Anda di halaman 1dari 6

Kisah Tragis Dua Orang Pencari Katak

(Berasal dari kisah nyata)

Oleh : Aulia Rahman El-Arif

Biodata
Nama Tempat/tanggal lahir Jenis kelamin Agama Hobby : Aulia Rahman El-Arif : Sidoarjo,17 Juni 1994 : Laki-laki : Islam : Membaca,Browsing Internet,dan Bermain Komputer Alamat Sekolah : Puri Mojobaru,Canggu,Jetis,Mojokerto : SMAN 1 Sooko Mojokerto

Di kecamatan Tanggulangin di Sidoarjo,tinggalah dua orang pemburu katak hijau bernama Paiman yang berusia 46 tahun dan Supardi berusia 45 tahun. Setiap malam mereka pergi mencari katak hijau di sekitar sawah-sawah dan sungai di sekitar tempat tinggal mereka.Mereka berangkat dari rumah masing-masing pukul 7 malam dan pulang sekitar pukul 2 pagi. Pekerjaan ini telah menjadi mata pencaharian utama mereka. Sebelumnya mereka hidup serba kekurangan, tapi pekerjaan ini telah mengangkat taraf hidup mereka berdua. Walaupun pekerjaan ini cukup menguras tenaga, akan tetapi tetap mereka lakukan dengan senang hati. Rata-rata dalam sehari hasil tangkapan mereka bisa mencapai satu karung. Untung yang mereka peroleh dari hasil penjualan katak-katak hasil buruan mereka sangat banyak. Pada musim hujan sawah dipenuhi dengan air,hal ini menyebabkan para katak keluar dari tempat persembunyiannya untuk bernyanyi di tengah hamparan padi yang mulai tumbuh. Inilah saat yang tepat untuk mencari katak. Pada saat ini, hasil buruan mereka bisa mencapai dua kali lipat dari biasanya.

Dalam perburuan katak hijau, mereka selalu ditemani oleh lampu petromak, tomblok(alat yang digunakan untuk menyimpan katak), dan sepasang sepatu boot. Ketika sedang berburu katak, tak jarang mereka bertemu dengan ular, musang, burung malam, dan binatang-binatang lain yang jarang kita temui di siang hari. Sering kali mereka kehujanan dan kedinginan saat mencari katak. Sekitar pukul 2 dini hari, mereka pulang ke rumah dengan membawa hasil buruan mereka. Ketika matahari mulai naik, mereka bergegas pergi ke pasar Tanggulangin membawa hasil buruan mereka yang telah diolah terlebih dahulu. Swike(makanan berbahan dasar katak) Pak Paiman dan Pak Supardi terkenal akan kelezatannya. Suatu hari, ketidak beruntungan melanda Pak Paiman dan Pak Supardi. Mereka mendapatkan katak yang sangat banyak. Karena terlalu banyak, kedua pemburu katak tersebut tidak sanggup lagi membawanya dan mereka kelelahan di perjalanan pulang. Mereka memutuskan untuk beristirahat sejenak di plesteran sungai yang dilewati rel kereta api jurusan Surabaya-Malang. Tempat ini cukup nyaman untuk melepas lelah.

Karena saking lelahnya,mereka berdua tidur-tiduran dan merebahkan kepala mereka di rel kereta api. Mereka bercakap-cakap. Tak terasa mereka tertidur di rel kereta api. Kemudian lewatlah kereta api Mutiara Timur jurusan Malang-Surabaya secara tibatiba dan merenggut nyawa mereka berdua. Tubuh Pak Paiman dan Pak Supardi tercabik-cabik. Darah mereka terciprat di mana-mana. Bahkan kepala mereka terpisah dari badan. Keesokan paginya, masyarakat sekitar digemparkan oleh dua orang terlindas kereta api Mutiara Timur jurusan Malang-Surabaya dengan bagian tubuh tercecer di sepanjang jalur kereta api hingga 500 meter. Akhirnya jasad mereka dikumpulkan oleh para warga kemudian dimakamkan bersama. Konon, hingga saat ini arwah Pak Paiman dan Pak Supardi masih menghantui kawasan tersebut. Mereka masih belum sadar bahwa mereka berdua telah berada di alam yang berbeda. Tak sedikit orang yang telah mengalami kejadian-kejadian aneh di sekitar tempat tersebut. Ada warga sekitar yang mengaku pernah melihat lampu petromak yang melayang mengelilingi sawah kemudian menghilang. Ada pula yang mengaku telah bercakap-cakap dengan dua orang pencari katak kemudian para pencari katak tersebut menghilang di depan matanya secara misterius. Ada juga yang mengaku mendengar suara dua orang sedang bercakap-cakap, tetapi

setelah dicari teryata tidak ada orang lain di sekitar tempat itu. Sekarang tidak ada lagi orang yang berani pergi ke tempat itu pada malam hari.

Anda mungkin juga menyukai