Anda di halaman 1dari 8

Tugas

Wawasan Sosial Budaya Maritim






Disusun Oleh:

Abdul Munir Shadiq
D11109307
Jurusan Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin

ATA PENGANTAR

Puji syukur penulis penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka
penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul 'APAL PHINISI
SEBAGAI SEBUAH HASIL EBUYAAN MARITIM MASYARAAT MAASSAR.
Penulisan makalah adalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk
menyelesaikan tugas kuliah Wawasan Sosial Budaya Maritim.
Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan
baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki
penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.














BAB I
PENDAHULUAN
Berpijak pada sejarah bangsa Indonesia yang pernah memiliki dua kerajaan besar
yaitu Sriwijaya dan Majapahit mengabarkan kepada kita bahwa mereka maju sebagai Negara
Maritim bukan sebagai Negara Agraris. Dilihat dari geograIis, Indonesia memiliki lautan 2/3
dari keseluruhan luas wilayah Indonesia. emudian dilihat dari tahap Iungsional, kebudayaan
maritimlah yang tepat dalam pengembangan kebudayaan Indonesia.
Maritim bukan berarti 'laut sebagai arti kata pasiI, kebudayaan maritim modern
adalah kebudayaan dengan semangat keterbukaan, kemandirian, dan keberanian dalam
menghadapi zaman modern dengan menggunakan keluasan dan kecerdasan pelaut.
eterbukaan adalah suatu sikap mau membuka diri terhadap perubahan zaman dan
nilai-nilai lain yang masuk atau ia dapatkan. Seperti yang kita ketahui daerah maritim
disinggahi oleh berbagai ragam etnis dan bangsa yang membawa nilai-nilai/budaya yang
berbeda dengannya. Sering juga orang maritim mengarungi lautan untuk berlayar ke negeri
lain, dan di sana mereka berinteraksi dan berkomunikasi dengan bangsa setempat. Banyak hal
baru yang mereka jumpai. eterbukaan masyarakat maritim adalah ketika ia mau menghargai
kebudayaan bangsa lain dan acap kali melakukan adaptasi inovatiI terhadap budaya lain
untuk memperkuat budayanya. Dalam konteks zaman sekarang, dimana dunia dikatakan
sebagai global village, pertemuan budaya antar bangsa sangat mudah dan cepat maka sikap
ini sangat diperlukan dalam pergaulan sesama bangsa yang mendiami dunia.
eberanian menjadi ciri khas dari masyarakat maritim. etika berlayar banyak
hambatan alam yang ditemui. Gelombang badai, keterasingan di tengah laut, perompak/bajak
laut, dan ancaman binatang laut menjadi hal yang biasa. SiIat ini pula lah yang ditunjukkan
oleh masyarakat makassar sehingga kental dengan budaya masyarakat maritimnya. Hal ini
terbukti dengan pembuatan kapal phinisi sebagai hasil sejarah budaya maritim masyarakat
Makassar.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Terciptanya Kapal Phinisi
Makassar merupakan salah satu kota bandar niaga terbesar di Indonesia bagian timur.
Makassar dan daerah sekitarnya juga terkenal memiliki pelaut ulung yaitu orang orang yang
ahli membuat kapal laut sekaligus mumpuni berlayar. Pelabuhan Paotere yang berada di utara
Ujung Pandang merupakan kawasan pelabuhan kapal tradisional. Dipelabuhan ini terlihat
kapal-kapal layar Phinisi khas Makassar yang terkenal itu berlabuh.
Di ujung selatan pulau Sulawesi, masyarakat setempat membangun sebuah tradisi
bahari selama ratusan tahun. Cerita-cerita tentang keperkasaan para pelaut Bugis, Makassar,
Mandar, dan onjo telah menjadi buah bibir hingga ke pelosok negeri nun jauh di seberang
lautan. eindahan dan kekokohan perahunya dalam menghadapi keganasan ombak lautan,
telah melahirkan cerita-cerita kepahlawanan yang mengagumkan.
isah tentang perahu Phinisi dari Tanah Beru dan para pelaut dari Bira, abupaten
Bulukumba, yang mengemudikannya, kini sudah bukan cerita asing lagi. Namun tak banyak
yang mengetahui kehebatan para pelaut dari ujung selatan Sulawesi ini dibangun dari tradisi
panjang. Budaya itu didasarkan pada mitos tentang penciptaan perahu pertama oleh nenek
moyang mereka.
Alkisah dalam mitologi masyarakat Tanah Beru, nenek moyang mereka menciptakan
sebuah perahu yang lebih besar untuk mengarungi lautan, membawa barang-barang dagangan
dan menangkap ikan. Saat perahu pertama dibuat, dilayarkanlah perahu di tengah laut. Tapi
sebuah musibah terjadi di tengah jalan. Ombak dan badai menghantam perahu dan
menghancurkannya. Bagian badan perahu terdampar di Dusun Ara, layarnya mendarat di
Tanjung Bira dan isinya mendarat di Tanah Lemo.
Peristiwa itu seolah menjadi pesan simbolis bagi masyarakat Desa Ara. Mereka harus
mengalahkan lautan dengan kerjasama. Sejak kejadian itu, orang Ara hanya mengkhususkan
diri sebagai pembuat perahu. Orang bira yang memperoleh sisa layar perahu mengkhususkan
diri belajar perbintangan dan tanda-tanda alam. Sedangkan orang Lemo-lemo adalah
pengusaha yang memodali dan menggunakan perahu tersebut. Tradisi pembagian tugas yang

telah berlangsung selama bertahun-tahun itu akhirnya berujung pada pembuatan sebuah
perahu kayu tradisional yang disebut Phinisi.
ini keyakinan mistis terhadap mitologi kuno itu masih kental dalam setiap proses
pembuatan Phinisi. Diawali dengan sebuah ritual kecil, perahu Phinisi dibuat setelah melalui
upacara pemotongan lunas. Upacara itu dipimpin seorang pawang perahu yang disebut Panrita
Lopi.


B. Perkembangan Kapal Phinisi di Dunia Nasional dan Internasional
apal-kapal Makasar merupakan jenis pelayaran terbesar dan dikenal sangat baik di
Indonesia. ehandalan pelaut dan pembuat kapal membuktikan bahwa mereka masih mampu
membuat kapal besar hanya dari bahan kayu. apal legendaris Perahu Phinisi sebagai kapal
elegan lambang Sulawesi Selatan. Perahu tradisional ini telah menjelajahi samudra dengan
keganasan ombaknya baik Indonesia maupun diluar negeri seperti Madagaskar (AIrika).
Menurut sejarah perkapalan masyarakat Makassar, phinisi adalah salah satunya perahu yang
tidak pernah keram yang selalu diyakini sebagai seorang manusia yang hidup dan selalu
peduli akan keselamatan.
apal Phinisi yang selanjutnya menjadi apal Phinisi Nusantara ini memiliki nama
yang melegenda dan hampir semua pelaut di tanah air tahu nama ini. Phinisi Nusantara
memang telah mencatat pelayarannya yang bersejarah saat berhasil menyeberangi samudera
PasiIik untuk menuju Vancouver, anada.
Samudera yang terkenal ganas ini berhasil ditaklukan oleh sebuah kapal yang terbuat
dari kayu, Phinisi Nusantara. Meskipun pada awalnya misi pelayaran spektakuler ini banyak
diragukan orang, tapi Capt. Gita Ardjakusuma beserta 11 orang awak kapalnya berhasil
menyelesaikan tugas ini dengan baik. Rintangan pada jalur pelayaran yang terkenal
berbahaya di Samudera PasiIik dapat diatasi dengan baik hingga Phinisi Nusantara merapat
dengan selamat di Vancouver.
Misi pelayaran Phinisi Nusantara dirancang guna berpartisipasi pada Expo `86 yang
diselenggarakan di Vancouver, anada. eseluruhan proyek pelayaran ini diprakarsai dan
dikelola oleh Yayasan Phinisi Indonesia Raya (YPIR) yang ketuai Laksamana TNI (Purn)

Soedomo. apal yang memiliki panjang 37 meter dan berbobot 120 ton ini memulai pelayaran
bersejarahnya pada tanggal 9 Juli 1986.
Bertolak dari dermaga perikanan Muara baru, Jakarta Utara dengan tujuan Vancouver.
Rute pelayaran yang dilalui sungguh berat dengan ombak yang dikabarkan hingga setinggi 7
meter. Jauh lebih tinggi dibanding tiang listrik. Apalagi menurut Capt. Gita, mereka harus
berlayar melawan angin. Setelah menempuh pelayaran sejauh 10.600 mil yang memakan
waktu selama 68 hari akhirnya mereka dengan sukses mencapai tujuan, Vancouver.
Di pelabuhan Marine Plaza, kapal beserta awaknya banyak mendapat sambutan dari
masyarakat Vancouver. abarnya setiap harinya kapal ini dikunjungi tidak kurang dari 3.000
orang pengunjung. Terlebih pada tanggal 21 September 1986, Phinisi Nusantara didatangi
25.000 pengunjung. ota Vancouver memang meiliki sejarah bahari yang cukup panjang.
Bagi mereka, kedatangan Phinisi Nusantara, sebuah kapal kayu dengan reputasi internasional
yang berhasil menyeberangi Samudera PasiIik ini benar-benar mendapat perhatian yang penuh
antusias. Dikabarkan, kedatangan Phinisi Nusantara di arena Expo `86 itu dengan serta-merta
langsung membuat stand Indonesia yang semula jarang didatangi orang mendadak dipenuhi
pengunjung.
Bahkan stand Indonesia mendapat sebuah penghargaan berupa paku rel kereta api
yang merupakan simbol peringatan 100 tahun Trans Canada yang menjadi lambang
transportasi masa lalu. Penghargaan ini hanya diberikan kepada 3 negara peserta Expo `86
yang dinilai paling spektakuler. Phinisi Nusantara waktu itu benar-benar melambungkan nama
Indonesia di mata Internasional.
Di dunia internasional, perahu Phinisi baru dikenal sejak 1906 silam. Perahu itu
adalah bentuk termodern dari kapal tradisional orang Bugis-Makassar yang telah mengalami
proses evolusi panjang. apal itu dibuat sebagai perahu layar dengan dua tiang dan tujuh
hingga delapan helai layar. Pada umumnya perahu ini berukuran kecil dengan daya muat
antara 20 hingga 30 ton dan panjang antara 10 hingga 15 meter. Hampir keseluruhan
pembuatan perahu dilakukan dengan teknik-teknik sederhana dan mengunakan tenaga mesin
yang sangat minim.

BAB III
PENUTUP
onsep kebudayaan maritim ini bisa menjadi suatu solusi bagi strategi kebudayaan
Indonesia dalam menghadapi zaman yang telah memasuki Iase Iungsionalistik dewasa ini.
Termasuk Makassar, Makassar dan daerah sekitarnya juga terkenal memiliki pelaut ulung
yaitu orang orang yang ahli membuat kapal laut sekaligus mumpuni berlayar. Pelabuhan
Paotere yang berada di utara Ujung Pandang merupakan kawasan pelabuhan kapal
tradisional. Dipelabuhan ini terlihat kapal-kapal layar Phinisi khas Makassar yang terkenal itu
berlabuh. eberadaan kapal Phinisi inilah bukti sejarah budaya maritim masyarakat
Makassar.












DAFTAR PUSTAKA
Peursen, C.A. van. 1976. Strategi ebudayaan. Terjemahan; Dick Hartoko. Penerbit
anisius; Yogyakarta.
http://gowata.blogspot.com/2009/03/bugis-makassar.html
http://www.celebes-tourism.com/bulukumba/23-pariwisata/15-keahlian-pembuatan-kapal-
dengan-kayu.html?lang

Anda mungkin juga menyukai