1.4 Komplikasi
1. Hipoxemia 2. Trauma Jaringan pendarahan 3. Atelektasis : dapat terjadi bila pemakaian kateter sunction yang terlalu besar : Suncioning dapat menyebabkan trauma jaringan, iritasi dan
dan vacuum suction yang terlalu kuat sehingga terjadi collaps paru (atelektasis)
4. Hipotensi
5. Airways Contriction : terjadi karena adanya rangsangan mekanik langsung dari suction terhadap mukosa saluran nafas
( Ignativicius, 1999 ) menuliskan langkah-langkah dalam melakukan tindakan penghisapan adalah sebagai berikut: 1. Kaji adanya kebutuhan untuk dilakukannya tindakan penghisapan 2. Lakukan cuci tangan, gunakan alat pelindung diri dari kemungkinan terjadinya penularan penyakit melalui secret 3. Jelaskan kepada pasien mengenai sensasi yang akan dirasakan selama penghisapan seperti nafas pendek, , batuk, dan rasa tidak nyaman 4. Check mesin penghisap, siapkan tekanan mesin suction pada level 80 120 mmHg untuk menghindari hipoksia dan trauma mukosa 5. Siapkan tempat yang steril 6. Lakukan preoksigenasi dengan O2 100% selama 30 detik sampai 3 menit untuk mencegah terjadinya hipoksemia 7. Secara cepat dan gentle masukkan kateter, jangan lakukan suction saat kateter sedang dimasukkan 8. Tarik kateter 1-2 cm, dan mulai lakukan suction. Lakukan suction secara intermitten , tarik kateter sambil menghisap dengan cara memutar. Jangan pernah melakukan suction lebih dari 10 15 detik 9. Hiperoksigenasi selama 1-5 menit atau bila nadi dan SaO2 pasien normal 10. Ulangi prosedur bila diperlukan ( maksimal 3 x suction dalam 1 waktu) 11. Tindakan suction pada mulut boleh dilakukan jika diperlukan, lakukan juga mouth care setelah tindakan suction pada mulut 12. Catat tindakan dalam dokumentasi keperawatan mengenai karakteristik Sputum (jumlah, warna, konsistensi, bau, adanya darah ) dan respon
1.10
Hal-hal penting yang harus diperhatikan bagi perawat dalam melakukan tindakan
Sebelum suction, pasien harus diberi oksigen yang adekuat (pre oxygenasi) sebab oksigen akan menurun selama proses pengisapan Proses suction tidak boleh melebihi 10-15 detik di lumen artificial airway, total proses suction jangan melebihi 20 detik. Bila hendak mengulangi suction harus diberikan pre-oksigenasi kembali 6-10 kali ventilasi dan begitu seterusnya sampai jalan nafas bersih
Jangan lupa monitor vital sign, ECG monitor ,sebelum melanjutkan suction, bila terjadi dysritmia atau hemodinamik tidak stabil, hentikan suction sementara waktu
Suction harus hati-hati pada kasus-kasus tertentu misalnya penderita dengan orde paru yang berat dengan memakai respirator dan PEEP, tidak dianjurkan melakukan suction untuk sementara waktu sampai oedem parunya teratasi
Bila sputum kental dan sulit untuk dikeluarkan dapat dispooling dengan cairan NaCi 0,9% sebanyak 5-10 ml dimasukkan ke dalam lumen artificial airway sebelum disuction, untuk bayi cukup beberapa tetes saja
Dianjurkan setiap memakai artificial airway harus menggunakan humidifier dengan kelembaban I 100% pada temperatur tubuh untllk mengencerkan dan memudahkan pengeluaran sputum.
1.11 Hal-hal penting yang harus dicatat dan dilaporkan setelah tindakan
Catat tindakan dalam dokumentasi keperawatan mengenai karakteristik Sputum (jumlah, warna, konsistensi, bau, adanya darah ) dan respon Daftar Pustaka Eliastam, M., Sternbach, G., & Bresler, M. (1998). Buku saku : Penuntun kedaruratan medis. ( edisi 5 ). Jakarta ; EGC. Gisele de Azevedo Prazeres, MD., (2002), Orotracheal Intubation,
http://www.medstudents.com/orotrachealintubation/medicalprocedures.html Hudak & Gallo.(1994). Critical care nursing : a holistic approach. (7 th edition). Lippincott : Philadelphia Potter & Perry. (2005). Fundamental Keperawatan: konsep, proses dan praktik. (Ed. 4, Vol.2). Jakarta: EGC. Rahardjo E, Penanganan gangguan Nafas dan Pernafasan Buatan Mekanik , 1997, 1- 5