Anda di halaman 1dari 5

Telah kita ketahui bersama bahwa pada umumnya tanah dibentuk pada 5 faktor yaitu iklim, organisme, bahan

induk, topografi dan waktu. Secara umum tanah digolongkan menjadi 2 bagian yaitu tanah endodinamomorf yaitu tanah yang mempunyai sifat-sifat terutama kimiawinya yang identik dengan bahan induk atau terbentuk dari bahan residual. Contoh dari tanah ini adalah tanah lithosol, andosol, grumodol dan organosol. Yang kedua adalah tanah ektodinamomorf yaitu tanah yang mempunyai sifat-sifat tidak identik dengan bahan induknya. Contoh tanah golongan ini adalah tanah aluvial yang terletak di pinggiran sungai. Thorf mengkalasifikasikan ada 2 faktor dalam pembentuk tanah yaitu faktor geografis dan faktor fisiologis. Selanjutnya disni akan diterangkan faktor pembentuk tanah berdasarkan iklim dan organisme. 1.Iklim. Iklim merupakan rata-rata cuaca pada jangka panjang dan biasanya memakan waktu 30 tahun dalam meneliti iklim suatu daerah. Semua energi di alam raya termasuk yang digunakan dalam proses genesis dan diferensiasi tanah bersumber dari energi panas matahari. Jumlah energi yang sampai ke permukaan bumi tergantung pada kondisi bumi atau cuaca, makin baik atau semakin cerah cuaca makin banyak energi yang sampai ke bumi dan sebaliknya bila cuaca berawan atau mendung maka energi yang sampai ke permukaan bumi sedikit. Cuacalah yang bertanggung jawab dalam mengubah energi mekanik atau panas. Apabila energi mekanik menimbulkan gerakan udara atau angin yang memicu proses penguapan air melalui mekanisme transpirasi tanaman dan evaporasi permukaan non tanaman maka energi panas ditransformasi oleh tetanaman menjadi energi kimiawi melalui mekanisme fotosintesis yang kemudian digunakan oleh semua makhluk hidup untuk aktivitasnya melalui mekanisme dekomposisi bahan organik termasuk di dalamnya pencernaan usus manusia dan hewan. Di antara komponen iklim yang paling berperan adalah curah hujan dan temperatur. Berdasarkan nisbah antara P(prespitasi(hujan + salju + embun) : Et(evapotranspirasi) Walther Penck membagi tanah dunia menjadi 2 wilayah yaitu: A.Daerah humid atau basah apabila nisbah P : Et lebih besar dari 0,7 B.Daerah arid atau kering apabila bernisbah kurang dari 0,7 Lang membagi wilayah bumi berdasarkan R(curah hujan rata-rata/tahun) dengan T(temparatur rata-rata/tahun) menjadi 4 wilayah yaitu: A.Daerah arid atau kering apabila nisbah R : T kurang dari 40 yaitu kawasan yang berevapotranspirasi lebih besar ketimbang curah hujan sehingga air tanah naik ke permukaan. Tanah kawasan ini berciri khas adanya kerak-kerak garam di permukaan. B.Daerah humid atau lembab apabila bernisbah antara 40-160 yaitu kawasan yang bercurah hujan lebih besar ketimbang evapotranspirasi sehingga proses mineralisasi lebih lambat ketimbang humanifikasi. Oleh karena itu humus makin banyak terbentuk dengan makin banyaknya hujan dan proses humifikasi optimum pada nisbah 120. Tanah-tanah di wilaya ini terbagi menjadi: 1.Tanah kuning atau merah dengan nisbah 40-60 2.Tanah coklaht dengan nisbah 60-100 3.Tanah hitam dengan nisbah 100-160 C.Daerah perhumid atau sangat lembab yaitu wilayah bernisbah lebih besar dari 160 D.Daerah nival atau basah yaitu wilayah tanpa penguapan sama sekali. Dua istilah yang sering juga digunakan adalah daerah pegunungan dan daerah tropika. Daerah pegunungan menurut meyer adalah dataran tinggi yang mempunyai nisbah N(jumlah hujan setahun) dengan S(defisit kejenuhan = beda tekanan uap air maksimum pada temperatur tertentu

dan tekanan 76 cm Hg dengan kelembaban mutlak udara) untuk semua bulan lebih dari 30 atau lembab sepanjang tahun. Daerah tropika menurut Thornwaite adalah wilayah yang mempunyai indeks E-T lebih dari 128. Indeks E-T atau efisiensi temperatur adalah jumlah nisbah temperatur bulan berbanding dengan 4 selama setahun. 2.Pengaruh Curah Hujan. Sebagai pelarut dan pengangkut maka air hujan akan mempengaruhi yang pertama komposisi kimiawi mineral-mineral penyusun tanah, yang kedua kedalaman dan diferensiasi profil tanah dan terakhir sifat fisik tanah. Pengaruh curah hujan terhadap komposisi kimiawi tanah tertera pada tabel berikut: Daerah (Contoh) Bahan Larut Komposisi Senyawa Kimiawi (%) Total SiO2 Al2O3 Fe2O3 CaO MgO K2O Na2O Arid(573) 30,84 6,71 7,21 5,47 1,43 1,27 0,67 0,35 Humid(696) 15,83 4,04 3,66 ,3,88 0,13 0,29 0,21 0,14 Tabel Atas:Proporsi komposisi kimiawi tanah daerah arid dan humid Daerah N Profil Tanah Nilai Pelindian Semiarid-Semihumid 15

0,981 + 0,059 Semihumid 29 0,901 + 0,028 Humid 12 0,719 + 0,053 Nilai Pelindian Tanah pada 3 zona iklim Adanya perbedaan komposisi kimiawi sebagai konsekuensi berbedanya intensitas pelapukan terlihat pada tabel proporsii komposisi kimiawi tanah daerah arid dan humid yaitu: 1.Tanah daerah humid mempunyai bahan dan silikat larut serta komponen senyawa kimiawi utama yang selalu lebih rendah ketimbang tanah daerah arid. 2.Nisbah besi oksida: Al-oksida dan Mg-oksida : Ca-oksida pada tanah daerah humid lebih dari satu sedangkan pada tanah daerah arid kurang dari satu. Kemudian pada tabel ke 2 juga terlihat pada urutan nilai-nilai pelindian hasil penelitian jenny terhadap tanah-tanah di Amerika Serikat yaitu pada daerah-daerah; Semiarid sampai semihumid > semihumid > humid. Nilai pelindian adalah nisbah indeks pelindian pada horizon tanah:indeks pelindian pada horizon bahan induk dengan indeks pelindian(IP): IP =(K2O + Na2O + CaO) : (Al2O3) Urutan nilai pelindian ini merupakan indikator makin intensifnya pengaruh curah hujan dalam melindi senyawa-senyawa kimiawi yang diwakili oleh K2O, Na2O dan CaO pada profil tanah ketimbang pada bahan induknya sehingga juga merupakan indikator: 1.Makin rendahnya kadar dan ketersediaan hara, kejenuhan basa-basa(Ca, Mg, Na dan K) reaksi tanah atau PH dan muatan negatif koloid liat sehingga apabila tanah-tanah tersebut berasal dari bahan induk yang sama secara umum juga mencerminkan makin rendahnya kesuburan tanah. 2.Makin banyaknya pembentukan liat oksida Al dan Fe yang bermuatan negatif rendah bahkan dapat bermuatan positif sehingga berdaya fiksasi tinggi terhadap anion-anion seperti fosfat tetapi berdaya tukar rendah terhadap kation-kation seperti K, Ca dan Mg. Hal ini berdampak negatif terhadap erisiensi pemupukan maupun ameliorasi atau pembenahan sifat kimiawi tanah. 3.Makin terdiferensiasinya horizon-horizon tanah baik secara kimiawi maupun secara fisik. Secara fisik tanah-tana akan mempunyai lapisan atas yang gembur dan relatif tipis tetapi secara keseluruhan akan bersolum tebal bersifat kimiawi buruk dan bersifat fisik baik. Curah hujan berkolerasi erat dengan pembentukan bahan organik tanah karena air merupakan komponen utama tanaman maka kurangnya curah hujan akan menghambat pertumbuhan dan perkembangannya. Oleh karena itu pada tnah-tanah daerah arid umumnya dicirikan oleh rendahnya kadar BOT dan N serta aktivitas mikrobia heterotrofik dan sebaliknya pada tanahtanah daerah humid bahkan pada kawasan rawa-rawa akan terbentuk tanah gambut yang ketebalannya dapat lebih dari dua meter akibat terhambatnya mineralisasi dalam proses dekomposisi biomass. 3.Pengarauh Temperatur. Perbedaan temperatur merupakan cerminan energi panas matahari yang sampai ke suatu wilayah

sehingga berfungsi sebagai pemicu; 1.Proses fisik dalam pembentukan liat dari mineral-mineral bahan induk tanah dengan mekanisme identik proses pelapukan bebatuan yang telah diuraikan di atas. 2.Keanekaragaman hayati yang aktif karena masing-masing kelompok terutama mikrobia mempunyai termperatur optinum spesifik sehingga perbedaan temperatur akan menghasilkan jenis dan populasi milrobia yang berbeda pula. Umumnya makin rendah atau makin tinggi temperatur dari titik optimalnya akan diikuti oleh jenis dan populasi mikrobia yang makin sedikit. 3. Kesempurnaan proses dekomposisi biomass tnah hingga ke mineralisasinya. Sebagai hasil dari fungsi 2 dan 3 ini maka kadar biomass tanah-tanah akan bervariasi. Tanah yang terbentuk pada temperatur rendah akan cenderung berkadar biomass rendah lagi mentah akibat tanaman yang tumbuh umumnya berbatan kecil dan lambat berkembang dan sedikinya populasi dan jenis mikrobia heterotrof yang aktif. Tanah yang terbentuk pada temperatur tinggi juga berkadar hbiomass rendah tetapi matang karena cepatnya proses mineralisasi kimiawi terhadap sisa-sisa tanaman. Tanah-tanah yang terbentuk pada daerah humid akan mempunyai jenis dan populasi mikrobia yang ideal maka aktivitas biologisnya dalam dekomposisi biomass juga akan ideal. Sumber biomassnya berlimpah karena semua jenis tanaman akan trmbuh dan berkembang dengan baik sehingga kadar biomass tanah dan derajat kematangannya juga akan sedang karena laju proses humifikasi biomass seimbang dengan laju proses mineralisasinya. Humifikasi adalah proses dekomposisi bahan organik tanah yang menghasilkan senyawasenyawa organik sederhan dan humus sedangkan mineralisasi adalah proses dekomposisi senyawa-senyawa organik sederhan menjadi senyawa-senyawa atau ion-ion anorganik. 4.Jasad Hidup. Di antar berbagai jasad hidup vegetasi atau makroflora merupakan yang paling berperan dalam memengaruhi proses genesis dan perkembangan profil tanah karena merupakan sumber utama biomass atau bahan organik tanah. Organik tanah ini apabila terdekomposisi oleh mikrobia heterotrofik akan jenjadi sember energi dan hara bagi mikrobia sendiri juga merupakan sumber senyawa-senyawa organik dan anorganik yang terlibat dalam berbagai proses kemogenesis dan biogenesis tanah. Vegetasi sendiri melalui sistem perakarannya akan berpenetrasi ke lapisan bawah tanah dan membawa unsur-unsur ke trubusnya, sisa perakaran dan trubus yang mati akan menjadi sumber BOT dan unsur hara pada profil tanah sedalam penetrsi akar tersebut . Kedalaman pengaruh vegetasi ini terhadap sifat fusik, kimiawi dan biologis pada pfofil tanah tergantung pada intensitas dan ekstensitas sistem perakarannya, pengaruh pepohonan berakar tnggang akan lebih besar ketimbang rerumputan atau tanaman berakar serabut. Gleason dan Cronquist menibaratkan litosfer sebagi tiang penyangga, pedosfer sebagai kanvas dan biosfer sebagai suatu lukisan di atas kanvas tersebut. Ini dikarenakan ketiganya saling mempengaruhi. Tanah yang terbentuk pada daerah padang rumput adalah tanah Mollisols sedangkan di daerah hutan adalh tanah Alfisol.Hubungan seperti tersebut tidak jelas terlihat di Indonesia karena mugkin tanah-tanah Indonesia hampir seluruhnya tertutup oleh vegetasi hutan sebagai vegetasi aslinya.Daerah-daerah yang pada waktu ini ditumbuhi rumput alang-alang sebelumnya adalah merupakan hutan lebat. Di samping itu alang-alang mempunyai sifat yang berbeda dengan rumput-rumput di daerah perairan yang umumnya mempunyai perakaran halus yang banyak sekali. Hubungan antara vegatasi dan jenis tanah di daerah tropika umumnya kurang jelas kecuali di tempat-tempat tertentu misalnya di daerah tepi pantai. Di daerah pantai ini zona vegatasi yang berhubungan dengan sifat-sifat tanah sering terlihat jelas misalnya pada tanah-tanah berkadar garam tinggi ditumbuhi oleh jenis vegetasi Auicennia, Rbyzopora dan sebagainya. Di daerah

pedalaman yang jauh dari pantai tanah ditumbuhi oleh berbagai jenis vegetasi yang sulit digunakan sebagai petunjuk terhadap sifat tanah di bawahnya. Organisme merupakan faktor penting semenjak permulaan pembentukan profil tanah.Proses pembentukan profil tanah dimulai sejak tanaman dapat hidup di atas batuan. Apabila batuan sudah menjadi lebih lunak maka tumbuhan yang lebih besar mulai tmbuh. Pelapukan batuan menjadi bahan-bahan yang lebih lunak tersebut yaitu menjadi bahan induk tanah adalah melalui proses pelapukan fisik maupun kimia. Sisa tanaman atau binatang mula-mula tetap berada di atas tanah dan disebut Horison 0. Setelah sisa tanaman tersebut dihancurkan oleh hewan-hewean dan mikroorganisme menjadi lebih halus maka oleh hewan-hewan tersebut sebagian dari bahan organik tervampur dengan bahan mineral sehingga terbetntuklah Horison A yang berwarna gelap. Asam-asam yang delepaskan sebagai hasil dekomposisi bahan organik mempercepat pelapukan mineral yang banyak mengandung bas-basa sehingga terbentuk unsur-unsur hara yang mudah larut dalam air dan mineral-mineral liat dan oksida Si, besi dan aluminium. Bahan-bahan yang terbentuk dapat tetap tinggal di tempat di mana mereka terbentuk tetapi dapat juga dipindahkan ke lapisan oleh gerakan air dantertimbun di lapisan bawah membentuk horison baru(horison B). Dengan demikian maka lapisan atas dapat mengalami pencucian unsur hara Fe, Al, Si atau liat sedangkan di lapisan bawah dapat terjadi penimbunan bahan-bahan tersebut. Beberapa sifat tanah yang dipengaruhi oleh organisme antara lain adalah bentuk struktur dan rongga-rongga tanah, konsentrasi bahan organik dan bahan mineral dan perubahan-perubahan bentuk di permukaan tanah. d

Anda mungkin juga menyukai