Anda di halaman 1dari 3

PEMBAHASAN

Fenomena gizi buruk ini biasanya melibatkan kurangnya asupan kalori baik dari karbohidrat atau
protein. Keadaan gizi buruk ini secara klinis dibagi menjadi 3 tipe: Kwashiorkor, Marasmus, dan
Kwashiorkor-Marasmus. Ketiga kondisi patologis ini umumnya terjadi pada anak-anak di negara
berkembang yang berada dalam rentang usia tidak lagi menyusui.
Perbedaan antara marasmus dan kwashiorkor tidak dapat dideIinisikan secara jelas menurut
perbedaan kurangnya asupan makanan tertentu, namun dapat teramati dari gejala yang
ditunjukkan penderita.
Tanda-tanda kwashiorkor meliputi
- edema di seluruh tubuh, terutama pada punggung kaki,
- wajah membulat dan sembab,
- pandangan mata sayu,
- perubahan status mental: cengeng, rewel, kadang apatis,
- rambut berwarna kepirangan, kusam, dan mudah dicabut,
- otot-otot mengecil, teramati terutama saat berdiri dan duduk,
- bercak merah coklat pada kulit, yang dapat berubah hitam dan mengelupas
- menolak segala jenis makanan (anoreksia)
- sering disertai anemia, diare, dan inIeksi.
Sedangkan tanda-tanda marasmus,
- anak tampak sangat kurus, tinggal tulang terbungkus kulit,
- wajah seperti orang tua
- cengeng, rewel,
- perut cekung,
- kulit keriput,
- sering disertai diare kronik atau sembelit
Gejala klinis Kwashiorkor-Marasmus tidak lain adalah kombinasi dari gejala-gejala masing-
masing penyakit tersebut.
alam scenario ini didapatkan gejala anak yang berbadan kurus, tulang tampak menonjol, wajah
seperti orang tua, rambut hitam tipis mudah rontok, nampak cengeng dan belum dapat tengkurap.
ari gejala-gejala tersebut dapat diperkirakan anak menderita Kwashiorkor-Marasmus.
Penyebab kulit mengalami kekeriputan tersebut antara lain karena tubuh kurang karbohidrat
sehingga tubuh akan membakar lemak (trigliseril), namun lemak yang ada di tubuh anak itu pun
sedikit, sehingga kulit mengalami penyusutan dan tampak keriput. Lemak yang sedikit unutk
dibakar oleh tubuh akhirnya tubuh membakar protein yang ada dalam otot sehingga badan
menjadi kurus dan mempengaruhi structural tubuh dan itu juga yang menyebabkan anak belum
bisa tengkurap.
Anak tidak mendapatkan ASI sejak umur 7 bulan karena tidak keluar ASInya. Tidak keluarnya
ASI dapat disebabkan oleh beberapa Iactor. www.scribd.com/doc/7533960/Hormon2-Yang-
Mempengaruhi-Sekresi-Air-Susu/. Ibu yang kurang gizi dapat juga memicu terhambatnya
pengeluaran ASI, namun tida mempengaruhi kadar laktosa yang ada dalam ASI. Setelah
mempertimbangkan Iaktor-Iaktor lain seperti usia, pendidikan dan merokok, ibu yang memiliki
kadar hormon testosteron tinggi selama hamil memiliki kesulitan dalam menyusui bayinya.
Sebagai pengganti ASI, anak ini diberi air tajin. Air tajin mengandung saripati karbohidrat dan
air. Kandungan air tajin tersebut dapat mengurangi dehidrasi dan menambah asupan karbohidrat
pada anak. Namun pada air tajin tidak ditemukan zat-zat lain yang penting untuk tubuh, seperti
protein dan lemak, sehingga dapat dibuat kesimpulan bahwa anak mengalami kekurangan lemak
dan protein. Tetapi yang terjadi adalah anak mengalami gejala-gejala yang kebanyakan
terindikasi menderita marasmus walaupun sebagian juga dapat menjadi indikasi kwashiorkor.
Marasmus adalah penyakit yang disebabkan oleh kekurangan kalori, hal ini bisa terjadi pada
anak ini bisa disebabkan oleh kurangnya protein yang masuk ke dalam tubuh sehingga tidak
dapat menghasilkan enzim-enzim secara optimal, sehingga kalori dari karbohidrat yang berasal
dari air tajin tidak dapat terserap secara optimal pula. Mungkin anak ini juga mengalami edema
namun tidak terlalu tampak, karena dari scenario ini menunjukkan bahwa si anak juga
mengalami kekurangan protein. Tetapi sebenarnya anak sudah mendapatkan ASI sampai umur 7
bulan dan pernah mengonsumsi susu Iormula yang tentunya terdapat kandungan protein di
dalamnya. Jadi hal tersebut bisa menjadi alasan mengapa anak tidak banyak menunjukkan gejala
kekurangan protein.
alam scenario ini disebutkan pula bahwa anak tersebut mengalami diare setelah minum susu
Iormula. Ada beberapa penyebab diare pada anak ini. Pertama, protein susu yang ada di dalam
susu Iormula sulit dicerna sehingga menggangu metabolism penyerapan yang ada di dalam usus.
Kedua, tubuh anak ini intoleran terhadap laktosa, hal ini juga bisa disebabkan karena tubuh
kekurangan protein sehingga kurang optimal dalam membentuk enzim lactase yang dapat
mencerna laktosa. Padahal kandungan susu Iormula tidak didapatkan enzim lactase yang dapat
membantu pencernaan laktosa, namun di dalam ASI ditemukan enzim lactase dan antibody
lainnya (seperti IgA). an kemungkinan penyebab ketiga adalah tubuh anak alergi susu sapi.
Penanganan dan penatalaksanaan pada penderita Marasmus-Kwashiorkor bisa dengan
memberikan diet tinggi kalori. Jika ada komplikasi, berikan penganganan sesuai dengan
komplikasi dari penderita. Pencegahan juga tentu bisa dilakukan, dengan memberi ASI eksklusiI
selama 6 bulan, dibarengi dengan ibu yang memakan makanan bergizi karena penting dalam hal
produksi ASI. Setelah itu, anak yang berusia 6 bulan keatas anak harus diberi makan-makanan
bergizi serta melanjutkan pemberian ASI hingga anak berusia 2 tahun.

Anda mungkin juga menyukai