Jurusan Fisika Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung 2011
Ketika berada di lereng atau puncak gunung, kita bisa mengamati uap air yang beralih menjadi butir-butir air keluar dari saluran pernapasan. Saat duduk di sekolah dasar, kita menyebut Ienomena itu sebagai peralihan Iase. Itu pun dapat dijelaskan dengan Iisika klasik, pergerakan acak bahang di dalam gas, cairan, ataupun benda padat semakin berkurang intensitasnya seiring dengan semakin menurunnya suhu|1|. Tapi situasinya menjadi benar-benar berbeda ketika suhu terus turun tajam mendekati nol mutlak (0 K). Pada suhu 0 K (-273 0 C), atom-atom tidak bergerak karena atom dalam keadaan energi terendah. Sedangkan bila suhu naik, energi akan meningkat sehingga atom-atom akan bergetar dengan jarak antar atom yang semakin besar pula|4|. Gerak acak atom-atom penyusunnya tiba-tiba saja melemah. Atom-atom itu mengubah polahnya menjadi teratur dalam setiap pergerakannya. SiIat itu menyebabkan suatu cairan tidak lagi memiliki viskositas atau Iriksi sama sekali, cairan itu dapat mengalir meluapi sebuah cangkir, mengalir keluar melalui pori yang teramat kecil, dan serangkaian eIek lainnya yang tidak biasa|1|. Seluruh atom zat tersebut seakan bertindak sebagai sebuah atom besar, atau superatom. Pada suhu nol mutlak, karena tidak ada atom yang bergerak satu pun (semakin dingin suhu sebuah zat, semakin lambat gerak acak atom-atom di dalamnya), tidak ada inIormasi, energi, atau partikel yang bisa diamati pergerakannya|2| ukum ketiga termodinamika memberikan dasar untuk menetapkan entropi absolut suatu zat, yaitu entropi setiap kristal sempurna adalah nol pada suhu nol absolut atau nol derajat Kelvin (K). Pada keadaan ini setiap atom pada posisi yang pasti dan memiliki energi dalam terendah|3|. Dengan kata lain semua atom akan kehilangan energinya pada suhu nol mutlak.