Anda di halaman 1dari 3

Tiara Meizita

Jurnalistik 4A

A. DeIinisi Bahasa Jurnalistik
Bahasa jurnalistik adalah gaya bahasa yang digunakan wartawan dalam
menulis berita. Disebut juga bahasa komunikasi massa (language oI mass
communication, disebut pula newspaper language), yakni bahasa yang digunakan
dalam komunikasi melalui media massa, baik komunikasi lisan (tutur) di media
elektronik (radio dan tv) maupun komunikasi tertulis (media cetak dan online).
1

Menurut S. Wojowasito dari IKIP Malang dalam. Karya Latihan
Wartawan Persatuan Wartawan Indonesia (KLW PWI) di Jawa Timur (1978),
bahasa jumalistik adalah bahasa komunikasi massa seperti tertulis dalam harian-
harian dan majalah-majalah. Dengan Iungsi yang demikian itu bahasa tersebut
haruslah jelas dan mudah dibaca oleh mereka dengan ukuran intelek yang
minimal, sehingga sebagian besar masyarakat yang melek huruI dapat menikmati
isinya. Walaupun demikian, bahasa jumalistik yang baik haruslah sesuai dengan
norma-norma tata bahasa yang antara lain terdiri atas susunan kalimat yang benar
dan pilihan kata yang cocok.
Bahasa jurnalistik harus mudah dipahami oleh setiap orang yang
membacanya karena tidak semua orang mempunyai cukup waktu untuk
memahami isi tulisan yang ditulis oleh wartawan. Jadi, bahasa jurnalistik bahkan
harus bisa dipahami oleh tingkat masyarakat berintelektual rendah. Bahasa
jurnalistik merupakan bahasa komunikasi massa yang berIungsi sebagai
penyambung lidah masyarakat dan bahasa komunikasi pengantar pemberitaan
yang biasa digunakan media cetak dan elektronik.

B. Sejarah Bahasa Jurnalistik
Manusia pada era konvergensi media massa ini, tidak mungkin melakukan
pengembangan diri dan masyarakat tanpa mengakses berita, Iakta, ilustrasi,
gagasan, dan inIormasi dari berbagai media komunikasi massa baik secara
tradisional maupun media massa kontemporer.
Bermula dari abad ke-19 setelah manusia melakukan revolusi industri,
mereka menyempurnakan berbagai teknologi untuk membantu kehidupan mereka.
Antara pabrik dengan pertanian pun disambungkan. Manusia tidak lagi hanya
melakukan komunikasi antarpribadi dan kelompok. Teknologi komunikasi
mempertemukan manusia melalui industri telepon, surat kabar, majalah, IotograIi,

1
http://kangarul.wordpress.com
radio, Iilm, televisi, komputer dan satelit serta internet. Manusia kini berada
dalam abad inIormasi.
2

Pers (baca: pekerja media) menjadi sebuah proses mediasi antara
masyarakat dengan 'dunia. Pers diproses oleh jurnalisme untuk memiliki daya
persuasi. Jurnalisme memrosesnya melalui tata cara mencari dan menyebarkan
inIormasi. Jurnalisme selalu mengembangkan teknik prliputan dan pendistribusian
pesan yang sesuai dengan kultur masyarakat. Pada proses pengembangannya,
perancangan inIormasi mendorong kelahiran Ienomena bahasa pers.

C. Kendala Bahasa Jurnalistik
Kendala yang menghalangi terciptanya penggunaan bahasa jurnalistik
yang baik adalah :
1. Menulis di bawah tekanan waktu
Penulis berita yang dikejar tenggat nyaris tidak punya waktu untuk memoles
tulisannya, untuk memperindah tulisannya dengan pilihan kata-kata yang tepat,
untuk memangkas kalimat-kalimat yang tidak perlu agar membuat tulisan baik
menjadi sempurna. SiIat penanganan berita yang tergesa-gesa itu sedikit banyak
menjadi kendala untuk tercapainya kualitas penulisan berita yang baik.
3


2. Kemasabodohan dan kecerobohan
Orang cenderung mengikuti apa yang sudah dilakukan orang, tidak mau
menciptakan sendiri. Kemalasan ini timbul akibat sikap masa bodoh.
Kemasabodohan dan kecerobohan juga muncul ketika penulis berita malas
mencari kata-kata yang tepat untuk sesuatu maksud yang hendak ia katakan.

3. Tidak mau mengikuti petunjuk
Dalam menggunakan kata-kata baru, wartawan hendaknya berhati-hati untuk tidak
menggunakannya secara sembrono tanpa mengusut dahulu asal-usul kata-kata
baru itu. Jika dalam kamus tidak berhasil dijumpai kata-kata tersebut, paling tidak
tunda dulu penggunaannya sampai diperoleh keyakinan akan artinya setelah
bertanya kepada ahlinya.
4. Ikut-ikutan

2
Muslimin dan Djuroto, Totok, (1999), Tehik Mencari dan Menulis Berita: Petunjuk Praktis Untuk
Wartawan Pemula, hal. 35-37

3
Anwar, Rosihan (1991). Bahasa Jurnalistik dan Komposisi, hal 105

Wartawan juga sering menggunakan kata-kata yang dulu sering digunakan (ikut-
ikutan). Misalnya penggunaan kata-kata 'pasalnya dan 'akan halnya menjadi
mode dalam menulis berita karena dua kata itu dimulai penggunaannya secara
menarik oleh majalah Tempo. Ikut-ikutan seperti itu memang tidak dilarang tetapi
jika penggunaannya terlalu sering maka kata-kata tersebut menjadi klise dan tidak
menarik.

5. Merusak arti
Pilihan kata merupakan hal yang penting dalam menulis, terutama dalam menulis
berita untuk suratkabar. Wartawan harus tepat dalam memilih kata untuk kalimat
yang dibuat. Jika pilihan kata yang digunakan salah maka dpat merusak arti kata
tersebut.

D. Fungsi Bahasa Jurnalistik
Agar menjadi inIormasi, setiap materi berita harus diwujudkan dengan bahasa.
Bahasa mempunyai tiga Iungsi, yaitu:
O Iungsi sosial, untuk membawa pembacanya ke realitas sosial;
O Iungsi etis, agar tidak menyinggung perasaan seseorang atau sekelompok
orang, dan
O Iungsi estetis; untuk membawa kesenangan psikologis bagi penggunanya.
4







4
AsegaI, Dja`Iar H. (1982) Jurnalistik Masa Kini. Pengantar ke Praktik Kewartawanan. Jakarta: Ghalia
Indonesia

Anda mungkin juga menyukai