkan mucus yang terakumulasi dan nasofaring (bila perlu)

1. Adanya indikator penampangan dan normal. 2. Mencegah adanya penyempitan jalan nafas.

3. Menggurangi diameter trakea. 4. Menghilangkan mucus yang sedang endotrakeal. 5. Melancarkan jalan nafas

2.

Perubahan suhu tubuh b.d kontrol suhu yang imatur dan penurunan lemak tubuh. DO : - Jaringan lemak bawah kulit sedikit - Kulit tipis dan tranparan

Tupan : Dalam waktu + 5 klien dapat 1. Tempatkan bayi mempertahankan dalam inkubator suhu tubuh yang atau pakaian stabil hangat Tupen : Dalam waktu + 3 2. Pantau suhu aksila hari setelah dilakukan tindakan keperawatan suhu 3. Periksa suhu udara tubuh stabil dengan sesuai kebutuhan

1. Untuk mempertahankan suhu tubuh tetap stabil 2. Sebagai indikator adanya penyimpangan. 3. Mempertahankan suhu kulit 32

No.

Diagnosa Keperawatan

Tujuan kriteria : - Bayi tidak kedinginan

Intervensi

Rasional

4. Pantau tanda-tanda dari hipertermi : kemerahan, ruam.

4. Mencegah terjadinya hipotermi.

3.

Resiko tinggi infeksi b.d pertahanan imunologis yang kurang DS : - PO2 menurun - PCO2 meningkat - Tampak tandatanda inveksi nasokomial

Tupan : Bayi tidak menunjukan tanda- 1. Cuci tangan tanda infeksi sebelum dan nasokomial sesudah Tupen : melakukan Bayi tidak tindakan. menunjukan tandatanda infeksi 2. Bersihkan semua nasokomial, alat yang dengan kriteria : digunakan untuk - PO2 Naik bayi dengan steril. - PCO2 turun - Tidak ada tanda- 3. Isolasi bayi yang tanda vital mengalami infeksi sesuai instruksional. 4. Kolaburasi antibiotik sesuai indikasi.

1. Mencegah penyebaran infeksi.

2. Mengurangi resiko infeksi.

3. Menghindari terjadinya infeksi pada bayi lain. 4. Antibiotik membunuh mikroorganisme, bakteri.

E. CATATAN PERKEMBANGAN N DIAGNOS HARI/TANGGAL/J O A AM 1 Pola nafas Senin, 3 Mei 2010 tidak efektif Pukul 21.00 WIB b.d imaturitas paru dan neuromuskul er, penurunan energi dan

IMPLEMENTASI 1. Observasi tanda tanda vital 2. Menempatkan bayi pada posisi terlentang dan hidung menghadap ke

EVALUA SI (SOAP) S : O: Respirasi 48x / menit Mukus tidak ada A: masalah

33

keletihan Do : akumulasi sekret frekuensi nafas <30x/mnt

Perubahan Senin, 3 Mei 2010 suhu tubuh Pukul 21.20 WIB b.d kontrol suhu imatur dan penurunan lemak tubuh Do : Jaringan lemak tubuh bawah kulit sedikit Kulit tipis dan transparan Suhu tubuh <36 c Resiko Senin, 4 Mei 2010 tinggi infeksi pukul 05.00 WIB b.d pertahanan imunologis yang kurang Do : PO2 PCO2 Tampak tanda tanda infeksi nosokomial

atas 3. Menghindari hiperekstensi leher 4. Mengobservasi tanda-tanda distress (apneu) 5. Melakukan penghisapan mukus (bila perlu) 1. Menempatkan bayi di inkubator atau pakaian hangat 2. Memantau suhu aksila 3. Memeriksa suhu udara sesuai kebutuhan 4. Memantau tanda-tanda hipotermi

teratasi sebagian P: lakukan intervensi 1,3,4

1. Mencuci tangan 2. Membersihkan alat sampai steril 3. Mengisolasika n bayi yang mengalami infeksi 4. Berkolaborasi untuk memberikan antibiotik

S : O: Suhu tubuh masih < 36,5 c Suhu udara < 34 c A: masalah belum teratasi P: lanjutkan intervensi 1-4 S : O: Bayi tidak terlihat adanya tandatanda infeksi PO2 PCO2 A: masalah belum teratasi P: lanjutkan intervensi 1-4

34

N O 1

DIAGNOS A

HARI/TANGGAL/J AM

IMPLEMENTASI 1. Observasi tanda tanda vital 2. Menempatkan bayi pada posisi terlentang dan hidung menghadap ke atas 3. Menghindari hiperekstensi leher 4. Mengobservasi tanda-tanda distress (apneu) 5. Melakukan penghisapan mukus (bila perlu) 1. Menempatkan bayi di inkubator atau pakaian hangat 2. Memantau suhu aksila 3. Memeriksa suhu udara sesuai kebutuhan 4. Memantau tanda-tanda hipotermi

Pola nafas Senin, 5 Mei 2010 tidak efektif Pukul 21.00 WIB b.d imaturitas paru dan neuromuskul er, penurunan energi dan keletihan Do : akumulasi sekret frekuensi nafas <30x/mnt

EVALUA SI (SOAP) S : O: Respirasi 48x / menit Mukus tidak ada A: masalah teratasi sebagian P: lakukan intervensi 1,3,4

Perubahan Senin, 5 Mei 2010 suhu tubuh Pukul 21.20 WIB b.d kontrol suhu imatur dan penurunan lemak tubuh Do : Jaringan lemak tubuh bawah kulit sedikit Kulit tipis dan transparan Suhu tubuh <36 c Resiko Senin, 5 Mei 2010 tinggi infeksi pukul 05.00 WIB b.d pertahanan imunologis yang kurang

1. Mencuci tangan 2. Membersihkan alat sampai steril 3. Mengisolasika

S : O: Suhu tubuh masih < 36,5 c Suhu udara < 34 c A: masalah belum teratasi P: lanjutkan intervensi 1-4 S : O: Bayi tidak terlihat adanya tanda35

Do : PO2 PCO2 Tampak tanda tanda infeksi nosokomial

n bayi yang mengalami infeksi 4. Berkolaborasi untuk memberikan antibiotik

tanda infeksi PO2 PCO2 A: masalah belum teratasi P: lanjutkan intervensi 1-4 EVALUA SI (SOAP) S : O: Respirasi 48x / menit Mukus tidak ada A: masalah teratasi sebagian P: lakukan intervensi 1,3,4

N O 1

DIAGNOS A

HARI/TANGGAL/J AM

IMPLEMENTASI 1. Observasi tanda tanda vital 2. Menempatkan bayi pada posisi terlentang dan hidung menghadap ke atas 3. Menghindari hiperekstensi leher 4. Mengobservasi tanda-tanda distress (apneu) 5. Melakukan penghisapan mukus (bila perlu) 1. Menempatkan bayi di inkubator atau pakaian hangat 2. Memantau suhu aksila 3. Memeriksa suhu udara sesuai kebutuhan

Pola nafas Senin, 6 Mei 2010 tidak efektif Pukul 21.00 WIB b.d imaturitas paru dan neuromuskul er, penurunan energi dan keletihan Do : akumulasi sekret frekuensi nafas <30x/mnt

Perubahan suhu tubuh b.d kontrol suhu imatur dan penurunan lemak tubuh Do : Jaringan lemak tubuh

Senin, 6 Mei 2010 Pukul 21.20 WIB

S : O: Suhu tubuh <36.5 c Suhu udara <34 c A: masalah 36

bawah kulit sedikit Kulit tipis dan transparan Suhu tubuh <36 c Resiko Senin, 6 Mei 2010 tinggi infeksi pukul 05.00 WIB b.d pertahanan imunologis yang kurang Do : PO2 PCO2 Tampak tanda tanda infeksi nosokomial

4. Memantau tanda-tanda hipotermi

belum teratasi P: lanjutkan intervensi 1-4 S : O: Bayi tidak terlihat adanya tandatanda infeksi PO2 PCO2 A: masalah belum teratasi P: lanjutkan intervensi 1-4 EVALUA SI (SOAP) S : O: Respirasi 48x / menit Mukus tidak ada A: masalah teratasi P: pertahanka n intervensi 1-5

1. Mencuci tangan 2. Membersihkan alat sampai steril 3. Mengisolasika n bayi yang mengalami infeksi 4. Berkolaborasi untuk memberikan antibiotik

N O 1

DIAGNOS A

HARI/TANGGAL/J AM

IMPLEMENTASI 1. Observasi tanda tanda vital 2. Menempatkan bayi pada posisi terlentang dan hidung menghadap ke atas 3. Menghindari hiperekstensi leher 4. Mengobservasi tanda-tanda distress (apneu) 5. Melakukan

Pola nafas Senin, 7 Mei 2010 tidak efektif Pukul 21.00 WIB b.d imaturitas paru dan neuromuskul er, penurunan energi dan keletihan Do : akumulasi sekret frekuensi nafas <30x/mnt

37

Perubahan Senin, 7 Mei 2010 suhu tubuh Pukul 21.20 WIB b.d kontrol suhu imatur dan penurunan lemak tubuh Do : Jaringan lemak tubuh bawah kulit sedikit Kulit tipis dan transparan Suhu tubuh <36 c Resiko Senin, 7 Mei 2010 tinggi infeksi pukul 05.00 WIB b.d pertahanan imunologis yang kurang Do : PO2 PCO2 Tampak tanda tanda infeksi nosokomial

1.

2. 3.

4.

penghisapan mukus (bila perlu) Menempatkan bayi di inkubator atau pakaian hangat Memantau suhu aksila Memeriksa suhu udara sesuai kebutuhan Memantau tanda-tanda hipotermi

S : O: Suhu tubuh 36.5 c Suhu udara 34 c A: masalah teratasi P: pertahanka n intervensi 1-4 S : O: Bayi tidak terlihat adanya tandatanda infeksi PO2 PCO2 A: masalah teratasi P: pertahanka n intervensi 1-4

1. Mencuci tangan 2. Membersihkan alat sampai steril 3. Mengisolasika n bayi yang mengalami infeksi 4. Berkolaborasi untuk memberikan antibiotik

38

BAB IV PENUTUP

4.1 KESIMPULAN Bayi berat lahir rendah ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram ( WHO, 1961 ). Berat badan pada kehamilan khusus apapun sangat berfariasi dan harus digambarkan pada grafik presentil. Bayi yang berat badannya diatas presentil 90 dinamakan besar untuk umur kehamilan dan yang di bawa presentil 10 dinamakan ringan untuk umur kehamilan. Berdasarkan itu bahwa 10 % semua bayi ringan untuk umur kehamilan. Bayi yang berat badannya kurang dari 2500 gr pada saat lahir dinamakan berat badan lahir rendah. Pada hasil pengkajian bayi Ny. D didapatkan bahwa bayi tersebut mengalami BBLR dengan berat badan pada saat lahir yaitu 1500 gram dan pada saat dikaji berat badan bayi 1.650 gram, panjang badan 42 cm, lingkar kepala 29 cm, lingkar dada 24 cm dan lingkar lengan atas 7,5 cm.Bayi keadaan umumnya compos mentis dengan tanda-tanda Vital, Suhu Aksila 36,50C, BjA 144 x/menit, Pernafasan 44 x/menit. Diagnosa yang muncul pada Ny. D adalah Pola nafas tidak efektif b.d imaturitas paru dan neuromuskular, penurunan energi dan keletihan, Perubahan suhu tubuh b.d kontrol suhu yang imatur dan penurunan lemak tubuh subkutan, dan Resiko tinggi infeksi b.d penurunan imunologis yang kurang. Penatalaksanaan atau implementasi yang dapat dilakukan pada klien tersebut adalah inkubator karena bayi prematur dengan cepat akan kehilangan panas badan dan menjadi hipotermi karena pusat pengaturan panas belum berfungsi dengan baik, metabolisme rendah dan permukaan

39

badan relatif luas. Oleh karena itu bayi prematuritas harus dirawat dalam inkubator sehingga panas badannya mendekati dalam rahim , apabila tidak ada inkubator bayi dapat dibungkus dengan kain dan disampingnya ditaruh botol berisi air panas sehingga panas badannya dapat dipertahankan. Nutrisi karena alat pencernaan bayi belum sempurna, lambung kecil enzim peneernaan belum matang, sedangkan kebutuhan protein 3-5 gr/kg BB dan kalori 110 kal;/kgBB sehingga pertumbuhan dapat meningkat. Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului derngan menghisap cairan lambung , reflek masih lemah sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit demi sedikit dengan frekwensi yang lebih sering. ASI merupakan makanan yasng paling utama sehingga ASI-lah yang paling dahulu diberikan, bila faktor menghisapnya kurang maka ASI dapat diperas dan diberikan dengan sendok perlahan-lahan atau dengan memasang sonde. Permulaan cairan yang diberikan 50- 60 cc/kgBB/hari terus dinaikan sampai mencapai sekitar 200 cc/kgBB/hari. Pototerafi karena semua bayi prematur menjadi ikterus karena sistem enzim hatinya belum matur dan bilirubin tak berkonjugasi tidak dikonjugasikan secara efisien sampai 4-5 hari berlalu . Ikterus dapat diperberat oleh polisetemia, memar hemolisias dan infeksi karena hperbilirubinemia dapat menyebabkan kernikterus maka wama bayi harus sering dicatat dan bilirubin diperiksa, bila ikterus muncul dini atau lebih cepat bertambah coklat. Oksigen karena bayi prematur mungkin menderita penyakit membran hialin. Pada penyakit ini tanda-tanda gawat pernafasan selalu ada dalam 4 jam. Bayi haras dirawat terlentang atau tengkurap dalam incubator, dada abdomen harus dipaparkan untuk mengobserfasi usalia pernapasan.Kemudian yang berikutnya adalah menghindari Infeksi karena bayi prematuritas mudah sekali mengalami infeksi karena daya tahan tubuh masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang dan pembentukan antibodi belum sempurna . Oleh karena itu tindakan prefentif sudah dilakukan sejak antenatal sehingga tidak terjadi persalinan dengan prematuritas (BBLR).

40

Evaluasi yang dilakukan pada klien tersebut harus adalah dengan memantau keadaan klien setelah dilakukan tindakan keperawatan apakah ada perubahan atau tidak, Kemudian pendokumentasian yang bdilakukan adalah dengan mencatat semua hasilnya dan dengan menggunakan teknik pendokumentasian yang benar. 4.2 SARAN Dalam pembuatan makalah ini penulis menyadari masih banyak kesalahan dan kekurangan yang harus diperbaiki. Namun, untuk meningkatkan pemahaman tentang ASKEP pada bayi baru lahir rendah, maka penulis berkeinginan menyumbangkan beberapa pemikiran yang dituangkan dalam bentuk saran sebagai berikut : 1. Bagi Pembaca Bisa menambah pengetahuan tentang ASKEP BBLR. Sehingga,dapat dijadikan sebagai penambahan ilmu dalam bidang keperawatan dan pemberian asuhan keperawatan. 2. Bagi Institusi Untuk meningkatkan dan memperlancar dalam proses pembuatan makalah, hendaknya pihak pendidikan menambah literatur-literatur di perpustakaan khususnya ASKEP BBLR dan meningkatkan kapasitas jaringan internet yang lebih tinggi. 3. Bagi Dinas Kesehatan Untuk dijadikan bahan pertimbangan dan dasar pengambilan keputusan sebagai literatur di bidang kesehatan.

41

Anda mungkin juga menyukai