Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

Tubuh sebagian besar terdiri dari air. Air dan zat-zat yang terkandung didalamnya yang terdapat
didalam tubuh disebut juga cairan tubuh berIungsi menjadi pengangkut zat makanan ke seluruh sel
tubuh dan mengeluarkan bahan sisa dari hasil metabolisme sel untuk menunjang berlangsungnya
kehidupan. Jumlah cairan tubuh berbeda-beda tergantung dari usia, jenis kelamin, dan banyak atau
sedikitnya lemak tubuh.
Tubuh kita terdiri atas 60 air, sementara 40 sisanya merupakan zat padat seperti protein, lemak,
dan mineral. Proporsi cairan tubuh menurun dengan pertambahan usia, dan pada wanita lebih rendah
dibandingkan pria karena wanita memiliki lebih banyak lemak disbanding pria, dan lemak
mengandung sedikit air. Sementara neonatus atau bayi sangat rentan terhadap kehilangan air karena
memiliki kandungan air yang paling tinggi dibandingkan dengan dewasa. Kandungan air pada bayi
lahir sekitar 75 berat badan, usia 1 bulan 65 , dewasa pria 60 , dan wanita 50 .
Zat-zat yang terkandung dalam cairan tubuh antara lain adalah air, elektrolit, trace element, vitamin,
dan nutrien-nutrien lain seperti protein, karbohidrat, dan lemak. Dengan makan dan minum maka
tubuh kita akan tercukupi akan kebutuhan nutrient-nutrien tersebut.
Air dan elektrolit yang masuk ke dalam tubuh akan dikeluarkan dalam waktu 24 jam dengan jumlah
yang kira-kira sama melalui urin, Ieses, keringat, dan pernaIasan. Tubuh kita memiliki kemampuan
untuk mempertahankan atau memelihara keseimbangan ini yang dikenal dengan homeostasis.
Namum demikian, terapi cairan parenteral dibutuhkan jika asupan melalui oral tidak memadai atau
tidak dapat mencukupi. Sebagai contoh pada pasien koma, anoreksia berat, perdarahan banyak, syok
hipovolemik, mual muntah yang hebat, atau pada keadaan dimana pasien harus puasa lama karena
akan dilakukan pembedahan. Selain itu dalam keadaan tertentu, terapi cairan dapat digunakan sebagai
tambahan untuk memasukkan obat dan zat makanan secara rutin atau untuk menjaga keseimbangan
asam-basa.
Dengan demikian, secara garis besar tujuan dari terapi cairan adalah :
1. Mengatur keseimbangan air dan elektrolit tubuh
2. Dukungan nutrisi
3. Akses intravena
4. Mengatasi syok
BAB II
DISTRIBUSI, KOMPOSISI, DAN KEBUTUHAN CAIRAN TUBUH

A. Distribusi cairan tubuh dan fungsinya
Enam puluh persen dari berat tubuh kita adalah air. Cairan tubuh dipisahkan oleh membran sel
sehingga ada yang terdapat di dalam sel (intraseluler) yang berjumlah 40 dan ada yang terdapat
diluar sel (ekstraseluler) yang berjumlah 20 . Cairan ekstraseluler terdiri atas cairan interstitial yaitu
cairan yang berada di ruang antar sel berjumlah 15 dan plasma darah yang hanya berjumlah 5 .
Selain itu juga dikenal cairan antar sel khusus disebut cairan transeluler misalnya, cairan
cerebrospinal, cairan persendian, cairan peritoneum, cairan pleura, dan lain-lain.
Dalam cairan tubuh terlarut zat-zat elektrolit dan non elektrolit seperti protein dan glukosa yang
mempunyai berat molekul yang berbeda. Air, elektrolit, dan asam amino bisa melintasi membran sel
dengan mudah karena berat molekulnya yang rendah, sementara makromolekul seperti protein plasma
tidak bisa melintasi dinding kapiler.
Baik cairan intraseluler maupun ekstraseluler memainkan peranan penting dalam mendukung
kehidupan. Cairan intraseluler terlibat dalam proses metabolik yang menghasilkan energi yang berasal
dari nutrien-nutrien dalam cairan tubuh, sementara cairan ekstraseluler berperan dalam
mempertahankan sistem sirkulasi, mensuplai nutrient ke dalam sel, dan membuang zat sisa yang
bersiIat toksik.

B. Komposisi cairan intraseluler dan ekstraseluler
Kadar elektrolit intrasel dan ekstrasel berbeda karena terdapat membran sel yang mengatur transport
elektrolit. Cairan intraseluler terutama mengandung elektrolit berupa ion-ion kalium (K

), magnesium
(Mg

), dan FosIat (HPO


4
-2
). Cairan ekstraseluler mengandung terutama natrium (Na

) dan klorida
(Cl
-
).
Cairan interstitial dan plasma keduanya merupakan cairan ekstraseluler, tetapi mempunyai komposisi
protein yang berbeda karena terdapat dinding kapiler yang tidak bisa dilintasi oleh masing-masing
protein.
Tiap organ didalam tubuh tidak memiliki kandungan air yang sama. Organ yang paling banyak
kandungan airnya adalah otak diikuti ginjal, otot lurik, kulit, hati, tulang, dan lemak.


Peran Natrium
Natrium merupakan kation terpenting dalam tubuh dan terutama terdapat pada cairan ekstraseluler.
Eksresi air hampir selalu disertai dengan eksresi natrium baik lewat urin, tinja, atau keringat, karena
itu terapi dehidrasi selalu diberikan cairan inIus yang mengandung natrium.
Natrium mempertahankan tekanan osmotik tubuh dan memelihara cairan ekstraseluler dalam keadaan
konstan. Kadar Na serum normal adalah 135-145 mEq/L.
Peran Kalium
Kalium merupakan elektrolit terpenting di cairan intraseluler. Kalium memainkan peranan penting
dalam saraI dan perangsangan otot serta penghantaran impuls listrik.
Kadar normal kalium dalam serum adalah 3-5 mEq/L. Hipokalemi menyebabkan keletihan otot,
lemas, ileus paralitik, kembung, gangguan irama jantung. Sedangkan hiperkalemi dapat menyebabkan
aritmia, tetani, dan kejang.
Kalium memiliki pengaruh kuat terhadap jantung dan ginjal, maka pemberiannya harus hati-hati pada
pasien dengan kelainan jantung dan ginjal.
C. Kebutuhan cairan per hari
Pada orang sehat asupan dan pengeluaran air seimbang. Bila terjadi gangguan keseimbangan maka
mungkin diperlukan koreksi dengan nutrisi parenteral.
Asupan air dan makanan rata-rata adalah sekitar 2000 ml, dan kira-kira 200 ml air metabolik berasal
dari metabolisme nutrien di dalam tubuh. Air dieksresikan dalam urin dan melalui penguapan yang
tidak disadari. Jumlah eksresi urin sekitar 1300 ml/hari, sedangkan melalui penguapan yang tidak
disadari (insensible evaporation) sekitar 900 ml/hari.
Maka pada pasien yang tidak dapat memperoleh makanan melalui oral memerlukan volume inIus per
hari yang setara dengan kehilangan air dari tubuh per hari, yaitu :Dengan perhitungan yang lebih
akurat lagi dapat dicari :
volume urin normal : 0,5-1 cc/kg/jam
Air metabolisme : Dewasa : 5 cc/kg/hari, anak 12-14 th : 5-6 cc/kg/hari, 7-11 th : 6-7 cc/kg/hari,
balita : 8 cc/kg/hari
Insensible water loss IWL : Dewasa : 15 cc/kg/hari, Anak : 30-usia(th) cc/kg hari. Jika ada
kenaikan suhu : IWL 200

Kebutuhan air dan elektrolit per hari
Pada orang dewasa :
Air : 25-40 ml/kg/hr
Kebutuhan homeostatis Kalium : 20-30 mEq/kg/hr
2

Na : 2 mEq/kg/hr
3

K : 1 mEq/kg/hr
3

Pada anak dan bayi :
Air : 0-10 kg : 100 ml/kg/hr
10-20 kg : 1000 ml/kg 50 ml/kg diatas 10 kg/hr
~ 20 kg : 1500 ml/kg 20 ml/kg diatas 20 kg/hr
Na : 3 Meq/kg/hr
2

K : 2,5 Meq/kg/hr
2

Faktor-faktor modifikasi kebutuhan cairan
Kebutuhan ekstra / meningkat pada :
Demam ( 12 tiap kenaikan suhu 1C )
Hiperventilasi
Suhu lingkungan tinggi
Aktivitas ekstrim
Setiap kehilangan abnormal ( ex: diare, poliuri, dll )
Kebutuhan menurun pada :
Hipotermi ( 12 tiap penurunan suhu 1C )
Kelembaban sangat tinggi
Oligouri atau anuria
Aktivitas menurun / tidak beraktivitas
Retensi cairan ( ex: gagal jantung, gagal ginjal, dll )

BAB III
PERGERAKAN AIR DALAM TUBUH
Pergerakan air dalam tubuh diatur oleh tekanan osmotik. Tekanan osmotik mencegah perembesan
atau diIusi cairan melalui membrane semipermeabel ke dalam cairan yang memiliki konsentrasi lebih
tinggi. Tekanan osmotik plasma ialah 280-290 mOsm/L. Larutan isotonik, yaitu larutan yang
memiliki tekanan osmotik sesuai plasma adalah NaCl 0,96 , Dextrosa 5 , dan Ringer laktat,
larutan hipotonik misalnya aquades, dan larutan dengan tekanan osmotik yang lebih tinggi dari
plasma disebut larutan hipertonik misalnya inIus dengan tekanan osmotik lebih tinggi dari plasma.
Makin banyak partikel termasuk ion-ion yang dikandung larutan, makin tinggi tekanan osmotiknya.
Larutan inIus memliki tekanan osmotik karena mengandung zat-zat elektrolit. Air dari larutan inIus
tersebar diseluruh tubuh sesuai dengan perbedaan tekanan osmotik dalam cairan tubuh.
Jika cairan ekstrasel mempunyai tekanan osmotik yang lebih tinggi dari intrasel maka akan terjadi
krenasi atau pengerutan sel karena air dari dalam sel keluar menuju ke tekanan yang lebih tinggi
sehingga dapat terjadi dehidrasi sel. Sebaliknya jika cairan ekstrasel tekanan osmotiknya lebih rendah
dari intrasel maka akan terjadi pembengkakan sel, dan jika pembengkakan sel ini berlebihan dapat
mengakibatkan sel menjadi lisis.


BAB IV
GANGGUAN KESEIMBANGAN AIR DAN ELEKTROLIT
I. Gangguan keseimbangan cairan
Kehilangan cairan dapat menyebabkan gangguan keseimbangan cairan yang mengakibatkan
dehidrasi, misalnya pada keadaan gastroenteritis, demam tinggi, pembedahan, luka bakar, dan
penyakit lain yang menyebabkan input dan output tidak seimbang.
Dehidrasi
Adalah keadaan dimana kurangnya cairan tubuh dari jumlah normal akibat kehilangan cairan, asupan
yang tidak mencukupi atau kombinasi keduanya.
Dehidrasi dibedakan atas :
Dehidrasi hipotonik
o Kadar Na 130 mmol/L
o Osmolaritas 275 mOsm/L
o Letargi, kadang-kadang kejang
Dehidrasi isotonik
o Na dan osmolaritas serum normal
Dehidrasi hipertonik
o Na ~ 150 mmol/L
o Osmolaritas ~ 295 mOsm/L
o Haus, iritabel, bila Na ~ 165 mmol/L dapat terjadi kejang
Tabel 2. Gejala Klinis Dehidrasi


Kehilangan cairan melalui diare
Kehilangan Na menyebabkan hipovolemia
Kehilangan H
2
0 menyebabkan dehidrasi
Kehilangan HCO
3
menyebabkan asidosis metabolik
Kehilangan K menyebabkan hipokalemi

Kehilangan cairan melalui muntah
Hipokloremi
Hipokalemi
Alkalosis metabolic
Gangguan keseimbangan air dan Na

Keadaan lain yang mengganggu keseimbangan cairan dan elektrolit
Gastroenteritis, DHF, DiIteri, TiIoid, Hiperemesis gravidarum, Sectio cesar, Histerektomi,
Kistektomi, Apendektomi, Splenektomi, Gastrektomi, Reseksi usus, Perdarahan intraoperatiI,
Ketoasidosis Diabetikum.


BAB V
TERAPI CAIRAN
Terapi cairan ialah tindakan untuk memelihara, mengganti cairan tubuh dalam batas-batas Iisiologis
dengan cairan inIus kristaloid (elektrolit) atau koloid (plasma ekspander) secara intravena.
Terapi cairan ini dilakukan pada pasien-pasien dengan keadaan-keadaan seperti yang sudah djelaskan
sebelumnya. Selain itu kuhususnya dalam pembedahan dengan anestesia yang memerlukan puasa
sebelum dan sesudah pembedahan, maka terapi cairan tersebut berIungsi untuk mengganti deIisit
cairan saat puasa sebelum dan sesudah pembedahan, mengganti kebutuhan rutin saat pembedahan,
mengganti perdarahan yang terjadi, dan mengganti cairan yang pindah ke rongga ketiga.
I. Terapi cairan resusitasi
Terapi cairan resusitasi ditujukan untuk menggantikan kehilangan akut cairan tubuh atau ekspansi
cepat dari cairan intravaskuler untuk memperbaiki perIusi jaringan. Misalnya pada keadaan syok dan
luka bakar.
Terapi cairan resusitasi dapat dilakukan dengan pemberian inIus Normal Saline (NS), Ringer Asetat
(RA), atau Ringer laktat (RL) sebanyak 20 ml/kg selama 30-60 menit. Pada syok hemoragik bisa
diberikan 2-3 l dalam 10 menit.
Larutan plasma ekspander dapat diberikan pada luka bakar, peningkatan sirkulasi kapiler seperti MCI,
syok kardiogenik, hemoragik atau syok septik. Koloid dapat berupa gelatin (hemaksel, gelaIunin,
gelaIusin), polimer dextrose (dextran 40, dextran 70), atau turunan kanji (haes, ekspaIusin)
Jika syok terjadi :
Berikan segera oksigen
Berikan cairan inIus isotonic RA/RL atau NS
Jika respon tidak membaik, dosis dapat diulangi
Pada luka bakar :
24 jam pertama :
2-4 ml RL/RA per kg tiap luka bakar
1/2 dosis diberikan 8 jam pertama, 1/2 dosis berikut 16 jam kemudian
Sesuaikan dosis inIus untuk menjaga urin 30-50 ml/jam pada dewasa
Jika respon membaik, turunkan laju inIus secara bertahap


Pertimbangan dalam resusitasi cairan :
1. Medikasi harus diberikan secara iv selama resusitasi
2. Perubahan Na dapat menyebabkan hiponatremi yang serius. Na serum harus dimonitor,
terutama pada pemberian inIus dalam volume besar.
3. TransIusi diberikan bila hematokrit 30
4. Insulin inIus diberikan bila kadar gula darah ~ 200 mg
5. Histamin H2-blocker dan antacid sebaiknya diberikan untuk menjaga pH lambung 7,0


II. Terapi cairan rumatan
Terapi rumatan bertujuan memelihara keseimbangan cairan tubuh dan nutrisi. Diberikan dengan
kecepatan 80 ml/jam. Untuk anak gunakan rumus 4:2:1, yaitu :
4 ml/kg/jam untuk 10 kg pertama
2 ml/kg/jam untuk 10 kg kedua
1 ml/kg/jam tambahan untuk sisa berat badan
Terapi rumatan dapat diberikan inIus cairan elektrolit dengan kandungan karbohidrat atau inIus yang
hanya mengandung karbohidrat saja. Larutan elektrolit yang juga mengendung karbohidrat adalah
larutan KA-EN, dextran saline, DGAA, Ringer's dextrose, dll. Sedangkan larutan rumatan yang
mengandung hanya karbohidrat adalah dextrose 5. Tetapi cairan tanpa elektrolit cepat keluar dari
sirkulasi dan mengisi ruang antar sel sehingga dextrose tidak berperan dalam hipovolemik.
Dalam terapi rumatan cairan keseimbangan kalium perlu diperhatikan karena seperti sudah dijelaskan
kadar berlebihan atau kekurangan dapat menimbulkan eIek samping yang berbahaya. Umumnya inIus
konvensional RL atau NS tidak mampu mensuplai kalium sesuai kebutuhan harian. InIus KA-EN
dapat mensuplai kalium sesuai kebutuhan harian.
Pada pembedahan akan menyebabkan cairan pindah ke ruang ketiga, ke ruang peritoneum, ke luar
tubuh. Untuk menggantinya tergantung besar kecilnya pembedahan, yaitu :
6-8 ml/kg untuk bedah besar
4-6 ml/kg untuk bedah sedang
2-4 ml/kg untuk bedah kecil

Metabolisme asetat dan laktat
Asetat dimetabolisme lebih cepat di otot menjadi bikarbonat sehingga dapat mencegah terjadinya
asidosis metabolik. Sedangkan laktat dimetabolisme lebih lambat di hati. Latat kurang eIisien untuk
mengatasi asidosis dibanding asetat.
BAB VI
TEKNIK DAN KOMPLIKASI
Teknik pemberian
Pemberian dalam waktu singkat dapat digunakan vena-vena dipunggung tangan, sekitar daerah
pergelangan tangan, dan daerah kubiti. Pada anak kecil dan bayi sering digunakan daerah punggung
kaki, depan mata kaki dalam atau dikepala. Bayi baru lahir dapat digunakan vena umbilikaslis.
Pemakaian jarum anti karat atau kateter plastik anti trombogenik vena periIer sebaiknya diganti tiap
1-3 hari. Pemberian cairan secara sentral, yaitu melalui vena-vena yang dekat dengan atrium kanan
seperti vena subklavia, jugularis eksterna dan interna.
Komplikasi pemberian
Sistemik :
Kelebihan / kekurangan cairan tubuh
Kelainan elektrolit
Ketidakseimbangan asam-basa
Kelainan gula darah
Emboli udara
Lokal : Flebitis dan inIeksi local

KESIMPULAN
Tubuh mengandung 60 air yang disebut juga cairan tubuh. Cairan tubuh ini didalamnya terkandung
nutrisi-nutrisi yang amat penting peranannya dalam metabolisme sel, sehingga amat penting dalam
menunjang kehidupan.
Dalam pembedahan, tubuh kekurangan cairan karena perdarahan selama pembedahan ditambah lagi
puasa sebelum dan sesudah operasi. Maka terapi cairan amat diperlukan untuk pemeliharaan dan
mencegah kehilangan cairan terlalu banyak yang bisa membahayakan.
Cairan tubuh terdistribusi dalam ekstrasel dan intrasel yang dibatasi membran sel. Adanya tekanan
osmotik yang isotonik menjaga diIusi cairan keluar sel atau masuk ke dalam sel.
Dalam terapi cairan harus diperhatikan kebutuhannya sesuai usia dan keadaan pasien, serta cairan
inIus itu sendiri. Pemberian inIus yang tidak sesuai untuk keadaan tertentu akan sia-sia dan tidak bisa
menolong pasien.

DAFTAR PUSTAKA

LatieI S, Kartini, Dachlan. (editor). Terapi Cairan Pada pembedahan. Dalam : Petunjuk
Praktis Anestesiologi. Edisi II. Jakarta : Bagian Anestesiologi dan Terapi IntensiI
FKUI. 2002.h.133-140.
Pt Otsuka Indonesia. Pedoman Cairan InIus. Edisi VIII. 2003.
Attygalle D, Fluid And Electrolyte Resuscitation. Dalam : A Handbook oI
Anaesthesia. Sri Lanka :College oI Anaesthesiologists oI Sri Lanka. 1992. h.120-130
Dardjat MT. (editor). Cairan Maintenanve Dalam Pembedahan. Dalam : Kumpulan
Kuliah Anestesiologi. Jakarta : Aksara Medisiana. 1985.h.351-357.
Suntoro A. Terapi Cairan PerioperatiI. Dalam : Anestesiologi. Muhiman.
(editor). Jakarta : Bagian Anestesiologi dan Terapi IntensiI FKUI. 1989.h.87-92.



Terapi Cairan
Pendahuluan
Terapi cairan pada bayi dan anak memiliki pertimbangan yang jauh berbeda dibandingkan pada
pasien dewasa. Kapasitas anak untuk mentoleransi status hidrasi abnormal jauh lebih kecil daripada
dewasa. Konsumsi energi pada bayi dalam keadaan istirahat kira-kira 70 kkal per kg berat badan,
yakni hampir dua kali dewasa. Luas permukaan tubuh bayi relatiI terhadap berat badan lima kali lebih
besar daripada dewasa, sehingga kehilangan air melalui penguapan sangat besar pada demam atau
suhu lingkungan yang panas. Gangguan elektrolit yang lazim dijumpai pada anak adalah
hiponatremia, hipokalemia, dan hipomagnesemia.
Terapi Cairan Parenteral Rumatan
Istilah 'terapi cairan rumatan berarti pemenuhan jumlah air, elektrolit (natrium, kalium dan klorida),
serta glukosa yang dibutuhkan untuk pasien-pasien yang tidak bisa memilih asupan mereka sendiri
(misal, seseorang yang akan menjalani operasi, penurunan kesadaran atau anoreksia, sakit berat, dll).
Terapi cairan rumatan ini tidak mengoreksi deIisit cairan atau mengganti kehilangan abnormal seperti
yang terjadi pada diare, muntah-muntah, atau drainase usus. Kehilangan ini perlu diganti karena
merupakan kebutuhan tambahan.
Komponen Cairan Rumatan
Insensible water loss/IWL
Kira-kira 25 dari konsumsi kalori total terbuang sebagai insensible water loss. Karena konversi 1 ml
air menjadi uap membutuhkan kira-kira 0,5 kkal, maka setiap 100 kcal yang dikonsumsi, 25 kkal di
antaranya digunakan untuk pembuangan panas yang mengubah 50 ml air menjadi uap. Jadi, insensible
water loss merupakan Iungsi langsung dari pemakaian energi sebesar rata-rata 50 ml per 100 kkal
yang dikonsumsi. Kira-kira 1/3 dari kehilangan air terjadi melalui paru dan 2/3 melalui kulit.
Contohnya, insensible water loss seorang anak dengan berat 15 kg adalah 625 ml per 24 jam, kira-kira
200 ml melalui paru, dan 400 ml melalui kulit.
Insensible water loss meningkat bila terjadi hiperventilasi (misalnya neonatus prematur, asma,
pneumonia, diabetik ketoasidosis, dan asidosis akibat uremia), demam, ruam kulit (misalnya viral
exanthem), luka bakar, dan lingkungan kering. Sebaliknya, insensble water loss berkurang pada
pasien-pasien koma, sedasi yang lama, hipotiroidisme, hipotermia, dan menghirup udara lembab
(misalnya ventilasi mekanik). Jika kelembaban lingkungan bertambah sehingga menghambat
penguapan kulit, maka suhu tubuh naik. Setiap peningkatan suhu 10
0
Cdi atas 37
0
C, maka kebutuhan
air (kalori) bertambah 12.
Contohnya, hitung insensible water loss seorang anak dengan berat 15 kg, pernapasan 50/menit, dan
demam 40
0
C. Kebutuhan kalori pada demam kira-kira 1550 kkal/hari, yakni 1250 kkal/24 jam 1250
kkal x 24. Insensible water loss adalah 775 ml/24 jam (yaitu 1550 kkal/24 jam x 0,5 ml/kkal), kira-
kira 260 ml dari paru (775 ml : 3), dan kira-kira 520 ml (775 x 2/3) dari kulit.
Karena pernapasan dua kali lebih cepat dari normal, insensible water loss dari paru adalah 520 ml
(yakni 260 ml x 2). Dengan demikian, insensible water loss total kira-kira 1040 ml (yakni 520 ml
melalui kulit 520 ml melalui paru). IWL berbeda dari keringat yang terjadi bila suhu lingkungan
melebihi 35
0
C.
lukosa. Glukosa adalah sumber nutrisi otak, jantung, dan sel darah merah. Gamble dkk.
menunjukkan bahwa pemberian karbohidrat ke pasien rawat-inap yang puasa mengurangi beban
solute (zat terlarut) metabolisme dengan mengurangi katabolisme protein. Kebutuhan minimal
glukosa untuk mencegah katabolisme protein kira-kira 3 gram/kg/hari untuk bayi dan kira-kira 1,5
gram/kg/hari pada dewasa.
Kehilangan air dan elektrolit melalui urin
Ekskresi urin merupakan Iungsi dari kandungan solute metabolik (biasanya urea dan elektrolit,
dinyatakan dalam mOsm/100 kkal) dan konsentrasi urin (dinyatakan dalam mOsm/L). Jadi,
katabolisme protein dan ion-ion yang diingesti merupakan penentu utama dari osmolaritas urin.
Sebaliknya, karbohidrat dan lemak dimetabolisme menjadi CO2 dan H2O sehingga bukan merupakan
kontributor penting dari zat-zat terlarut yang perlu diekskresikan urin. Kandungan zat terlarut (solut)
metabolisme bervariasi menurut diet. Diet orang dewasa menghasilkan kira-kira 40 mOsm/100 kkal
(kira-kira 1200 mOsm per hari), bayi yang minum susu 40 mOsm/100 kkal, bayi yang mendapat ASI
10 mOsm/100 kkal, dan pasien-pasien rawat inap yang hanya mendapat cairan parenteral yang
mengandung dekstrosa 5 20 mOsm/100 kkal.
Ginjal manusia memproduksi urin yang bisa berkisar antara 50 sampai 1400 mOsm/L (berbanding
lurus dengan berat jenis urin 1,001-1,040). Osmolaritas urin sebesar 300 mOsm/L sebanding dengan
berat jenis 1,010. Pemberian 65 ml air per 100 kkal energi yang dikonsumsi memungkinkan ekskresi
solut metabolisme pada 300 mOsm/liter, yaitu |(20 mOsm/100 kcal) : 300 mOsm/L| x 1000 65
ml/100 kkal. Ada produksi air sebanyak 15 ml per 100 kkal yang dikonsumsi per hari. Ini dinamakan
air oksidasi.
Jadi, kebutuan air rumatan untuk pasien rawat inap yang mendapat larutan karbohidrat kira-kira 100
ml/100 kkal (yakni 65 ml/100 kkal kehilangan air melalui urin 50 ml/100 kcal insensible water loss
15 ml/100 kkal air oksidasi).
Walaupun berbagai sistem telah digunakan untuk menaksir kebutuhan rumatan cairan dan elektrolit,
rumus Holiday-Segar bisa digunakan.
Kebutuhan Rumatan Natrium dan Kalium Natrium
Dalam minggu-minggu pertama kehidupan, bayi normal membutuhkan 1-1,5 mEq/kg/hari,
ditingkatkan menjadi 3 mEq/kg/hari menjelang usia 2-3 bulan, dan diturunkan perlahan-lahan menjadi
2 mEq/kg/hari menjelang usia 2 tahun.
Kalium
Kebutuhan rumatan sekitar 3 mEq/kg/hari (2-4 mEq/kg/hari).
Kebutuhan rumatan terhadap natrium dan kalium juga bisa dimodiIikasi untuk pasien-pasien tertentu.
Kebutuhan natrium bisa lebih tinggi pada pasien dengan neIritis dengan ekskresi garam
berlebihan, uropati obtruksi, pielonefritis kronik, atau terapi diuretik; dan kehilangan dari saluran
cerna yang berlebihan (Iistula, drainase nasogastrik, dan penyakit radang usus). Kehilangan dari
lambung dan usus biasanya digantikan oleh normal saline. Kebutuhan natrium berkurang pada status
edema yang disebabkan penyakit hati, jantung, dan ginjal. Edema menunjukkan kelebihan natrium
tubuh.
Kebutuhan kalium bisa lebih tinggi pada pasien dengan kehilangan abnormal melalui saluran cerna
atau saluran kemih. Kehilangan kalium melalui ginjal meningkat pada alkalosis yang terkait dengan
drainase lambung dan kehilangan asam khlorida (muntah-muntah). Sebaliknya, pada gagal ginjal
akut, insuIisiensi adrenal atau asidosis berat dengan hiperkalemia, kalium tidak boleh diberikan.
Larutan Elektrolit Hipotonik
Larutan elektrolit hipotonik mengisi kompartemen intraseluler lebih banyak dibandingkan dengan
kedua kompartemen lain, sehingga sesuai diberikan pada keadaan-keadaan dehidrasi yang
berlangsung lama. Misalnya karena kurang asupan melalui oral (mulut) dan demam tinggi. Larutan ini
mengandung konsentrasi natrium lebih rendah daripada plasma. Dalam praktik, glukosa ditambahkan
untuk membuat larutan menjadi isotonik. Di dalam tubuh, glukosa yang dikandung dalam inIus ini
cepat dimetabolisme menjadi air sehingga tekanan osmotiknya menjadi lebih rendah dari plasma.
Karena larutan-larutan dalam kelompok ini memiliki kandungan kalium dan natrium yang bervarisi
sesuai dengan kebutuhan harian pasien, maka dapat disebut sebagai larutan rumatan rasional.
Beberapa keadaan yang perlu diperhatikan dalam pemberian cairan rumatan pada anak :
1. Hiponatremia akut (iatrogenik)
2. Hipokalemia
Hiponatremia Akut
Hiponatremia (kadar natrium plasma 135 mEq/L) dikatakan akut jika penurunan kadar natrium
terjadi dalam 48 jam. Bahaya utamanya adalah pembengkakan sel otak dan herniasi. Dua Iaktor yang
bertanggung jawab untuk munculnya hiponatreemia akut adalah inIus air bebas tanpa elektrolit (misal
dekstrosa 5) dan pelepasan vasopresin. Sebab-sebab pelepasan vasopresin antara lain :
O Hipernatremia (merupakan stimulus terpenting, tetapi bukan pada kasus ini).
O Penurunan volume sirkulasi (penurunan ECF ~ 7).
O Nausea, nyeri, dan kecemasan.
O Obat-obat (sebagian bekerja dengan merangsang nausea).
O Stimulus aIeren melalui nervus vagus (contohnya, lesi paru).
O Gangguan sistem saraI pusat (meningitis, enseIalitis).
O Kelainan metabolik dan endokrin (contohnya hipotiroid, hipoadrenal, dan porIiria).
Gejala-gejala yang bisa dijumpai bila Na plasma turun sebesar 10 mEq/L dalam beberapa jam adalah
nausea, muntah, dan keram otot. Jika penurunan sebesar 10 mEq/L terjadi dalam 1 jam, pasien bisa
mengalami sakit kepala hebat, letargi, kejang, disorientasi, dan koma. Koreksi cepat hanya dilakukan
pada kasus simtomatik di mana natrium serum 115 meq/L3. Pada anak lebih sesuai diberikan NaCl
0,9 daripada NaCl 3. Koreksi pada pasien asimtomatik adalah meningkatkan Na serum tidak lebih
cepat daripada 12 mEq/L dalam 24 jam. Jika pasien bergejala, natrium serum boleh ditingkatkan 1
sampai 1,5 mEq/L/jam sampai gejala mereda. Jumlah natrium yang diperlukan untuk menaikkan Na
serum sampai 130 mEq/L:
Hipokalemia
Hipokalemia atau kadar K 3,5 mEq/L harus dipikirkan pada setiap anak dengan diare akut dan
kronik serta memperlihatkan gejala leher terkulai, lemas anggota gerak, atau distensi abdomen.
Prevalensi hipokalemia pada pasien rawat-inap adalah 20. Hipokalemia dikatakan ringan jika kadar
K antara 3-3,5 mEq/L, hipokalemia moderat antara 2,5-3mEq/L. Hipokalemia berat adalah kadar di
bawah 2,5 mEq/L. Penyebab tersering dari hipokalemia adalah kehilangan melalui saluran cerna,
diare, muntah-muntah, dan kehilangan melaui urin (diuretik).
Hipokalemia perlu dipikirkan juga pada keadaan-keadaan berikut :
1. Pasien asma yang mendapat beta-agonis, teoIilin. Kedua obat ini menyebabkan perpindahan
kalium dari plasma ke intraseluler. Suatu dosis standar albuterol nebuliser bisa mengurangi
kalium serum sebesar 0,2-0,4 mmol/L. Selain itu, dosis kedua yang diberikan dalam waktu 1
jam kemudian, bisa menurunkan kadar K serum sebesar 1 mmol/L.
2. Pasien yang lama menggunakan pencahar (untuk menurunkan berat badan).
3. Pasien dengan hiperaldosteronisme. Aldosteron merangsang Na/K ATP-ase di tubulus
distal yang memacu ekskresi kalium di tubulus distal untuk bertukar dengan natrium.
4. Deplesi magnesium mengurangi kadar kalium intrasel dan memacu ekskresi kalium melalui
ginjal.
5. Alkalosis metabolik.
6. Renal tubular asidosis.
7. Bronkopneumonia
8. Kasus-kasus bedah: obstruksi usus, stenosis pilorik, dan Iistula.
Pada ketoasidosis diabetik, walaupun biasa terjadi deplesi kalium tubuh sampai 500 mEq, kebanyakan
pasien memperlihatkan hiperkalemia pada saat didiagnosis. Ini disebabkan eIek-eIek insulinopenia,
hiperosmolalitas, dan asidemia. Selama tatalaksana ketoasidosis diabetik, penurunan cepat dari kadar
kalium serum khas dijumpai. Bila kadar kalium serum 5,5 mEq/L, 20 sampai 30 mEq K perlu
ditambahkan ke setiap liter cairan intravena.
Pada kondisi-kondisi di atas dan pada kasus-kasus di mana asupan makan per oral kurang,
suplementasi kalium diperlukan. Untuk kasus non-bedah bisa diberikan K 2-4 mEq/kgBB/hari
sedang pada kasus-kasus bedah bisa diberikan K sampai 5 mEq/kgBB/hari jika Iungsi ginjal baik.
Kesimpulan
Kepentingan terapi cairan rumatan pada anak tidak kalah pentingnya dari terapi resusitasi cairan.
Untuk menghitung kebutuhan rumatan harian, bisa digunakan rumus Holiday-Segar. Anak relatiI
lebih rentan untuk mengalami hiponatremia, sehingga cairan inIus yang tidak mengandung elektrolit
sebaiknya dihindari. Hipokalemia cukup sering dijumpai dan Iaktor-Iaktor yang bisa menyebabkan
atau memperberat hipokalemia perlu dikenali. Pada pasien-pasien demikian, di mana asupan oral
kurang, pemberian cairan rumatan yang mengandung kalium dianjurkan.

KESEIMBANGAN ASAM BASA
Posted by joe pada 29/08/2009
Pendahuluan
Derajat keasaman merupakan suatu siIat kimia yang penting dari darah dan cairan tubuh lainnya.
Satuan derajat keasaman adalah pH.
KlasiIikasi pH
pH 7,0 adalah netral
pH diatas 7,0 adalah basa (alkali)
pH dibawah 7,0 adalah asam
Suatu asam kuat memiliki pH yang sangat rendah (hampir 1,0); sedangkan suatu basa kuat memiliki
pH yang sangat tinggi (diatas 14,0). Darah memiliki pH antara 7,35-7,45. Keseimbangan asam-basa
darah dikendalikan secara seksama, karena perubahan pH yang sangat kecil pun dapat memberikan
eIek yang serius terhadap beberapa organ.
Pengaturan Keseimbangan Asam Basa
lanjut
Tubuh menggunakan 3 mekanisme untuk mengendalikan keseimbangan asam-basa darah
1. Kelebihan asam akan dibuang oleh ginjal, sebagian besar dalam bentuk amonia. Ginjal memiliki
kemampuan untuk mengubah jumlah asam atau basa yang dibuang, yang biasanya berlangsung
selama beberapa hari.
2. Tubuh menggunakan penyangga pH (buIIer) dalam darah sebagai pelindung terhadap perubahan
yang terjadi secara tiba-tiba dalam pH darah. Suatu penyangga pH bekerja secara kimiawi untuk
meminimalkan perubahan pH suatu larutan. Penyangga pH yang paling penting dalam darah adalah
bikarbonat. Bikarbonat (suatu komponen basa) berada dalam kesetimbangan dengan karbondioksida
(suatu komponen asam). Jika lebih banyak asam yang masuk ke dalam aliran darah, maka akan
dihasilkan lebih banyak bikarbonat dan lebih sedikit karbondioksida. Jika lebih banyak basa yang
masuk ke dalam aliran darah, maka akan dihasilkan lebih banyak karbondioksida dan lebih sedikit
bikarbonat.
3. Pembuangan karbondioksida. Karbondioksida adalah hasil tambahan penting dari metabolisme
oksigen dan terus menerus yang dihasilkan oleh sel. Darah membawa karbondioksida ke paru-paru.
Di paru-paru karbondioksida tersebut dikeluarkan (dihembuskan). Pusat pernaIasan di otak mengatur
jumlah karbondioksida yang dihembuskan dengan mengendalikan kecepatan dan kedalaman
pernaIasan.
Jika pernaIasan meningkat, kadar karbon dioksida darah menurun dan darah menjadi lebih basa. Jika
pernaIasan menurun, kadar karbondioksida darah meningkat dan darah menjadi lebih asam. Dengan
mengatur kecepatan dan kedalaman pernaIasan, maka pusat pernaIasan dan paru-paru mampu
mengatur pH darah menit demi menit.
Nilai pH dapat dilihat dari darah arterial dengan rentang normal 7,35-7,45. Harga normal hasil
pemeriksaan laboratorium analisis gas darah adalah sbb:
pH 7,35-7,45
pO2 80-100 mmHg
pCO2 35-45 mmHg
|HCO3-| 21-25 mmol/L
Base excess -2 s/d 2
Adanya kelainan pada satu atau lebih mekanisme pengendalian pH tersebut, dapat menyebabkan salah
satu dari 2 kelainan utama dalam keseimbangan asam basa, yaitu asidosis atau alkalosis.
Gangguan Keseimbangan Asam Basa dan Penanganannya
Faktor-Iaktor yang berpengaruh dalam keseimbangan asam basa adalah :
1. Konsentrasi ion hidrogen |H|
2. Konsentrasi ion bikarbonat |HCO3-|
3. pCO2
Berikut perbandingan peranan masing-masing Iaktor dalam diagnosis gangguan asam basa :
- Bila konsentrasi H meningkat, maka pH turun disebut asidosis
- Bila konsentrasi H turun, maka pH naik alkalosis
- Bila HCO3- berubah secara signiIikan dalam kondisi tersebut, disebut suatu keadaan metabolik
- Bila pCO2 berubah secara signiIikan dalam kondisi tersebut, disebut suatu keadaan respiratorik
Dari konsep tersebut, didapatkan empat kondisi, yaitu :
1. Asidosis metabolik
2. Asidosis respiratorik
3. Alkalosis metabolik
4. Alkalosis respiratorik
Asidosis adalah suatu keadaan dimana darah terlalu banyak mengandung asam (atau terlalu sedikit
mengandung basa) dan sering menyebabkan menurunnya pH darah. Alkalosis adalah suatu keadaan
dimana darah terlalu banyak mengandung basa (atau terlalu sedikit mengandung asam) dan kadang
menyebabkan meningkatnya pH darah.
Asidosis dan alkalosis bukan merupakan suatu penyakit tetapi lebih merupakan suatu akibat dari
sejumlah penyakit. Terjadinya asidosis dan alkalosis merupakan petunjuk penting dari adanya
masalah metabolisme yang serius. Asidosis dan alkalosis dikelompokkan menjadi metabolik atau
respiratorik, tergantung kepada penyebab utamanya.
Asidosis metabolik dan alkalosis metabolik disebabkan oleh ketidakseimbangan dalam pembentukan
dan pembuangan asam atau basa oleh ginjal. Asidosis respiratorik atau alkalosis respiratorik terutama
disebabkan oleh penyakit paru-paru atau kelainan pernaIasan.
Asidosis
Metabolik
DeIinisi
Asidosis metabolik adalah keasaman darah yang berlebihan, yang ditandai dengan rendahnya kadar
bikarbonat dalam darah. Bila peningkatan keasaman melampaui sistem penyangga pH, darah akan
benar-benar menjadi asam.
Seiring dengan menurunnya pH darah, pernaIasan menjadi lebih dalam dan lebih cepat sebagai usaha
tubuh untuk menurunkan kelebihan asam dalam darah dengan cara menurunkan jumlah karbon
dioksida. Pada akhirnya, ginjal juga berusaha mengkompensasi keadaan tersebut dengan cara
mengeluarkan lebih banyak asam dalam air kemih. Tetapi kedua mekanisme tersebut bisa terlampaui
jika tubuh terus menerus menghasilkan terlalu banyak asam, sehingga terjadi asidosis berat dan
berakhir dengan keadaan koma.
Penyebab
Penyebab asidosis metabolik dapat dikelompokkan kedalam 3 kelompok utama:
1. Jumlah asam dalam tubuh dapat meningkat jika mengkonsumsi suatu asam atau suatu bahan yang
diubah menjadi asam. Sebagian besar bahan yang menyebabkan asidosis bila dimakan dianggap
beracun. Contohnya adalah metanol (alkohol kayu) dan zat anti beku (etilen glikol). Overdosis aspirin
pun dapat menyebabkan asidosis metabolik.
2. Tubuh dapat menghasilkan asam yang lebih banyak melalui metabolisme.
Tubuh dapat menghasilkan asam yang berlebihan sebagai suatu akibat dari beberapa penyakit; salah
satu diantaranya adalah diabetes melitus tipe I. Jika diabetes tidak terkendali dengan baik, tubuh akan
memecah lemak dan menghasilkan asam yang disebut keton. Asam yang berlebihan juga ditemukan
pada syok stadium lanjut, dimana asam laktat dibentuk dari metabolisme gula.
3. Asidosis metabolik bisa terjadi jika ginjal tidak mampu untuk membuang asam dalam jumlah yang
semestinya. Bahkan jumlah asam yang normalpun bisa menyebabkan asidosis jika ginjal tidak
berIungsi secara normal. Kelainan Iungsi ginjal ini dikenal sebagai asidosis tubulus renalis, yang bisa
terjadi pada penderita gagal ginjal atau penderita kelainan yang mempengaruhi kemampuan ginjal
untuk membuang asam.
Penyebab utama dari asidosis metabolik:
E Gagal ginjal
E Asidosis tubulus renalis (kelainan bentuk ginjal)
E Ketoasidosis diabetikum
E Asidosis laktat (bertambahnya asam laktat)
E Bahan beracun seperti etilen glikol, overdosis salisilat, metanol, paraldehid, asetazolamid atau
amonium klorida
E Kehilangan basa (misalnya bikarbonat) melalui saluran pencernaan karena diare, ileostomi atau
kolostomi.
Gejala
Asidosis metabolik ringan bisa tidak menimbulkan gejala, namun biasanya penderita merasakan mual,
muntah dan kelelahan. PernaIasan menjadi lebih dalam atau sedikit lebih cepat, namun kebanyakan
penderita tidak memperhatikan hal ini. Sejalan dengan memburuknya asidosis, penderita mulai
merasakan kelelahan yang luar biasa, rasa mengantuk, semakin mual dan mengalami kebingungan.
Bila asidosis semakin memburuk, tekanan darah dapat turun, menyebabkan syok, koma dan kematian.
Diagnosa
Diagnosis asidosis biasanya ditegakkan berdasarkan hasil pengukuran pH darah yang diambil dari
darah arteri (arteri radialis di pergelangan tangan). Darah arteri digunakan sebagai contoh karena
darah vena tidak akurat untuk mengukur pH darah. Untuk mengetahui penyebabnya, dilakukan
pengukuran kadar karbon dioksida dan bikarbonat dalam darah. Mungkin diperlukan pemeriksaan
tambahan untuk membantu menentukan penyebabnya.
Misalnya kadar gula darah yang tinggi dan adanya keton dalam urin biasanya menunjukkan suatu
diabetes yang tak terkendali. Adanya bahan toksik dalam darah menunjukkan bahwa asidosis
metabolik yang terjadi disebabkan oleh keracunan atau overdosis. Kadang-kadang dilakukan
pemeriksaan air kemih secara mikroskopis dan pengukuran pH air kemih.
Pengobatan
Pengobatan asidosis metabolik tergantung kepada penyebabnya. Sebagai contoh, diabetes
dikendalikan dengan insulin atau keracunan diatasi dengan membuang bahan racun tersebut dari
dalam darah. Kadang-kadang perlu dilakukan dialisa untuk mengobati overdosis atau keracunan yang
berat. Asidosis metabolik juga bisa diobati secara langsung. Bila terjadi asidosis ringan, yang
diperlukan hanya cairan intravena dan pengobatan terhadap penyebabnya. Bila terjadi asidosis berat,
diberikan bikarbonat mungkin secara intravena.
Contoh kasus
1. Yoshiharu Kubo, seorang pemain sepak bola, tiba-tiba terjatuh di lapangan setelah mencetak gol.
Setelah dilakukan analisa gas darah, ditemukan data sebagai berikut :
- pH 7,2 (turun)
- HCO3- 15 mEq/L (turun)
- pCO2 38 mmHg (normal)
- pO2 100 mmHg (normal)
- base excess -13 (turun)
Dari data di atas kita dapat menyimpulkan bahwa mas Yoshiharu mengalami asidosis metabolik
belum terkompensata. Nilai pH turun menandakan asidosis. Nilai HCO3- turun menandakan
proses metabolik sebagai penyebab primernya. Nilai pCO2 masih normal menandakan belum
terkompensasinya asidosis. Nilai pO2 yang normal menunjukkan belum adanya hipoksia.
2. Setengah jam kemudian, analisa gas darah mas Yoshiharu adalah sebagai berikut :
- pH 7,28 (turun)
- HCO3- 9 mEq/L (turun)
- pCO2 20 mmHg (turun)
- pO2 100 mmHg (normal)
- base excess -17 (turun)
Kondisi mas Yoshiharu sekarang adalah asidosis metabolik terkompensata tanpa hipoksia. Nilai
pCO2 telah turun disebut 'telah terkompensata. Nilai pO2 masih normal menandakan belum
terjadi hipoksia.
Asidosis metabolik berat terjadi apabila :
- pH 7,2
- HCO3- 7,45 dan HCO3- ~ 28 mEq
Contoh kasus
- pH 7,58 (naik)
- HCO3- 29 mEq/L (naik)
- pO2 100 mEq/L (normal)
- pCO2 38 mEq/L (normal)
- base excess 6 (naik)
Diagnosisnya adalah alkalosis metabolik tanpa hipoksia.
Alkalosis Respiratorik
Alkalosis respratorik terjadi bila ada hiperventilasi. Hiperventilasi menyebabkan kadar CO2 tubuh
turun sehingga terjadi kompensasi tubuh untuk menurunkan pH dengan meretensi H oleh ginjal agar
absorpsi HCO3- berkurang. Ingat, bila pH tinggi berarti |H| turun.
Gambaran klinis
- Pasien sering menguap
- Napas lebih cepat dan dalam
- Kepala terasa ringan
- Parestesi sekitar mulut serta kesemutan
Penyebab akut dapat berupa stimulasi saraI sentral pada tumor serebri, enseIalitis, dan intoksikasi.
Penyebab kronis dapat berupa penyakit paru kronis.
Contoh kasus
- pH 7,6 (naik)
- HCO3- 24 mEq/L (normal)
- pO2 65 mEq/L (turun)
- pCO2 25 mEq/L (turun)
- base excess 4 (naik)
Diagnosisnya adalah alkalosis respiratorik dengan hipoksia.

Anda mungkin juga menyukai